Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN STASE

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

DISUSUN OLEH:
Rafil

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INDONESIA JAYA 2023

LAPORAN PENDAHULUAN
HIPOKALEMIA

Palu, 26 Januari 2023

Mengetahui:

INSTRUKTUR KLINIK

Ns. Etrika, S.Kep


NIP. 199105260190082001

PRECEPTOR (DOSEN AKADEMIK)

Niswa salamung, S.Kep. Ns., M.Kep


NIDN. 0915108802

LAPORAN PENDAHULUAN
HIPOKALEMIA
A. Definisi
Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana kadar atau serum mengacu
pada konsentrasi dibawah normal yang biasanya menunjukkan suatu
kekurangan nyata dalam simpanan kalium total. Hipokalemia didefinisikan
sebagai kadar kalium serum yang kurang dari 3,5mEq/L dan disebut
hiokalemia berat bila kadar kalium < 2.5mEq/L (Nur Samsu dan Sinta O.
Wardhani, 2022)
Kalium merupakan salah satu dari banyak elektrolit dalam
tubuh. Kalium dapat ditemukan di dalam sel. Tingkat normal kalium sangat
penting untuk pemeliharaan jantung, dan fungsi sistem saraf.
B. Anatomi Fisiologis
Struktur serta anatomi ginjal mengikuti (Sobotta, 2018) ginjal terletak
di bilik posterior perut, sebagian besar di wilayah lumbal, di sebelah kanan
serta kiri punggung, ditutupi dengan lemak rendah yang tebal. di balik
peritoneum. Posisi ginjal bisa dikasar dari balik, diawali dari panjang
vertebra torakalis terakhir sampai vertebra lumbalis ketiga. Serta ginjal kanan
sedikit lebih rendah dari ginjal kiri sebab tekanan hati

Sumber : Anatomi Fisiologi Sobotta (2018)


Sumber : (Daimatun Najihah, 2011)

1. Kulit Ginjal (Korteks)


Ada bagian di kulit ginjal yang mengontrol komposisi
penyaringan darah, yang disebut nefron. Pada titik ini, di mana darah
memiliki banyak kapiler darah, darah yang diatur dalam gumpalan
disebut glomerulus. Setiap glomerulus dikelilingi oleh lengkung
Bowman, dan pertemuan glomerulus dalam lengkung Bowman
disebut badan Malpighian. Darah disaring di daerah Malpighian, yang
terletak di antara glomerulus dan ban Bowman. Zat terlarut dalam
darah Gelang di Bowman's Hoop. Dari sini zat- zat ini masuk ke
dalam jaringan yang merupakan kelanjutan dari pematangan Bowman
di medula ginjal.
2. Sumsum Ginjal (Medula)
Medula ginjal terdiri dari banyak badan yang berbentuk kerucut
yaitu disebut piramida ginjal. Karena dasarnya sejajar dengan tulang
kortikal yang disebut apex atau ginjal papiler, ia terletak di ginjal.
Piramida jaringan kortikal disebut lobus ginjal. Piramida terdiri dari 8
dan 18 buah, yang bergaris di atas puncak paralel (tubulus dan duktus
collingentes). Di antara piramida adalah kulit kayu yang disebut
kolom ginjal. Di bagian ini, kumpulkan tenunan halus, yang
merupakan kelanjutan dari lingkaran Bowman. Urine adalah hasil
darah dalam tubuh Malpigh yang melalui berbagai proses diangkut
dalam pembuluh-pembuluh halus tersebut.
3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Ujung ureter yang keluar dari ginjal berupa corong yang lebar
adalah pelvis ginjal. Panggul memiliki dua atau tiga cabang yang
masing-masing disebut kelopak besar, yang masing-masing
membentuk beberapa kelopak kecil yang bercabang langsung di
sekitarnya, sebelum bercabang menjadi jaringan ginjal. Cangkir kecil
ini menampung urin yang keluar dari papila terus keluar. Urin
mengalir ke kaliks besar, ke dalam pelvis ginjal, ke dalam ureter,
sampai diserap ke dalam kandung kemih dari kelopak kecil (vesica
urinaria).
4. Struktur Mikroskopis
Ginjal The smallest structural and functional unit of the ginjal is
known as nefron. Each nefron is made up of vaskular and tubular
components. Vaskuler komponen adalah darah pembuluh, yaitu
glomerulus, dan darah kapiler peritubulus, yang mengeliling tubulus.
Capsula Bowman serta tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal,
tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul, dan lengkung Henle, ada
di kontak tubulus. Henle can be found in the sumsum tulang belakang.
Bowman kapsula terdiri dari lapisan parietal datar (di luar) dengan
lapisan visceral (membungkus langsung kapiler glomerulus), yang
besar dan memiliki banyak tonjolan seperti jari, podosit, dan sosit.
(cedilla berkaki, genan salah cedillae) sehingga celah antara batang
terbentuk. Kapsula Bowman yang berisi glomerulus disebut badan
ginjal, bagian tubulus yang menonjol dari badan ginjal disebut tubulus
melingkar proksimal kawatnya yang aneh dan berliku-liku. Disebut
lengkung Henle atau lengkung Henle karena kembali ke asalnya, sel
darah ginjal, dan kemudian dilanjutkan sebagai tubulus melingkar
distal
5. Vaskularisasi Ginjal
Ginjal menerima darah aorta abdominalis dengan cabang-
cabang arteri renalis yang terhubung ke kiri dan kanan dan cabang-
cabang di arteri interlobial dan kemudian di arteri aqua, arteri
interlobular yang terletak di tepi ginjal di kapiler dan membentuk
bekuan . disebut glomerulus yang dikelilingi oleh alat yang disebut
lengkung Bowman, tempat penangkapan pertama terjadi dan kapiler
darah yang keluar dari lengkung Bowman kemudian menjadi vena
renalis dan masuk ke vena cava inferior (Nuari dan Widayati, 2017)
6. Kelenjar anak ginjal
Ginjal yang dimana memiliki bentuk sebagai contoh, sebuah
kacang memiliki Superior Polus dan interior. Hilum ginjal terletak
diantara Polus dan menghadap ke medial, berhubungan dengan
ruangan didalam ginjal (sinur renalis) yang berisikan pembuluh darah
ginjal dan ureter, berhubungan dengan ruangan didalam ginjal (sinur
renalis) yang beris Polus superior ginjal berdekatan dengan Glandula
suprarenalis. Hilum adalah nama yang diberikan untuk lokasi dimana
pembuluh darah digaris medial ditemukan.

Sumber : (Nuari dan Widayati, 2017)


Ginjal sangatlah berperan penting didalam mengatur jumlah dan
komposisi cairan tubuh, melepaskan racun, serta memproduksi hormon
seperti renin, eritroprotein, dan bahan aktif vitamin D. Ada tiga proses di
ginjal sebelum buang air kecil (Nuari dan Widayati, 2017) adalah :

1. Penyaringan (filtrasi)
Proses kumpulan urin yang aman dimulai menggunakan skrining
darah yang terjadi di glomerula kapiler. Kapiler glomerulus mirip keropos
(podocytes), tekanan tekanan tinggi serta permeabilitas glomerulus
meningkatkan kecepatan proses filtrasi. Selain filtrasi, glomerulus pula
terlibat pada soket Sel darah, trombosit, serta terutama protein plasma.
Zat-zat mungil seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida,
bikarbonat, serta urea yang terlarut pada plasma bisa melewati saringan
serta sebagai bagian dari asal pembekuan darah. Filtrat glomerulus disebut
urin utama serta mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, serta
garam lainnya.
2. Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Zat yang masih diperlukan dalam urin utama primer dalam tubulus
proksimal, sedangkan zat residu serta urea dibubuhi dalam tubulus distal.
Zat diambil pada tubulus menggunakan dua cara. Asam gula serta amino
telah memasuki proses siaran, sedangkan udara sudah memasuki proses
osmotik. Penyerapan udara terjadi pada tubulus proksimal serta distal. Zat
yang selalu dicari, mirip glukosa serta asam amino, pulang ke sirkulasi
darah. Komponen amonia, obat- obatan mirip penisilin, kelebihan garam
dan komponen filtrat lainnya diekskresikan pada urin. sehabis menyerap
tabung, mereka membentuk urin sekunder dan yg masih diharapkan
tidak lagi terlihat. Akhirnya, menaikkan konsentrasi produk metabolisme
beracun seperti urea.
3. Augmentasi
Pembesaran yaitu suatu proses penambahan limbah dan urea yg
dimulai di tubulus bundar distal. Urin memasuki rongga ginjal tubulus
ginjal dan lalu melalui saluran ginjal di kandung kemih. waktu kandung
kemih penuh menggunakan urin, dinding kandung kemih stress, yg
membentuk urin harapan. Urin akan keluar melalui uretra. Komposisi urin
yg dirilis melalui uretra terdiri asal air, garam, urea serta residu zat lain,
seperti: B pigmen empedu yang memberi warna serta bau urin.
C. Etilogi
Menurut (Nur Samsu dan Sinta O. Wardhani, 2022) penyebab hipokalemia
meliputi: 
1. Menurunnya asupan kalium, malnutrisi, anoreksia, cedera
gastrointestinal muntah, dan
2. Peningkatan ekskresi (atau kerugian) dari kalium dari tubuh. 
3. Beberapa obat dapat menyebabkan kehilangan kalium yang dapat
menyebabkan hipokalemia. Obat yang umum termasuk diuretik loop
(seperti Furosemide). Obat lain termasuk steroid, licorice, kadang-
kadang aspirin, dan antibiotik tertentu. 
4. Ginjal disfungsi, ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu
kondisi yang disebut Asidosis Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan
mengeluarkan terlalu banyak kalium. Obat yang menyebabkan RTA
termasuk Cisplatin dan Amfoterisin B.
5. Kehilangan cairan tubuh karena muntah yang berlebihan, diare, atau
berkeringat. 
6. Endokrin atau hormonal masalah (seperti tingkat aldosteron
meningkat), aldosteron adalah hormon yang mengatur kadar
potasium. Penyakit tertentu dari sistem endokrin, seperti
aldosteronisme, atau sindrom Cushing, dapat menyebabkan
kehilangan kalium. 
D. Patofisiologi
Kalium adalah kation utama cairan intrasel. Kenyataannya 98 % dari
simpanan tubuh (3000-4000 mEq) berada di dalam sel dan 2 % sisanya (kira-
kira 70 mEq) terutama dalam pada kompetemen ECF. Kadar kalium serum
normal adalah 3,5-5,5 mEq/L dan sangat berlawanan dengan kadar di dalam
sel yang sekitar 160 mEq/L. Kalium merupakan bagian terbesar dari zat
terlarut intrasel, sehingga berperan penting dalam menahan cairan di dalam
sel dan mempertahankan volume sel. Kalium ECF, meskipun hanya
merupakan bagian kecil dari kalium total, tetapi sangat berpengaruh dalam
fungsi neuromuscular.
Perbedaan kadar kalium dalam kompartemen ICF dan ECF
dipertahankan oleh suatu pompa Na-K aktif yang terdapat di membran sel.
Rasio kadar kalium ICF terhadap ECF adalah penentuan utama potensial
membran sel pada jaringan yang dapat tereksitasi, seperti otot jantung dan
otot rangka. Potensial membran istirahat mempersiapkan pembentukan
potensial aksi yang penting untuk fungsi saraf dan otot yang normal. Kadar
kalium ECF jauh lebih rendah dibandingkan kadar di dalam sel, sehingga
sedikit perubahan pada kompartemen ECF akan mengubah rasio kalium
secara bermakna. Sebaliknya, hanya perubahan kalium ICF dalam jumlah
besar yang dapat mengubah rasio ini secara bermakna.
Salah satu akibat dari hal ini adalah efek toksik dari hiperkalemia berat
yang dapat dikurangi kegawatannya dengan menginduksi pemindahan
kalium dari ECF ke ICF. Selain berperan penting dalam mempertahankan
fungsi nueromuskular yang normal, kalium adalah suatu kofaktor yang
penting dalam sejumlah proses metabolik. Homeostasis kalium tubuh
dipengaruhi oleh distribusi kalium antara ECF dan ICF,juga keseimbangan
antara asupan dan pengeluaran.
Beberapa faktor hormonal dan nonhormonal juga berperan penting
dalam pengaturan ini, termasuk aldostreon, katekolamin, insulin, dan
variabel asam-basa. Pada orang dewasa yang sehat, asupan kalium harian
adalah sekitar 50-100 mEq. Sehabis makan, semua kalium diabsorpsi akan
masuk kedalam sel dalam beberapa menit, setelah itu ekskresi kalium yang
terutama terjadi melalui ginjal akan berlangsung beberapa jam. Sebagian
kecil (lebih kecil dari 20%) akan diekskresikan melalui keringat dan feses.
Dari saat perpindahan kalium ke dalam sel setelah makan sampai terjadinya
ekskresi kalium melalui ginjal merupakan rangkaian mekanisme yang
penting untuk mencegah hiperkalemia yang berbahaya. Ekskresi kalium
melalui ginjal dipengaruhi oleh aldosteron, natrium tubulus distal dan laju
pengeluaran urine. Sekresi aldosteron dirangsang oleh jumlah natrium yang
mencapai tubulus distal dan peningkatan kalium serum diatas normal, dan
tertekan bila kadarnya menurun. Sebagian besar kalium yang di filtrasikan
oleh gromerulus akan di reabsorpsi pada tubulus proksimal. Aldosteron yang
meningkat menyebabkan lebih banyak kalium yang terekskresi kedalam
tubulus distal sebagai penukaran bagi reabsorpsi natrium atau H+. Kalium
yang terekskresi akan diekskresikan dalam urine. Sekresi kalium dalam
tubulus distal juga bergantung pada arus pengaliran, sehingga peningkatan
jumlah cairan yang terbentuk pada tubulus distal (poliuria) juga akan
meningkatkan sekresi kalium. Keseimbangan asam basa dan pengaruh
hormon mempengaruhi distribusi kalium antara ECF dan ICF. Asidosis
cenderung untuk memindahkan kalium keluar dari sel, sedangkan alkalosis
cenderung memindahkan dari ECF ke ICF. Tingkat pemindahan ini akan
meningkat jika terjadi gangguan metabolisme asam-basa, dan lebih berat
pada alkalosis dibandingkan dengan asidosis. Beberapa hormon juga
berpengaruh terhadap pemindahan kalium antara ICF dan ECF. Insulin dan
Epinefrin merangsang perpindahan kalium ke dalam sel. Sebaliknya, agonis
alfa-adrenergik menghambat masuknya kalium kedalam sel. Hal ini berperan
penting dalam klinik untuk menangani ketoasidosis diabetik (Price &
Wilson).
Pathway

kalium serum Peningkatan Kehilangan


Obat steroid, Disfungsi Endokrin atau
< 3,5mEq/L ekskresi cairan tubuh
licorice, aspirin, Ginjal masalah
dan antibiotik hormonal
tertentu
 

HIPOKALEMIA

Saluran Cerna Ginjal


SSP & Pernafasan Anoreksia Poliuria
Kardiovaskuler
Neuromuskuler Otot pernafasan Mual nokturia
Hipotensi portural
Parastesia lemah muntah
Disritmia
Kelemahan otot Nafas dangkal
Perubahan pada EKG
Reflek tendon Gel T yg lebar &
hilang mendatar progresif
Depresi segmen T
Gel U yg menonjol

Gangguan Penurunan curah


pola nafas tidak Defisit jantung Hipovolemia
mobilitas fisik efektif nutrisi
E. Tanda dan Gejala :
Hipokalemia ringan sering tanpa gejala, meskipun dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah kecil dan kadang-kadang dapat menimbulkan
aritmia jantung. Hipokalemia moderat, dengan konsentrasi kalium serum 2,5-
3 mEq / L (Nl: 3,5-5,0 mEq / L), dapat menyebabkan kelemahan otot,
mialgia, dan kram otot (karena terganggu fungsi otot rangka), dan sembelit
(dari terganggu fungsi otot halus). Dengan hipokalemia yang lebih parah, dan
hyporeflexia flaccid paralysis bisa terjadi.
Ada laporan dari rhabdomyolysis terjadi dengan hipokalemia yang
mendalam dengan kadar kalium serum kurang dari 2 mEq / L. Depresi
pernapasan dari kerusakan parah fungsi otot rangka ditemukan pada banyak
pasien. Beberapa elektrokardiografi (EKG) temuan yang terkait dengan
hipokalemia mencakup diratakan atau terbalik gelombang T, gelombang U,
depresi ST dan interval PR yang luas. Karena repolarisasi berkepanjangan
dari serat Purkinje ventrikular, gelombang U menonjol terjadi, yang sering
ditumpangkan pada gelombang T dan oleh karena itu menghasilkan
penampilan dari suatu interval QT berkepanjangan.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Doenges (2002) Pemeriksaan Diagnostik Pada pasien dengan
hipokalemia adalah:
1. Kalium serum : penurunan, kurang dari 3,5 mEq/L.
2. Klorida serum : sering turun, kurang dari 98 mEq/L.
3. Glukosa serum : agak tinggi.
4. Bikarbonat plasma : meningkat, lebih besar dari 29 mEq/L.
5. Osmolalitas urine : menurun
6.  GDA : pH dan bikarbonat meningkat (Alkalosis metabolik). 
1. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan menurut L (Nur Samsu dan Sinta O. Wardhani,
2022) sebagai berikut
1. Pada Hipokalemia ringan atau sedang (kadar kalium serum 3,0-3,5
mEq/L) dipilih supmlementasi kalium secara oral. Anjuran dosis harian
kalium klorida sebanyak 60-80 mEq/L.
2. Pada hipokalemia kronis yang refrakter terhadap suplementasi oral dapat
ditambahkan dierutik hemat kalium.
3. Pada Hipokalemia berat tanpa gejala (kadar kalium serum 3,0 mEq/L)
supmlementasi kalium secara oral kalium klorida sebanyak 40 mEq/L.
setiap 3-4 jam
4. Pemantauan Ekg terus menerus pada pasien dengan aritmia,toksisitas,
dan Riwayat iskemia jantung.
G. Pencegahaan
Beberapa upaya yang dilakukan untuk mencegah hipokalemia antara
lain:
1. Mengkonsumsi makanan tinggi kalium antara lain pisang, jeruk,
streobery, kiwi, alpukat, dan persik. Konsumsi sayuran hijau, jamur,
kacang-kacangan, dan tomat
2. Menghindari penggunaan obat diuretic dan laksatif secara berlebihan
atau tanpa pengawasan dokter.
3. Menghindari penggunaan suplemen kalium sendiri tanpa pengawasan
dokter.
A. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat keperawatan
a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral dan
parenteral)
b. Tanda umum masalah elektrolit
c. Tanda kekurangan cairan seperti rasa dahaga, kulit kering,
membrane mukosa kering, konsentrasi urine dan urine output
d. Tanda kelebihan cairan: seperti kaki bengkak, kesulitan nafas
dan BB meningkat.
e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu
status cairan
f. Status perkembangan seperti usia atau situasi social
2. Pengukuran klinik
Berat badan : kehilangan / bertambahnya berat badan menunjukkan
adanya masalah keseimbangan cairan. Perubahan berat badan :
Turun 2 % - 5 % Kekurangan volume cairan * ringan
Turun 5% - 10 % Kekurangan volume cairan * sedang
Turun 10 % - 15 % kekurangan volume cairan *berat
Turun 15 % - 20 % Kematian
Naik 2 % Kelebihan volume cairan ringan
Naik 5 % Kelebihan volume cairan sedang
Naik 8 % Kelebihan volume cairan berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
3. Keadaan umum : pengukuran tanda vital seperti :
a. suhu : Kekurangan volume cairan : < 36 – 37 ° c
Kelebihan volume cairan : > 35 – 36 ºC
b. Tekanan darah : Kekurangan volume ciran : < 120/80 Kelebihan
volume cairan : > 120/80 atau tetap
c. Nadi : Kekurangan vol cairan : < 60-100x/mnt
Kelebihan volume cairan : > 60-100 x /mnt
d. Pernapasan : kekurangan volume cairan : > 16 – 24 x/ menit,
Kelebihan volume cairan : < 16 – 24 x/menit
e. Pengukuran pemasukan cairan : cairan oral (NGT dan oral), cairan
parenteral termasuk obat-obatan IV, makanan yang cenderung
mengandung air, irigasi kateter atau NGT.
f. Pengukuran pengeluaran cairan : urine (volume, kejernihan /
kepekatan), feses (jumlah dan konsistensi), muntah, tube drainase,
IWL.
g. Ukur keseimbanagn cairan dengan akurat : normalnya sekitar +/-
200 cc.
4. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : Mengkaji GCS
Kepala : Mesocepal
Fontanel : Cekung (Kekurangan volume cairan) Menonjol
(Kelebihan volume cairan)
Mata : Cekung, konjungtiva anemis, air mata berkurang atau
tidak ada (kekurangan volume cairan) Edema periorbital, papiledema
(kelebihan volume cairan)
Telinga : Bentuk simetris kanan dan kiri
Tenggorokan dan Mulut : Membran mukosa kering, lengket, bibir
pecah-pecah dan kering, salvias menurun, lidah di bagian longitudinal
menurun (kekurangan volume cairan)
5. Sistem Kadiovaskuler
a. Inspeksi :
Kekurangan volume cairan : Vena leher datar
Kelebihan volume cairan : Vena leher distensi
Dependent body parts (Bagian-bagian tubuh yang
tertekan pada saat berbaring) : Tungkai, sacrum, punggung,
Lambatnya
b. Palpasi :
Kelebihan volume cairan : Denyut nadi kuat, Edema (bagian
tubuh dependent : punggung,sacrum, tungkai)
Kekurangan volume cairan : Denyut nadi lemah, kapiler
menurun
c. Auskultasi :
Kekurangan volume cairan, Hiponatremia, Hiperkalemia,
Hipermagnesemia : Tekanan darah rendah atau tanpa perubahan,
tekanan darah pada posisi orthostatic
Kelebihan Volume cairan : Hipertensi (tekanan darah tinggi)
6. Sistem Pernapasan
a. Inspeksi :
Kelebihan Volume cairan : Peningkatan frekuensi napas, dispnea
b. Auskulatasi :
c. Kelebihan volume cairan : krekels

7. Sistem Gastrointestinal
a. Inspeksi :
Kekurangan volume cairan : Abdomen cekung
Kekurangan volume cairan , hiperkalsemia, hiponatremia : muntah
Hiponatremia : diare
b. Auskultasi :
Kekurangan volume cairan, hipokalemia : hiperperistaltik disertai
diare atau hipoperistaltik
c. Perkusi : Thympani
d. Palpasi : tidak ada pembesaran dan massa, ada nyeri tekan
di perut bagian kanan bawah

8. Sistem Ginjal
a. Inspeksi :
Kekurangan volume cairan : oliguria atau anuria, berat jenis urine
meningkat
Kelebihan volume cairan : dieresis (jika ginjal normal), oliguria
atau anuria, berat jenis urine meningkat
Kulit
Suhu tubuh :
Meningkat : hipernatremia, Ketidakseimbangan hiperosmolar,
asidosis metabolic
Menurun : Kekurangan volume cairan
b. Inspeksi :
kekurangan volume caiaran, asidosis metabolik : kering,
kemerahan
c. Palpasi :
Kekurangan volume cairan : turgor kulit tidak elastic, kulit dingin
dan lembab
2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung dibuktikan dengan palpitasi, bradikardia, gambar EKG
aritmia.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan
dibuktikan dengan dispnea, fase ekspirasi memanjang, pola napas
abnormal.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan dibuktikan dengan berat badan menurun, nafsu makan
menurun.
4. Hipovolemia berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi
dibuktikan dengan nadi teraba lemah, membran mukosa kering.
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakbugaran fisik
dibuktikan dengan mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas,
kekuatan otot menurun, rentang gerak menurun.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI)
Tujuan dan Kriteria
No Intervensi Rasional
Hasil
1. Setelah dilakukan Perawatan curah jantung Manajemen Jalan Napas
intervensi keperawatan Observasi Observasi
selama ... jam, maka 1. Identifikasi tanda/gejala 1. Agar dapat mengetahui
curah jantung meningkat primer penurunan curah tanda/gejala primer
dengan jantung penurunan curah jantung
Kriteria hasil: 2. Monitor tekanan darah 2. Agar dapat memantau
1. kekuatan nadi perifer kondisi tekanan darah klien
meningkat 3. Monitor intake dan 3. Agar dapat memantau
2. Palpitasi menurun output cairan intake dan output cairan
3. Bradikardia menurun klien
4. Monitor saturasi oksigen 4. Agar dapat memantau
4. Gambar EKG aritmia
saturasi oksigen klien
menurun 5. Monitor keluhan nyeri 5. Agar dapat mengetahui jika
5. Lelah menurun dada
terdapat keluhan nyeri
Terapeutik
6. Berikan diet jantung yang Terapeutik
sesuai (mis. batasi asupan 6. membatasi asupan
kafein,natrium,kolesterol kafein,natrium dan makanan
dan makanan tinggi tinggi lemak dapat
lemak) meminimalisir terjadinya
resiko penurunan curah
7. Berikan terapi relaksasi jantung
untuk mengurangi stres, 7. terapi relaksasi dapat
jika perlu mengurangi stres pada
pasien jantung dan
mengontrol peningkatan
tekanan darah klien
8. dukungan emosional dapat
8. Berikan dukungan membuat pasien lebih lega
emosional dan spiritual dan mengurangi stres klien

Edukasi Edukasi
9. Anjurkan beraktivitas 9. agar klien dapat mengatur
fisik sesuai toleransi aktivitas fisik yang
dilakukan
10. Ajarkan pasien dan 10. Agar klien dapat
keluarga mengukur mengetahui cara mengukur
intake dan output cairan intake dan output cairan
harian yang tepat

Kolaborasi Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian 11. Antiaritmia berfungsi untuk
antiaritmia menangani aritmia, yaitu
gangguan irama jantung
yang bisa berupa detak
jantung yang terlalu cepat,
terlalu lambat, atau tidak
teratur
2. Setelah dilakukan Manajemen Jalan napas Manajemen Jalan Napas
intervensi keperawatan Observasi Observasi
selama ... jam, maka pola 1. Monitor frekuensi, irama 1. Agar dapat mengetahui
napas membaik dengan dan upaya napas frekuensi irama dan upaya
Kriteria hasil: napas klien
1. Ventilasi semenit 2. Monitor pola napas 2. Agar dapat memantau pola
meningkat napas klien
2. kapasitas vital 3. Monitor bunyi napas 3. Agar dapat mengetahui
meningkat bunyi napas tambahan pada
4. Monitor sputum klien
3. Dipsnea menurun
4. Agar dapat mengetahui
4. Penggunaan otot adanya produksi sputum
bantu napas menurun yang berlebih
5. Monitor adanya
5. Frekuensi napas sumbatan jalan napas 5. Agar dapat mengetahui
membaik apakah terdapat sumbatan
Terapeutik jalan napas
6. Posisikan semi-Fowler Terapeutik
6. posisi semifowler dapat
membantu memberikan rasa
nyaman dan memperlancar
proses pernapasan
7. Berikan minum air hangat 7. Air hangat dapat
membantu
melubrasikan
8. Berikan oksigen, jika tenggorokan
perlu 8. Pemberian O2 dapat
membantu meningkatkan
Edukasi SpO2 klien
9. Anjurkan asupan cairan Edukasi
2000 ml/hari 9. Agar klien dapat
memperhatikan jumlah
10. Ajarkan teknik batuk cairan yang diperlukan
efektif 10. Agar klien dapat
mengetahui cara batuk
Kolaborasi efektif
11. Kolaborasi pemberian Kolaborasi
ekspektoran 11. Ekspektoran merupakan
obat yang dapat membantu
klien untuk lebih mudah
mengencerkan dahak
3. Setelah dilakukan Manajemen nutrisi Manajemen Jalan Napas
intervensi keperawatan Observasi Observasi
selama ... jam, maka 1. Identifikasi status nutrisi 1. menyediakan data dasar
status nutrisi membaik 2. Monitor asupan makanan untuk memantau perubahan
dengan 3. Monitor berat badan dan mengevaluasi
Kriteria hasil: intervensi.
1. Porsi makan yang Terapeutik 2. membantu klien untuk
dihabiskan 4. Berikan makanan tinggi menyadari gambaran besar
meningkat kalori dan tinggi protein dan memungkinkan
5. Berikan suplemen kesempatan untuk
2. kekuatan otot
makanan 15 mengubah pilihan diet
menelan meningkat untuk memenuhi keinginan
3. Berat badan Edukasi individu dalam pembatasan
membaik 6. Ajarkan diet yang yang diidentifikasi.
4. Nafsu makan diprogramkan 3. untuk memantau status
membaik 7. Anjurkan posisi duduk, cairan dan nutris
5. Membran mukosa jika perlu
Terapeutik
membaik
4. Memberikan nutrien cukup
Kolaborasi
untuk memperbaiki energi
8. Kolaborasi dengan ahli
mencegah penggunaan otot,
gizi untuk menentukan
meningkatkan regenerasi
jumlah kalori dan jenis
jaringan/penyembuhan dan
nutrien yang dibutuhkan
keseimbangan elektrolit
5. menggantikan kehilangan
karbohidrat karena
malnutrisi/anemia atau
selama dialisis.
Edukasi
6. Pola diet dahulu dan
sekarang dapat
dipertimbangkan dalam
menyusun menu
7. Posisi duduk saat makan
dapat membantu
melancarkan proses
mencerna makan untuk
lebih baik
Kolaborasi
8. berguna untuk program
diet individu untuk
memenuhi kebutuhan
budaya/pola hidup
meningkatkan kerja sama
klien.napas
4. Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia Manajemen Jalan Napas
intervensi keperawatan Observasi Observasi
selama ... jam, maka 1. Periksa tanda dan 1. Agar dapat mengetahui
status cairan membaik gejala hipovolemia adanya tanda dan gejala
dengan hipovolemia
Kriteria hasil: 2. Monitor status cairan 2. Agar dapat memantau
1. Kekuatan nadi status cairan klien
meningkat 3. Monitor status 3. Agar dapat mengetahui
oksigenasi status oksigenasi klien
2. Pengisian vena
meningkat Terapeutik Terapeutik
3. Perasaan lemah 4. Hitung kebutuhan 4. Agar dapat diketahui
menurun cairan kebutuhan cairan harian
4. Keluhan haus klien
5. Berikan posisi 5. Modified Trendelenburg
menurun
modified berfungsi untuk perbaikan
5. Frekuensi nadi Trendelenburg hemodinamik pasien dalam
membaik Edukasi pemberian resusitasi cairan.
6. Anjurkan Edukasi
memperbanyak 6. Agar klien dapat
asupan cairan oral memperhatikan jumlah
7. Anjurkan cairan yang diperlukan
menghindari 7. Agar klien dapat
perubahan posisi menghindari perubahan
mendadak posisi mendadak
Kolaborasi Kolaborasi
8. Kolaborasi 8. Cairan IV isotonis dapat
pemberian cairan IV membantu menambah
isotonis asupan cairan klien
9. Kolaborasi
9. Cairan IV hipotonis dapat
pemberian cairan IV
hipotonis membantu untuk
menambah kadar glukosa
dalam tubuh klien
5. Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi Dukungan mobilisasi
intervensi keperawatan Observasi Observasi
selama ... jam, maka 1. Identifikasi adanya nyeri 1. Agar dapat mengetahui
mobilitas fisik meningkat atau keluhan fisik adanya nyeri atau keluhan
dengan lainnya fisik lainnya
Kriteria hasil: 2. identifikasi toleransi fisik 2. Agar dapat mengetahui
1. Pergerakan melakukan pergerakan adanya toleransi fisik
ekstremitas 3. Monitor kondisi umum melakukan pergerakan
meningkat selama melakukan 3. Agar dapat memantau
mobilisasi kondisi umum selama
2. Kekuatan otot
melakukan mobilisasi
meningkat Terapeutik
3. Rentang gerak 4. Fasilitasi aktivitas Terapeutik
meningkat mobilisasi dengan alat 4. Agar pasien lebih aman saat
4. Kaku sendi menurun bantu (mis. pagar tempat melakukan mobilisasi fisik
5. Kelemahan fisik tidur) sehingga menghindari resiko
5. Fasilitasi melakukan cedera
menurun
pergerakan, jika perlu 5. Agar klien dapat lebih
terarah melakukan
6. Libatkan keluarga untuk pergerakan
6. Agar keluarga juga bisa
membantu pasien dalam membantu klien dalam
meningkatkan pergerakan meningkatkan pergerakan
Edukasi
7. Jelaskan tujuan dari Edukasi
prosedur mobilisasi 7. Agar klien dapat
mengetahui tujuan dari
8. Anjurkan melakukan prosedur mobilisasi
mobilisasi dini 8. Agar klien dapat melatih
9. Ajarkan mobilisasi mobilisasi dini
sederhana yang 9. agar klien dapat melakukan
harus dilakukan mobilisasi sederhana
(mis. duduk ditempat sehingga menghindari kaku
tidur, pindah dari sendi dan otot
tempat tidur ke
kursi)

4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter & Perry, 2011).
Komponen tahap implementasi antara lain:
a. tindakan keperawatan mandiri.

b. Tindakan keperawatan edukatif

c. Tindakan keperawatan kolaboratif.

d. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan

keperawatan

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut setiadi (2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan

keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang

sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah

ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan

klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.

Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

Data Subjektif (S) dimana perawat menemui keluhan pasien yang masih

dirasakan setelah diakukan tindakan keperawatan, O (Objektif) adalah data

yang berdasarkan hasilpengukuran atau observasi perawat secara langsung

pada pasien dan yangdirasakan pasien setelah tindakan keperawatan, A

(Assesment) yaitu interpretasi makna data subjektif dan objektif untuk menilai

sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai.
Dapat dikatakan tujuan tercapai apabila pasien mampu menunjukkan perilaku

sesuai kondisi yang ditetapkan pada tujuan, sebagian tercapai apabila perilaku

pasien tidak seluruhnya tercapai sesuai dengan tujuan, sedangkan tidak

tercapai apabila pasien tidak mampu menunjukkan perilaku yang diharapkan

sesuai dengan tujuan, dan yang terakhir adalah planning (P) merupakan

rencana tindakan berdasarkan analisis. Jika tujuan telah dicapai, maka perawat

akan menghentikan rencana dan apabila belum tercapai, perawat akan

melakukan modifikasi rencana untuk melanjutkan rencana keperawatan

pasien. Evaluasi ini disebut juga evaluasi proses.


DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., dan Geissler, A. C. (2014). Rencana Asuhan


Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif. (2012). Buku Ajar : Asuhan Keperawatan dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.

Nurarif, A.H., dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan N Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2.
Jogjakarta : MediAction Publishing.

Nursamsu., dan Shinta O. Wardhani (2022). Diagnosis dan tatalaksana


Permasalahan Dibidang Nefrologi dan Onkologi. Malang Media Nusa
Creative Publishing.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tujuan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Wilkinson, M Judith. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai