Anda di halaman 1dari 30

Uji Kandungan Urine

KATA PENGHANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat, karunia, dan rindhonya, penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah Uji Kandungan Urine ini. Ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah mendukung terciptanya makalah ini. Makalah ini sengaja di buat untuk memenuhi
persyaratan nilai mata pelajaran Biologi Semester II Kelas XI tahun Ajaran 20152016. Di samping
itu makalah ini juga berfungsi untuk memberikan wawasan bagi penulis dan umumnya bagi pembaca
dalam kaitannya dengan topik Kandungan Zat-zat makanan.

Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan serta
pengalaman bagi para pembaca, dan semoga memberi manfaat besar bagi kita untuk mempelajari
ilmu Biologi.

Sebagai penulis, saya yakin buku ini masih jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, Kritik dan
saran yang membangun sangat di harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Pagaralam, 30 Maret 2016

Prama Shella Erinda

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Biologi Dasar dengan judul UJI KANDUNGAN URINE

Disusun oleh :
Nama : Prama shella erinda

Kelas : XI IPA 3

Kelompok : IV

Dinyatakan selesai dibuat dan siap di periksa oleh guru pembimbing pelajaran Biologi.

Pagaralam, 30 maret 2016

Kepala sekolah Guru pembimbing

SUNIAR, M.Pd LINDA AZIZAH, S.Pd.

DAFTAR ISI

Kata pengantar....................................................................................................................... 1

Pengesahan............................................................................................................................ 2

Daftar isi................................................................................................................................ 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 4

1.2 Tujuan............................................................................................................................ ..5

BAB II

2.1 Landasan Teori................................................................................................................ 6


BAB III

Metedologi Penelitian

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat .21

3.1.2 Bahan ..21

3.2 Cara kerja..21

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Tabel pengamatan 24

4.2 Pertanyaan 25

4.3 Lampiran Jawaban 25

4.4 Lampiran Dokumentasi........26

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan..30

Saran30

DAFTAR PUSTAKA.31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap hari tubuh kita menghasilkan kotoran dan zat-zat sisa dari berbagai proses tubuh. Agar tubuh
kita tetap sehat dan terbebas dari penyakit, maka kotoran dan zat-zat sisa dalam tubuh kita harus
dibuang melalui alat-alat ekskresi. Sistem ekresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil
metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh. Sedangkan kebalikan dari sistem ini adalah
sistem sekresi yaitu proses pengeluaran zat-zat yang berguna bagi tubuh. Alat-alat ekskresi manusia
berupa ginjal, kulit, hati, paru-paru dan colon.

Sistem ekskresi adalah system yang berperan dalam proses pembuangan zat yang sudah tidak
diperlukan atau zat yang membahayakan tubuh, dalam bentuk larutan. Urin atau air seni adalah
cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan dalam tubuh melalui proses
urinasi. Urin normal berwarna jernih transparan warna kuning muda. Urin beraasal dari zat warna
empedu. Urine berbau khas jika diberikan agak lama, berbau ammonia pada kisar 6.8-7.2.
kandungan air, urea, asam urat, ammonia, keratin, asam oksalat, asam fosfat, asam sulfat, klorida.
Volume urine normal, kisaran 900-1200ml

Manusia memiliki organ atau alat-alat ekskresi yang berfungsi membuang zat sisa hasil metabolisme.
Zat sisa hasil metabolisme merupakan sisa pembongkaran zat makanan, misalnya: karbondioksida
(CO2), air (H20), amonia (NH3), urea dan zat warna empedu.Zat sisa metabolisme tersebut sudah
tidak berguna lagi bagi tubuh dan harus dikeluarkan karena bersifat racun dan dapat menimbulkan
penyakit.

Buang air kecil merupakan suatu hal yang normal namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak
normal apabila urin yang kita keluarkan tidak seperti biasanya. Mengalami perubahan warna
misalnya. Atau merasakan nyeri saat melakukan proses buang air kecil. Dari contoh tersebut tentu
saja terdapat sebab mengapa hal itu dapat terjadi. Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita lakukan
adalah dengan cara melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan pada urin dapat menentukan penyakit
apa yang sedang diderita oleh seeorang. Oleh sebab itu dalam makalah ini kami akan membahas
bagaimana proses pemeriksaan urin, alat-alat yang digunakan dan apa saja kegunaan urin dalam
menentukan diagnosa suatu penyakit.

Dalam praktikum uji urin, peneliti dapat mengetahui kandungan yang ada dalam urin. Begitu pula
dapat mengetahui zat-zat yang seharusnya tidak terkandung dalam urin. Apabila zat yang
seharusnya tidak terkandung dalam urin itu ada maka kita dapat mengetahui secara lebih cepat.

1.2 Tujuan

Mengamati karakteristik urine, kandungan klorida, dan kandungan protein.

Membandingkan kandungan glukosa pada urine orang normal dengan penderita diabetes
millintus.
BAB II

2.1 LANDASAN TEORI

Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang
molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan
tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya
dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urine normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika
didiamkan berbau ammoniak, pH berkisar 4,8 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002
1,035. Volume normal perhari 900 1400 ml.

Dari urin kita bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya. Meskipun tidak selalu bisa
dijadikan pedoman namun Ada baiknya Anda mengetahui hal ini untuk berjaga-jaga. Urin
merupakan cairan yang dihasilkan oleh ginjal melalui proses penyaringan darah. Oleh kaena itu
kelainan darah dapat menunjukkan kelainan di dalam urin.

GINJAL

A. Bagian bagian Ginjal

1. Lobulus ginjal, bagian yang menyusun ginjal. Setiap lobulus terdiri atas satu piramida ginjal,
kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya.

2. Hilus (hilum), cekung pada sisi medial yang membentuk bukan pada ginjal sebagai tempat
keluar masuknya pembuluh darah dan keluarnya ureter.

3. Sinus ginjal, rongga yang berisi lemak yang membuka pada sinus

4. Parankim ginjal, jaringan yang menyelubungi struktur sinus ginjal. Jaringan ini terbagi menjadi
dua bagian, yaitu korteks( bagian luar) dan medula (bagian dalam)

1) Korteks, tersusun dari nefron-nefron. Nefron merupakan unit struktual dan fungsional trekecil
dari ginjal yang membentuk urine. Pada setiap ginjal normal, terdapat sekitar 800.000-1,5 juta
nefron yang disatukan oleh jaringan ikat.nefron tersusun dari dua komponen yaitu komponen
vaskuler (pembulu) dan komponen tubuler (tabung)

Komponen vaskuler (pembuluh), terdiri atas arteriola aferen,glomelurus (gulungan kapiler


berbetuk bundar), arteriola aferen, dan kapilerperitubuler.

2) Komponen tubuler (tabung), suatu tabung berongga yang dientuk oleh suatu lapisan sel epitel
dan berisi cairan. Komponen tubuler terdiri atas kapsul bowman (berbentuk cangkir), tubulus
kontortus proksimal, lengkungan hene naik (asenden) lengkungan henle turun (desenden), tubulus
kontortus diestel, dan duktus kolektuvus.

B. Fungsi Ginjal

1. menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh.

2. mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan


3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal

4. menjaga keseimbangan asam dan basa dalam tubuh manusia.

5. menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah
(SDM) di sumsum tulang.

Proses pembentukan urine terjadi di dalam ginjal. Pembentukan ini terjadi melalui
serangkaian proses filtrasi (penyaringan zat-zat sisa yang beracun), reabsorpsi (penyerapan kembali
zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh), dan augmentasi (penambahan zat sisa yang tidak diperlukan
lagi oleh tubuh).

1) Filtrasi.

Pembentukan urine diawali dengan filtrasi yang terjadi di dalam kapiler glomerulus, yaitu kapiler
darah yang bergelung-gelung di dalam kapsula Bowman. Filtrasi berlangsung pada saat darah masuk
ke nefron melalui arteriola aferen. Pada saat darah melalui arteriola aferen ini, tekanan darah
relative cukup tinggi, sedangkan tekanan darah di arteriola eferen relative cukup rendah. Kondisi ini
terjadi karena diameter arteriola aferen lebih besar dan ukurannya relative cukup pendek
dibandingkan dengan arteriola eferen. Keadaan inilah yang mengakibatkan terjadinya filtrasi. Pada
saat itu, berliter-liter darah didorong ke ruang glomerulus yang berukuran kecil.

Di glomerulus terdapat sel-sel endothelium kapiler yang berpori (podosit), membrane basiler, dan
epitel kapsula Bowman yang dapat mempermudah proses filtrasi. Selain struktur glomerulus
tersebut, factor lain yang mempermudah proses filtrasi yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan
osmotic.

Permeabilitas membrane filtrasi ini 100-1000 kali lebih permeable dibandingkan dengan
permeabilitas kapiler pada jaringan lain. Pada proses filtrasi ini, sel-sel darah, trombosit, dan
sebagian besar protein plasma disaring dan diikat agar tidak turut dikeluarkan. Sementara itu, zat-zat
kecil terlarut dalam plasma darah seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat,
garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dai endapan. Hasil saringan tersebut
dinamakan urine primer (filtrate glomerulus). Jadi, urine primer komposisinya masih serupa dengan
darah tetapi tidak mengandung protein dan tidak mengandung elemen seluler, missal sel darah
merah. Cairan filtrasi dari glomerulus ini akan masuk ke tubulus dan mengalami reabsorpsi.

2) Reabsorpsi.

Reabsorpsi air

Pada keadaan normal, sekitar 99% air yang menembus membrane filtrasi akan direabsorpsi sebelum
mencapai ureter. Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal yang dilakukan secara pasif
melalui proses osmosis. Perlu diketahui bahwa setiap hari tubulus ginjal mereabsopsi lebih dari 178
liter air, 1200 gram garam, dan 150 gram glukosa.

Reabsorpsi zat tertentu


Reabsorpsi zat-zat tertentu dapat terjadi secara transport aktif dan difusi. Zat-zat yang mengalami
transport aktif pada tubulus kontortus proksimal yaitu ion Na+, K+, PO4-, NO3, Glukosa, dan asam
amino. Ion Na+ mengalami difusi dari sel tubulus menuju pembuluh kapiler. Difusi ini terjadi karena
adanya perbedaan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel tubulus. Difusi tersebut dapat meningkat
karena permeabilitas sel tubulus yang tinggi terhadap ion natrium. Permeabilitas yang tinggi ini
disebabkan oleh banyaknya mikrovili yang memperluas permukaan tubulus. Proses reabsorpsi ini
memerlukan energy dan dapat berlangsung terus menerus.

Reabsorpsi zat yang penting bagi tubuh

Zat-zat penting bagi tubuh yang secara aktif direabsorpsi yaitu asam amino, glukosa, asam
asetoasetat, dan vitamin. Glukosa dan asam asetoasetat merupakan sumber energy, sedangkan
asam amino merupakan bahan pengganti sel yang telah rusak. Zat zat tersebut diabsorpsi secara
aktif di tubulus kontortus proksimal sehingga tidak akan ditemukan lagi di lengkung henle. Pada
saluran menurun lengkung henle, reabsorpsi air terus berlangsung selama filtrate itu bergerak di
sepanjang tubula tersebut. Di saluran menurun ini, epitelium transport sangat permeable terhadap
air, tetapi sangat tidak permeable terhadap gram dan zat terlarut lainnya. Sebaliknya, saluran
menaik lengkung henle lebih permeable terhadap garam dan tidak permeable terhadap air.

Setelah terjadi reabsorpsi di tubulus kontortus proksimal dan sepanjang saluranlengkung henle,
tubulus akan menghasilkan urine sekunder. Pada urine sekunder ini zat-zat yang masih diperlukan
tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolism yang bersifat racun akan
bertambah, missal konsentrasi urea bertambah sebesar 0,03% dalam urine primer dapat mencapai 2
% dalam urine sekunder.

3) Augmentasi.

Augmentasi atau sekresi tubular adalah proses penambahan zat-zat yang tidak diperlukan oleh
tubuh ke dalam tubulus kontortus distal. Sel-sel tubulus menyekresi ion H+, K+, NH3, urea, kreatinin,
dan racun ke dalam lumen tubulus melalui proses difusi. Ion-ion ini kemudian menyatu dengan urine
sekunder.

Penambahan ion hydrogen pada proses augmentasi sangat penting untuk menjaga kesetimbangan
PH dalam darah. Jika PH dalam darah mulai turun, sekresi ion hydrogen akan meningkatsampai PH
darah kembali normal (7,3-7,4) dan urine yang dihasilkan memiliki PH sekitar 4,5 7,5. Selain itu,
pada tahap augmentasi ini berlangsung proses pembersihan zat-zat dari dalam tubuh. Dari proses
augmentasi ini akan dihasilkan urine sesungguhnya. Urine yang terbentuk akan disimpan sementara
di kandung kemih. Setelah itu akan dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Komposisi urine yang
dikeluarkan yaitu 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain seperti pigmen empedu
yang memberi warna pada urine

A. Komposisi Urine

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (sepertiurea), garam terlarut,
dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial.
Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal
glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi
racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui
melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumbernitrogen yang baik untuk
tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu
penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan
mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.

B. KANDUNGAN DALAM URINE

1. Air sebanyak 95 %

2. Urea, asam ureat dan ammonia

3. Zat warna empedu (Bilirubin dan Biliverdin)

4. Garam mineral, terutama NaCl (Natrium Chlorida)

5. Zat-zat bersifat racun seperti sisa obat dan hormon.

GLUKOSA

Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan
otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin.

Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap dalam
bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan
memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk
mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai
gugusan aktif (aldehid/keton bebas).

Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam
makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka.

Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula pereduksi. Gula pereduksi meliputi
semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Uji benedict
menggunakan larutan fehling ataupun benedict yang berfungsi memeriksa kehadiran gula pereduksi
dalam suatu cairan.

Larutan benedict yang mengandung tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus
aldehida dengan membentuk kuprooksida yang berwarna hijau, kuning atau merah. Fehling yang
terdiri dari campuran CuSO4 dan asam tartat dan basa, akan direduksi gula pereduksi sehingga Cu
akan menjadi Cu2O yang berwarna merah bata.

Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna
dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, hingga praktis
lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar tabung. Uji benedict lebih
peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan
berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan.

Nama Benedict merupakan nama seorang ahli kimia asal Amerika, Stanley Rossiter Benedict (17
Maret 1884-21 Desember 1936). Benedict lahir di Cincinnati dan studi di University of Cincinnati.
Setahun kemudian dia pergi ke Yale University untuk mendalami Physiology dan metabolisme di
Department of Physiological Chemistry.

Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus
aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi,
namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa
dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Satu liter
pereaksi Benedict dapat dibuat dengan menimbang sebanyak 100 gram sodium carbonate
anhydrous, 173 gram sodium citrate, dan 17.3 gram copper (II) sulphate pentahydrate, kemudian
dilarutkan dengan akuadest sebanyak 1 liter.

Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam makanan, sample
makanan dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam
waterbath selamaa 4-10 menit. Selama proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru (tanpa
adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau coklat (kandungan glukosa
tinggi). Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa mengandung dua
monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidic sedemikian rupa sehingga
tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Sukrosa juga tidak bersifat
pereduksi. Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine
yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine diketahui
mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi
apa yang terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes.

PROTEIN

Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N . Protein sangat penting
sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk memnbangun struktur tubuh. Selain itu protein
juga bisa digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan/atau
lemak. Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan
air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya.

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut,
dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial.
Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi. Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma
disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Normal
ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl
didefinisikan sebagai proteinuria. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria.

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis,
nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma,
keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection).
Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress
karena emosi.

1. Proses pembentukan Urine

Proses pembentukan urine terjadi di badan Malpighi, di dalam badan Malpighi ini glomerulus
di kelilingi oleh kapsula bowman. Darah dalam glomerulus yang mengandung air, garam, gula, urea,
dan zat lain lain mengalami penyaringan, kecuali yang bermolekul besar seperti sel-sel darah dan
molekul protein, filtrat masuk ke ruangan kapsula bowman menjadi filtrate glomerulus ( urine
primer ). Jumlah darah yang mengalir melalui ginjal ini ada 1,2 liter setiap menit yang merupakan
seperempat dari seluruh jumlah darah yang di pompakan oleh jantung.

Proses penyaringan ini terutama disebabkan oleh tekanan darah, dan dipengaruhi oleh pengerutan
dan pengembangan arteriol yang menuju dan meninggalkan glomerulus. Pengerutan arteriol yang
menuju glomerulus akan menambah jumlah filtrat dan selalu diikat oleh pengembangan arteriol
yang meninggalkan glomerulus (arteriol eferen ), filtrate glomerulus ini masih mengandung banyak
zat yang masih diperlukan oleh tubuh, seperti glukosa, garam-garam, dan asam amino.

Dari glomerulus filtrat di bawa melalui tubulus kontortus proksimal yang dikelilingi oleh pembuluh
darah, dalam tubulus kontortus proksimal terjadi reabsorbsi zat-zat yang masih berguna, Setelah
reabsorbsi kadar urea menjadi lebih tinggi, sehingga terbentuk lagi zat-zat lain yang sementara
waktu tidak digunakan lagi. Setelah selesai filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi ini barulah terbentuk
urine yang sesungguhnya yang dikumpulkan dari tubulus kolektivus ke pelvis renalis.

Di dalam badan Malpighi, kapsula bowman menyaring zat-zat dari darah yang ada di glomerulus, dan
terbentuklah filtrate glomerulus. Didalam tubulus kontortus proksimal di dserap kembali oleh
pembuluh darah dan terbentuklah urine sekunder. Dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah
menambah lagi zat-zat yang pada waktu itu tidak digunakan lagi dan menambah kelebihan air
sehingga terbentuklah urine sesungguhnya, dalamn urine ini tidak terdapat protein karena protein
telah di saring dengan sempurna dari jumlah 7-9% protein yang ada di dalam darah, demikian juga
dengan glukosa.

Juga terjadi peningkatan kadar urea yang semula 0,03% dalam plasma darah, meningkat menjadi
0,5% dalam tubulus kontortus proksimal, dan naik lagi dengan cepat menjadi 2% dalam tubulus
kontortus distal, hal ini terjadi karena adanya penyerapan air kembali.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi volume atau jumlah urine yang dihasilkan

a. Volume urine yang dikeluarkan tidak tergantung dari berapa banyaknya jumlah cairan yang
diminum, tetapi juga tergantung dari jumlah garam-garam yang dikeluarkan dari darah, agar tekanan
osmosis tetap.

Pada penderita kencing manis ( Diabetes Miletus ) pengeluaran glukosa dari dalam darah juga diikuti
oleh kenaikan volume urine.

b. Hormon antidiuretik (ADH)

Hormon ini dikeluarkan oleh kelenjar saraf hipofisis, pengeluaran hormone ini di tentukan oleh
reseptor khusus di dalam otak yang secara terus menerus mengendalikan tekanan osmotic darh,
oleh karena itu hormon ini akan mempengaruhi proses reabsorbsi air pada tubulus kontortus distal,
sehingga permeabilitas sel terhadap air akan meningkat.

Pada saat tubuh kekurangan cairan, konsentrasi air dalam darah akan menurun, akibatnya sekresi
ADH akan meningkat dan dialirkan oleh darah menuju ginjal. ADH meningkatkan permeabilitas sel
terhadap air dan permeabilitas saluran pengumpul. Dengan demikian air akan berdifusi keluar dari
pipa pengumpul lalu masuk kedalam darah, dan keadaan tersebut dapat memulihkan konsentrasi air
dalam darah, akibatnya urine yang dihasilkan lebih sedikit dan pekat.

c. Faktor usia
Pada anak balita sering mengeluarkan urine, hal ini disebabkan karena anak balita belum bias
mengendalikan rangsangan untuk mikturisi, selain itu juga anak balita mengonsumsi lebih banyak
makanan yang berwujud cairan, sehingga urine yang dihasilkan lebih banyak.

Begitupula sebaliknya, pengeluaran urine pada lansia lebih sedikit, hal ini dikarenakan setelah usia
40 tahun jumlah nefron yang berfungsi akan menurun kira-kira 10% setiap tahun, Kondisi ini akan
mengurangi kemampuan ginjal dalam memproses pengeluaran urine.

d. Gaya hidup dan aktivitas

Seorang yang sering berolahraga / olahragawan urine yang dihasilkan akan lebih sedikit jika
dibandingkan pada orang biasa, hal ini disebabkan karena jumlah cairan yang ada di dalam tubuh
lebih banyak digunakan sebagai energi dan dikeluarkan dalam bentuk keringat.

e. Kondisi kesehatan

Seseorang yang sehat produksi urinenya berbeda dengan orang yang sakit bias mengeluarkan urine
lebih banyak ataupun lebih sedikit tergantung pada jenis penyakit yang di deritanya.

f. Psikologis

Orang yang sedang merasa cemas akan lebih sering mengeluarkan urine, sebab kondisi
metabolismenya berjalan lebih cepat.

g. Cuaca

Apabila cuaca dingin orang lebih sering mengeluarkan urine, sebab cairan yang ada di dalam tubuh
di keluarkan dalam bentuk urine, begitupula sebaliknya, pada musim panas orang jarang
mengeluarkan urine, sebab cairan yang ada di dalam tubuhnya lebih banyak dikeluarkan dalam
bentuk keringat.

h. Jumlah air yang diminum

Apabila mengkonsumsi banyak air minum, konsentrasi protein dalam darah akan menurun, kondisi
ini dapat mengakibatkan menurunnya tekanan koloid protein sehingga tekanan filtrasi kurang
efektif, akibatnya volume urine yang dihasilkan akan meningkat.

3. Sifat-sifat urine

a. Volume urine normal orang dewasa 2500 ml/hari, ini tergantung pada masukan air, suhu luar,

makanan dan keadaan mental/fisik individu. Produk akhir nitrogen, the, kopi, alcohol mempunyai
efek iuresis.

b. Reaksi urine biasanya asam dengan pH kurang dari 7, bila masukan protein tinggi urine menjadi
asam, sebab fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil katabolisme protein. Keasaman meningkat pada
asidosis dan demam, urine menjadi alkali karena perubahan urea menjadi amoniak dan kehilangan
CO2 di udara.

c. Warna urine normal adalah kuning pucat atau ambar, pigmen utamanya urokrom, sedikit urobin
dan hematopofirin. Pada keadaan demam urine berwarna kuning tua atau kecoklatan. Sedangkan
urine orang yang mempunyai penyakit diabetes Melitus (kencing manis) urinenya mengandung gula,
yang disebabkan oleh tingginya kadar gula darah yang juga disebabkan oleh kekurangan hormone
insulin. Nilai pHnya berkisar antara 7 atau kurang dari 7 karena bersifat asam. Warna urine orang
penderita diabetes adalah bening kekuningan.

4. Unsur unsur dalam urine

a. Urea (25-30 gram) merupakan hasil akhir dari metabolism protein dari mamalia termasuk
manusia.

b. Amoniak (NH3) pada urine orang normal yang masih segar terdapat sedikit, sedangkan pada
penderita diabetes miletus kandungan amoniakndalam urinenya sangat tinggi.

c. Kreatinin dan keratin, (kreatinin : produk pemecahan keratin ) normalnya 20-26 mg/kg pada
laki-laki, dan 14-22mg/kg pada perempuan.

d. Asam urat, adalah hasil akhir terpenting oksidasi urine dalam tubuh. Asam urat sangat sukar
larut dalam air, tetapi mengendap membentuk garam-garam yang larut dengan alkali.

Pandangan Awal Mengenai Warna

1. Kuning jernih

Urin berwarna kuning jernih merupakan pertanda bahwa tubuh Anda sehat. Urin ini tidak berbau.
Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengontaminasi urin dan
mengubah zat dalam urin sehingga menghasilkan bau yang khas.

2. Kuning tua atau pekat

Warna ini disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan cairan. Namun bila terjadi terus, segera
periksakan diri Anda ke dokter karena merupakan tahap awal penyakit liver.

3. Kemerahan
Urin merah. Kondisi ini bisa menandakan gangguan batu ginjal dan kandung kemih. Namun bisa juga
karena mengonsumsi obat pencahar maupun rifampisin secara berlebihan.

4. Oranye
Mengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria. Pyridium, antibiotik yang biasa digunakan untuk
infeksi kandung kemih dan saluran kencing juga dapat mengubah warna urin menjadi oranye.

Selain warna, bau urin juga bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit. Misalnya pada penderita
diabetes dan busung lapar, urin cenderung berbau manis, sementara jika seseorang mengalami
infeksi bakteri E. coli, urinnya cenderung berbau menyengat.

Fungsi Urin

Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam
tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan
kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya
pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat,
secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea.
Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan
urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat
atau cokelat. Terapi urin Amaroli adalah salah satu usaha pengobatan tradisional India, Ayurveda.

Fungsi dari urine yang di kenal dimasyarakat menjadi lebih sering kita jumpai meski punya
kontrofersi dan menjadi hal yang tabu namun dibelahan negara lain juga tidak kalah dengan hal yang
ada di indonesia sepertii :

Dukun Aztec menggunakan urin untuk membasuh luka luar sebagai pencegah infeksi dan diminum
untuk meredakan sakit lambung dan usus.

Bangsa Romawi Kuno menggunakan urin sebagai pemutih pakaian.

Di Siberia, orang Kroyak meminum urin orang yang telah mengkonsumsifly agaric (sejenis jamur
beracun yang menyebabkan halusinasi bahkan kematian) atau sejenisnya untuk berkomunikasi
dengan roh halus.

Dahulu di Jepang, urin dijual untuk dibuat menjadi pupuk.

Penggunaan urin sebagai obat telah dilakukan oleh banyak orang, di antara mereka adalah
Mohandas Gandhi, Jim Morrison, dan Steve McQueen.

Pemeriksaan Urine

Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan
kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan
pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda
keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.

E.1 Pemeriksaan Makroskopik

Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume
urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam
urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan.

Pemeriksaan Makroskopik adalah pemeriksaan yang meliputi :

a) Volume urin

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin,
makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata
didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan
volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.

Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri, keadaan ini mungkin
didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun.

Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin
dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal.
b) Warna urin

Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan
kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua,
kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi
oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Warna normal urin berkisar antara
kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom,
urobilin dan porphyrin.

c) Berat jenis urin

Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter,
refraktometer dan reagens 'pita'

d) Bau urin

Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat
disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan
seperti pada ketonuria.

e) pH urin

Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan
tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain itu penetapan pH pada
infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli
biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak
ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa

E.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting
untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit

E.3 Pemeriksaan Kimia Urin

Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih
sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita
(strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk
pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit.

a) Pemeriksaan glukosa

Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat
dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil
positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa,
fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat,
vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat
mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250
mg/dl.

b) Benda- benda keton

Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah
menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini
dapat mendeteksi asam asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton
dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin
mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang
berlebihan.

Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang
lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak
didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi.

c) Pemeriksaan bilirubin

Dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang
menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium
dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.

Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan keadaan ini menunjukkan
kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat
mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila
urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.

d) Pemeriksaan urobilinogen

Dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1
- 1,0 Ehrlich unit per dl urin. Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh
kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan di dalam tubuh.

Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin mungkin
disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid. Dengan
pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih peka
terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan
mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila urin mengandung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif
palsu didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti hipochlorid atau peroksidase dari bakteri
yang berasal dari infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Tabung Reaksi

2. Rak Tabung Reaksi

3. Pipet Tetes

4. Kertas Tisu

5. Kertas Label

6. Botol Sampel Urine yang bening transparan

7. Kertas Indikator pH
8. Pemanas Bunsen

9. Kaki tiga

10. Kasa Asben

11. Gelas beker 500 mL

12. Korek api

3.1.2 Bahan

1. Sampel urine pagi (Urine yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun
tidur) dari orang sehat, sampel urine siang, sampel urine malam

2. Larutan Biuret

3. Larutan Benedict

4. Larutan AgNO3 10%

3.2 Langkah Kerja

1. Pertama siapkan reagen Biuret, Benedict.

2. Selanjutnya lakukan pengujian berikut

3.2.1 Sifat fisik urine:

Amatilah dan bandingkan beberapa sampel urine yang dibawa dari rumah, dalam hal sifat-sifat
fisiknya (misalnya, warna, tingkat kekruhan, dan pH). Analisis dengan menggunakan tabel acuan
berikut:

Warna Keterangan

Kuning Normal

Hitam Mengonsumsi tablet yang mengandung zat besi (ferri sulfat),


minum obat parkinson

Biru Mengonsumsi obat abti depresi atau antibiotik, infeksi bakteri


Pseudomonas pada saluran lkemih

Cokelat Gangguan fungsi ginjal, mengonsumsi antibiotik

Kuning gelap (seperti teh) Hepatitis fase akut, kelebihan vitamin B2, mengonsumsi antibiotik

Oranye merah Dehidrasi, demam, mengonsumsi obat

Hijau Infeksi bakteri, kelebihan biliverdin, mengonsumsi vitamin

Bening (tidak berwarna) Terlalu banyak minum, diabetes insipidus, minum alkohol

Putih seperti susu Tumor jaringan limfat, filariasis


Keterangan:

Tingkat kekeruhan: tidak keruh (-), sedikit keruh (+), keruh (++), dan sangat keruh (+++)

pH normal urine = 4,7 8

3.2.2 Uji kandungan klorida

Masukkan 2 mL urine ke dalam tabung reaksi, tambahkan 5 tetes larutan AgNO3 10%. Amati
endapan putih yang terbentuj (endapan putih tipis = urine normal, endapan putih tebal = urine
abnormal)

3.2.3 Uji protein

Masukkan 2 mL sampel urine ke dalam tabung reaksi.Tambah 5 tetes larutan Biuret. Amati
perubahan warnanya dan berikan hasil analisinya.

Warna setelah diteteskan larutan Biuret Keterangan

Ungu Mengandung protein

Biru atau selain ungu Tidak mengandung protein

3.2.4 Uji Glukosa

1. Tuangkan sampel urine ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 mL, tempelkan kertas label agar
tidak tertukar.

2. Teteskan larutan Benedict sebanyak 5 tetes ke dalam tabung reaksi yang telah berisi urine,
kemudian kocok sebentar agar bercampur merata. Amati warnanya.

3. Masukan semua tabung reaksi tersebut ke dalam gelas beker yang telah berisi air setengahnya,
kemudian di panaskan hingga mendidih beberapa saat dan terjadi perubahan warna.

4. Matikan lampu Bunsen, dan biarkan hingga agak dingin. Amatilah perubahan warna urine di
setiap tabung reaksi dan analisis hasilnya berdasarkan table acuan berikut.

Warna Hasil Uji Glukosa Hasil Reaksi Keterangan/Kandungan Glukosa

Biru - Normal

Hijau kekuningan keruh + 0,5 1%

Kuning keruh ++ 1 1,5%


Coklat, jingga +++ 2% - 3,5%

Merah bata ++++ > 3,5%

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Tabel pengamatan

Tabel Hasil Pengamatan Uji Glukosa

Sifat Fisik Urine Uji Glukosa

Nama Tingkat
Warna awal
Warna Kekeruhan Kandungan Glukosa
pH (Urine+Benedict)
(-,++,+++)

Kuning
Pagi (Ce) - 5 Coklat 2% - 3,5%
Pekat

Siang
Kuning - 6 Biru Normal
(Ce)

Malam
Kuning - 6 Biru Normal
(Ce)

Orange
Pagi (Co) + 6 Hijau Kekuningan 0,5 1%
merah

Siang Kuning Hijau Kekuningan


++ 6 0,5 1%
(Co) gelap Keuh
Malam
Coklat +++ 5 Coklat 2% - 3,5%
(Co)

Tabel Hasil Pengamatan Uji Protein

Uji Protein
Nama Warna awal
Warna Kandungan Protein (Ada/Tidak Ada)
(Urine+Biuret)

Pagi Kuning
Biru Tidak Ada
(Ce) Pekat

Siang
Kuning Biru Tidak Ada
(Ce)

Malam
Kuning Biru Tidak Ada
(Ce)

Pagi Orange
Hijau Tidak Ada
(Co) merah

Siang Kuning
Hijau Tidak Ada
(Co) gelap

Malam
Coklat Coklat Tidak Ada
(Co)

4.2 Pertanyaan

1. Mengapa sifat-sifat fisik urine seperti warna, kekeruhan dan pH, berbeda-beda pada setiap
orang ? Jelaskan.

2. Berdasarkan data pengamatan anda, adakah urine yang memiiki sifat fisik abnormal ? Jika ada,
jelaskan.

3. Mengapa pada urine normal mengandung sedikit klorida? Apakah peranan klorida di dalam
tubuh ?

4. Berdasarkan data hasil uji urine dengan menggunakan larutan Biuret, adakah sampel sampel
urine yang mengandung protein? Jelaskan.

5. Jenis penyakit apakah yang menyebabkan urine mengandung protein dengan jumlah melebihi
batas normal ?

6. Berdasarkan data hasil uji glukosa, adakah teman anda yang berindikasi diabetes mellitus ? Jika
ada, jelaskan.

7. Apakah saran-saran anda terhadap teman yanga berindikasi diabetes mellitus ?

8. Jelaskan cara-cara untuk menjaga kesehatan ginjal.


4.3 Lampiran Jawaban

1. Warna urine setiap orang berbeda-beda. Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan
yang dimakan (termasuk obat-obatan), jenis kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit.
Namun biasanya warna urine normal berkisar dari warna bening sampai warna kuning pucat. pH urin
berkisar antara 4,8-7,5, urine akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urine
akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi sayuran. Tingkat kekeruhan urine bergantung pada
kadar air dalam tubuh dan lama waktu setelah urine dikeluarkan. Apabila dlam tubuh banyak
mengandung air, maka urine akan lebih cair dan lebih jernih. Selain itu urine yang masih segar akan
tampak jernih sedangkan urine yang telah lama didiamkan akan berubah menjadi keruh.

2. Berdasarkan percobaan kami, tidak ada urine yang memiliki sifat fisik abnormal.

3. Karena keberadaan klorida menunjukkan kadar pH dalam darah. Apabila kadar klorida tinggi,
maka darah terlalu asam dan dapat menganggu keseimbangan metabolisme tubuh.

Klorida digunakan tubuh kita untuk membentuk HCl atau asam klorida pada lambung. HCl memiliki
kegunaan membunuh kuman bibit penyakit dalam lambung dan mengaktifkan pepsinogen menjadi
pepsin. Klorida juga dapat membahayakan sistem pernafasan terutaman bagi anak-anak dan orang
dewasa. Dalam wujud gas, klorida merusak membran mukus dan dalam wujud cair dapat
menghancurkan kulit. Tingkat klorida sering naik turun bersama dengan tingkat natrium. Ini karena
natrium klorida, atau garam adalah bagian utama dalam darah.

4. Berdasarkan percobaan ini tidak ada sampel urine yang mengandung protein.

5. Albumin merupakan salah satu protein utama dalam plasma manusia dan menyusun sekitar
60% dari total protein plasma. Kadar albumin normal dalam urin berkisar antara 0-0,04 gr/L/hari.
Keberadaan albumin dalam urin dengan jumlah melebihi batas normal, dapat mengindikasikan
terjadinya ganguan dalam proses metabolisme tubuh. Pemantauan protein dalam urin melalui tes
dapat digunakan sebagai cara mendektesi adanya gangguan pada ginjal. Kadar albuminurea yang
rendah sekalipun dpat menunjukkan bahwa pasien mengalami gagal ginjal akut. Gagal ginjal akut
yang dialami pasien di rumah sakit, tercatat mencapai 1,6% dari seluruh pasien di rumah sakit dan
terjadi ketika ginjal tiba tiba kehilangan kemampuan menyaring produk limbah dari darah. Gagal
ginjal akut dapat disembuhkan jika pasien cukup sehat. Namun sering mengakibatkan penyakit ginjal
kronis dan gagal ginjal yang memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal.

6. Berdasarkan data hasil uji glukosa tidak ada yang berindikasi diabetes mellitus.

7. Cara pencegahan dan penanggulangan :

v Menjaga kesehatan (diet sehat dan seimbang)

v Rajin berolahraga

v Rajin mengecek kadar gula dalam darah

v Mengetahui tentang diabetes melitus

v Mengonsumsi suplemen ( yang mengandung seng, magnesium, proxeronin)


v Segera priksa diri kedokter apabila merasakan gejala gejala seperti intensitas buang air kecil yang
tinggi, mudah haus dan lapar, rasa pusing, mual, dan letih.Saat sudah terindikasi lakukan
pengobatan seperti insulin.

8. Tips untuk menjaga kesehatan ginjal :

Rajin berolahraga ( olahraga merupakan aktivitas yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan
tubuh)

Makanan sehat ( hindarilah makanan yang nengandung banyak lemak jenuh dan kandungan gula
yang tinggi)

Menjaga berat badan ( berat badan yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan
tubuh dan ginjal, karena penumpukan lemak yang ada pada tubuh membuat ginjal menjadi sesak
dan sulit untuk memproses urin)

4.4 Lampiran Dokumentasi

ALAT DAN BAHAN Kelompok IV

URINE DI MASUKAN KE TABUNG REAKSI PENGAMBILAN TAMBUNG


REAKSI MENGGUNAKAN PIPET

SEBELUM DI PANASKAN URINE YANG DI PANASKAN SETELAH DI PANASKAN

SUASANA KERJA KELOMPOK

MEMBAHAS SERTA MENGAMBIL KESIMPULAN BERSAMA


BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan urine orang normal dan

urine penderita diabetes miletus dapat disimpulkan bahwa:

Urine orang normal mengandung amoniak (NH3), clor, dan memiliki pH 6 (asam).

Urine penderita diabetes miletus mengandung glukosa, amoniak(NH3), clor, dan

memiliki pH 7 (netral).

Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa:

Warna kuning dalam urine berasal dari bilirubin. Pucat atau kuatnya warna kuning pada urin
normal tergantung pada konsumsi air. perubahan warna dari yang normal itu bisa terjadi karena
pengaruh makanan, obat, atau kondisi kesehatan

pH urine normal berkisar antara 5-8.

Urine dikatakan normal jika warna urine pada tabung reaksi setelah ditambahkan larutan
benedict kemudian dipanaskan adalah kuning keputihan.

Jika terdapat kandungan protein dalam urine, maka ginjal mengalami kelainan atau gangguan
akibat terdapat kebocoran pada ginjal bagian glomerulus yang berfungsi sebagai penyerapan
senyawa yang dibutuhkan oleh tubuh, termasuk protein.

Jika pada urine terdapat glukosa, maka ginjal bagian tubulus tidak berfungsi. Pada ginjal
normal, glukosa dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi pada daerah tubulus.

SARAN

Setiap hari orang harus mengeluarkan berbagai zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Tapi
terkadang urine yang dikeluarkan menimbulkan bau yang tidak sedap, kebanyak bau dari urine
bersifat sementara. Tetapi jika hal tersebut terus berlanjut selama beberapa hari sebaikannya
melakukan pemeriksaan kedokter. Perlu dilakukan lebih banyak percobaan lagi, agar bisa mengamati
lebih teliti tentang kandungan di dalam urin.
DAFTAR PUSTAKA

Maryati, Sri.2007.Biologi:Jilid 2 untuk SMA Kelas XI.Jakarta:Erlangga

Lestari, Endang.2009.Biologi 2 : Makhluk Hidup dan Lingkungannya Untuk SMA/MA Kelas XI Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidkan Nasional

Omegawati, Wigati Hadi. Dan Kusumawati, Rohana. 2011. BIOLOGI Untuk SMA/MA. Klaten: Intan
Pariwara.

http://www.wikipedia.com/panduan biology tingkat SMA/

http://www.google.com/alat ekskresi manusia/ginjal/

http://riskaulfa.blogspot.com/2013/12/laporan-praktikum-kandungan-urine.html

Irnaningtyas. 2014. Biology untuk SMA/MA kls XI, Jakarta: Penerbit Erlangga.

http://alvyanto.blogspot.com/2010/01/sistem-ekskresi-manusia.html#ixzz1wzea1e7G(diakses :
pada 11 Februari 2015)

https://www.google.com/laporan-biologi-uji-urin/LAPORAN-UJI-URINE/dimas_kicir.htm(diakses :
pada 11 Februari 2015)

http://belibis-a17.com/2008/04/25/pemeriksaan-protein-urine-kualitatif/

http://www.smallcrab.com/kesehatan/795-penilaian-hasil-pemeriksaan-urine

wilmar musram, 2000, Praktikum Urine, Penuntun Praktikum Biokimia, Widya Medika,
Jakarta.http://www.wikipedia.com/panduan biology tingkat SMA/http://www.google.com/alatKATA
PENGHANTAR

LAPORAN PRAKTIKUM UJI KANDUNGAN URINE MANUSIA

10:27:00 PM Sulaiman Triarjo

var popunder = true;

Laporan Praktikum

UJI KANDUGAN URINE MANUSIA

1. Tujuan

- Untuk mengetahui zat apa saja yang terkandung dalam urine manusia

- Untuk mengetahui ada tidaknya kelainan dengan melihat kandungan urine

2. Dasar Teori

Proses pembentukan urine terjadi di dalam ginjal. Pembentukan ini terjadi melalui
serangkaian proses filtrasi (penyaringan zat-zat sisa yang beracun), reabsorpsi (penyerapan kembali
zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh), dan augmentasi (penambahan zat sisa yang tidak diperlukan
lagi oleh tubuh).

1) Filtrasi.

Pembentukan urine diawali dengan filtrasi yang terjadi di dalam kapiler glomerulus, yaitu kapiler
darah yang bergelung-gelung di dalam kapsula Bowman. Filtrasi berlangsung pada saat darah masuk
ke nefron melalui arteriola aferen. Pada saat darah melalui arteriola aferen ini, tekanan darah
relative cukup tinggi, sedangkan tekanan darah di arteriola eferen relative cukup rendah. Kondisi ini
terjadi karena diameter arteriola aferen lebih besar dan ukurannya relative cukup pendek
dibandingkan dengan arteriola eferen. Keadaan inilah yang mengakibatkan terjadinya filtrasi. Pada
saat itu, berliter-liter darah didorong ke ruang glomerulus yang berukuran kecil.

Di glomerulus terdapat sel-sel endothelium kapiler yang berpori (podosit), membrane basiler, dan
epitel kapsula Bowman yang dapat mempermudah proses filtrasi. Selain struktur glomerulus
tersebut, factor lain yang mempermudah proses filtrasi yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan
osmotic.

Permeabilitas membrane filtrasi ini 100-1000 kali lebih permeable dibandingkan dengan
permeabilitas kapiler pada jaringan lain. Pada proses filtrasi ini, sel-sel darah, trombosit, dan
sebagian besar protein plasma disaring dan diikat agar tidak turut dikeluarkan. Sementara itu, zat-zat
kecil terlarut dalam plasma darah seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat,
garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dai endapan. Hasil saringan tersebut
dinamakan urine primer (filtrate glomerulus). Jadi, urine primer komposisinya masih serupa dengan
darah tetapi tidak mengandung protein dan tidak mengandung elemen seluler, missal sel darah
merah. Cairan filtrasi dari glomerulus ini akan masuk ke tubulus dan mengalami reabsorpsi.

2) Reabsorpsi.

Reabsorpsi air

Pada keadaan normal, sekitar 99% air yang menembus membrane filtrasi akan direabsorpsi sebelum
mencapai ureter. Reabsorpsi terjadi ditubulus kontortus proksimal yang dilakukan secara pasif
melalui proses osmosis. Perlu diketahui bahwa setiap hari tubulus ginjal mereabsopsi lebih dari 178
liter air, 1200 gram garam, dan 150 gram glukosa.

Reabsorpsi zat tertentu

Reabsorpsi zat-zat tertentu dapat terjadi secara transport aktif dan difusi. Zat-zat yang mengalami
transport aktif pada tubulus kontortus proksimal yaitu ion Na+, K+, PO4-, NO3, Glukosa, dan asam
amino. Ion Na+mengalami difusi dari sel tubulus menuju pembuluh kapiler. Difusi ini terjadi karena
adanya perbedaan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel tubulus. Difusi tersebut dapat meningkat
karena permeabilitas sel tubulus yang tinggi terhadap ion natrium. Permeabilitas yang tinggi ini
disebabkan oleh banyaknya mikrovili yang memperluas permukaan tubulus. Proses reabsorpsi ini
memerlukan energy dan dapat berlangsung terus menerus.

Reabsorpsi zat yang penting bagi tubuh


Zat-zat penting bagi tubuh yang secara aktif direabsorpsi yaitu asam amino, glukosa, asam
asetoasetat, dan vitamin. Glukosa dan asam asetoasetat merupakan sumber energy, sedangkan
asam amino merupakan bahan pengganti sel yang telah rusak. Zat zat tersebut diabsorpsi secara
aktif di tubulus kontortus proksimal sehingga tidak akan ditemukan lagi di lengkung henle. Pada
saluran menurun lengkung henle, reabsorpsi air terus berlangsung selama filtrate itu bergerak di
sepanjang tubula tersebut. Di saluran menurun ini, epitelium transport sangat permeable terhadap
air, tetapi sangat tidak permeable terhadap gram dan zat terlarut lainnya. Sebaliknya, saluran
menaik lengkung henle lebih permeable terhadap garam dan tidak permeable terhadap air.

Setelah terjadi reabsorpsi di tubulus kontortus proksimal dan sepanjang saluran lengkung henle,
tubulus akan menghasilkan urine sekunder. Pada urine sekunder ini zat-zat yang masih diperlukan
tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolism yang bersifat racun akan
bertambah, missal konsentrasi urea bertambah sebesar 0,03% dalam urine primer dapat mencapai 2
% dalam urine sekunder.

3) Augmentasi.

Augmentasi atau sekresi tubular adalah proses penambahan zat-zat yang tidak diperlukan oleh
tubuh ke dalam tubulus kontortus distal. Sel-sel tubulus menyekresi ion H+, K+, NH3, urea, kreatinin,
dan racun ke dalam lumen tubulus melalui proses difusi. Ion-ion ini kemudian menyatu dengan urine
sekunder.

Penambahan ion hydrogen pada proses augmentasi sangat penting untuk menjaga kesetimbangan
PH dalam darah. Jika PH dalam darah mulai turun, sekresi ion hydrogen akan meningkatsampai PH
darah kembali normal (7,3-7,4) dan urine yang dihasilkan memiliki PH sekitar 4,5 7,5. Selain itu,
pada tahap augmentasi ini berlangsung proses pembersihan zat-zat dari dalam tubuh. Dari proses
augmentasi ini akan dihasilkan urine sesungguhnya. Urine yang terbentuk akan disimpan sementara
di kandung kemih. Setelah itu akan dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Komposisi urine yang
dikeluarkan yaitu 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain seperti pigmen empedu
yang memberi warna pada urine.

3. Variabel

- Bebas : Bnedic, Biuret, AgNO3 dan PH universal

- Manipulasi : Urine

- Respon : perubahan warna, aroma, dan endapan

4. Alat dan Bahan

- Tabung reaksi

- Rak tabung reaksi

- Korek api

- PH universal

- Larutan biuret
- Larutan benedic

- Penjepit tabung reaksi

- Pembakar spiritus

- Larutan AgNO3

- Beaker gelas

- Urine

5. Langkah kerja

1) Mengukur PH urine

- Masukkan urine ke dalam beaker glass sebanyak 40 ml

- Masukkan kertas indicator pH universal sampai tercelup semua

- Angkat kertas PH universal, cocokkan dengan trayek PH

- Tulis hasil pengamatan

2) Mengetahui kandungan NH3

- Masukkan urine ke dalam tabung reaksi sebanyak 20 ml

- Nyalakan pembakar spiritus

- Jepit tabung reaksi dengan penjepit dan goyang goyang kan di atas api spiritus sampai
mengeluarkan gelembung

- Ciumlah aroma yang dihasilkan

- Catatlah hasil pengamatan

3) Mengetahui kandungan garam

- Masukkan urine ke dalam tabung rekasi sebanyak 20 ml

- Masukkan 6 tetes larutan AgNO3 dan goyang-goyangkan sampai tercampur

- Biarkan beberapa menit

- Tulis hasil pengamatan

4) Mengetahui kandungan glukosa

- Masukkan urine ke dalam tabung reaksi sebanyak 20 ml

- Masukkan 8 tetes benedic

- Nyalakan pembakar spiritus

- Jepit tabung dengan penjepit dan panaskan di atas api spiritus sampai bergelembung

- Amati perubahan yang terjadi


- Tulis hasil pengamatan

5) Mengetahui kandungan protein

- Masukkan 20 ml urine ke dalam tabung reaksi

- Masukkan 8 tetes larutan biuret

- Goyang-goyangkan sampai tercampur

- Amati dan tulis hasil pengamatan

6. Data Hasil Pengamatan

No. Mengetahui Perlakuan Hasil Gambar

Indikator
1 PH 6
universal

Urine + Bau khas


2 NH3
panas ammonia
Terdapat
Urine + endapan
3 Garam
AgNO3 warna
putih

Urine + Tidak
4 Glukosa benedic + berubah
panas warna

Tidak
Urine +
5 Protein berubah
biuret
warna

7. Analisa Data

Sesuai dengan hasil percobaan di atas. Urine sampel memiliki nilai PH 6 yang berarti normal.
Memiliki endapan putih saat di reaksikan dengan AgNO3 yang berarti terdapat kandungan garam.
Memiliki bau khas ammonia karena mengandung NH3. Juga dalam urine sampel tidak ditemukan
adanya glukosa dan protein yang mengindikasikan saluran ginjal naracoba normal tidak mengalami
gangguan/kelainan.

8. Kesimpulan

Urine sampel naracoba pada kelompok kami normal. Tidak terdapat gangguan pada ginjal dan alat
ekskresi lainnya.

Normalnya urine memiliki PH 4,5 -7,5, berbau khas ammonia, memiliki kandungan garam dan tidak
memiliki kandungan protein dan glukosa

Anda mungkin juga menyukai