Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI KANDUNGAN

URINE

KELOMPOK 2 :

ANINDRA BILQIS SHILA (03)


CITRA EKA PARARISWARA (08)
DESYNTA EKA WIDYA ZENIA (10)
JANICE CARISSA CHRISTI (15)
ROSYID ABDILLAH RAMDHAN (25)

XI MIPA 6
SMA NEGERI 1
TAMAN SIDOARJO
2023
A. TUJUAN
Mengetahui karakteristik urine, kandungan protein, kandungan glukosa, dan
kandungan klorida.

B. RUMUSAN MASALAH
Apakah kandungan glukosa, kandungan protein, dan kandungan klorida terdapat
dalam urine?

C. HIPOTESIS
Berdasarkan hipotesis yang sudah dibuktikan dengan hasil praktikum, maka hipotesis
diterima. Dapat disimpulkan bahwa:
 Kandungan urine normal jika diberi reagen fehling A & B akan berubah warna
menjadi biru.
 Kandungan urine normal tidak mengalami perubahan warna menjadi ungu jika
ditetesi biuret.
 Kandungan urine normal memiliki endapan yang sedikit jika ditetesi AgNO3.

D. VARIABEL
Variabel Bebas : Urine
Variabel Kontrol : Reagen (Fehling A & B, Biuret,
AgNO3) Variabel Terikat: Perubahan warna dan endapan

E. DASAR TEORI
1. Proses Pembentukan Urine
Pembentukan urine di dalam ginjal meliputi tiga proses dasar, yaitu filtrasi
glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan augmentasi (sekresi tubulus).
a. Filtrasi glomerulus
Tahap pertama pembentukan urine pada manusia adalah filtrasi glomerulus Frasi
glomerulus adalah proses penyaringan plasma bebas protein melalui kapiler
glomerulus ke dalam kapsul Bowman. Melalui filtrasi glomerulus, setiap hari
terbentuk rata-rata 180 liter filtrat glomerulus. Jika volume plasma pada orang dewasa
rata-rata 2,75 liter, berarti ginjal menyaring keseluruhan plasma sebanyak 65 kali
sehari. Laju filtrasi glomerulus dikontrol oleh saraf simpatik Saraf parasimpatik tidak
memiliki pengaruh apapun pada ginjal.
(1) Mekanisme kerja filtrasi glomerulus
Ketika darah mengalir melalui glomerulus, cairan yang difiltrasi harus
melewati membran glomerulus yang mampu menahan sel darah dan protein
plasma, tetapi air dan zat terlarut yang molekulnya berukuran kecil akan melewati
membran glomerulus. Membran glomerulus tersusun dari tiga lapisan, yaitu
dinding kapiler glomerulus, membran basal, dan lapisan dalam kapsul Bowman.
Filtrasi glomerulus merupakan proses pasif yang terjadi karena tiga gaya fisik sebagai
berikut.

 Tekanan darah kapiler glomerulus, tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di
dalam kapiler glomerulus. Tekanan ini bergantung pada kontraksi jantung dan
resistensi aliran darah yang ditimbulkan oleh arteriola aferen dan eferen. Diameter
arteriola aferen lebih besar daripada arteriola eferen, sehingga darah lebih mudah
masuk ke kapiler glomerulus daripada keluar melalui arteriola eferen. Nilai
tekanan sekitar 55 mmHg.
 Tekanan osmosis koloid plasma, ditimbulkan oleh distribusi tidak seimbang
protein-protein plasma di kedua sisi membran glomerulus. Protein plasma tidak
dapat difiltrasi sehingga protein plasma terdapat di glomerulus tetapi tidak
terdapat di kapsul Bowman. Konsentrasi H2O lebih tinggi di kapsul Bowman
daripada di kapiler glomerulus, sehingga timbul kecenderungan H2O berpindah
melalui osmosis dari kapsul Bowman ke kapiler glomerulus melawan filtrasi
glomerulus. Nilai tekanan sekitar 30 mmHg.
 Tekanan hidrostatik kapsul Bowman, tekanan ditimbulkan oleh yang cairan di
bagian awal tubulus yang cenderung mendorong cairan keluar dari glomerulus
menuju ke kapsul Bowman. Nilai tekanan sekitar 15 mmHg.

(2) Komposisi filtrat glomerulus (urine primer)


Filtrat glomerulus yang terdapat di dalam kapsul Bowman memiliki ciri-
ciri sebagai berikut.
• Mengandung H2O dan zat-zat terlarut seperti glukosa, klorida, natrium, kalium,
fosfat, urea, asam urat, dan kreatinin.
• Hampir tidak mengandung protein plasma, kandungan albumin kurang dari 1%.
• Tidak mengandung elemen seluler seperti sel darah merah, karena sel darah
merah tidak difiltrasi.
b. Reabsorpsi tubulus
Reabsorpsi tubulus adalah proses penyerapan kembali zat yang dibutuhkan oleh
tubuh seperti glukosa, asam amino, nutrisi organik, air, dan garam mineral.
Reabsorpsi dapat terjadi secara pasif (osmosis tanpa energi) maupun aktif
memerlukan energi). Tubulus memiliki kemampuan reabsorpsi yang besar dan sangat
selektif terhadap bahan- bahan yang dibutuhkan oleh tubuh. Biasanya tubulus
meteabsorpsi sekitar 99% dari H2O yang terfiltrasi, 100% gula terfiltrasi, dan 99,5%
garam yang terfiltrasi. Urine yang dihasilkan setelah proses reabsorpsi tubulus disebut
urine sekunder.
Untuk dapat direabsorpsi, bahan harus melewati lima penyaring terpisah yang
disebut transpor transepitel.
Reabsorpsi bahan yang dibutuhkan oleh tubuh jara sebagai berikut.
(1) Ion-ion natrium (Na+), reabsorpsi terjadi secara pasif (difusi terfasilitasi oleh
saluran protein) maupun aktif (pompa natrium-kalium). Reabsorpsi terjadi di
rubulus kontortus proksimal, lengkung Henle asenden (naik), serta tubulus
kontortus distal dan duktus kolektivus yang dikontrol oleh enzim renin, hormon
angiotensin dan aldosteron.
(2) Ion klorin (CI-) dan ion negatif lainnya (misalnya bikarbonat), secara pasif
berdifusi ke dalam sel-sel epitel dari lumen tubulus mengikuti pergerakan natrium
yang keluar menuju ke cairan kapiler tubuler.
(3) Glukosa, fruktosa, dan asam amino direabsorpsi secara difusi dipermudah oleh
saluran protein dan kotranspor (protein transpor yang berperan seperti enzim).
(4) Air direabsorpsi melalui osmosis bersama-sama dengan ion natrium dari area
berkonsentrasi air tinggi dalam lumen tubulus ke area berkonsentrasi air rendah
dalam cairan interstisial dan kapiler peritubuler.
(5) Urea direabsorpsi secara difusi sekitar 50% dan sebanyak 50% urea lainnya akan
diekskresikan ke dalam urine.
(6) lon anorganik (kalium, kalsium, fosfat, dan sulfat) dan sejumlah ion organik,
direabsorpsi melalui transpor aktif.

c. Augmentasi (sekresi tubulus)


Augmentasi (sekresi tubulus) adalah transpor aktif yang memindahkan zat-zat
tertentu dari darah dalam kapiler peritubuler, keluar melewati sel-sel tubuler menuju ke
cairan tubuler, dan masuk ke dalam urine, Semua zat yang masuk ke cairan tubuler dan
tidak direabsorpsi, akan dieliminasi ke dalam urine sesungguhnya. Sekresi rubulus terjadi
melalui transpor transepitel, tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah dari proses
reabsorpsi tubulus. Augmentasi terjadi di tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus
distal, dan duktus kolektivus.
Augmentasi meliputi, antara lain sebagai berikut.
(1) Ion hidrogen, amonia, kreatinin, asam hipurat, obat-obatan tertentu (misalnya
penisilin), dan zat-zat kimia asing disekresikan ke dalam tubulus secara aktif. Sekresi
ion hidrogen dan amonia membantu dalam pengaturan pH plasma dan keseimbangan
asam basa cairan tubuh.
(2) Sekresi ion kalium dikontrol oleh hormon aldosteron. Lon kalium secara aktif
direabsorpsi di tubulus kontortus proksimal, tetapi disekresikan di tubulus kontortus
distal dan duktus kolektivus.

2. Penyimpanan Sementara Urine dan Berkemih


Urine dari duktus kolektivus menuju ke pelvis renalis, selanjutnya mengalir melalui
ureter, dan masuk ke vesika urinaria (kandung kemih). Kontraksi peristaltik otot polos
dinding ureter mendorong urine dari ginjal ke kandung kemih. Kandung kemih berbentuk
seperti buah pir
(kendi) terbalik dengan puncak mengarah ke depan bawah. Dinding kandung kemih berlipat-
lipat dengan struktur otot yang dapat meregang untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan
urine, sehingga tidak harus terus-menerus membuang urine.
Dari kandung kemih, urine mengalir ke uretra, selanjutnya melalui lubang luar
dibuang ke luar tubuh. Uretra berdiameter 4-6 mm, panjang uretra pada wanita dewasa 2,5-
3,5 cm sedangkan pada laki-laki dewasa 17-22,5 cm. Uretra pada laki-laki membawa cairan
semen dan urine, tetapi tidak pada waktu yang bersamaan. Keinginan membuang air kecil
disebabkan penambahan tekanan di dalam kandung kemih akib al urine di dalamnya sudah
mencapai 170-230 ml. Peristiwa pembuangan urine pengosongan kandung kemih/berkemih)
disebut mikturist yang merupakan prak ecks yang dapat ditahan atau dikendalikan oleh saral
pusat di otak.

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Proses Pembentukan Urine


Pembentukan urine dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal.
a. Faktor internal
• Hormon ADH (antidiuretic hormone), dihasilkan oleh hipotalamus dalam otak,
disimpan dan dibebaskan oleh kelenjar pituitari yang terletak di bawah diare
menyebabkan peningkatan osmolaritas (kepekatan) darah, peningkatan sekresi ADH ke
dalam aliran darah, peningkatan permeabilitas terhadap air pada epitel tubulus kontortus
distal dan duktus kolektivus, serta peningkatan reabsorpsi air. Hal tersebut menyebabkan
jumlah urine sedikit atau lebih pekat. Sebaliknya, jika banyak minum, maka sekresi ADH
sedikit, reabsorpsi rubulus terhadap air berkurang, sehingga jumlah urine banyak atau
lebih encer.
• Hormon insulin, dihasilkan oleh sel B pada pankreas. Insulin berfung untuk
menurunkan kadar glukosa darah dengan cara menginisiasi penyerapan glukosa oleh sel
untuk diubah menjadi energi atau disimpan, dan menghambat pembebasan glukosa ke
dalam darah oleh hati. Jika kekurangan insulin, kada glukosa dalam darah tinggi,
reabsorpsi glukosa terganggu, sehingga terdapat banyak glukosa dalam urine (kencing
manis).
• Sistem renin-angiotensin-aldosteron, dihasilkan oleh aparatus juksta glomerulus untuk
merespons tekanan darah rendah, konsentral natrium rendah, dan kehilangan air. Renin
mengubah protein plasma angiotensinogen menjadi angiotensin I. Angiotensin I diubah
menjadi angiotensin II. Angiotensin II berfungsi menstimulasi haus, sekresi ADH,
peningkatan tekanan darah, dan pelepasan aldosteron. Aldosteron berfungsi
meningkatkan sekresi K dalam tubulus kontortus distal saat natrium direabsorpsi.

b. Faktor eksternal
• Suhu lingkungan, jika suhu lingkungan panas, banyak mengeluarkan keringat,
osmolaritas darah meningkat, sekresi ADH meningkat, reabsorpsi air banyak, dan jumlah
urine menjadi sedikit.
• Jumlah air yang diminum, jika banyak minum air, osmolaritas darah menurun, sekresi
ADH menurun, reabsorpsi air sedikit, dan jumlah urine menjadi banyak.
• Alkohol dapat menghambat pembebasan ADH sehingga menyebabkan kandungan air
dalam urine berkurang, tubuh mengalami dehidrasi, dan rasa sakit.

4. Karakteristik Urine
a. Sifat fisik urine
• Volume urine yang dihasilkan orang dewasa yang sehat sekitar 800-2.500 ml/hari.
• Berwarna kuning pucat sampai dengan kuning tua. Urine yang masih segar tampak
jernih, tetapi kalau didiamkan beberapa saat pada ruangan terbuka, maka akan berubah
menjadi keruh. Hal ini terjadi karena perubahan urea menjadi amonia.
• Berat jenis urine 1.003-1,035 g/cm³, bersifat agak asam dengan pH rata-rata 6, atau
sekitar 4,7-8.
• Berbau khas, cenderung berbau amonia setelah didiamkan, dipengaruhi oleh jenis
makanannya. Pada urine penderita diabetes, adanya aseton menimbulkan bau manis.

b. Komposisi urine
Urine terdiri atas 95% air dan zat-zat terlarut.
• Zat-zat yang terkandung dalam urine normal sebagai berikut.
(1) Zat buangan nitrogen, misalnya urea (hasil deaminasi protein), asam urat (hasil
katabolisme asam nukleat), dan kreatinin (hasil penguraian kreatin fosfat dalam
jaringan otot).
(2) Benda keton (hasil metabolisme lemak).
(3) Asam hipurat dari pencernaan sayuran dan buah.
(4) Toksin, zat kimia asing, pigmen (urobilin/ urokrom, hematoporfirin), enzim,
vitamin, dan hormon. Hormon chorionic gonadotropin (HCG) terdapat pada
urine wanita hamil.
(5) Elektrolit, meliputi ion natrium, klorin, kalium, amonium, sulfat, fosfat,
kalsium, magnesium.
• Zat-zat yang terkandung dalam urine abnormal. Antara lain albumin, glukosa, sel
darah merah, zat kapur, batu ginjal (kalkuli), dan badan keton yang jumlahnya
melebihi normal.

F. ALAT DAN BAHAN


Alat :
- Tabung reaksi
- Korek api
- Rak tabung reaksi
- Gelas beker 500 mL
- Piper tetes
- Kertas tisu
- Pemanas bunsen
- Kertas label
- Kasa asbes
- Kaki tiga
- Botol sampel urine yang bening transparan
- pH meter

Bahan :
- Sampel urine pagi (urine yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari bangun tidur)
- Larutan AgNO3 (5 tetes)
- Larutan Biurer (5 tetes)
- Larutan Benedict (5 tetes)

G. CARA KERJA
A. Sifat fisik urine
Mengamati dan membandingkan beberapa sampel urine yang dibawa dari dalam
hal sifat-sifat fisiknya (misalnya, warna, tingkat kekeruhan, dan pH), menganalisis
dengan menggunakan rabel acuan pada buku paket biologi halaman 203.

B. Uji kandungan klorida


Memasukkan 2 mL urine ke dalam tabung reaksi, menambahkan 5 tetes larutan
AgNO3 sebanyak 5 tetes atau 10%. Mengamati endapan putih yang terbentuk (endapan
putih tipis = urine normal, endapan putih tebal = urine abnormal).

C. Uji protein
Memasukkan 2 mL sampel urine ke dalam tabung reaksi. Menambahkan 5 tetes
larutan Biuret. Mengamati perubahan warnanya dan menuliskan hasil analisis.

D. Uji glukosa
1. Menuangkan sampel urine ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 mL, menempelkan
kertas label agar tidak tertukar.
2. Meneteskan larutan Benedict sebanyak 5 tetes ke dalam tabung reaksi telah berisi
urine, kemudian mengocok sebentar agar bercampur merata. Mengamati warnanya.
3. Memasukkan semua tabung reaksi tersebut ke dalam gelas beker berisi air
setengahnya, kemudian memanaskan hingga mendidih beberapa saat dan terjadi
perubahan warna.
4. Mematikan pemanas bunsen, dan biarkan hingga agak dingin. Mengamati
perubahan warna urine di setiap tabung reaksi dan analisis hasilnya berdasarkan
tabel acuan pada buku paket biologi halaman 204.
H. DATA PENGAMATAN

Sifat Fisik Urine Uji Protein Uji Glukosa Uji


Klorida
Nama Warna pH Perubah Kandun Warna Warna Kandun
an gan Awal Akhir gan
Warna Protein (Fehling (Setelah Glukosa
A + Dipanas
Fehling kan)
B)
Rosyid Kuning 6 Kuning Tidak Biru Hijau 0,5-1% Endapan
Abdillah Terang Ada Gelap Kekunin Putih
Ramdha gan Tipis
n Keruh

I. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, kami menggunakan urine Rosyid Abdillah Ramdhan. Berikut ini
pembahasan dari data pengamatan :

a. Karakteristik Urine
Karakteristik urine dari hasil praktikum ini berwarna kuning. Warna kuning
menandakan urine milik Rosyid bersifat normal. Urine yang masih segar tampak
jernih, cenderung berbau khas yaitu bau amonia yang bersifat normal.
Menguji kadar pH dalam urine dengan menggunakan indikator universal. Setelah
urine dimasukkan dalam urine kemudian warnanya dicocokan dengan standar pH,
menunjukkan bahwa urine tersebut memiliki pH 6, yang berarti normal. Sesuai dengan
teori urine mempunyai pH rata-rata 6, atau sekitar 4,7-8 yang bersifat agak asam.

b. Uji Protein
Urine ditetesi 5 tetes larutan biuret. Setelah beberapa saat urine mengalami
perubahan, semula bewarna kuning menjadi kuning lebih terang. Perubahan warna
urine selain bewarna ungu (warna kuning terang) menunjukkan urine tersebut tidak
mengandung protein. Hal tersebut menunjukkan bahwa ginjal dalam keadaan baik
sehingga dapat menyaring protein (albumin) dalam urine. Apabila terbentuk cincin
putih dalam tabung reaksi menandakan terdapat kerusakan pada glomerulus ginjal
sehingga tidak dapat menyaring protein dalam urine. Atau kerusakan pada membran
kapsul endothelium/karena iritasi sel-sel ginjal akibat masuknya substansi seperti
racun, bakteri, eter, atau logam berat.

c. Uji Glukosa
Urine ditetesi 5 tetes larutan fehling A dan 5 tetes larutan fehling B berubah warna
dari kuning menjadi biru gelap. Urine tersebut dipanaskan diatas pembakar spiritus
selama 10 menit. Setelah 10 menit urine yang semula berwarna biru gelap setelah
ditetesi fehling A + B berubah warna menjadi hijau kekuningan keruh. Jadi, dapat
dikatakan ginjal dari pemilik urine memiliki kandungan glukosa sebesar 0,5-1%.

d. Uji Klorida
Urine ditetesi 5 tetes larutan AgNO3. Setelah beberapa saat terjadi perubahan
urine, yaitu terdapat endapan tipis (tidak melebihi setengah) berwarna putih keruh
yang menunjukkan urine tersebut mengandung garam-garaman. Endapan putih tipis
berasal dari endapan AgCl yang terbentuk dari reaksi:
AgNO3 + CI- -> AgCl + NO3
Sehingga dapat disimpulkan bahwa urine tersebut dalam keadaan normal.

J. KESIMPULAN
Berdasarkan hipotesis yang sudah dibuktikan dengan hasil praktikum, maka hipotesis
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa:

 Karakteristik urine dari Rosyid Abdillah Ramdhan berwarna kuning bersifat normal
dengan memiliki pH 6.
 Kandungan urine yang terdapat pada Rosyid Abdillah Ramdhan mengandung sedikit
glukosa sebesar 0,5-1% dengan perubahan warna hijau kekuningan keruh.
 Kandungan urine yang terdapat pada Rosyid Abdillah Ramdhan berubah menjadi
kuning lebih terang. Perubahan tersebut menunjukkan urine tidak mengandung
protein.
 Kandungan urine yang terdapat pada Rosyid Abdillah Ramdhan memiliki endapan
tipis (tidak melebihi setengah), sehingga urin tersebut dalam keadaan normal.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai