Anda di halaman 1dari 5

24.

5 Renal Physiology II
Semua berawal dari glomerulus. Darah yang masuk ke dalam glomerulus akan
difiltrasi melalui proses filtrasi glomerulus. Dari banyaknya darah yang masuk, hanya sekitar
20% yang tersaring ke kapsula Bowman, sisanya kembali dikeluarkan melalui arteri eferen.
Oleh karena itu, ada beberapa zat yang tidak melewati membran filtrasi glomerulus dan masuk
ke dalam filtrate. Hal ini memerlukan proses yang disebut reabsorbsi dan sekresi tubular. Jika
zat tidak diperlukan, mereka dikeluarkan bersama urin. Jika dibutuhkan, mereka akan diserap
kembali ke dalam darah. Hal ini memberi ginjal kontrol yang tepat atas homeostasis cairan,
elektrolit, dan keseimbangan asam-basa dalam tubuh.

Ada 2 rute yang digunakan dalam proses reabsorbsi dan sekresi tubulus, yaitu :

1. Rute Paraseluler
Pada rute paraseluler, zat melewati sela-sela sel tubulus yang berdekatan . Sela antara sel-
sel tubulus cukup memungkinkan beberapa zat seperti ion kecil dan air bergerak secara
pasif di antara mereka, terutama di tubulus proksimal.
2. Rute Transeluler
Pada rute transeluler, zat seperti glukosa dan asam amino harus bergerak melalui sel
tubulus. Zat yang diserap kembali pertama-tama melintasi membran apikal sel tubulus
(membran yang menghadap ke lumen tubulus), kemudian berjalan melalui sitoplasma sel,
dan akhirnya keluar dari sel melalui membran basolateral (sisi membran yang menghadap
cairan interstisial).

Proses reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal, lengkung Henle, tubulus distal, dan duktus
pengumpul. Sedangkan proses sekresi terjadi di semua tubulus, kecuali di lengkung Henle.

Tubulus Proksimal
Sel-sel tubulus proksimal memiliki mikrovili menonjol yang banyak untuk
menyediakan luas permukaan yang besar. Ini akan memfasilitasi reabsorpsi yang sangat cepat
yang terjadi di tubulus ginjal. Sehingga, tubulus proksimal adalah bagian nefron yang paling
aktif secara metabolik sebagai tempat terjadinya reabsorbsi tubular. Adapun peran tubulus
proksimal dan zat-zat yang direabsorbsi yaitu :
 Reabsorpsi sebagian besar elektrolit (sekitar 65%), termasuk ion Na+, Cl-, K+, Ca2+, Mg2+,
SO42-, dan PO43-, aktivitas yang sangat penting untuk homeostasis elektrolit.
 Reabsorpsi hampir 100% nutrisi seperti glukosa, asam amino, dan zat organik lainnya
(misalnya asam laktat, vitamin yang larut dalam air)
 Reabsorpsi sekitar 90% ion bikarbonat, asam amino, dan zat terlarut.
 Reabsorpsi sekitar 65% air yang diperlukan untuk pemeliharaan homeostasis cairan tubuh.
Pada tubulus proksimal, adapun zat-zat yang dieksresikan yaitu ion H +, produk limbah
nitrogen (asam urat), beberapa drugs, ion amonium, kreatinin, dan sejumlah kecil urea. . Pada
paruh pertama tubulus proksimal, sebagian besar asam urat dalam filtrat diserap kembali,
tetapi hampir semuanya disekresikan kembali ke dalam filtrat pada paruh kedua tubulus.
Lengkung Henle
Di lengkung Henle hanya terjadi proses reabsorbsi saja, tidak ada proses sekresi. Pada
saat filtrat mencapai lengkung Henle, sekitar 60-70% elektrolit dan air telah diserap kembali
dari filtrat dan kembali ke darah. Lalu, saat filtrat melewati lengkung ini, sekitar 20% air, 25%
ion Na+ - Cl-, dan sebagian besar ion yang tersisa direabsorbsi ke darah.

Lengkung Henle tipis yang menurun tipis bersifat sangat permeabel terhadap air, tetapi
kurang permeabel terhadap zat terlarut seperti ion Na + - Cl-. Jadi air dapat bergerak keluar dari
descending limb cells yang tipis melalui osmosis, tetapi zat terlarut yang ikut hanya sedikit.

Lengkung Henle tebal yang naik merupakan kebalikan dari yang menurun, ia bersifat
kurang permeable terhadap air, tetapi dapat mengangkut NaCl ke dalam sel tubulus dengan
menggunakan simporter Na+/K+/2Cl- yang membawa satu ion natrium, satu kalium, dan dua
ion klorida ke dalam sel tubulus. Permeabilitas yang berbeda pada kedua tungkai dan
perubahan konsentrasi filtrat adalah bagian dari sistem yang lebih besar yang memungkinkan
reabsorpsi air yang luas dari filtrate.

Tubulus Distal & Duktus Pengumpul


Pada saat filtrat memasuki bagian pertama tubulus distal, sekitar 85% air dan 90% ion
natrium telah direabsorpsi. Tubulus distal memiliki mikrovili yang sedikit dikarenakan
sebagian besar penyerapan kembali air telah terjadi, sehingga sel tidak terlalu memerlukan
mikrovili untuk melakukan fungsinya mereabsorbsi sebagian besar air dan zat terlarut.

Tubulus distal awal secara struktural dan fungsional mirip dengan bagian ascending
limb Henle, tapi bagian terakhir dari tubulus distal sangat mirip dengan duktus pengumpul.
Sel-sel tubulus distal akhir dan duktus pengumpul memiliki reseptor hormon yang menentukan
fungsinya. Sebagian besar aktivitas mereka diatur oleh hormone ini untuk menyempurnakan
keseimbangan air, elektrolit, dan asam-basa. Adapun hormon-hormon yang berperan seperti
aldosterone, hormone antidiuretic (ADH), dan Peptida natriuretik atrium (ANP).

Zat-zat yang diserap kembali yaitu sebagian besar sisa air, Na+, Cl-, Ca2+, dan ion
bikarbonat. Zat yang disekresikan yaitu ion K+ dan H+ yang diatur oleh hormone.
24.8 Urin dan Renal Clearance
Quick Check Hal. 976
1. Bagaimana komposisi urin yang normal?
 Urin yang normal biasanya terdiri dari 95% air, ion Na +, Cl-, K+, H+, SO42-, PO43-, dan
produk limbah metabolisme protein seperti urea, kreatinin, amonia, dan asam urat. Juga
mengandung sejumlah kecil ion bikarbonat, Ca2+, Mg2+, zat warna empedu (bilirubin
dan biliverdin) yang menyebabkan urine berwarna kuning dan zat yang berlebihan
dalam darah seperti hormon dan vitamin.

2. Apa karakteristik normalnya?


 Karakteristik perubahan urine tergantung pada pengaruh asupannya, seperti air,
olahraga, suhu lingkungan, nutrisi, dan faktor lainnya. Berikut beberapa karakteristik
normal suatu urine, yaitu :
 Warna, urine normal biasanya berwarna kuning muda atau keemasan, Warna ini
berasal dari pigmen tubuh yang disebut urochrome. Warna urin dapat berubah oleh
makanan, vitamin, obat-obatan, dan pewarna makanan tertentu atau oleh adanya
darah.
 Transparasi, urin yang normal harus selalu bening dan tidak keruh.
 Bau, urine yang dikeluarkan seharusnya memiliki bau yang ringan. Bau urine dapat
berubah ubah jika memiliki penyakit tertentu seperti diabetes mellitus, infeksi atau
dengan makan makanan tertentu seperti asparagus.
 PH, urine biasanya memiliki PH sekitar 6 yang sedikit asam tetapi bisa sekitar antara
4,5 hingga 8.
 Berat jenis, ukuran konsentrasi solute dalam urine normalnya berkisar dari 1.001
(urine sangat encer) hingga 1.035 ( urine sangat pekat).

3. Apa itu klirens ginjal? Dan apa yang digunakan untuk memperkirakan nya?
 Klirens ginjal/pembersihan ginjal adalah suatu proses yang mengukur tingkat di
mana ginjal mengeluarkan suatu zat dari darah. Klirens ginjal dari bahan kimia
digunakan untuk memperkirakan GFR. Klirens ginjal dan GFR keduanya diukur dalam
satuan yang sama (ml/menit). Agar suatu zat memberikan ukuran klirens ginjal dan
GFR yang akurat, zat tersebut harus sepenuhnya disaring dan tidak diserap kembali atau
disekresikan. Zat yang disekresikan oleh tubulus ginjal memiliki klirens ginjal lebih
besar daripada GFR-nya sedangkan zat yang diserap kembali memiliki klirens ginjal
lebih kecil daripada GFR-nya.
Ekskresi kreatin dapat digunakan untuk memperkirakan GFR dengan
membandingkan jumlah kreatin yang diekskresikan dalam urine dengan konsentrasi
kreatinin plasma. Penilaian GFR yang lebih akurat dapat diperoleh dengan
menggunakan zat inulin. Inulin adalah karbohidrat kompleks yang ditemukan pada
tumbuhan seperti bawang putih dan antichoke yang disaring oleh glomerulus, tetapi
tidak diserap kembali atau diekskresikan oleh tubulus ginjal atau sistem pengumpul.
GFR dapat diukur dengan menyuntikkan inulin dan membandingkan ekskresinya dalam
urine dengan konsentrasi plasmanya.
24.9 Urin Transport
Quick Check Hal. 979 dan 980
1. Apa 3 lapisan jaringan organ saluran kemih?
 Ureter, memiliki panjang sekitar 25–30 cm dan diameter 3–4 mm pada orang dewasa.
Ureter terdiri atas 3 lapisan, yaitu adventitia, muskularis, dan mukosa.
 Kandung kemih, dapat menampung hingga sekitar 700-800 ml urin pada pria dan lebih
sedikit pada wanita karena posisi rahim. Kandung kemih terdiri atas 3 lapisan, yaitu
adventitia, otot detrusor, dan mukosa.
 Uretra, bagian akhir yang berfungsi untuk mengeluarkan urine dan bentuknya berbeda
pada pria dan wanita. Uretra terdiri atas 3 lapisan, yaitu adventitia, muskularis, dan
mukosa.

2. Apa fungsi ureter dan kandung kemih?


 Ureter berfungsi untuk menyalurkan/mengalirkan urine dari ginjal ke kandung kemih.
 Kandung kemih memiliki epitel transisional sehingga bisa mengembang dan mengendur
untuk menampung urine sebelum dikeluarkan oleh uretra.

3. Bagaimana uretra berbeda secara struktural dan fungsional pada pria dan wanita?
 Secara struktural, pada pria ukuran uretra lebih panjang sekitar 20 cm mengikuti ukuran
penis dan memiliki 3 bagian, yaitu uretra prostat, membrane uretra, dan spongy uretra.
Sedangkan pada wanita, ukuran uretra jauh lebih pendek sekitar 4 cm dan berada di atas
vagina (lubang rahim).
 Secara fungsional, berdasarkan perbedaan struktural itu maka fungsi pada pria dan
wanita berbeda. Pada pria memiliki fungsi ganda, yaitu untuk mengeluarkan urine dan
mengeluarkan sperma. Sedangkan pada wanita hanya berfungsi untuk mengeluarkan
urine saja.

4. Apa langkah-langkah refleks berkemih?


1) Urin mengisi kandung kemih dan meregangkan dindingnya.
2) Reseptor peregangan mengirim sinyal melalui serat aferen sensorik ke bagian sakral
sumsum tulang belakang.
3) Serabut eferen parasimpatis merangsang otot detrusor untuk berkontraksi dan sfingter
uretra internal untuk berelaksasi, menyebabkan mikturisi.
4) Interneuron di sumsum tulang belakang mengkomunikasikan sinyal "kandung kemih
penuh" ke pusat berkemih di pons.
5) Jika berkemih sesuai, korteks serebral memfasilitasi proses ini dengan memungkinkan
sfingter uretra eksternal untuk bersantai, dan urin dikeluarkan.
5. Bagaimana berkemih dikendalikan secara sadar?
 Refleks berkemih pada manusia diatur oleh sistem saraf pusat (medula spinalis)
dan sistem saraf perifer (saraf parisimpatis) meskipun ditahan secara sadar. Saat volume
urine dalam kandung kemih mencapai 200 ml, sehingga terjadi peningkatan tekanan di
dalam kandung kemih yang akan memicu reseptor di dinding otot kandung kemih. Otot
tersebut bersifat sangat sensitif terhadap regangan. Oleh karena itu, saraf akan mengirim
sinyal ke medula spinalis yang memicu timbulnya sensasi ingin berkemih.
Selanjutnya, sinyal saraf akan memicu otot dinding kemih untuk berkontraksi
dan relaksasi sfingter internal yang penting dalam proses berkemih. Kemudian sinyal
dikirimkan ke korteks otak yang menghasilkan sensasi “rasa penuh” sehingga seseorang
secara sadar ingin berkemih. Saat itu, otot sfingter eksternal akan berkontraksi untuk
menahan proses berkemih. Namun, volume maksimal yang dapat ditahan sekitar 500
ml. saat itu, tekanan yang dihasilkan cukup tinggi dan menyebabkan relaksasi otot
sfingter eksternal sehingga terjadi proses berkemih.

Anda mungkin juga menyukai