Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA


Sistem Ekskresi

Disusun Oleh:
Nama : Adelia Putri
NIM : K4317001
Kelas :A
Kelompok :1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
Laporan Resmi Praktikum
Anatomi Fisiologi Manusia

I. JUDUL
Sistem Ekskresi
II. TUJUAN
1. Mahasiswa memahami sistem ekskresi dalam tubuh manusia
2. Mahasiswa memahami proses pembentukan urine di ginjal
3. Mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi urine
III. ALAT DAN BAHAN
Sampel urine, alat tulis, pH meter, thermometer, gelas ukur
IV. PRINSIP KERJA
1. Menyediakan 1 termometer, gelas ukur dan pH meter pada setiap kelompok.
2. Melakukan pengukuran urin meliputi parameter volume, pH, warna, dan suhu
V. DATA PENGAMATAN
Nama Kondisi Urin
probandus/umur/
jenis kelamin Warna pH Volume Suhu
Kuning 6 175 ml 33oC
Kuning tua 6 180 ml 33oC
Kuning tua 6 85 ml 33oC
Alfin/20 tahun/P Kuning tua 6 85 ml 33oC
Kuning tua 6 115 ml 33oC
Kuning tua 6 125 ml 33oC
Kuning 6 76 ml 33oC

VI. PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi merupakan salah satu sistem dalam tubuh makhluk hidup. Sistem
ini bertugas mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak diperlukan lagi
oleh tubuh. Selain membuang zat-zat sisa metabolisme, sistem ekskresi juga bisa
mengatur konsentrasi garam dan air di dalam tubuh (Zikra, 2016). Sistem
ekskresi adalah sistem pembuangan zat-zat sisa pada makhluk hidup
seperti karbondioksida, urea, racun dan lainnya. Sisa-sisa metabolisme ini berupa
senyawa-senyawa yang bersifat toksik (racun) sehingga jika tidak dikeluarkan dapat
menyebabkan terganggunya fungsi organ-organ di dalam tubuh. Organ-organ yang
berperan dalam sistem ekskresi pada manusia meliputi kulit, ginjal, paru-paru, dan hati.
B. Organ-organ Sistem Ekskresi
1. Ginjal
a. Pengertian
Ginjal merupakan organ ekskresi yang berbentuk mirip kacang dan organ
ekskresi bagi manusia. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi
menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama
dengan air dalam bentuk urin (Satria, 2018).
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal,
dibawa melalui ureter menuju kandung kemih sampai akhirnya dibuang keluar
tubuh melalui uretra.
1. Korteks ginjal
Korteks merupakan bagian terluar dari ginjal yang memiliki fungsi sebagai
tempat terjadinya filtrasi dan ultafiltrasi. Di dalam korteks terdapat nefron
yag membuat permukaan ginjal lebih luas.
2. Medulla ginjal
Medula ginjal merupakan bagian yang memiliki bentuk kerucut menyerupai
piramida. Satu ginjal terdiri dari 8 – 12 piramida. Pada medula ada beberapa
saluran seperti tubulus kolektivus, lengkung henle, dan tubulus kontortus.
Fungsi medula ginjal sendiri untuk menyerap zat nutrisi yang masih dapat
digunakan dari hasil saringan korteks ginjal.
3. Pelvis ginjal
Pelvis atau rongga ginjal merupakan bagian dari ureter yang melebar. Pelvis
merupakan tempat pengumpulan urin sementara sebelum urin tersebut
menuju ke organ eksresi selanjutnya.
4. Pembuluh darah ginjal
Ginjal mempunyai arteri dan vena utama. Sama halnya pada organ lain,
arteri memiliki fungsi untuk membawa darah bersih yang berisikan oksigen
dan nutrisi.
5. Nefron
Nefron merupakan struktur terpenting dari ginjal. Nefron memiliki sebagai
unit penyaringan darah dan untuk menghasilkan urin. Manusia mempunyai
2 jenis nefron, yaitu nefron kortikal memiliki lengkung henle yang pendek,
sedangkan nefron jukstamedularis memiliki lengkung henle yang lebih
panjang. 80 persen nefron yang ada di ginjal manusia ialah nefron kortikal,
sedangkan 20 persen lainnya adalah nefron jukstamedularis. Nefron terdiri
dari beberapa bagian utama :
 Badan malphigi, merupakan bagian nefron ginjal yang terdiri dari
glomerulus dan kapsula bowman. Fungsi badan malpigi adalah sebagai
tempat dimana terdapatnya alat penyaringan darah.
 Glomerulus, merupakan struktur yang berfungsi sebagai tempat
penyaringan darah untuk menyaring air, asam amino, garam, urea dan
glukosa. Hasil dari saringan glomerulus disebut urin primer.
 Kapsula Bowman, merupakan organ berbentuk seperti kapsul yang
membungkus glomelurus. Fungsi Kapsula bowman adalah untuk
mengumpulkan cairan hasil penyaringan glomerulus.
 Tubulus Kontortus Proksimal, merupakan tempat penyerapan kembali
(reabsorbsi) urin primer. Hasil dari penyaringan tubulus kontortus
proksimal disebut urin sekunder. Urin sekunder ini mengandung kadar
urea yang tinggi.
 Lengkung Henle, saluran setengah lingkaran yang mengaitkan antara
tubulus kontortus proksimal dengan tubulus kontortus distal. Lengkung
Henle menjaga supaya urin tidak kembali pada organ yang sudah
dilewatinya.
 Tubulus kontortus distal, merupakan tempat untuk melepaskan zat
tidak bermanfaat atau berlebihan dalam urin sekunder. Proses yang
dikerjakan oleh tubulus kontortus distal dinamai proses augmentasi. Hasil
dari cairan yang telah melewati tubulus kontortus distal adalah urin yang
sesungguhnya.
 Tubulus Kolektivus, merupakan saluran sempit yang panjang, berfungsi
untuk menampung urin sementara di dalam nefron sebelum disalurkan ke
pelvis ginjal.
b. Fungsi
1. Menyaring dan membersihkan darah
Menyaring dan membersihkan darah merupakan cara kerja dari nefron.
Apabila darah tidak dibersihkan, maka banyak racun di dalamnya yang
dapat membahayakan tubuh.
2. Mengatur volume darah
Ginjal bisa melakukan pengaturan volume darah dan juga mengatur
kandungan zat terlarut di dalam darah agar selalu seimbang. Tubuh bisa
mengalami kekeringan atau banyak cairan yang akan terkumpul di dalam
tubuh akibat tidak dapat terbuang.
3. Mendaur Ulang Air, Mineral, Glukosa dan Gizi
Nefron akan menyerap kembali zat-zat yang terlarut dalam darah namun
masih dibutuhkan oleh tubuh sehingga terdapat suatu kepastian bahwa zat
yang nantinya terbuang benar-benar sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh lagi.
Akan tetapi jika kandungan zat-zat tersebut di dalam tubuh sudah melebihi
ambang batas yang dibutuhkan, maka ginjal akan meloloskannya
(membuangnya).
4. Mengatur Keseimbangan Kandungan Kimia Darah
Ginjal dapat mengatur kandungan kimia dalam darah seperti kadar garam,
kalium, urea atau zat kimia lainnya agar tetap seimbang. Bila tidak, maka
tubuh dapat keracunan bahkan bisa merambah berat kerja organ lain seperti
jantung.
5. Menjaga Darah agar Tidak Terlalu Asam
Salah satu fungsi ginjal yang tak kalah pentingnya yaitu mengatur kadar pH
dalam darah.
6. Penghasil hormone
Hormon yang dihasilkan yaitu hormon eritroprotein yang berfungsi untuk
merangsang peningkatan laju pembentukan sel darah merah oleh sumsum
tulang.
7. Mengatur keseimbangan
Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan osmotik dan
mempertahankan keseimbangan ion dalam plasma.
c. Gambar+keterangan

d. Proses pembentukan urin


Proses pembentukan urine meliputi tiga proses dasar, yaitu filtrasi glomerulus,
reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus (Khadijah, 2015).
1. Filtrasi (penyaringan)
Setiap ginjal memiliki sekitar satu juta nefron, yang merupakan tempat
pembentukan urine. Pada waktu tertentu, sekitar 20 persen dari darah akan
melalui ginjal untuk disaring sehingga tubuh dapat menghilangkan zat-zat
sisa metabolisme dan menjaga keseimbangan cairan, pH darah, dan kadar
darah. Bagian pertama dari proses pembentukan urine adalah filtrasi yaitu
proses penyaringan darah yang mengandung zat sisa metabolisme yang
dapat menjadi racun untuk tubuh. Pada gambar di atas, proses pembentukan
ini ditandai dengan huruf A.
Filtrasi terjadi di badan malphigi yang terdiri dari glomerulus dan
kapsul Bowman. Glomerulus menyaring air, garam, glukosa, asam amino,
urea dan limbah lainnya untuk melewati kapsul Bowman. Hasil filtrasi ini
menghasilkan urine primer. Urine primer termasuk urea di dalamnya, yang
dihasilkan dari amonia yang terkumpul ketika hati memproses asam amino
dan disaring oleh glomerulus.
2. Reabsorpsi
Sekitar 43 galon cairan melewati proses filtrasi, tetapi sebagian besar
diserap kembali sebelum dikeluarkan dari tubuh. Reabsorpsi terjadi di
tubulus proksimal nefron, lengkung Henle (loop of Henle), tubulus distal
dan tubulus pengumpul. Pada gambar di atas, proses reabsorpsi ditandai
dengan huruf B. Air, glukosa, asam amino, natrium, dan nutrisi lainnya
diserap kembali ke aliran darah di kapiler yang mengelilingi tubulus. Air
bergerak melalui proses osmosis, yaitu pergerakan air dari area konsentrasi
tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Hasil pada proses pembentukan
urine ini adalah urine sekunder.
Semua glukosa akan diserap kembali. Namun, pada orang dengan
diabetes, kelebihan glukosa tetap bertahan dalam filtrat. Natrium dan ion-
ion lain diserap kembali secara tidak lengkap, dengan proporsi yang lebih
besar tersisa dalam filtrat ketika lebih banyak dikonsumsi dalam makanan,
menghasilkan konsentrasi darah yang lebih tinggi. Hormon mengatur
proses transport aktif di mana ion seperti natrium dan fosfor diserap
kembali.
3. Sekresi atau augmentasi
Sekresi adalah tahap terakhir dalam pembentukan urine, yaitu ketika
urine akhirnya dibuang. Dalam gambar di atas, proses sekresi ditandai
dengan huruf C. Beberapa zat mengalir langsung dari darah di sekitar
tubulus distal (distal convoluted tubule) dan tubulus pengumpul (collecting
tubule) ke tubulus tersebut. Sekresi ion hidrogen melalui proses ini adalah
bagian dari mekanisme tubuh untuk menjaga pH yang tepat, atau
keseimbangan asam dan basa tubuh. Ion kalium, ion kalsium, dan amonia
juga dibuang pada tahap ini, seperti beberapa obat. Ini supaya komposisi
kimia darah tetap seimbang dan normal. Prosesnya terjadi dengan
meningkatkan pembuangan zat seperti kalium dan kalsium ketika
konsentrasi tinggi dan dengan meningkatkan reabsorpsi dan mengurangi
sekresi ketika tingkatnya rendah.
Urine yang dibuat oleh proses ini kemudian mengalir ke bagian tengah
ginjal yang disebut pelvis ginjal, kemudian terus mengalir ke ureter dan
kemudian tersimpan di kandung kemih. Dari kandung kemih, urine
selanjutnya mengalir ke uretra dan akan dibuang keluar saat buang air
kecil.
e. Siklus urea
Siklus urea (disebut juga siklus ornithin) adalah reaksi pengubahan
amonia (NH3) menjadi urea ((NH2)2CO). Reaksi kimia ini sebagian besar terjadi
di hati dan sedikit terjadi di ginjal. Hati menjadi pusat pengubahan amonia
menjadi urea terkait fungsi hati sebagai tempat menetralkan racun. Amonia
merupakan hasil degradasi dari asam amino, urea bersifat racun sehingga dapat
membahayakan tubuh apabila menumpuk di dalam tubuh. Tubuh manusia tidak
dapat membuang urea dengan cepat sehingga perlu diubah menjadi urea yang
bersifat kurang beracun. Tahapan reaksi pengubahan amonia menjadi urea
terdiri atas lima tahapan reaksi (siklus urea), dua tahapan terjadi di mitokondria
dan tiga tahapan terjadi di sitoplasma. Tahapan-tahapan dalam siklus urea
adalah sebagai berikut.
Reaksi-reaksi diatas disederhanakan menjadi.
NH3 + CO2 + aspartate + 3 ATP + 2 H2O → urea + fumarate + 2 ADP +
2 Pi + AMP + PPi
CO2 dan H2O berikatan dan menjadi HCO3- dan masuk pada tahapan reaksi
yang pertama.
Sebagaimana dinyatakan siklus urea untuk membuat urea dari amonium
sehingga amonium tidak merusak tubuh. Meskipun ini bermanfaat, ada efek
lain dari siklus urea. Sebagai contoh: konsumsi dua ATP, produksi urea,
generasi H +, penggabungan HCO3- dan NH4 + ke bentuk di mana ia dapat
diregenerasi, dan akhirnya konsumsi NH4 + (Atkinson, 1991).
f. Ciri-ciri urin normal
1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk.
2. Warnanya kuning bening tanpa ada endapan atau tidak keruh.
3. Baunya tajam (bau “pesing” khas bau urin).
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH sekitar 4,6-8,0 (rata-
rata 6)
5. Memiliki suhu seperti suhu tubuh yaitu 98,6° F (37°C) atau menyesuaikan
suhu tubuh
g. Faktor pembentukan urin
1. Faktor internal
a. Hormon Antidiuretik (ADH)
Hormon ADH menjadi faktor internal utama yang berperan dalam
menentukan jumlah pengeluaran urine yang dikeluarkan tubuh. Jika
darah yang akan disaring banyak mengandung air,  maka hormon ADH
yang disekresekikan ke dalam ginjal semakin sedikit, penyerapan air
akan sedikit pula. Akibatnya produksi urine yang terbentuk menjadi
banyak dan cepat memenuhi kantong kemih.
b. Hormon insulin
Penyakit kencing manis (diabetes) disebabkan oleh kekurangan hormon
insulin dalam darah. Kadar hormon insulin yang rendah menyebabkan
produksi urine meningkat sehingga penderita  sering mengeluarkan
urine.
c. Kondisi psikologis (gejolak emosi dan stress)
Tekanan darah akan meningkat bila seorang sedang mengalami gejolak
emosi yang tinggi. Hal ini menyebabkan darah lebih banyak untuk
segera disaring. Begitu pula gangguan psikologis stress yang
berpengaruh terhadap kontraksi dan tekanan pada katup kantung kemih.
Ini akan mendorong orang untuk buang air kecil lebih sering.
2. Faktor eksternal
a. Suhu lingkungan
Saat cuaca dingin orang lebih sering untuk ingin mengeluarkan urine.
Hal ini disebabkan oleh air yang terdapat dalam darah lebih banyak
menuju ginjal sehingga produksi urine lebih banyak.
b. Konsumsi garam
Orang yang banyak mengkonsumsi garam lebih banyak mengeluarkan
urine dari tubuh. Kadar garam yang tinggi dalam darah menyebabkan
ginjal memproduksi garam mineral yang lebih banyak sehingga
produksi urine meningkat.
c. Jumlah air yang diminum
Orang yang banyak minum akan menyebabkan urine yang dikeluarkan
lebih banyak dari dalam tubuh. Ini disebabkan oleh sedikitnya air yang
meresap ke dalam darah sehingga lebih banyak diekskresikan melalui
kantong kemih.
d. Konsumsi alkohol dan kafein
Salah satu kebiasaan yang salah dan dapat memperbanyak urine yang
dikeluarkan tubuh adalah mengkonsumsi alkohol dan kafein. Bahan ini
dapat menghambat pembentukan hormone ADH dalam tubuh.
(Khadijah, 2015)
h. Analisis hasil praktikum
1) pH
Berdasarkan data hasil pengamatan dari hari 1-7 didapatkan pH urin yang
konstan yaitu 6 (asam). Menurut teori urin normal manusi memiliki kisaran
pH 4.6 sampai 8.0. naik turunnya pH dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya makanan (diet). Penurunan pH karena diet tinggi protein,
buah-buahan, pengobatan ammonium chloride, methionine, methenamine
mandelat, ketidakseimbangan asam basa (asidosis metabolik atau
respiratorik). Peningkatan pH urin karena diet sayur dan buah, sodium
bicarbonate, kalium citrate dan acetazolamide. Urin 24 jam biasanya
memiliki pH 6 (asam) (Loesnihari, 2012).
Jadi dapat disimpulkan bahwa urin probandus termasuk dalam kategori
normal jika dilihat dari pHnya. pH yang terukur adalah 6 dan masih dalam
kisaran 4.6 sampai 8.0 sesuai dengan teori di atas.
2) Volume
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat
badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas
orang yang bersangkutan. Rata-rata di daerah tropik volume urin dalam 24 jam
antara 800--1600 mL untuk orang dewasa. Apabila didapatkan volume urin selama
24 jam lebih dari 2000 mL maka keadaan itu disebut poliuri (Wilmar, 2000).
Sedangkan apabila volume urin selama 24 jam 300--750 mL maka keadaan ini
dikatakan oliguri, keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah-muntah,
deman edema, nefritis menahun (Wilmar, 2000). Anuri adalah suatu keadaan
dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 mL. Hal ini mungkin dijumpai
pada shock dan kegagalan ginjal (Wilmar, 2000).
Volume kandung kemih orang dewasa umumnya sekitar 300 - 400 ml.
Jika sudah terisi sekitar 25-50%, biasanya rasa ingin BAK (buang air kecil)
akan mulai muncul. Kecepatan pembentukan urin seseorang bisa
diperkirakan sekitar 1-2 ml/kgBB/jam. Jika berat badan adalah 50 kg, maka
setiap jam ia akan memproduksi sekitar 50-100 ml urin dan karena itu
mungkin setiap 2-3 jam sekali ia akan merasa ingin BAK (sekitar 8-12 kali
per hari) (Alodokter.com).
Bedasarkan data pengamatan, volume urin probandus selama 7 hari berturut-
turut berada pada rentang 76-180ml (rata-rata 120ml) yang dikeluarkan pada pagi
hari setelah bangun tidur. Frekuensi buang air kecil dalam sehari sekitar 8-12 kali.
Dan urin akan dikeluarkan setiap 2-3 jam sekali. Jadi dalam sehari (24 jam)
frekuensi BAK sebanyak 8-12 kali. Jika rata-rata sekali mengeluarkan urin 120 ml
maka dalam sehari probandus akan mengeluarkan urin sebanyak 960-1.440 ml.
Jadi dapat disimpulan bahwa volume urin yang dikeluarkan probandus dikatakan
normal arena masih dalam rentang (800-1.600 ml).
3) Suhu urin
Urin umumnya memiliki suhu yang sama dengan tubuh, rata-rata 98,6° F
(37°C). Hal ini berarti bahwa ketika urin keluar dari saluran kemih (uretra),
dapat terasa hangat pada kulit yang disentuhnya, termasuk alat kelamin,
tangan, atau kaki. Dalam suhu dingin, seseorang dapat mengamati uap yang
naik dari urin. Jika seseorang memperhatikan, air kencing mereka terasa
lebih hangat dari biasanya, atau panas ketika keluar dari uretra, ini mungkin
berarti bahwa ada infeksi atau cedera (Loesnihari, 2012).
Sensasi panas, terbakar, atau nyeri saat buang air kecil disebut disuria. Jika
suhu tubuh internal seseorang meningkat, misalnya, jika demam mereka
disebabkan oleh infeksi atau jika mereka baru saja melakukan olahraga
berat, infeksi saluran kemih dan cedera di dekat uretra sehingga urin terasa
lebih hangat (panas) dari biasanya (Loesnihari, 2012).
Berdasarkan data hasil pengukuran suhu urin selama 7 hari berturut-turut,
diketahui bahwa suhu urin pagi hari 33°C. Hasil ini dapat dikategorikan
normal karena pada pagi hari setelah bangun tidur kemungkinan suhu tubuh
probandus lebih rendah dari suhu normalnya (36,5-37°C). Hal ini dapat
disebabkan karena adanya faktor kedinginan (suhu lingkungan lebih
dingin). Oleh karena suhu urin mengikuti suhu badan maka ketika suhu
badan turun maka suhu urin juga akan menurun.
4) warna urin
Urin umumnya merupakan cairan yang jernih dan jika keruh belum tentu
patologis. Urin keruh karena presipitasi dari kristal, bahan amorf dan pada
urin alkalis terjadi presipitasi dari phosphate, ammonium urate dan karbonat
yang akan terurai jika ditambahkan asam asetat. Urin keruh juga oleh sel-sel
dalam urin seperti sel leukosit atau pertumbuhan bakteri (Loesnihari, 2012).
Urin normal berwarna kuning muda sampai kuning. Warna kuning pada
urin disebabkan oleh urochrome dan urobilin yang sebanding dengan
metabolisme tubuh dan akan meningkat jika ada demam, kelaparan dan
tirotoksikosis. Urin yang pucat tipikal untuk berat jenis yang turun tetapi
pada orang yang mengalami penyakit diabetes mellitus (DM) urin pucat
disertai berat jenis yang meningkat (Loesnihari, 2012).
Urin berwarna merah pada wanita perlu dipikirkan adanya kontaminasi
oleh menstruasi, hematuria oleh sel-sel eritrosit, hemoglobinuria dan
myoglobinuria. Bisa juga urin merah disebabkan oleh obat yang diminum
atau pewarna untuk pemeriksaan diagnostik seperti phenolsulfonphthalein
untuk menilai fungsi ginjal dimana urin yang alkalis akan berwarna merah
(Loesnihari, 2012).
Orang dengan hemoglobin yang tidak stabil urin berwarna merah tetapi
hemoglobin dan bilirubinnya negatif. Urin berwarna kecoklatan umumnya
disebabkan oleh bilirubin dan saat dikocok menimbulkan busa berwarna
kuning hal tersebut membedakannya dengan urin normal yang pekat
(konsentrat) dimana busa akan berwarna putih. Urin berwarna hitam oleh
adanya hemoglobin pada urin yang bersifat asam dan terbentuk
methemoglobin (Loesnihari, 2012).
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa warna urin pada 7 hari
berturut-turut berwarna kuning-kuning tua. Hasil tersebut dapat
menunjukkan bahwa urin probandus normal dan tidak mengindikasikan
adanya penyakit tertentu seperti penjelasan di atas. Akan tetapi warna tua
(kuning tua) tersebut menandakan keadaan probandus yang sudah dalam
ambang dehidrasi (kurang minum) pada waktu sebelum tidur. Sehingga
ketika bangun tidur urin yang dikeluarkan berwarna kuning tua. Untuk
mengatasi dehidrasi tersebut, probandus disarankan untuk minum 8 gelas air
putih dalam sehari
2. Kulit
a. Pengertian
Kulit merupakan lapisan jaringan pelindung terluar yang terdapat di
permukaan tubuh. Kulit sebagai alat ekskresimengeluarkan zat berlemak dan
keringat yang mengandung air, garam, urea, serta ion-ion seperti Na+. Kulit
terdiri atas beberapa lapisan, yaitu epidermis (stratum korneum, stratum
lusidum, stratum granulosum,stratum spinosum,dan stratum
basalis/germinativum),dermis (lapisan papilar dan lapisan retikuler), dan
hipodermis/subkutaneus (mengandung sel lemak, pembuluh darah, dan ujung
saraf). Kelenjar kulit terdiri dari kelenjar keringat/sudorifera (ekrin dan apokrin)
dan kelenjar sebasea. Termoregulasi kulit, dengan cara pemancaran, pengaliran
(konveksi), konduksi, dan penguapan (evaporasi) (Khadijah, 2015).
Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
1. Epidermis – Epidermis adalah lapisan pelindung dan tanpa pembuluh
darah dari kulit. Lapisan ini 90% terdiri dari sel skuamosa atau
keratinosit, yang menghasilkan keratin. Fungsi utama keratinosit adalah
melindungi tubuh dari kerusakan kulit akibat panas, kehilangan cairan,
virus, jamur, bakteri, dan parasit. Setiap bagian tubuh memiliki
ketebalan epidermis yang berbeda; paling tebal di telapak kaki dan
tangan, sedangkan paling tipis di kelopak mata (sekitar 0.05 mm).
2. Dermis – Lapisan ini terletak di antara epidermis dan hipodermis.
Dermis terdiri dari dua lapisan, yaitu dermis papilla dan retikular, yang
membantu melindungi tubuh dari tegangan dan tekanan. Dermis juga
mengandung kelenjar apokrin, jaringan penghubung, pembuluh darah,
folikel rambut, kelenjar keringat, dan pembuluh limfatik. Pada lapisan
ini termoreseptor dapat ditemukan, yang mendeteksi panas dan
mekanoreseptor, yang peka terhadap sentuhan.
3. Hipodermis atau jaringan subkutan – Hipodermis merupakan lapisan
kulit yang paling tebal. Lapisan ini dilekatkan oleh serat elastin dan
kolagen pada dermis. Hipodermis sebagian besar terdiri dari adiposa
atau sel yang mengumpulkan dan menyimpan lemak. Hipodermis juga
mengandung pembuluh darah dan saraf yang lebih besar daripada yang
ditemukan di dermis.
b. Fungsi
Kulit manusia mempunyai banyak fungsi yang penting terutama sebagai
pertahanan garis depan, melindungi tubuh dari berbagai elemen yang berasal
dari lingkungan luar tubuh. Jika terjadi luka pada kulit, integritas pertahanan
kulit menjadi terganggu dan menjadi tempat masuk berbagai mikroorganisme
seperti bakteri dan virus. Kulit juga dapat menjadi faktor penting dalam
kesehatan mental dan kondisi sosial manusia (Sayogo, 2017).
1. Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan-
jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh-
pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari
kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit
tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil,
mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau
rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.
2. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan
dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit
sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.
3. Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh kapiler
serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh
yang sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar
36,50 C. Ketika terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar
keringat kulit mengadakan penyesuaian seperlunya dalam fungsinya
masing-masing. Pengatur panas adalah salah satu fungsi kulit sebagai organ
antara tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang dengan penguapan keringat.
4. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar
keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa
garam, yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit
tidak saja disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air
transepidermis sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari.
5. Penyimpanan
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
6. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam
lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka
dapat masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan
yang sangat tipis. Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan
masuk ke dalam saluran kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh
darah ke dalam peredaran darah kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.
7. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampakt
halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan
Fungsi lain dari kulit yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti
kulit memerah, pucat maupun konstraksi otot penegak rambut.
c. Gambar lapisan kulit
d. Zat terlarut
Setiap hari sekitar 400 mL air dapat keluar dengan cara menguap melalui
kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang bekerja dalam ruangan
mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang yang aktif
jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat juga
merupakan sarana untuk mengekskresikan garam, asam dan dua molekul
organik hasil pemecahan protein yaitu amoniak dan urea (Martini, 2006).
1. Garam-garam
Urin yang dikeluarkan oleh tubuh mengandung garam. Garam yang utama
terkandung dalam urin adalah garam natrium (NaCl). Zat ini dikeluarkan
bersama keringat agar kadar natrium dalam tubuh tetap seimbang. Natrium
inilah yang disebut sebagai garam. Kandungannya cukup banyak dalam
keringat, itulah kenapa keringat rasanya asin. 
2. Air
Keringat yang dikeluarkan oleh tubuh mengandung 99%, 1 % berupa zat-
zat lain sisa metabolisme. Saat berkeringat, setidaknya tubuh kehilangan
2% air dari total air yang terkandung dalam tubuh.
3. Asam
Asam yang terkandung dalam keringat berupa asam lemak. Asam lemak
tersebut adalah asam isovaleric, sebuah rantai asam lemak yang biasanya
ada dalam keju dan bir. Selain itu, keringat juga mengandung asam
propionic, asam lemak yang menyebabkan bau kuat padacuka. Dengan
adanya asam-asam lemak tersebut menyebabkan bau pada keringat yang
dikeluarkan.
4. Ammonia dan urea
Urea (CH4N2O) diproduksi oleh hati ketika memproses protein tertentu.
Urea dikeluarkan melalui keringat untuk mencegah terjadinya
penumpukan. Amonia (NH3) diproduksi ginjal ketika menyaring nitrogen
dalam urea dari hati.
e. Faktor yang mempengaruhi produksi keringat
1. Suhu lingkungan
Kelenjar keringat mengeluarkan keringat karena terjadi peningkatan
suhu tubuh di dalam tubuh ataupun lingkungannya. Saat berada di tengah
panasnya sinar matahari, kebanyakan orang pasti akan mengeluarkan
keringat serta akan merasa haus. Hal tersebut diakibatkan oleh aktivitas
kelenjar eksokrin pada kelenjar keringat yang terdapat pada bagian kulit
jangat (Merdia, 2010).
2. Jenis aktivitas
Banyak sedikitnya keringat yang dikeluarkan ditentukan pada jenis
aktivitas seseorang. Para pekerja berat serta olahragawan akan cenderung
mengeluarkan keringat lebih banyak. Karena aktivitasnya yang
meningkatkan tubuh memerlukan kalor serta mengeluarkannya lewat pori-
pori pada kulit (Merdia, 2010).
Kegiatan berolahraga dapat mengaktifkan sistem pemanasan internal di
dalam tubuh. Untuk mengurangi panas tubuh yang berlebih maka tubuh
mengeluarkan keringat. Ketika berolahraga, tubuh yang mengeluarkan
keringat menjadi salah satu tanda bahwa latihan olahraga yang anda lakukan
berhasil (Merdia, 2010).
3. Emosi
Orang-orang yang mengalami gejolak emosi akan lebih sering
mengeluarkan keringat lebih banyak. Misalnya ketika mendapatkan
perasaan euforia atau gembira yang berlebihan. Sebab kegembiraan yang
berlebihan dapat memacu kelenjar keringat untuk memproduksi keringat
lebih banyak (Merdia, 2010).
4. Hipotalamus
Hipotalamus terdapat pada bagian otak yang mengendalikan kelenjar
keringat. Adanya aktivitas hipotalamus dapat menentukan banyak
sedikitnya keringat yang dikeluarkan (Pujianto, 2014).
5. Panas serta kelembapan
Terjadinya peningkatan suhu tubuh ataupun lingkungan adalah
penyebab utama tubuh berkeringat. Suhu udara yang memang terasa begitu
panas dapat membuat tubuh mengeluarkan keringat untuk mendinginkan
diri. Ketika kelenjar keringat diaktifkan melewati pori-pori. Dan ketika
keringat menguap maka tubuh juga akan mendingin (Pujianto, 2014).
6. Kondisi tubuh
Ketika tubuh terkena infeksi ataupun sedang sakit, maka secara
otomatis otak akan menaikkan termostat tubuh beberapa derajat. Ketika
demam mulai mereda, maka secara perlahan suhu tubuh akan kembali
normal (Pujianto, 2014).
f. Proses pembentukan keringat
Proses pengeluaran keringat ditentukan oleh pusat pengaturan suhu, yaitu
Hipotalamus (otak). Jika pusat pengatur suhu memperoleh rangsangan,
misalnya berupa perubahan suhu. Bila suhu tubuh kita meningkat atau suhu
udara di lingkungan kita tinggi, pembuluh-pembuluh darah di kulit akan
melebar. Hal ini mengakibatkan banyak darah yang mengalir ke daerah
tersebut. Karena pangkal kelenjar keringat berhubungan dengan pembuluh
darah maka terjadilah penyerapan air, garam dan sedikit urea oleh kelenjar
keringat. Kemudian air bersama larutannya keluar melalui pori-pori yang
merupakan ujung dari kelenjar keringat. Keringat yang keluar membawa panas
tubuh, sehingga sangat penting untuk menjaga agar suhu tubuh tetap normal.
Kelenjar keringat menyerap air dan garam, terutama garam dapur dan darah di
pembuluh kapiler. Keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori di permukaan
kulit akan menyerap panas tubuh sehingga suhu tubuh menjadi tetap. Pada
keadaan normal keringat akan keluar dari tubuh sebanyak sekitar 50 mL setiap
jam. 

3. Hati
a. Pengertian
Hati merupakan kelenjar terbesar di tubuh, beratnya 1-2,3 kg. Hati berada
di bagian atas rongga abdomen yang menempati bagian terbesar region
hipokondriak di bawah diafragma. Setiap lobus tersusun dari lobulus yang
berbentuk polihedral (segi banyak). Tiap lobulus terdiri atas sel-sel hati yang di
gabung bersama oleh jaringan hati. Bagian depan dilindungi oleh iga-iga.
Hati terbungkus dalam  kapsul tipis yang tidak elastic dan sebagian
tertutupi oleh lapisan peritoneum. Lapisan peritoneum membentuk ligament
penunjang yang melekatkan hati pada permukaan inferior diafragma. Hati
memiliki empat lobus. Dua lobus yang berukuran paling besar dan jelas terlihat
adalah lobus kanan yang berukuran lebih besar, sedangkan lobus yang
berukuran lebih kecil, berbentuk baji, adalah lobus kiri. Dua lobus lainnya
adalah lobus kaudatus dan kuadratus yang berada di permukaan
posterior. Fisura porta merupakan nama yang diberikan untuk permukaan
posterior hati dimana banyak struktur yang masuk dan keluar kelenjar.
b. Fungsi
1. Menetralkan racun (detoksifikasi)
Hati Mampu menghilangkan sebuah racun yang masuk ke dalam darah
dengan suatu cara membersihkannya terhadap sebuah zat-zat yang
berbahaya. Contohnya alkohol dan obat-obatan yang di minum baik secara
sengaja ataupun tidak sengaja.
2. Metabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidrat yaitu sebuah Glukosa dan monoksarida lain
seperti galaktosa dan fluktosa yang diubah ke glikogen. Glikogen ialah
karbohidrat yang pembentukannya dari ratusan unit glukosa yang terikat
secara bersama. Keuntungan menyimpan suatu karbohidrat menjadi
glikogen ialah untuk memudahkan dalam menghasilkan energi, produksi
energi yang tinggi, dan tidak mengganggu kandungan dari suatu cairan
antarsel.
3. Membantu membuang zat bilirubin
Zat Bilirubin ialah zat yang tidak baik untuk tubuh sehingga harus
dibuang melalui sebuah sistem ekskresi.
4. Melancarkan Metabolisme lemak Dalam Tubuh
Hati juga memiliki fungsi untuk mengeluarkan lemak, lemak akan
keluar ketika dibutuhkan tubuh dari sebuah tempat penyimpanannya lalu
diangkut melalui darah menuju ke hati dan dipecah menjadi sebuah asam
lemak dan gliserol
5. Sebagai Tempat Untuk Pembentukan dan Pembongkaran Sel Darah Merah
Dalam jangka 6 bulan kehidupan janin, hati akan menghasilkan sebuah
sel darah merah yang berangsur-angsur diambil alih oleh sebuah sumsum
tulang yang dimana terdiri dari 3 juta sel darah yang melewati hati yang
akan dihancurkan dalam setiap detiknya. dan suatu zat yang masih terdapat
dalam darah akan digunakan untuk membentuk sel darah merah yang baru.
6. Metabolisme protein
Fungsi untuk metabolismekan protein, yaitu Terdapat asam amino yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh yang akan dikeluarkan dalam bentuk urea dan
asam urat yang melalui sel hati ke dalam darah untuk diekresi oleh ginjal
dan selanjutnya dibuang melalui urine.
7. Untuk penyimpanan berbagai zat
Hati juga memiliki fungsi untuk tempat dalam penyimpanan berbagai
suatu zat seperti lemak, glikogen, vitamin A, B12, D, dan K, serta zat besi.
8. Sintetis kolesterol dan protein plasma
Hati juga memiliki fungsi untuk dapat mensintetis koleterol, steroid,
dan produk protein plasma yang misalnya prtorombin, fibrinogen, dan
sebagian besar globulin.
9. Menghasilkan suatu zat yang dapat melarutkan sebuah lemak
Hati juga menghasilkan sekitar 0,5 – 1 liter suatu cairan empedu
dalam setiap hari. Cairan empedu tersebut akan melarutkan sebuah lemak
yang ada didalam usus.
10. Untuk Mengatifkan vitamin D
c. Gambar+keterangan
d. Proses pembentukan getah empedu
Cairan empedu berasal dari penghancuran hemoglobin eritrosi yang sudah
tua atau rusak. Hemoglobin kemudian akan diuraikan menjadi hemin, zat besi
dan globin. Zat besi dan globin akan disimpan di dalam hati dan dikirim ke
sumsum tulang untuk menjadi bahan utama pembentukan sel darah merah baru,
heme “hermin” akan dirombak menjadi bilirubin dan biliverdin. Kedua  zat ini
merupakan zat pemberi warna bagi cairan empedu sehingga cairan empedu
berwarna hijau biru. Zat warna tersebut akan mengalami oksidasi menjadi
urobilin. Kemudian urobilin dieksresikan ke luar tubuh melalui feses dan urin.
Zat inilah yang memberikan warna kekuningan pada feses dan urin.
e. Proses pembentukan urea dan ammonia
Proses pembentukan urea pada manusia disebut sebagai siklus urea. Siklus
urea ini hanya dapat terjadi di hati karena pada siklus urea melibatkan enzim
arginase yang hanya dapat diproduksi oleh hati. Urea terbentuk ketika sel tubuh
kelebihan asam amino sehingga mengalami deaminasi. Dalam proses
deaminasi, gugus amin (-NH) dipindahkan dari asam amino. Proses ini
menghasilkan amonia yang beracun.Ammonia bersifat racun bagi tubuh kita
apabila dalam jumlah yang terlalu banyak, sehingga perlu diubanh menjadi
senyawa yang relative aman bagi tubuh kita yaitu diubah menjadi urea. Jika
kadar urea di tubuh kita terlalu tinggi, maka tubuh kita juga akan mengalami
gangguan, sehingga urea yang sudah kita buat di hati harus segerak kita
keluarkan melalui ekskresi lewat urin kita.
Berikut ini merupakan rangkaian dari siklus urea tersebut :
Pada awalnya ammonia yang merupakan produk sisa dari pembongkara
asam amino akan dialirkan menuju ke hati. Kemudian ammonia akan bereaksi
dengan ornitin dan karbon dioksida membentuk sitrulin. Selanjutnya, sitrulin ini
akan menangkap ammonia dan bereaksi membentuk arginin. Kemudian arginin
akan dipecah oleh enzim arginase membentuk urea, ornitin dan air. Urea akan
dialirkan menuju ke ginjal untuk dibuang dalam bentuk urin. Sedangkan ornitin
akan kembali menangkap ammonia seperti pada tahap awal siklus urea ini.
Dari penjelasan diatas, maka dapat kita tulis reaksi sederhananya seperti berikut
ini:
1. Ornitin + NH3 + CO2 -> sitrulin
2. Sitrulin + NH3 -> arginine
3. Arginin + enzim arginase -> urea + ornitin  +  H2O

f. Proses pembentukan eritrosit di hati


Proses pembentukan eritrosit yang disebut sebagai eritropoiesis
merupakan proses yang diregulasi ketat melalui kendali umpan balik.
Pembentukan eritrosit dihambat oleh kadar hemoglobin diatas normal dan
dirangsang oleh keadaan anemia dan hipoksia. Eritropoiesis pada masa awal
janin terjadi dalam yolk sac, pada bulan kedua kehamilan eritropoiesis
berpindah ke liver dan saat bayi lahir eritropoiesis di liver berhenti dan pusat
pembentukan eritrosit berpindah ke sumsum tulang. Pada masa anak-anak dan
remaja semua sumsum tulang terlibat dalam hematopoiesis, namun pada usia
dewasa hanya tulang-tulang tertentu seperti tulang panggul, sternum, vertebra,
costa, ujung proksimal femur dan beberapa tulang lain yang terlibat
eritropoiesis. Bahkan pada tulang-tulang seperti disebut diatas beberapa
bagiannya terdiri dari jaringan adiposit. Pada periode stress hematopoietik
tubuh dapat melakukan reaktivasi pada limpa, hepar dan sumsum berisi lemak
untuk memproduksi sel darah, keadaan ini disebut sebagai hematopoiesis
ekstramedular (Munker, 2006).
Proses eritropoiesis diatur oleh glikoprotein bernama eritropoietin yang
diproduksi ginjal (85%) dan hati (15%). Pada janin dan neonatus pembentukan
eritropoietin berpusat pada hati sebelum diambil alih oleh ginjal (Ganong,
1999). Eritropoietin bersirkulasi di darah dan menunjukkan peningkatan
menetap pada penderita anemia, regulasi kadar eritropoietin ini berhubungan
eksklusif dengan keadaan hipoksia. Sistem regulasi ini berkaitan erat dengan
faktor transkripsi yang dinamai hypoxia induced factor-1 (HIF-1) yang
berkaitan dengan proses aktivasi transkripsi gen eritropoeitin. HIF-1 termasuk
dalam sistem detektor kadar oksigen yang tersebar luas di tubuh dengan efek
relatif luas (cth: vasculogenesis, meningkatkan reuptake glukosa, dll), namun
perannya dalam regulasi eritropoiesis hanya ditemui pada ginjal dan hati.
Eritropoeitin ini dibentuk oleh sel-sel endotel peritubulus di korteks ginjal,
sedangkan pada hati hormon ini diproduksi sel Kupffer dan hepatosit. Selain
keadaan hipoksia beberapa zat yang dapat merangsang eritropoiesis adalah
garam-garam kobalt, androgen, adenosin dan katekolamin melalui sistem β-
adrenergik. Namun perangsangannya relatif singkat dan tidak signifikan
dibandingkan keadaan hipoksia.
Eritropoietin yang meningkat dalam darah akan mengikuti sirkulasi
sampai bertemu dengan reseptornya pada sel hematopoietik yaitu sel bakal/stem
cell beserta turunannya dalam jalur eritropoiesis. Ikatan eritropoietin dengan
reseptornya ini menimbulkan beberapa efek seperti :
b. Stimulasi pembelahan sel eritroid (prekursor eritrosit).
c. Memicu ekspresi protein spesifik eritroid yang akan menginduksi
diferensiasi sel-sel eritroid.
d. Menghambat apoptosis sel progenitor eritroid.
Eritropoietin bersama-sama dengan stem cell factor, interleukin-3,
interleukin-11, granulocyte-macrophage colony stimulating factor dan
trombopoietin akan mempercepat proses maturasi stem cell eritroid menjadi
eritrosit (Hoffman,2005). Secara umum proses pematangan eritosit dijabarkan
sebagai berikut :
1. Stem cell : eritrosit berasal dari sel induk pluripoten yang dapat
memperbaharui diri dan berdiferensiasi menjadi limfosit, granulosit,
monosit dan megakariosit (bakal platelet).
2. BFU-E : burst-forming unit eritroid, merupakan prekursor imatur eritroid
yang lebih fleksibel dalam ekspresi genetiknya menjadi eritrosit dewasa
maupun fetus. Sensitivitas terhadap eritropoeitin masih relatif rendah.
3. CFU-E : colony-forming unit eritroid, merupakan prekursor eritroid yang
lebih matur dan lebih terfiksasi pada salah satu jenis eritrosit (bergantung
pada subunit hemoglobinnya.
4. Proeritroblast, eritroblast dan normoblast : progenitor eritrosit ini secara
morfologis lebih mudah dibedakan dibanding sel prekursornya, masih
memiliki inti, bertambah banyak melalui pembelahan sel dan ukurannya
mengecil secara progresif seiring dengan penambahan hemoglobin dalam
sel tersebut.
5. Retikulosit : eritrosit imatur yang masih memiliki sedikit sisa nukleus
dalam bentuk poliribosom yang aktif mentranslasi mRNA, komponen
membran sisa dari sel prekursornya, dan hanya sebagian enzim, protein
serta fosfolipid yang diperlukan sel selama masa hidupnya. Selelah proses
enukleasi, retikulosit akan memasuki sirkulasi dan menghabiskan sebagian
7 waktu dalam 24 jam pertamanya di limpa untuk mengalami proses
maturasi dimana terjadi remodeling membran, penghilangan sisa nukleus,
dan penambahan serta pengurangan protein, enzim, dan fosfolipid. Setelah
proses ini barulah eritrosit mencapai ukuran dan fungsi optimalnya dan
menjadi matur (Munker, 2006).
4. Paru-paru
a. Pengertian
Paru-paru merupakan organ respirasi (pernapasan) yang berhubungan
dengan sistem pernapasan dan sirkulasi (peredaran darah) dalam tubuh
vertebrata yang bernapas dengan udara. Fungsinya adalah menukar oksigen dari
udara dengan karbon dioksida dari darah. Prosesnya disebut "pernapasan
eksternal" atau bernapas. Jika paru-paru terganggu fungsinya, kesehatan tubuh
manusia bisa terpengaruh secara keseluruhan. Meskipun sepasang, paru-paru
kanan dan kiri punya ciri yang berbeda. Contohnya, paru-paru kiri orang
dewasa umumnya berbobot sekitar 325–550 gram dan yang kanan bobotnya
sekitar 375–600 gram. Untuk anatomi, paru-paru kanan memiliki tiga bagian
(lobus) yang berbeda. Sementara paru-paru bagian kiri memiliki dua bagian
lobus. Berdasarkan hal itu, paru-paru kanan memiliki ukuran dan berat yang
lebih besar dibanding paru-paru kiri.
Bagian-bagian dari paru-paru antara lain:
1. Pleura
Pleura merupakan membran tipis berlapis ganda yang melapisi paru-paru.
Lapisan ini mengeluarkan cairan (pleural fluid) yang disebut dengan cairan
serous yang berfungsi untuk melumasi bagian dalam rongga paru agar tidak
mengiritasi paru saat mengembang dan berkontraksi saat bernapas.
2. Bronkus
Bronkus adalah cabang batang tenggorokan yang terletak setelah
tenggorokan (trakhea) sebelum paru-paru. Sebagai saluran udara, bronkus
memastikan udara masuk dengan baik dari trakea ke alveolus. Bagian ini
berfungsi untuk mencegah infeksi bakteri penyebab penyakit.
3. Bronkiolus
Bronkiolus adalah cabang dari bronkus yang berfungsi untuk menyalurkan
udara dari bronkus ke alveoli. Fungsi lain  dari bonkiolus adalah
mengontrol jumlah udara yang masuk dan keluar ketika proses bernapas
berlangsung.
4. Alveoli
Alveoli merupakan rongga cekung yang dikelilingi oleh kapiler kecil.
Alveoli memiliki peran sebagai tempat oksigen dan karbon dioksida saling
bertukar. Setelah oksigen diserap, darah akan mengalirkan karbon dioksida
menuju alveoli untuk dihembuskan keluar. Karbon dioksida sendiri
dianggap sebagai limbah dalam tubuh. Pertukaran antara oksigen dan
karbon dioksida tersebut terjadi pada dinding alveoli dan kapiler yang
sangat tipis.
5. Jaringan Interstisial Paru
Jaringan interstisial paru, yaitu jaringan diluar saluran udara (bronkus-
bronkhiolus-alveoli) lebih baik lagi jika ada gambarnya, agar lebih
mengerti beda jaringan interstisial dan saluran udara dalam paru.
(Bakhtiar, 2016)
b. Fungsi
Fungsi utama paru-paru adalah untuk mengolah udara yang
didapatkan dari atmosfer, sehingga bisa cukup baik untuk masuk ke aliran
darah. Barulah setelah oksigen masuk ke aliran darah, oksigen akan
diedarkan ke seluruh tubuh. Selain fungsi tersebut, paru-paru manusai
juga mempunyai fungsi lain diantaranya:
1. Melindungi jantung
Salah satu fungsi paru-paru manusia yang penting ternyata ada hubungannya
dengan organ disekitarnya. Dengan ukurannya yang besar dan teksturnya
yang empuk, dapat menjadi bantalan pelindung yang baik untuk jantung.
Terutama, saat terjadi benturan.
2. Mengatur keseimbangan pH
Jika ada terlalu banyak karbon dioksida di tubuh, maka lingkungan dalam
tubuh akan menjadi terlalu asam. Saat hal ini terjadi, maka sudah menjadi
bagian dari fungsi paru-paru untuk mendeteksinya. Apabila tubuh memiliki
keasaman yang terlalu tinggi, maka organ ini akan meningkatkan ritme
pernapasan agar gas karbon dioksida dapat lebih cepat terbuang dari tubuh.
3. Sebagai penyaring
Salah satu fungsi paru-paru adalah sebagai penyaring. Organ ini, dapat
menyaring gumpalan darah kecil serta gelembung udara yang dapat
menyebabkan kondisi yang dinamakan emboli. Emboli adalah penyumbatan
aliran darah, yang menyebabkan terganggunya penyebaran oksigen ke
seluruh tubuh.
4. Sebagai tempat penampung darah
Paru-paru dapat menampung darah dalam jumlah tertentu, tergantung dari
kondisi tubuh Anda. Fungsi paru-paru ini bisa berguna saat Anda melakukan
aktivitas fisik yang berat, seperti olahraga, karena paru-paru akan membantu
jantung bekerja lebih efisien.
5. Melindungi tubuh dari infeksi
Di paru-paru, terdapat membran yang mengeluarkan imunoglobulin A.
Imunoglobulin adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh, dan dapat
menjaga fungsi paru-paru dan melindunginya dari infeksi tertentu.
6. Membantu artikulasi bicara
Aliran udara, dibutuhkan agar kita bisa melafalkan huruf-huruf tertentu. Jika
paru-paru terganggu, maka aliran udara juga akan terganggu.
7. Melancarkan fungsi mukosiliar
Mukus atau cairan lengket yang berada di jalur pernapasan, berfungsi
sebagai perangkap debu dan bakteri. Selain itu, di saluran pernapasan juga
terdapat silia yang akan membantu partikel debu dan bakteri yang
terperangkap tersebut bergerak ke atas untuk dikeluarkan melalui batuk, atau
ke bawah untuk dihancurkan oleh sistem pencernaan.
(Yunus, 1997)
c. Gambar+keterangan

d. Proses produksi H2O + CO2


Ekskresi karbondioksida dan uap air erat kaitannya dengan sistem
pencernaan pada manusia dan sistem sirkulasi pada manusia. Zat nutrisi yang
dicerna dari makanan oleh sistem pencernaan tubuh diubah menjadi energi
untuk digunakan oleh tubuh. Zat nutrisi diedarkan melalui darah ke sel sel
seluruh tubuh. Didalam sel tubuh, energi digunakan bersama dengan oksigen
dan berubah menjadi karbondioksida dan uap air sebagai hasil
metabolismenya.
Hemoglobin dalam darah sangat berperan dalam kegiatan ini. Hemoglobin
dalam sel darah merah digunakan sebagai alat untuk mengikat dan
memindahkan oksigen dan karbondioksida. Fungsi hemoglobin ini
memungkinkan terjadinya pertukaran gas, khususnya dalam alveoli paru paru.
Mekanisme pertukaran gas ini dijelaskan sebagai berikut:
 Karbondioksida hasil metabolisme sel diikat oleh hemoglobin atau terlarut
dalam plasma darah dengan membentuk ion bikarbonat. Reaksi ini
dikatalisis oleh enzim karbonik anhidrase.
 Darah yang kaya karbondioksida masuk ke dalam jantung dan kemudian
dialirkan menuju paru paru.
 Saat darah ada dalam pembuluh kapiler di paru paru dan berdekatan dengan
alveoli, terjadilah difusi. Difusi adalah proses perpindahan molekul gas dari
konsentrasi tinggi ke konsentasi rendah.
 Sel darah memiliki konsentrasi gas karbondioksida yang lebih tinggi
sehingga dipindah ke alveoli.
 Sebaliknya alveoli memiliki konsentrasi oksigen lebih tinggi sehingga
oksigen dipindah ke sel darah.
 Setelah itu karbondioksida dan uap air dikeluarkan lewat hidung.

VII. KESIMPULAN
1. Sistem ekskresi dalam tubuh manusia
Sistem ekskresi manusia terdiri dari 4 organ:
a. Ginjal: hasil ekskresinya berupa urin
b. Kulit: hasil ekskresinya berupa keringat
c. Hati: hasil ekskresinya berupa cairan empedu
d. Paru-paru: hasil ekskresinya berupa H2O + CO2
2. Proses pembentukan urine di ginjal
Proses Tempat Hasil
Filtrasi Glomerulus & kapsula Urin primer
bowman
Reabsorbsi Tubulus kontortus Urin sekunder
proksimal
Augmentasi Tubulus kontortus distal Urin sesungguhnya
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi urine
Faktor internal: hormon antidiuretik (ADH), hormon insulin, kondisi psikologis (gejolak
emosi dan stress)
Faktor eksternal: suhu lingkungan, konsumsi garam, jumlah air yang diminum, konsumsi
alkohol dan kafein

VIII. DAFRAT PUSTAKA


Atkinson, Daniel. (1991). Peran Fungsional Urea dalam Vertebrata. Zoologi Fisiologis (2
ed.). Los Angeles: The University of Chicago Press. 65 (2): 243-267

Bakhtiar, Arief. (2016). Faal Paru Statis. Jurnal Respirasi. Vol 2(3): 91-98
Ganong, W.F. 1999 ; Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC. Edisi 17. Halaman
536 - 537, 552 - 554.
Hoffman, R., 2005. Thalassemia Syndromes. In: B. G. Forget & A. R. Cohen, eds.
Hematology: Basic Principles and Practice. 4th ed. Philadelphia: Elsevier Inc.
https://www.alodokter.com/komunitas/topic/frekuensi-buang-air-kecil-yang-normalDiakses pada
tanggal 26 Maret 2020
Khadijah. (2015). Penggunaan Strategi Know-Want-Learn (Kwl) Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Biologi Pada Pokok Bahasan Sistem Ekskresi Manusia Untuk Siswa
Kelas Xi Ipa 2 Sma Negeri 1 Salo. Perspektif Pendidikan dan Keguruan. Vol 6(11)
Merdia M, Nanang Heryana. (2010). Biologi Umum. Tasikmalaya: Universitas Siliwangi.
Munker R, Erhard H, Jonathen G, Ronald P, 2006. Modern Hematology Biology and
Clinical Management, 2nd Edition. New Jersey, Human Press Inc, 2006: 127-136.
Pujianto, Sri (2014). Menjelajah Dunia Biologi. Surakarta: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.
Satria, Agung. (2018). Pembelajaran 3d Sistem Ekskresi Manusia Berbasis Virtual Reality
Dan Android. Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK). Vol. 5(4): 381-
388
Sayogo, William. (2017). Potensi +Dalethyne Terhadap Epitelisasi Luka Pada Kulit Tikus
Yang Diinfeksi Bakteri MRSA. Jurnal Biosains Pascasarjana. Vol 19(1)
Wilmar, M. (2000). Praktikum Urin, Penuntun Praktikum Biokimia. Jakarta: Widya
Medika.
Yunus, Faisal. (1997). Sistem Pernapasan dan Fungsi Paru. Workshop Respiratory
Physiologi, Jakarta
Zikra., Heffi A, & Ramadhani S. (2016). Pengembangan Compact Disc (Cd) Interaktif
Materi Sistem Eksresi Pada Manusia Untuk Siswa Sma. BioCONCETTA. Vol 2(1):
102-113
IX. LAMPIRAN
Tiga lembar laporan sementara
Satu lembar dokumentasi praktikum

Lampiran
Laporan sementara
Dokumentasi praktikum

Hari 1 Hari 2

Hari 3 Hari 4

Hari 5 Hari 6

Hari 7

Anda mungkin juga menyukai