Anda di halaman 1dari 15

2.

2 Karakteristik Sistem Ekskresi Di Dalam Tubuh Manusia


1. Ginjal
Ginjal atau ren disebut juga buah pinggang karena buahnya seperti biji buah
kacang merah. Ginjal terletak dikanan dan kiri tulang pinggang, yaitu dalam rongga perut
pada dinding tubuh dorsal. Ginjal berjumlah 2 buah, berwarna merah keunguan, dan yang
kiri terletak agak tinggi dari kanan (Guyton, 1996 dalam Aji, 2018).

(sumber: Aji, 2018) (sumber: Azmi, 2013)


Gambar 1.1 Ginjal
A. Struktur
Berat dan besar ginjal bervariasi; hal ini tergantung jenis kelamin, umur, serta
ada tidaknya ginjal pada sisi lain. Pada orang dewasa, rata-rata ginjal memiliki
ukuran panjang sekitar 11,5 cm, lebar sekitar 6 cm dan ketebalan 3,5 cm dengan
berat sekitar 120-170 gram atau kurang lebih 0,4% dari berat badan. Ginjal memiliki
bentuk seperti kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap ginjal
terdapat bukaan yang disebut hilus yang menghubungkan arteri renal, venarenal,
dan ureter (Azmi, 2013).
Lapisan ginjal bagian luar disebut kulit ginjal atau korteks, sedangkan lapisan
dalam disebut sumsum ginjal atau medulla. Lapisan paling dalam berupa rongga
ginjal disebut pelvis renalis (Guyton, 1996 dalam Aji, 2018). Pada
bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan
bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh jaringan fibros tipis dan
mengkilap yang disebutkapsula fibrosa ginjal dan diluar kapsul ini terdapat jaringan
lemak perirenal. Di sebelah atas ginjal terdapat kelenjar adrenal. Ginjal dan kelenjar
adrenal dibungkus oleh fasia gerota (Azmi, 2013).
Saluran structural dan fungsional ginjal yang terkecil disebut nefron. Tiap
nefron terdiri atas badan malpighi yang tersusun dari kapsul bowman, glomerulus
yang terdapat dibagian korteks, serta tubulus-tubulus yaitu tubulus kontertus
proksimal, tubulus kontertus distal, tubulus pengumpul dan lengkung henle yang
terdapat dibagian medulla. Lengkung henle ialah bagian saluran ginjal yang
melengkung pada daerah medulla dan berhubungan dengan tubulus proksimal
maupun tubulus didaerah korteks. Pada orang dewasa panjang seluruh tubulus
kurang lebih 7,5 sampai 15 km (Cuningham, 2002 dalam Aji, 2018).
Nefron ginjal dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal
normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut
(terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian
mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa
cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan
mekanisme pertukaran lawan arus dan ko-transpor. Hasil akhir yang kemudian
diekskresikan disebut urine. Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring
yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran
(tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang
disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus
mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki
pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding
epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya
tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan
masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal
lewat arteri eferen (Azmi, 2013).
Ginjal dilindungi oleh lemak, dan selain itu terdapat arteri ginjal yang
menyerupai darah. Ginjal mengendalikan potensial air pada darah yang melewatinya.
Substansi yang menyebabkan ketidak seimbangan potensial air pada darah akan
dipisahkan dari darah dan diekskresikan dalam bentuk urine. Contoh : sisa nitrogen
hasil pemecahan asam amino dan asam nukleat (Cuningham, 2002 dalam Aji, 2018).
B. Fungsi Ginjal
1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh
2. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan
3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian
tubulus ginjal
4. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia
5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel
darah merah (SDM) di sumsum tulang
6. Mempertahankan cairan ekstraseluler dengan cara mengeluarkan air bila berlebih
C.  Tahap Pembentukan Urin
Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi/sekresi.
1. Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi terjadi pada kapsul Bowmen dan glomerulus. Dinding terluar
kapsul Bowmen tersusun dari satu lapis sel epitelium pipih. Antara dinding luar
dengan dinding dalam terdapat ruang kapsul yang berhubungan dengan lumen
tubulus kontortus proksimal. Dinding dalam kapsul Browman tersusun dari
sel-sel khusus yang disebut podosit. (Thoyyibah, 2014)
Ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi
sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut
melewati pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju
membran dasar, dan melewati lempeng filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang
kapsul Bowman. Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsul Bowman disebut
filtrat glomerulus atau urin primer. (Thoyyibah, 2014)
Komposisi urin primer dapat dilihat di Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Komposisi Utama Urin Primer
Molekul Kadar per gram
Air 900
Protein 0
Glukosa 1
Asam amino 0,5
Urea 0,3
Ion organik 7,2
2. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)
Penyarapan terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, dan
sebagian tubulus kontortus distal. Reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitelium
diseluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat yang di reabsorpsi tergantung
kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi antara lain adalah air,
glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HbO42- dan
sebagian urea.
Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif. Glukosa dan
asam amino direabsorpsi secara transpor aktif di tubulus proksimal. Reabsorpsi
Na+, HCO3-, dan H2O terjadi di tubulus kontotus distal.
Tahapan terjadinya reabsorpsi adalah sebagai berikut: Urin primer
masuk dari glomerulus ke tubulus kontortus proksimal. Urin ini bersifat
hipotonis dibanding plasma darah. Kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan
67% ion Na+ , selain itu juga terjadi reabsorpsi air dan ion Cl- secara pasif.
Bersamaan dengan itu, filtrat menuju lengkung Henle. Filtrat ini telah
berkurang volumenya dan bersifat isotonis dibandingkan cairan pada jaringan
di sekitar tubulus kontortus proksimal. Pada lengkung Henle tarjadi sekresi
aktif ion Cl- ke jaringan disekitarnya. Reabsorpsi dilanjutkan di tubulus
kontortus distal. Pada tubulus ini terjadi reabsorpsi Na+ dan air dibawah
kontrol ADH (hormon autidiuretik). Disamping reabsorpsi, di tubulus ini juga
terjadi sekresi H+ , NH4+, urea, kreatinin, dan obat-obatan yang ada pada urin.
Hasil reabsorpsi ini berupa urin sekunder yang mengandung air, garam, urea
dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
(Thoyyibah, 2014)
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai
terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat
ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain,
misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin.
Urin sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun menuju tubulus
pengumpu. Pada tubulus pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+,
Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus
pengumpul, urin dibawa ke pelvis renalis. Dari pelvis renalis, urin mengalir
melalui ureter menuju vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan tempat
penyimpanan sementara urin. (Thoyyibah, 2014)
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
(seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk
urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah
sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal
glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan
yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa
yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi
yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang
dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan
dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.
2. Paru-Paru
Paru-paru (Bahasa Inggris: Lung, dari kata Latin pulmones untuk paru-paru.) adalah
organ utama pada sistem pernapasan (respirasi) dan berhubungan dengan sistem
peredaran darah (sirkulasi) dan juga sistem ekskresi. Fungsinya adalah untuk menukar
oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari darah atau sering disebut “bernapas”.
Pada umumnya paru-paru terdapat pada hewan mamalia termasuk juga manusia.
1. Struktur
(sumber: Azmi, 2013)
Gambar 2.1 Paru-Paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediastinum), dilindungi oleh
struktur tulang selangka. Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu sekat disebut
diafragma. Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram, sedangkan paru-paru kiri sekitar
560 gram. Masing-masing paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan
pembuluh- pembuluh besar serta struktur-struktur lain di dalam rongga dada. Selaput
yang membungkus paru-paru disebut pleura. Paru-paru terbenam bebas dalam rongga
pleuranya sendiri. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura
dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru.
2. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut kavum
pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru
dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna
untuk meminyaki permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan
dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas (Buduanto, 2005).
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri atas tiga
gelambir (lobus) yaitu gelambir atas (lobus superior), gelambir tengah (lobus
medius), dan gelambir bawah (lobus inferior). Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas
dua gelambir yaitu gelambir atas (lobus superior) dan gelambir bawah (lobus
inferior). Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-
paru kiri mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior,
dan lima buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai sepuluh segmen,
yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus medial,
dan tiga buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi
menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus satu dengan yang
lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan
saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus,
bronkeolus ini bercabang-cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus
alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm (Azmi, 2013).
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa, alveoli, atau alveolus). Pada gelembung inilah terjadi
pertukaran udara di dalam darah, O2masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari
darah. Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan
luas permukaannya ± 90m2. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700juta buah. Ukurannya bervariasi, tergantung lokasi anatomisnya, semakin negatif
tekanan intrapleura di apeks, ukuran alveolus akan semakin besar. Ada dua tipe sel
epitel alveolus. Tipe I berukuran besar, datar dan berbentuk skuamosa,
bertanggungjawab untuk pertukaran udara. Sedangkan tipe II, yaitu pneumosit
granular, tidak ikut serta dalam pertukaran udara. Sel-sel tipe II inilah yang
memproduksi surfaktan, yang melapisi alveolus dan mencegah kolapnya alveolus
(Azmi, 2013).
2. Fungsi Paru-paru
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada
pernapasan melalui paru-paru, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut. Pada
waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan
dapat erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapisan membran ,
yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus
membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung.
Dari sini, dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-
paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen
jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbon dioksida adalah salah satu hasil buangan
metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan
setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinapaskan keluar melalui hidung dan
mulut (Azmi, 2013).
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4
menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bias
menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan
kacau pikiran dan anoksia serebralis, misalnya orang bekerja pada ruangan yang
sempit, tertutup, ruang kapal, ketel uap, dll. bila oksigen tidak mencukupi maka
warna darah merahnya hilang berganti menjadi kebiru-biruan misalnya di bibir,
telinga, lengan, dan kaki (sianosis) (Azmi, 2013).
Ekskret dari paru-paru adalah CO2 dan H2O yang dihasilkan dari proses
pernapasan. Proses pengangkutan CO2 telah dibicarakan dalam proses pernapasan.
Pada prinsipnya, pengangkutan CO2 terjadi melalui tiga cara, yaitu terlarut dalam
plasma darah (7-10%), berikatan dengan hemoglobin (20%), dan dalam bentuk ion
HCO3- (70%) melalui proses berantai yang disebut pertukaran klorida. Mekanisme
pertukaran klorida adalah sebagai berikut. Darah pada alveolus paru-paru mengikat
O2 dan mengangkutnya ke sel-sel jaringan. Dalam jaringan, darah mengikat CO2
untuk dikeluarkan bersama H2O yang dikeluarkan dalam bentuk uap air. Reaksi
kimia tersebut secara ringkas dapat dituliskan sebagai berikut. CO2 +H2O
H2CO3 HCO3-+H+ Ion H+ yang bersifat racun diikat oleh hemoglobin,
sedangkan HCO3- keluar dari sel darah merah dan masuk ke dalam plasma darah.
Sementara iru pula, kedudukan HCO3- digantikan oleh ion Cl- (klorida) dan plasma
darah (Thoyyibah, 2014).
Sebagian udara yang dihirup oleh seseorang tidak pernah sampai pada daerah
pertukaran gas, tetapi tetap berada dalam saluran napas di mana pada tempat ini tidak
terjadi pertukaran gas, seperti pada hidung, faring dan trakea. Udara ini disebut udara
ruang rugi, sebab tidak berguna dalam proses pertukaran gas. Pada waktu ekspirasi,
yang pertama kali dikeluarkan adalah udara ruang rugi, sebelum udara di alveoli
sampai ke udara luar. Oleh karena itu, ruang rugi merupakan kerugian dari gas
ekspirasi paru-paru. Ruang rugi dibedakan lagi menjadi ruang rugi anatomik dan
ruang rugi fisiologik. Ruang rugi anatomik meliputi volume seluruh ruang sistem
pernapasan selain alveoli dan daerah pertukaran gas lain yang berkaitan erat.
Kadang-kadang, sebagian alveoli sendiri tidak berungsi atau hanya sebagian
berfungsi karena tidak adanya atau buruknya aliran darah yang melewati kapiler
paru-paru yang berdekatan. Oleh karena itu, dari segi fungsional, alveoli ini harus
juga dianggap sebagai ruang rugi dan disebut sebagai ruang rugi fisiologis (Ganong,
1998).
3. Kulit
Kulit manusia tersusun atas dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis.
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang
berbeda-beda: 400−600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan
75−150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut)
(Tortora dkk., 2006). Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan:
a. Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.
b. Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang yang
merangsang sel Limfosit T. Sel Langerhans juga mengikat, mengolah, dan
merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans
berperan penting dalam imunologi kulit
c. Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan
berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus
d. Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam sebagai
berikut:
- Stratum Korneum, terdiri atas 15−20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma
yang dipenuhi keratin.
- Stratum Lucidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang sangat
gepeng.
- Stratum Granulosum, terdiri atas 3−5 lapis sel poligonal gepeng yang
sitoplasmanya berisikan granul keratohialin..
- Stratum Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum saling terikat
dengan filamen.
- Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis, terdiri
atas selapis sel kuboid (Junqueira dan Carneiro, 2007).

Dermis, yaitu lapisan kulit di bawah epidermis. Dermis terdiri atas dua lapisan
dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular.
a. Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar
dari pembuluh (ekstravasasi).
b. Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan ikat
padat tak teratur (terutama kolagen tipe I)
Selain kedua stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa turunan epidermis,
yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea (Djuanda, 2007). Pada bagian
bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang disebut jaringan subkutan dan
mengandung sel lemak yang bervariasi. Jaringan ini disebut juga fasia superficial, atau
panikulus adiposus (Junqueira dan Carneiro, 2007).

Gambar Struktur pada kulit manusia.

A. Fungsi Kulit
Fungsi kulit antara lain sebagai berikut:
a. Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai
berikut:
1. Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia.
2. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi,
selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.
3. Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari
kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di
permukaan kulit.
4. Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada stratum
basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen
ini bertugas melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik
dapat tersimpan dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin,
maka dapat timbul keganasan.
5. Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang pertama
adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap mikroba.
Kemudian ada sel fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba yang masuk
melewati keratin dan sel Langerhans

b. Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti
vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida (Djuanda,
2007). Permeabilitas kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa
material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri Beberapa obat juga
dirancang untuk larut lemak, seperti kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke kulit
dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan. Kemampuan absorpsi kulit
dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis
vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel atau melalui muara
saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang
melalui muara kelenjar (Tortora dkk., 2006).

c. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar
eksokrinnya, yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:
1. Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan
melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen (Harien, 2010). Sebum
dikeluarkan ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea
sehingga sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum
tersebut merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol, protein, dan elektrolit.
Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan memproteksi
keratin (Tortora dkk., 2006).
2. Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat keluar
dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari (Djuanda, 2007). Seorang
yang bekerja dalam ruangan mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi
orang yang aktif jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas,
keringat juga merupakan sarana untuk mengekskresikan garam, karbondioksida, dan
dua molekul organik hasil pemecahan protein yaitu amoniak dan urea.
Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar
keringat merokrin.
1. Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta
aktif pada usia pubertas dan menghasilkan sekret yang kental dan bau yang khas
(Djuanda, 2007). Kelenjar keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal dari sistem
saraf dan hormon sehingga sel-sel mioepitel yang ada di sekeliling kelenjar
berkontraksi dan menekan kelenjar keringat apokrin. Akibatnya kelenjar keringat
apokrin melepaskan sekretnya ke folikel rambut lalu ke permukaan luar (Tortora
dkk., 2006).
2. Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak tangan dan kaki.
Sekretnya mengandung air, elektrolit, nutrien organik, dan sampah metabolism .
Kadar pH-nya berkisar 4,0−6,8 dan fungsi dari kelenjar keringat merokrin adalah
mengatur temperatur permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta
melindungi dari agen asing dengan cara mempersulit perlekatan agen asing dan
menghasilkan dermicidin, sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotik (Djuanda,
2007).
d. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis (Djuanda,
2007). Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis
dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di
dermis, badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan,
demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap
tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut
lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik (Tortora dkk., 2006).

e. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)


Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui
dua cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler
(Djuanda, 2007). Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam
jumlah banyak serta memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas akan
terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan
mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit pembuluh darah
(vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh (Harien, 2010).

f. Fungsi pembentukan vitamin D


Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi
kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet (Djuanda, 2007). Enzim di hati dan ginjal
lalu memodifikasi prekursor dan menghasilkan kalsitriol, bentuk vitamin D yang aktif.
Calcitriol adalah hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari
traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah (Tortora dkk., 2006).

4. Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia dengan berat hati kurang
lebih 1,5 kg. Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak di bawah kerangka iga
(Sloane, 2004).
Hepar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis
tepat di bawah diaphragma. Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus costalis dextra
dan hemidiaphragma dextra memisahkan hepar dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor.
Hepar terbentang ke sebelah kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra (Snell, 2006).
Hepar tersusun atas lobuli hepatis. Vena centralis pada masing-masing lobulus
bermuara ke venae hepaticae. Dalam ruangan antara lobulus- lobulus terdapat canalis
hepatis yang berisi cabang-cabang arteria hepatica, vena portae hepatis, dan sebuah
cabang ductus choledochus (triashepatis). Darah arteria dan vena berjalan di antara sel-sel
hepar melalui sinusoid dan dialirkan ke vena centralis (Sloane, 2004).
A. Fungsi Hati
Menurut Guyton & Hall (2008), hati mempunyai beberapa fungsi yaitu:
a. Metabolisme karbohidrat
Fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat adalah menyimpan glikogen dalam
jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa,
glukoneogenesis, dan membentuk banyak senyawa kimia yang penting dari hasil
perantara metabolisme karbohidrat.
b. Metabolisme lemak
Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme lemak, antara lain: mengoksidasi
asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang lain, membentuk
sebagian besar kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein, membentuk lemak dari protein
dan karbohidrat.
c. Metabolisme protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam amino, pembentukan
ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh, pembentukan protein plasma,
dan interkonversi beragam asam amino dan membentuk senyawa lain dari asam
amino.
d. Lain-lain
Fungsi hati yang lain diantaranya hati merupakan tempat penyimpanan vitamin, hati
sebagai tempat menyimpan besi dalam bentuk feritin, hati membentuk zat-zat yang
digunakan untuk koagulasi darah dalam jumlah banyak dan hati mengeluarkan atau
mengekskresikan obat-obatan, hormon dan zat lain.
DAFTAR PUSTAKA

Adhi, Djuanda. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

Azmi, R.A.N. 2013. Anatomi Fisiologi Manusia. Diakses melalui https://id.scribd.com/


pada tanggal 28 Februari 2020

Guyton and Hall. 2008. Buku ajar Fisiologi Kedokteran ed. 11. EGC : Jakarta
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC :
Jakarta

Harien. 2010. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Universitas


Muhammadiyah Malang : Malang

Irianto, Koes. 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa. Alfabeta : Bandung


Jayanti N. 2013. Perbandingan Kapasitas Vital Paru Pada Atlet Pria Cabang
Olahraga Renang dan Lari Cepat Persiapan Pekan Olahraga Provinsi
2013 di Bandar Lampung. Majority Journal. 2(5):113-118.

Thoyyibah, N. 2014. Sistem Ekskresi. Diakses melalui https://www.academia.edu/ pada


tanggal 28 Februari 2020

Anda mungkin juga menyukai