Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Alloh swt yang telah melimpakan rahmat dan
karunia-Nya yaitu kesehatan dan kesempatan seingga kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum biologi tentang uji urine. Solawat serta salam tidak lupa pula tercurah kepada
kepada junjunan kita yakni Nabi Muhammad SAW karena berkat beliaulah kita bisa berada
pada zaman yang penuh berkah dan syafa’at seperti saat ini.
Laporan ini dibuat dan disusun untuk memenuhi nilai keterampilan mata pelajaran
biologi kelas XI semester genap SMAN 1 Singaparna. Dalam proses pembuatan laporan ini,
kami mendapat banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dari itu kami
ucapkan terimakasih kepada :
1. Drs. Anda Sujana,M.Pd selaku kepala sekolah SMAN 1 Singaparna, yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan kegiatan praktikum di
laboratorium biologi SMAN 1 Singaparna.
2. Ida Rosmawati,S.Pd.M.M selaku guru mata pelajaran biologi, yang telah memberikan
bimbingan dan dukungan kepada kami baik pada saat kegiatan praktikum maupun
dalam penyusunan laporan praktikum ini.
3. Kuston,S.Pd selaku walikelas XI MIPA 2 yang selalu mendukung kami di dalam
proses pembelajaran ataupun di luar pross pebelajaran.
4. Orang tua kami, yang telah menyekolahkan kami dan selalu memberikan dukungan,
semangat, dan motivasi kepada kami.
Dalam bentuk penulisan dan penyusunan laporan ini kami merasa ada banyak
kekurangan. Sebelumnya kami memohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan
cetak atau bahasa yang kurang baku di dalam laporan ini. Untuk itu, saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan.

Tasikmalaya, Februari 2017

Penyusun
Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
Sistem ekskresi merupakan sistem yang berperan dalam proses pembuangan zat-zat
yang sudah tidak diperlukan (zat sisa) ataupun zat-zat yang membahayakan bagi tubuh
dalam bentuk larutan. Ekskresi terutama berkaita dengan pengeluaran senyawa-senyawa
nitrogen.
Manusia memiliki organ atau alat-alat ekskresi yang berfungsi membuang zat sisa
hasil metabolisme. Zat sisa hasi metabolisme merupakan sisa pembongkaran zat
makanan, misalnya karbondioksida (CO2), air (H2O), amoniak (NH3), urea dan zat
warna empedu.
Zat sisa metabolisme tersebut sudah tidak berguna lagi bagi tubuh dan harus
dikeluarkan karena bersifat sifat racun dan menimbulkan penyakit. Organ atau alat-alat
ekskresi manusia terdiri dari paru-paru, hati, kulit, dan ginjal.
Didunia kedokteran ginjal biasa disebut REN (Renal/Kidney). Beentuknya seperti
kacang merah, berjumlah sepasang da terletak didaerah pinggang. Ukurannya kira-kira
11 x 6 x 3 cm beratnya antara 120 – 170 gram. Struktur ginjal terdiri dari kulit ginjal
(korteks), sumsum ginjal (medula), dan rongga ginjal (pelvis). Pada bagian kulit ginjal
terdapat jutaan nefron yang berfungsi sebagai penyaring darah. Setiap nefron terdiri dari
badan malpighi dan saluran panjang (tubula) yang bergelung. Badan malpighi tersusun
oleh simpai bowman (kapsula bowman) yang didalamnya terdapat glomerulus. Fungsi
ginjal diantaranya sebagai berikut :
a. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh.
b. Mengekskresikan yang jumlahnya berlebih
c. Reabsorpi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian
tubulus ginjal.
d. Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh.
e. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah
merah (SDM) disumsum tulang.
Enkret dari ginjal berupa urine. Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa
yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa
dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi
olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih,
akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Dari urine kita bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya. Meskipun tidak
selalu bisa dijadikan pedoman namun setidaknya bsa dijadikan untuk berjaga-jaga. Urine
merupakan cairan yang dihasilkan oleh ginjal melalui proses penyaringan darah. Oleh
karena itu kelainan darah dapat menunjukkan kelainan didalam urine.
Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah
atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika
molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui
molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan
berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang
dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat
digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit
yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung
gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan
dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini
berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing
yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal
dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan
hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu
merupakan zat yang steril
Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin
berwarna kuning pekat atau cokelat. Terapi urinAmaroli adalah salah satu usaha
pengobatan tradisional India, Ayurveda.
Bayaknya urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang yang normal
sekitar 1-2 liter per hari. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran urine dari dalam tubuh
tergantung dari banyaknya air yang diminum keadaan suhu. Apabila suhu udara dingin,
pembetukan urine meningkat sedangkan jika suhu panas, pembentuksn urine sedikit.
Pada saat minum banyak air, kelebihan air dibuang melalui gnjal. Oleh karena itu jika
banyak minum akan mengeluarkan urine. Warna urine setiap orang berbeda-beda. Warna
urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang makanan, jenis kegiatan atau dapat
pula disebabkan oleh penyakit. Namun biasanya warna urine normal berkisar dari warna
bening sampai warna kuning pucat.
Urine dapat diuji kandungan amoniak, protein, glukosa, dan dapat pula diketahui
kadar pH nya. Untuk menguji urine diperlukan reagen sebagai berikut :
a. Biuret
Uji biuret merupakan sebuah uji kimia untuk protein dan polipeptida. Hal ini
didasarkan pada pereaksi biuret, larutan biru yang mengubah violet pada kontak
dengan protein, atau zat-zat dengan ikatan peptide.
b. Benedict
Reagen benedict adalah bahan kimia pereaksi bernama setelah seorang
kimiawan Amerika, Stanley Rossiter Benediktus. Benedict’s reagen digunakan
sebagai ujian bagi kehadiran mengurangi gula. Hal ini termasuk semua monosakarida
dan disakarida, laktosa dan maltosa. Bahkan lebih umum, kita coba Benedikus akan
mendeteksi kehadiran aldehid (kecuali yang aromatik), dan alpha-hydroxy-keton,
termasuk yang terjadi di ketoses tertentu.
Cara kerja Benedict yaitu ketika reagen benedict dicampurkan dan dipanaskan
dengan glukosa, dimana glukosa memiliki elektron untuk diberikan, tembaga (salah
satu kandungan di reagen benedict) akan menerima elektron tersebut dan mengalami
reduksi sehingga terjadilah perubahan warna. Selama proses ini CU2+ tereduksi
menjadi CU+. Ketika Cu mengalami reduksi, glukosa memberikan salah satu
elektronnya dan dioksidasi. Karena glukosa mampu mereduksi Cu pada benedict,
maka glukosa disebut sebagai gula pereduksi.

B. Tujuan Praktikum
1. Memenuhi nilai keterampilan mata pelajaran Biologi kelas XI semester genap SMAN
1 Singaparna
2. Mengetahui pH urine
3. Mengetahui kandungan amoniak dalam urine
4. Mengetahui kandungan glukosa dalam urine
5. Mengetahui kandungan protein dalam urine
BAB II
PROSEDUR PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang dibutuhkan untuk pengujian urine diantaranya gelas arloji yang
digunakan untuk menampung urine yang akan diuji kadar pH nya, kertas indikator pH
universal yang digunakan untuk mengukur kadar pH dalam urine, tabung reaksi yang
digunakan untuk menampung larutan dalam jumlah sedikit, corong yang digunakan
sebagai alat bantu utuk memindahkan / memasukkan larutan ke dalam tabung reaksi,
pipet tetes yang digunakan untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil, botol
semprot yang digunakan untuk menyimpan reagen, penjepit tabung reaksi yang
digunakan untuk menjeput tabung reaksi selama melakukan proses pemanasan, rak
tabung reaksi yang digunakan untuk menyimpan tabung reaksi, pembakar spirtus yang
digunakan untuk memanaskan larutan, korek api yang digunakan untuk menggunakan
pembakar spirtus.
Bahan – bahan yang digunakan untuk menguji urine, antara lain urine penerita
diabetes dan urine orang normal.larutan yang digunakan untuk menguji urine
diantaranya larutan benedict yang digunakan untuk menguji kandungan glukosa dan
larutan biuret yang digunakan untuk menguji kandungan protein.
B. Prosedur kerja
1. Uji Kadar pH
Pertama, urine yang akan diuji kadar pH-nya dimasukkan ke dalam gelas
arloji. Kemudian, masukkan kertas indikator pH universal ke dalam urine. Lalu,
simpan kertas indikator pH universal di tempat yang kering dan tunggu sampai
kering. Setelah itu, lihat perubahan warnanya dan cocokkan dengan standar pH.
Apabila kadar pH urine kurang dari 7, maka urine tersebut bersifat asam. Apabila
kadar pH urine sama dengan 7, mka urine tersebut bersifat netral, dan apabila
kadar pH urine lebih dari 7, maka urine tersebut bersifat basa.

1. Uji Amoniak
Pertama, urine yang akan diuji kandungan amoniak dimasukkan ke dalam
tabung reaksi sebanyak 1 mL. Kemudian, beri label pada tabung reaksi sesuai dengan
urine yang diuji. Setelah itu, jepit tabung reaksi dengan penjepit tabung reaksi.
Selanjutnya, panaskan tabung reaksi yang berisikan urine tersebut dengan
menggunakan pembakar spirtus. Lalu cium bau dari urine tersebut. Apabila berbau
pesing maka orang tersebut urinenya normal. Namun jika berbau sangat pesing berarti
pengeluaran zat sisa berupa amoniak dalam tubuhnya sangat banyak.
2. Uji Glukosa
Pertama, urine yang akan diuji kandungan glukosa dimasukkan ke dalam
tabung reaksi sebanyak 2 mL. Kemudian, beri label pada tabung reaksi sesuai dengan
urine yang diuji. Lalu, masukkan 5 tetes larutan benedict yang sudah ada dalam botol
semprot ke dalam tabung reaksi tersebut. Setelah itu, jepit tabung reaksi dengan
menggunakan penjepit tabung reaksi. Selanjutnya, panaskan tabung reaksi yang
berisikan urine tersebut dengan menggunakan pembakar spirtus. Lihat perubahan
warna yang terjadi. Apabila hasil reaksi menghasilkan warna hijau, hitam, orange,
ataupun merah bata, maka urine tersebut positif mengandung glukosa.
3. Uji Protein
Pertama, urine yang akan diuji kandungan protein dimasukkan ke dalam
tabung reaksi sebanyak 2 mL. Kemudian, beri label pada tabung reaksi sesuai dengan
urine yang diuji. Lalu, masukkan 5 tetes larutan biuret yang sudah ada dalam botol
semprot ke dalam tabung reaksi tersebut. Lihat perubahan warna yang terjadi. Apabila
hasil reaksi menghasilkan warna ungu, maka urine tersebut positif mengandung
protein.
B. Tabel Data

Hasil Sampel Keterangan


No Jenis Uji Urine
Cecep Irham Penderita Cecep Irham Penderita
Guproni Diabetes Guproni Diabetes
Urine bersifat Urine bersifat
1 pH 7 6
netral asam
Berbau sangat Mengandung Mengandung
pesing dan amoniak, tetapi amoniak
2 Amoniak Berbau pesing
tercium bau dalam skala dalam skala
aseton rendah cukup tinggi.
Berwarna biru
Berwarna hijau
kehijau-
pekat dan Mengandung Mengandung
hijauan dan
terdapat glukosa dalam glukosa dalam
3 Glukosa terdapat
endapan skala yang skala yang
endapan
berwarna masih rendah cukup tinggi
berwarna
orange
kuning
Tidak
Berwarna ungu Berwarna Mengandung
4 Protein mengandung
samar kuning keruh protein
protein

C. Analisis Data
1. Berdasarkan tabel data, pH urine penderita diabetes yaitu 6 sedangkan pH urine
Cecep Irham Guproni yaitu 7. pH urine penderita diabetes bersifat asam, karena pH-
nya kurang dari 7. Sedangkan pH urine Cecep Irham Guproni bersifat netral, karena
pH-nya sama dengan 7. Urine dapat bersifat asam, netral, atau basa dengan pH antara
4,7-8,0. Tetapi urine yang dikumpulkan selama 24 jam biasanya bersifat asam. Urine
yang diambil pada waktu-waktu tertentu mempunyai pH yang berbeda-beda.
Beberapa waktu setelah makan, urine akan bersifat netral bahkan alkalis. Ini disebut
alkalin ide. Bila dibiarkan waktu lama, urine dapat mengalami ammoniacal
fermentation atau acid fermentation. Hal ini disebabkan oleh bakteri dan pH urine
menjadi basa.
2. Kandungan urine manusia
Urine manusia mengandung unsur-unsur yang diantaranya sebagai berikut.
a. Air, kandungan air dalam darah dikeluarkan dari tubuh jika konsentrasinya terlalu
tinggi.
b. Urea (25-30 gram) yang merupakan hasil akhir dari metabolisme protein pada
mamalia.
c. Amoniak, pada keadaan normal terdapat sedikit dalam urine segar. Pada penderita
diabetes melitus, kandungan amoniak dalam urinenya sangat tinggi.
d. Kreatinin (produk pemecahan kreatin) dan keratin, normalnya yaitu 20-26 mg/kg
pada laki-laki, dan 14-22 mg/kg pada perempuan.
e. Asam urat
Asam urat merupakan hasil akhir terpenting oksidasi purin dalam tubuh. Asam
urat sangat sukar larut dalam air, tetapi mengendap membentuk garam-garam
yang larut dengan alkali. Pengeluaran asam urat meningkat pada penderita
leukimia, penyakit hati berat.
f. Asam amino, di dalam urine yang normal mengandung sedikit asam amino. Pada
penderita penyakit hati yang lanjut karena keracunan, maka jumlah asam amino
yang diekskresikan pun meningkat.
g. Klorida (terutama NaCl), pengeluarannya tergantung dari pemasukkan ke tubuh.
h. Sulfur, berasal dari protein yang mengandung sulfur pada makanan.
i. Fosfat, di dalam urine fosfat merupakan gabungan dari natrium dan kalium fosfat,
berasal dari makanan yang mengandung protein berikatan dengan fosfat.
j. Oksalat dalam urine rendah. Pada penderita hiperoksaluria jumlah oksalat relatif
tinggi.
k. Mineral, seperti Na, Ca, K, Mg ada sedikit dalam urine.
l. Vitamin, hormon dan enzim dalam urine sedikit.
m. Empedu. Berasal dari hasil perombakan sel darah merah di hati dan memberi
warna kekuningan pada urine.

n. Garam. Garam dikeluarkan untuk menjaga konsentrasi garam di darah supaya


tidak berlebih.
o. Obat-obatan. Obat-obatan dibuang supaya tidak menjadi racun dalam tubuh. Itulah
sebab mengapa sehabis minum obat urine kita menjadi berbau seperti obat.
p. Sodium (1,17 g/L) dan potasium (0,75 g/L)
q. Gula. Gula ditemukan pada urine penderita diabetes dan tidak akan ditemukan
pada urine orang yang sehat.
r. Nitrogen dan asam sulfat
3. Tahapan pembentukan urine
Urine terbentuk melalui tiga tahap, yaitu tahap filtrasi, reabsorpsi, dan yang
terakhir tahap augmentasi.
a. Filtrasi (Penyaringan)
Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Dinding luar kapsul
Bowman tersusun dari satu lapis sel epitel pipih. Antara dinding luar dan dinding
dalam terdapat ruang kapsul yang berhubungan dengan lumen tubula kontorti
proksimal. Dinding dalam kapsul Bowman tersusun dari sel-sel khusus
(prodosit).
Proses filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik (tekanan
darah) dan tekanan onkotik (tekanan osmotik plasma), dimulai ketika darah
masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan
komponen-komponen yang tidak dapat larut melewati pori-pori endotelium
kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran dasar, dan melewati lempeng
filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang kapsul Bowman.
Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsul Bowman disebut filtrate glomerulus
atau urine primer. Komposisi urine primer terdiri dari air, glukosa, asam amino,
garam mineral, urea, dan asam urat.
b. Reabsorpsi (Penyerapan)
Proses reabsorpsi terjadi di tubula kontorti proksimal, lengkung henle, dan
sebagian tubula kontorti distal. Reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitel di
seluruh tubula ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi tergantung kebutuhan
tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi adalah air, glukosa, asam amino, ion-ion
Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3, HbO42, dan sebagian urea.
Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif. Glukosa dan asam
amino direabsorpsi secara transpor aktif di tubula kontorti proksimal. Reabsorpsi
Na+, HCO3- dan H2O terjadi di tubula kontorti distal.
Proses reabsorpsi dimulai ketika urin primer (bersifat hipotonik dibanding
plasma darah) masuk ke tubula kontorti proksimal. Kemudian terjadi reabsorpsi
glukosa dan 67% ion Na+, selain itu juga terjadi reabsorpsi air dan ion Cl- secara
pasif. Bersamaan dengan itu, filtrat menuju lengkung henle. Filtrat ini telah
berkurang volumenya dan bersifat isotonik dibandingkan cairan pada jaringan di
sekitar tubula kontorti proksimal. Pada lengkung henle terjadi sekresi aktif ion
Cl- ke jaringan di sekitarnya. Reabsorpsi dilanjutkan di tubula kontorti distal.
Pada tubula ini terjadi reabsopsi Na+ dan air di bawah kontrol ADH (hormon
antidiuretik). Di samping reabsorpsi, di tubula ini juga terjadi sekresi H+, NH4+,
urea, kreatinin, dan obat-obatan yang ada pada urine.
Hasil reabsorpsi ini berupa urine sekunder yang memiliki kandungan air,
garam, urea dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada
urin.
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Urine sekunder dari tubula distal akan menuju tubula kolekta. Pada tubula
kolekta ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah
urine sesungguhnya. Dari tubula kolekta, urine dibawa ke pelvis renalis, urin
mengalir melalui ureter menuju vesica urinaria (kantong kemih) yang merupakan
tempat penampungan urine.
4. Berdasarkan tabel data, dapat diketahui bahwa sampel urine Cecep Irham Guproni
mengandung sedikit glukosa. Hal itu dibuktikan dengan hasil percobaan antara 2 mL
urine Cecep Irham Guproni dengan 5 tetes larutan benedict yang kemudian
dipanaskan, menghasilkan warna biru kehijauan dan terdapat endapan berwarna
kuning. Sedangkan sampel urine penderita diabetes positif mengandung glukosa. Hal
itu dibuktikan dengan hasil percobaan antara 2 mL urine penderita diabetes dengan 5
tetes larutan benedict yang kemudian dipanaskan, menghasilkan warna hijau pekat
dan terdapat endapan berwarna orange.
Dengan adanya kandungan glukosa dalam urine, hal itu dapat mengindikasikan
bahwa kemungkinan adanya kesalahan pada glomerulus ginjal, yaitu glomerulus tidak
dapat menyaring glukosa sehingga glukosa terus berjalan ke tubula-tubula sampai
akhirnya glukosa diekskresikan bersam urine. Kondisi seperti itu dapat terjadi pada
orang yang menderita penyakit diabetes melitus, tirotoksikosis, sindroma cushing,
phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intracranial atau karena ambang rangsang
ginjal yang menurun seperti pada renal glikosuria, kehamilan dan sindroma fanconi.
Namun reduksi positif mengandung glukosa tidak selalu berarti menderita
penyakit diabetes melitus. Hal ini dikarenakan pada penggunaan cara reduksi dapat
terjadi hasil positif palsu pada urine karena adanya kandungan bahan reduktor selain
glukosa, seperti fruktosa, galaktosa, laktosa, pentose, formalin, glukuronat, dan obat-
obatan seperti streptomycin, salisilat, dan vitamin C. untuk itu, perlu adanya uji lanjut
untuk memastikan jenis gula pereduksi yang terkandung pada sampel urine. Hal ini
dikarenakan hanya kandungan glukosa yang mengindikasikan keberadaan penyakit
diabetes.
Berdasarkan tabel data, sampel urine Cecep Irham Guproni mengandung protein.
Hal itu dibuktikan dengan hasil percobaan antara 2 mL urine Cecep Irham Guproni
dengan 5 tetes larutan biuret, menghasilkan warna ungu samar. Sedangkan sampel
urine penderita diabetes tidak mengandung protein. Hal itu dibuktikan dengan hasil
percobaan antara 2 mL urine penderita diabetes dengan 5 tetes larutan biuret,
menghasilkan warna kuning keruh.
Dengan adanya kandungan protein dalam urine, hal itu dapat mengindikasikan
keadaan proteinuria. Proteinuria menunjukkan kerusakan pada ginjal, adanya darah
dalam kencing, atau infeksi kuman. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan
proteinuria diantaranya penyakit ginjal (glomerulonephritis, nefropati karena diabetes,
pielonefritis, nefrosis, lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan
kehamilan, infeksi saluran kemih. Proteinuria juga dapat ditemukan pada orang sehat.
Misalnya pada keadaan di mana orang tersebut demam tinggi, gagal jantung, latihan
fisik yang berat, dan stress karena emosi.
5. Rangkuman
Urine atau air seni maupun air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urine
terbentuk melalui 3 tahap, yaitu tahap filtrasi, tahap reabsorpsi, dan tahap augmentasi.
Urine yang dieksresikan oleh tubuh mengandung air,asam urat,urea,garam
mineral,dan amoniak. Pada sebagian orang urine yang dieksresikan ada zat yang tidak
seharusnya ada didalam urine seperti glukosa dan protein.
Glukosa dalam urine seseorang dapat diketahui dari uji urine dengan
menggunakan larutan benedict. Orang yang didalam urinenya positif mengandung
glukosa dapat terindikasi memiliki penyakit diabetes melitus, tirotoksikosis, sindroma
cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intracranial atau karena ambang
rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glikosuria, kehamilan dan sindroma
fanconi.
Seperti halnya dengan glukosa, uji urine juga dapat mendeteksi kandungan protein
dalam urine seseorang dengan menggunakan larutan biuret. Kandungan protein dalam
urine dapat mengindikasikan keadaan proteinuria. Proteinuria menunjukkan
kerusakan pada ginjal, adanya darah dalam kencing, atau infeksi kuman. Beberapa
keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria diantaranya penyakit ginjal
(glomerulonephritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis, lipoid), demam,
hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan, infeksi saluran kemih.
Proteinuria juga dapat ditemukan pada orang sehat. Misalnya pada keadaan di mana
orang tersebut demam tinggi, gagal jantung, latihan fisik yang berat, dan stress karena
emosi.
BAB III
Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa urine dapat dijadikan


sebagai indikator untuk mengukur kadar pH, mendeteksi kandungan amoniak,
glukosa, dan protein.
Urine dengan sampel urine Cecep Irham Guproni, memiliki kadar pH yaitu 7,
yang berarti bahwa urine Cecep Irham Guproni bersifat netral. Pada saat urine ini
dipanaskan dengan pembakar spirtus, tercium bau pesing yang menandakan bahwa
urine tersebut mengandung amoniak. Sampel urine ini, mengandung sedikit glukosa
yang dibuktikan dengan hasil percobaaan antara 2 mL urine ini dengan 5 tetes larutan
benedict menghasilkan warna biru kehijauan dan terdapat endapan berwarna kuning.
Serta, sampel urine ini juga mengandung protein. Hal itu dapat dibuktikan dengan
hasil percobaan antara 2 mL urine ini dengan 5 tetes larutan biuret menghasilkan
warna ungu samar.
Urine dengan sampel urine penderita diabetes, memiliki kadar pH yaitu 6,
yang berarti bahwa urine penderita diabetes bersifat asam. Pada saat urine ini
dipanaskan dengan pembakar spirtus, tercium bau yang sangat pesing yang
menandakan bahwa urine tersebut mengandung amoniak dalam kadar yang tinggi.
Sampel urine ini, mengandung glukosa yang cukup tinggi. Hal itu dapat dibuktikan
dengan hasil percobaaan antara 2 mL urine ini dengan 5 tetes larutan benedict yang
menghasilkan warna hijau pekat dan terdapat endapan berwarna orange. Serta,
sampel urine ini tidak mengandung protein, karena berdasarkan hasil percobaan
antara 2 mL urine ini dengan 5 tetes larutan biuret menghasilkan warna kuning keruh.

Anda mungkin juga menyukai