Anda di halaman 1dari 6

Pemeriksaan Urine

Nabila Putri Naily Zulfa

Tadris Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember

T20168036

ABSTRAK

Praktikum keempat ini dengan judul “Pemeriksaan Urine” dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 5
Desember 2018 dan bertempat di Laboratorium Terpadu FTIK IAIN Jember. Dengan tujuan, untuk Mengetahui
pH, adanya amonia dan klorida dalam urine, untuk mengetahui ada tidaknya glukosa dan protein dalam urine,
untuk mengetahui empedu dalam urine, dan untuk mengidentifikasi kelainan ginjal dari hasil pemeriksaan urine.
Ginjal adalah organ yang mempunyai peranan penting dalam tubuh organ ini berfungsi untuk membuang
sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin / air seni. Selain itu, ginjal juga berperanan dalam
mempertahankan keseimbangan air, garam dan elektrolit , tidak kalah pentingnya ginjal merupakan
kelenjar endokrin yang sedikitnya mengeluarkan tiga hormone. Dalam praktikum ini, dilakukan 6 uji
kandungan urine yaitu, mengukur PH, menguji amonia, menguji empedu, menguji glukosa, menguji
protein dan ion klorida. Dari hasil analisis uji kandungan urine tersebut, diketahui bahwa keadaan ginjal
praktikan ialah sehat dan normal.

Kata kunci: Urine, Zat zat dalam Urine, Ginjal.

PENDAHULUAN

Praktikum keempat yang berjudul “Pemeriksaan Urine” bertujuan untuk untuk mengetahui pH, adanya
amoniak dan klorida dalam urine, untuk mengetahui ada tidaknya glukosa dan protein dalam urine, untuk
mengetahui empedu dalam urine, dan untuk mengidentifikasi kelainan ginjal dari hasil pemeriksaan urine.
Metabolisme adalah istilah yang mengacu pada perubahan-perubahan kimiawi yang terjadi didalam tubuh untuk
pelaksanaan berbagai fungsi vitalnya. Setiap sel terdiri atas protoplasma yang memiliki kemampuan memungut
oksigen dan bahan keperluan lainnya dan menyisihkan bahan tertentu lainnya sebagai barang buangan, termasuk
karbondioksida. Namun, diantara berbagai perubahan yang terjadi di dalam sel tersebut, terdapat bidang
kegiatan kimiawi yang luas dan fungsi tubuh yang sangat erat, yang bergantung dai kegiatan tersebut. Kecepatan
metabolisme dipengaruhi oleh ukuran tubuh, umur, seks, dan iklim yang mencakup derajat panas, dan jenis
pakaian.

Metabolisme terbagi menjadi beberapa macam, yang daiantaranya yaitu: metabolisme karbohidrat yaitu
sebagai hasil dari pencernaan dan absorpsi jenis gula dan jenis zat tepung yang ada di dalam darah sebagai
glukosa.selanjutnya ialah metabolisme protein, yaitu sejumlah besar aasam amino dibentuk sebagai hasil
pencernaan protein dan semua ini membentuk tempat penyimpanan (pool, asam amino), tempat sel tubuh
mengambil protein yang diperlukannya. Bila makanan berisi kelebihan protein, maka kelebihan asam amino
dipecah didalam hati untuk mengeluarkan nitrogennya dan yang ditinggalkan hanya karbon, hidrogen, dan
oksigen yang dapat digunakan untuk produksi panas dan energi. Sebaliknya, jika protein yang masuk tidak
mencukupi, seperti pada kelaparan, maka bukan saja simpanan karbohidrat dan lemak dipakai habis, tetapi juga
ada kehilangan protein tubuh yang tampak pada menggerusnya otot.

Sistem Ekskresi merupakan sistem didalam tubuh yang memproses pengeluaran bahan – bahan yang
tidak berguna yang berasal dari sisa metabolisme. Di dalam tubuh manusia terdapat organ – organ yang
berperan dalam ekskresi tersebut, yaitu paru – paru, kulit, hati, dan ginjal. Salah satu organ ekskresi adalah
ginjal. Ginjal terbagi dalam kortex dan medulla. Di dalam kortex terdapat bagian yang dengan mata
telanjang seperti butiran kasar yang disebut nefron. Tiap nefron merupakan unit fungsional dari ginjal
(sebagai unit filtrasi ginjal) dan terdiri dari glomerulus dan tubulus bagian yang berfungsi sebagai
penyaring. Di dalam ginjal inilah terjadi penyaringan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti urea,
kreatinin dan ammonia. Air dapat melewati saringan, sedangkan zat yang berguna bagi tubuh seperti
protein terutama dengan ukuran molekul besar tidak dapat melewati saringan ini, tetap dalam aliran darah.
Pada keadaan normal, protein tidak terdapat dalam urine, karena celah pada membran filtrasi glomerulus
normal kecil untuk dapat dilewati protein. Bila membran glomerulus mengalami kerusakan dapat
menyebabkan celah menjadi besar dan protein dapat melewati filtrasi masuk kedalam urine.

Ginjal adalah organ yang mempunyai peranan penting dalam tubuh organ ini berfungsi untuk
membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin / air seni. Selain itu, ginjal juga
berperanan dalam mempertahankan keseimbangan air, garam dan elektrolit , tidak kalah pentingnya ginjal
merupakan kelenjar endokrin yang sedikitnya mengeluarkan tiga hormon. Ginjal merupakan organ tubuh
yang rentan terhadap pengaruh zat zat kimia, karena organ ini menerima 25-30 % sirkulasi darah untuk
dibersihkan, sehingga sebagai organ filtrasi kemungkinan terjadinya perubahan patologik sangat tinggi.
Ginjal merupakan organ kedua setelah hepar, yang paling sering menjadi sasaran perusakan oleh zat – zat
kimia, hal ini disebabkan banyak zat kimia yang diekskresikan melalui urine.

Salah satu hasil ekskresi dari sistem ekskresi (ginjal) yaitu urine. Urine terbentuk melalui 3 tahap,
yaitu: proses filtrasi, re-absorpsi dan augmentasi. Pada tahap filtrasi yang terjadi di glomerulus akan
menghasilkan urin primer, glukosa, asam amino, garam, air,urea, asam urat, dan ion. Lalu terjadi penyerapan
kembali pada tahap reabsorpsi dan menghasilkan urine sekunder. Kemudian pada tahap yang terakhir terjadi
penambahan zat sisa seperti urea, asam urat, sisa obat, H+, NH4+. Proses ketiga ini terjadi di Tubulus Kontortus
Distal sampai Tubulus Kolektivus dan menghasilkan urine yang sebenarnya yang kemudian akan menuju pelvis
(rongga) lalu ke ureter, vesika urinaria (kantong urin), dan jika kantong urine sudah penuh, maka akan
dikeluarkan melalui uretra. Urine yang dihasilkan oleh setiap orang berbeda – beda. Banyak sedikitnya urine
yang dikeluarkan tiap harinya dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya, zat – zat deuretik seperti kopi, teh,
alkohol, kemudian dipengaruhi juga oleh suhu, volume larutan dalam darah dan emosi seseorang. Secara lebih
jelas berikut ini akan dijabarkan mengenai proses pembentukan urine, yaitu:

1. Filtrasi (penyaringan)
Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Dinding luar kapsul Bowman tersusun dari
satu lapis sel epitel pipih. Antara dinding luar dan dinding dalam terdapat ruang kapsul yang berhubungan
dengan lumen tubulus kontortus proksimal. Dinding dalam kapsul Bowman tersusun dari sel-sel khusus
(prodosit). Proses filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik (tekanan darah) dan tekanan
onkotik (tekanan osmotik plasma), dimulai ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi
sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut melewati pori-pori endotelium
kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran dasar, dan melewati lempeng filtrasi, lalu masuk ke dalam
ruang kapsul Bowman.

2. Reabsorpsi (penyerapan)
Proses reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, dan sebagian tubulus
kontortus distal.reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitel di seluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat yang
direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif.
Glukosa dan asam amino direabsorpsi secara transpor aktif di tubulus proksimal. Reabsorpsi Na+, HCO3-
dan H2O terjadi di tubulus kontortus distal.Proses reabsorpsi dimulai ketika urin primer (bersifat hipotonis
dibanding plasma darah) masuk ke tubulus kontortus proksimal. Kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan
67% ion Na+, selain itu juga terjadi reabsorpsi air dan ion Cl- secara pasif. Bersamaan dengan itu, filtrat
menuju lengkung henle. Filtrat ini telah berkurang volumenya dan bersifat isotonis dibandingkan cairan pada
jaringan di sekitar tubulus kontortus proksimal. Pada lengkung henle terjadi sekresi aktif ion Cl- ke jaringan
di sekitarnya. Reabsorpsi dilanjutkan di tubulus kontortus distal. Pada tubulus ini terjadi reabsopsi Na+ dan
air di bawah kontrol ADH (hormon antidiuretik). Hasil reabsorpsi ini berupa urin skunder yang memiliki
kandungan air, garam, urea dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.

3. Augmentasi (pengumpulan)
Urin sekunder dari tubulus distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul ini
masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus
pengumpul, urin dibawa ke pelvis renalis, urin mengalir melalui ureter menuju vesika urinaria (kantong
kemih) yang merupakan tempat penimpanan sementara urin.
Ginjal mempertahankan komposisi cairan ekstraseluler yang menunjang fungsi semua sel tubuh.
Kemampuan ginjal untuk mengatur komposisi cairan ekstraseluler merupakan fungsi per satuan waktu yang
diatur oleh epitel tubulus. Untuk zat yang tidak disekresi oleh tubulus, pengaturan volumenya berhubungan
dengan laju filtrasi glomerulus (LFG). Seluruh zat yang larut dalam filtrasi glomerulus dapat direabsorpsi atau
disekresi oleh tubulus. Laju filtrasi glomerulus telah diterima secara luas sebagai indeks terbaik untuk menilai
fungsi ginjal.

Salah satu hasil ekskresi dari sistem ekskresi (ginjal) yaitu urine. Urine terbentuk melalui 3 tahap,
yaitu: proses filtrasi, re-absorpsi dan augmentasi. Pada tahap filtrasi yang terjadi di glomerulus akan
menghasilkan urin primer, glukosa, asam amino, garam, air,urea, asam urat, dan ion. Lalu terjadi penyerapan
kembali pada tahap reabsorpsi dan menghasilkan urine sekunder. Kemudian pada tahap yang terakhir terjadi
penambahan zat sisa seperti urea, asam urat, sisa obat, H+, NH4+. Proses ketiga ini terjadi di Tubulus Kontortus
Distal sampai Tubulus Kolektivus dan menghasilkan urine yang sebenarnya yang kemudian akan menuju pelvis
(rongga) lalu ke ureter, vesika urinaria (kantong urin), dan jika kantong urine sudah penuh, maka akan
dikeluarkan melalui uretra. Urine yang dihasilkan oleh setiap orang berbeda – beda. Banyak sedikitnya urine
yang dikeluarkan tiap harinya dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya, zat – zat deuretik seperti kopi, teh,
alkohol, kemudian dipengaruhi juga oleh suhu, volume larutan dalam darah dan emosi seseorang.

Urine memiliki sifat kimia dan fisik yang diantaranya ialah: 1. Jumlah rata-rata 1-2 liter/hari tergantung
banyaknya cairan yang dimasukkan kedalam tubuh, 2. Berwarna kuning atau oranye pucat tanpa endapan, 3.
Mempunyai bau yang menyengat dan 4. Reaksi sedikit asam terhadap lakmus dengan Ph rata-rata 6. Sedangkan
komposisi urine adalah 96% air, natrium, pigmen empedu, 1,5 % garam, kalium, toksin, 2,5% urea, magnesium,
urea, sulfat, asam urat, amonia dan hormon. Kandungan urea dalam urine dipengaruhi oleh suhu dan nilai Ph.
Urea merupakan produk akhir dari metabolisme protein yang berbentuk padat, larut dalam air dan tidak
berwarna.

Pembahasan mengenai Ginjal juga dijelaskan di dalam beberapa ayat Al- quran yang diantaranya:

Allah berfirman dalam Al-qur’an surah Al infithar ayat 6-8, yaitu:

َ‫ور ٍة َما شَا َء َر َّك َبك‬


َ ‫ص‬ُ ِ‫ي‬ َ َ‫سانُ َما غ ََّركَ ِب َر ِّبكَ ْالك َِر ِيم َّالذِي َخلَقَكَ ف‬
ّ َ‫س َّواكَ فَ َع َد َلكَ فِي أ‬ ِ ْ ‫َيا أ َ ُّي َها‬
َ ‫اْل ْن‬

Artinya:
“Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha
Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)
mu seimbang. Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuh-mu.”

METODE PENELITIAN

Praktikum keempat yang berjudul “Pemeriksaan Urine” dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 5
Desember 2018 dan bertempat di Laboratorium Terpadu FTIK IAIN Jember. Adapun Alat alat yang digunakan
dalam praktikum kali ini diantaranya ialah: Tabung reaksi, Rak tabung reaksi, Pembakar spiritus, Gelas kimia
100 ml, dan Pipet.

Dan adapun bahan- bahan yang digunakan dalam praktikum “Pemeriksaan Urine” ini antara lain yaitu:
Urine, Indikator univeral pH, dengan rentang 1-14, Reagen benedict, Reagen biuret, Larutan AgNO3 1%,
Larutan Iodium tincture dan Korek api.

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum keempat ini antara lain, yaitu: pertama, Mengukur pH
urine, a) dimasukkan urine ke dalam gelas kimia kemudian diukur pH urine dengan menggunakan indikator
universal, b) dicocokkan warna pada indikator, berapa pH sampel urine. Kedua, Menguji ammonia, a)
dimasukkan 1 ml urine ke dalam tabung reaksi, kemudian dipanaskan dengan pembakar spiritus sampai
mendidih. b) di cium bagaimana bau hasil pemanasan urine tersebut. ketiga, Menguji empedu, a) dimasukkan 2
ml urine ke dalam tabung reaksi. b) dimiringkan tabung dan ditetesi dengan larutan Iodium tincture hingga
seluruh permukaan urine tertutup. diperhatikan pada batas urine dan iodium tincture, apakah ada bentukan
cincin warna hijau. Keempat, Menguji glukosa, a) dimasukkan 2 ml urine ke dalam tabung reaksi b)
Tambahkan 5 tetes reagen benedict kemudian dipanaskan. Diamati perubahan warnanya. Kelima,
Menguji protein, a) dimasukkan 2 ml urine ke dalam tabung reaksi. b) ditambahkan 5 tetes reagen
biuret kemudian biarkan selama 5 menit. Diamati perubahan warnanya. Keenam, Menguji ion klorida,
a) Dimasukkan 2 ml urine ke dalam tabung reaksi b) Ditambahkan 5 tetes larutan AgNO3 1 %
kemudian dibiarkan selama 5 menit. Diamati apakah terbentuk endapan putih, Dan mengapa hal itu
bisa terjadi.

HASIL

Berdasarkan percobaan praktikum yang telah kami lakukan dengan judul praktikum “ Pemeriksaan
Urine”, disini kami memperoleh beberapa data berdasarkan sampel Urine yang di reaksikan dengan berbagai
reagen, yaitu:

Tabel percobaan dengan menggunakan sampel Urine, diperoleh hasil sebagai berikut:

Keaadan
Uji
Sebelum Sesudah

PH 6 (asam)

Amonia Sedikit berbau menyengat

Pigmen
Kuning Bening Tidak terdapat cincin berwarna ungu
Empedu
Tidak terbentuk warna merah bata, namun hanya
Glukosa Kuning Bening
terbentuk warna biru kehijauan

Protein Kuning Bening Tidak ada (tetap)

Klorida Kuning Bening Terdapat endapan berwarna putih


PEMBAHASAN

Pada praktikum keempat ini dengan judul “Pemeriksaan Urine” yang bertujuan untuk mengetahui pH,
adanya amoniak dan klorida dalam urine, untuk mengetahui ada tidaknya glukosa dan protein dalam urine,
untuk mengetahui empedu dalam urine, dan untuk mengidentifikasi kelainan ginjal dari hasil pemeriksaan
urine., pada hari Rabu, tanggal 5 Desember 2018 dan bertempat di laboratorium Terpadu FTIK IAIN Jember,
diperoleh hasil yang telah tertera pada tabel di atas.

Di dalam percobaan kali ini, kami menggunakan sampel berupa Urine dari salah satu anggota kelompok
kami, dalam pengujian urine ini, terdapat 6 jenis kandungan yang di uji yaitu: PH, Amonia, empedu, glukosa,
protein dan ion klorida. Uji pertama untuk mengukur PH urine, dengan cara memasukkan urine kedalam gelas
dan kemudian di ukur menggunakan indikator universal maka diperoleh hasil PH 6 yang menunjukkan urine
dalam keadaan asam. Namun urine ini masih berada dalam kategori normal, karena kisaran PH normal urine
ialah 4-8.

Pada uji yang kedua, yaitu menguji amonia, dengan cara memanaskan 1 ml urine dengan pembakar
spirtus hingga medidih dan setelah mendidih diketahui bahwa urine hanya sedikit berbau pesing atau menyengat
hal ini menunjukkan bahwa urine tidak mengandung banyak amonia dan juga kandungan bilirubin dan
billiverdin tidak banyak bekerja. Selain hal tersebut, dapat diindikasikan pula bahwa kemampuan ginjal dalam
menyaring urine (proses filtrasi) mengalami gangguan dan fungsinya menurun, namun dapat juga ammonia
dieksresikan melalui alat eksresi yang lain ketika dimalam hari sebelum urine di eksresikan.

Uji ketiga, yaitu menguji empedu dengan cara mereaksikan 2 ml urine dengan larutan iodium tincture
hingga seluruh permukaan urine tertutup. Dari pengujian tersebut, di peroleh hasil bahwa di dalam urine tidak
terdapat cincin berwarna hijau yang mana hal ini menunjukkan urine tidak mengandung empedu dan empedu
disini berfungsi untuk memberikan warna kuning terhadap urine.

Pada uji keempat, yaitu menguji glukosa dengan cara memberikan benedict terhadap urine yang
kemudian dipanaskan hingga terlihat perubahan warna, pada percobaan ini diketahui perubahan warna yang
terjadi setelah urine dipanaskan ialah berwarna biru kehijauan dan tidak terbentuk warna merah bata yang
menunjukkan urine mengandung glukosa. Namun pada sampel urine yang di ujikan ini, menunjukkan perubahan
warna biru kehijauan yang berarti bahwa di dalam urine tidak terdapat glukosa yang mana jika urine
mengandung banyak glukosa maka dapat diindikasikan bahwa orang tersebut menderita penyakit diabetes.

Uji kelima, yaitu menguji protein dengan cara mereaksikan 2 ml urine dengan 5 tetes reagen benedict dan
kemudian dibiarkan selama 5 menit. Berdasarkan percobaan ini, di peroleh hasil bahwa tidak ada perubahan
warna yang terjadi dalam urine dan hal ini menunjukkan bahwa urine negative mengandung protein.

Pada uji yang terakhir, yaitu menguji ion klorida dengan cara mereaksikan 2 ml urine dengan 5 tetes
larutan AgNO3 kemudian dibiarkan selama 5 menit. Dan diamati apakah terdapat endapan putih atau tidak.
Berdasarkan hasil percobaan ini diperoleh hasil yaitu terdapat endapan putih di dalam urine hal ini menunjukkan
bahwa urine mengeluarkan ion kloridan dan urine bersifat normal, karena apabila ion klorida direaksikan
dengan larutan Na maka akan menghasilkan garam ( NaCl) yang harus di keluarkan oleh tubuh.
Berdasarkan hasil keenam uji diatas, dapat diketahui bahwa keadaan ginjal dari praktikan yang urine nya
di gunakan sebagai sampel ialah dalam kondisi yang sehat dan normal.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan urine yang telah kami lakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu:

a. Ginjal adalah organ yang mempunyai peranan penting dalam tubuh organ ini berfungsi untuk
membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin / air seni. Selain itu,
ginjal juga berperanan dalam mempertahankan keseimbangan air, garam dan elektrolit.
b. Dari hasil analisis kandungan urine, diketahui bahwa keadaan ginjal praktikan ialah sehat dan
normal.

DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C. 2011. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Isnaeni, wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogjakarta: Penerbit PT KANISIUS.

Ratnaningsih, Anna. 2010.” Pengaruh Kadmium terhadap Gangguan Patologik pada Ginjal Tikus Percobaan”.
Jurnal Universitas Andalus. Vol 5 (1): 63-64.

Sumarlin, La Ode, Dkk. 2016. “Pemerangkapan Ammonium (NH4+) Pada Urine Dengan Zeolit pada Berbagai
Variasi Konsentrasi Urine”. Jurnal Universitas islam Jakarta. Vol 2 (1): 110-111.

Ni Luh Putu, Ratna Suhita, Dkk. 2013.” Histopatologi Ginjal Tikus Putih Akibat Pemberian Ekstrak
Pegagan (Centella asiatica) Peroral”. Jurnal Udayana Denpasar. Vol 5 (1): 63-65.

Anda mungkin juga menyukai