Anda di halaman 1dari 5

Uji 

Anova dan Kruskal-Wallis (Uji Lebih Dari Dua Mean)
Uji One Way Anova
 Istilah lain dari uji one way anova (analysis of varian) adalah uji anova satu faktor
 Uji ini berguna untuk menguji perbedaan rata-rata data lebih dari dua kelompok.
Syarat penggunaan uji one way anova :
1. Sampel berasal dari kelompok yang independen
2. Variabel faktor bersifat non metrik (data kategorikal)
3. Data masing-masing kelompok berdistribusi normal
4. Varian antar kelompok harus homogen
Langkah - Langkah Uji One Way Anova
1. Melakukan uji Normalitas Shapiro wilk

    Analyze -> Descriptive Statistics -> Explore -> Merek (Factor List), Penjualan (Dependent List -> Plots ->
Ceklis Nomality plots with tests -> Continue -> OK

• Hasil Output spss dikatakan berdistribusi normal

  Dari hasil ouput spss terlihat nilai Sig. >0,05 

  Contoh : Variabel Samsung nilai Sig. 0,678 > 0,05

  Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel samsung berdistribusi normal begitu juga dengan Variabel yang lain
karena nilai Sig. > 0,05

Dasar Pengambilan Keputusan Uji Normalitas

1. Jika nilai Sig. > 0,05, maka data berdistribusi normal

2. Jika nilai Sig. < 0.05, maka data berdistribusi tidak normal 

2. Melakukan uji Homogenitas

Analyze -> Compare Means -> One-way ANOVA -> Merek (Factor), Penjualan (Dependent List) -> Post Hoc
-> Ceklis Tukey -> Continue -> Options -> Ceklis Descriptive dan Homogeneity of Variance test -> continue ->
OK

3. Melakukan uji One Way Anova

• Uji Homogenitas dengan Uji One Way Anova dapat dilakukan secara bersamaan

Interpretasi Output Uji One Way Anova


A. Melihat perbedaan Rata - rata Penjualan empat merek handphone

Berdasarkan Output SPSS "Descriptives", kita dapat melihat perbedaan rata - rata penjualan dari keempat merek
handphone dengan rincian sebagai berikut :

1. Rata - rata penjualan handphone Samsung sebesar 45,30

2. Rata - rata penjualan handphone Oppo Sebesar 41,10

3. Rata - rata penjualan handphone Vivo sebesar 39,00

4. Rata - rata penjualan handphone Lenovo sebesar 35,70

Dengan demikian, maka secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa rata - rata penjualan tertinggi adalah
handphone Samsung yakni sebesar 45,30

B. Menguji Kesamaan Varian ( Uji Homogenitas)


Berdasarkan Ouput SPSS "Test Homogeneity of Variance", diperoleh nilai Sig. sebesar 0,074. Karena nilai Sig.
0,074 > 0,05. maka dapat disimpulkan bahwa varian keempat kelompok penjualan handphone yang kita
bandingkan tersebut adalah sama atau homogen. Sehingga asumsi homogenitas dalam uji one way anova
terpenuhi.

C. Menguji Apakah Keempat sampel mempunyai Rata - rata yang sama atau berbeda ( Uji Anova )

Dasar Pengambilan Keputusan dalam Analisis Anova :

1. Jika nilai Sig. > 0,05 maka rata - rata sama

2. Jika nila Sig. < 0,05 maka rata - rata berbeda

Berdasarkan Output Anova, diketahui nilai Sig. sebesar 0,009 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-
rata keempat penjualan merek handphone tersebut "Berbeda" Secara Signifikan.

D. Mencari Kelompok Mana Saja yang Rata-Rata Penjualannya Sama dan Tidak sama (Tes Post-Hoc)

Pengujian Tukey HSD adalah pengujian perbandingan jamak untuk menentukan apakah rata-rata penjualan

tersebut signifikan dalam jumlah analisis varian. Sebagai contoh, kita akan membadingkan rata-rata penjualan

handphone Samsung dengan Oppo. Angka perbedaan rata-rata untuk penjualan merek handphone tersebut

adalah 4,200. Angka 4,200 ini diperoleh dari nilai rata-rata (pada output deskriptif) untuk penjualan Samsung

(45,30) dikurangi dengan rata-rata penjualan Oppo (41,10). Sementara itu. perbedaan rata-rata penjualan

berkisar antara -3,06 [Lower Bound) sampai dengan 11,46 (Upper Bound) pada tingkat kepercayaan 95%.

Untuk menguji apakah terdapat perbedaan rata - rata penjualan kedua merek handphone tersebut, maka kita

harus melihat apakah nilai signifikansi hasil output SPSS ini, nilainya lebih besar atau lebih kecil dari 0,05.

Berdasarkan output Multiple Comparisons diketahui nilai Sig sebesar 0,415 > 0.05, maka dapat disimpulkan

bahwa penjualan handphone Samsung dan Oppo adalah sama. Sehingga perbedaan rata-rata penjualan secara

deskriptif antara kedua merek handphone tersebut tidaklah signifikan.

E. Melihat Kesamaan Rata-Rata Penjualan Keempat Merek Handphone

Untuk melihat kesamaan rata - rata, maka kita akan menggunakan output Tukey HSD

1. Pada subset 1 terdapat data penjualan Lenovo. Vivo. dan Oppo. Artinya rata-rata penjualan ketiga merek

handphone tersebut tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Dengan kata lain, rata-rata penjualan Lenovo.

Vivo. dan Oppo adalah sama.

 2. Pada subset 2 terdapat data penjualan Vivo. Oppo. dan Samsung. Artinya rata-rata penjualan ketiga merek

handphone tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Dengan kata lain. rata-rata penjualan Vivo, Oppo, dan

Samsung adalah sama

• Pembuatan Kesimpulan dalam Uji One Way Anova

 Dalam riset eksperimen ini hanya rata-rata penjualan Samsung dengan Lenovo saja yang berbeda, sedangkan

rata-rata penjualan handphone      merek lainnya adalah sama. Dengan demikian, variabel merek hanya

berpengaruh secara signifikan terhadap perbedaan rata-rata penjualan    handphone merek Samsung dan

Lenovo.
• Terkait Uji One Way Anova

-Jika data tidak berdistribusil normal. maka yang perlu dilakukan adalah melakukan transformasi data.
kemudian uji normalitas ulang menggunakan data transformasi.

- Jika hasil pengujian dari data transformasi masih tidak normal juga. Uji one way anova tidak bisa dilakukan,
sebab asumsi normalitas tidak terpenuhi. Solusinya adalah melakukan statistik non parametrik yaitu dengan uji
Kruskal Wallis.

Uji Kruskal Wallis

1. Uji kruskal wallis adalah bagian dari statistik non parametrik.

2. Uji kruskal wallis digunakan sebagai alternatif dari uji one way anova ketika salah satu atau seluruh sebaran
data tidak berdistribusi normal.

3. Uji kruskal wallis dipakai untuk 3 sampai atau lebih yang tidak berpasangan. Jika sampel hanya 2 buah maka
sebaiknya menggunakan uji Mann Whitney.

Analisis Data Penelitian Dengan SPSS

-Melakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah masa hidup setiap merek lampu yang diteliti berdistribusi
normal sebagai syarat uji one way anova (parametrik)

-Jika tidak berdistribusi normal maka alternatif yang bisa dipakai sebagai pengganti uji one way anova adalah
uji kruskal wallis (non parametrik)

Tahapan  Analisis

Input -> Analisis -> Output

Dasar Keputusan Uji Normalitas

Jika nilai Sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal.

Jika nilai Sig. < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

Hipotesis Penelitian
H0: Tidak ada perbedaan masa hidup lampu antara merek A, merek B, merek C, dan merek D
Ha: Ada perbedaan masa hidup lampu antara merek A, merek B, merek C, dan merek D
Dasar Keputusan Uji Kruskal Wallis

Jika nilai Asymp.Sig > 0,05, maka tidak ada perbedaan atau H0 diterima dan Ha ditolak.

Jika nilai Asymp.Sig < 0,05, maka ada perbedaan atau H0 ditolak dan Ha diterima.

JURNAL UJI ANOVA


JURNAL UJI ANOVA
Sleep Quality and Job Satisfication of Turkish Nurses

Variabel yang diuji :

- Variabel independen :

Umur anak  : skala nominal,jenis data kategorik


jabatan perawat di rumah sakit  :  skala ordinal, jenis data kategorik

pengaturan pekerjaan : skala nominal, jenis data kategorik

lamanya bekerja : skala nominal, jenis data kategorik

jadwal kerja : skala nominal, jenis data kategorik

lamanya bekerja dalam 1 minggu : skala nominal, jenis data kategorik

-Variabel dependent :

 Sleep quality and job satisfaction (skor) : jenis data numerik, skala interval

Hasil : Jika nilai p < 0,05 (nilai p<α), maka Ho ditolak/ Ha diterima

- Terdapat perbedaan kualitas tidur dan kepuasan kerja pada kelompok perawat yang memiliki anak dengan usia
1–6 months, 7–12 months, 1–3 tahun,4–5 tahun, 6+ tahun.

Usia anak memengaruhi kualitas tidur perawat (p=0.003) dan usia anak memengaruhi kepuasan kerja perawat
(p=0.016)

- Terdapat perbedaan kualitas tidur pada kelompok perawat dengan posisi/jabatan perawat management, katim,
perawat pelaksana, perawat poli dan perawat OK. Tidak terdapat perbedaan kepuasan kerja antara kelompok
perawat dengan posisi/jabatan perawat management, katim, perawat pelaksana, perawat poli dan perawat OK.

Posisi/jabatan perawat memengaruhi kualitas tidur perawat (p= 0.002) dan posisi/jabatan perawat tidak
memengaruhi kepuasan kerja perawat (p= 0.299)

- Terdapat perbedaan kualitas tidur pada kelompok perawat di ruang medis, ruang bedah, ruang operasi, ICU,
ruang HD, IGD, klinik rawat jalan, dll. Tidak terdapat perbedaan kepuasan kerja pada kelompok perawat di
ruang medis, ruang bedah, ruang operasi, ICU, ruang HD, IGD, klinik rawat jalan, dll.

Ruang kerja perawat memengaruhi kualitas tidur perawat (p=0.001) dan ruang kerja perawat tidak memengaruhi
kepuasan kerja perawt (p=0.225

- Terdapat perbedaan kualitas tidur pada kelompok perawat dengan lama bekerja selama 0–5 years, 6–9 years,
10 years. Tidak terdapat perbedaan kepuasan kerja pada kelompok perawat dengan lama bekerja selama 0–5
years, 6–9 years, 10 years.

Lama kerja memengaruhi kualitas tidur perawat (p=0.002) dan lama kerja tidak memengaruhi kepuasan kerja
perawat (p=0.257)

- Terdapat perbedaan kualitas tidur dan kepuasan kerja pada kelompok perawat dengan jadwal shift pagi, sore,
malam.

Jadwal shift memengaruhi kualitas tidur perawat (p= 0.002) dan memengaruhi kepuasan kerja perawat
(p=0.025)

- Terdapat perbedaan kualitas tidur dan kepuasan kerja pada kelompok perawat dengan jam kerja <40 jam/mgg,
40 jam/mgg, >40 jam/mgg.

JURNAL UJI KRUSKAL-WALLIS


Work related musculoskeletal disorders in Primary Health Care Nurse

Variabel yang  diuji :

Variable independen :
-Frekuensi tindakan memberikan obat (dalam rentang jam) : jenis data kategorik, skala ordinal

-Frekuensi tindakan perawatan luka (dalam rentang jam) : jenis data kategorik, skala ordinal

Variable dependen :

Jumlah anggota tubuh yang mengalami kelainan : jenis data numerik, skala rasio

Hasil :  

. p value frekuensi tindakan pemberian obat adalah 0,009

. p value pada tindakan perawatan luka adalah 0,001.

Karena kedua p value nya < 0,05 maka ada perbedaan yang signifikan antara frekuensi tindakan pemberian obat
dan frekuensi perawatan luka per hari nya dengan kelainan otot yang dirasakan oleh perawat.

Dapat disimpulkan ada hubungan antara frekuensi tindakan pemberian obat dan frekuensi perawatan luka per
hari nya dengan kelainan otot pada perawat di PHC.

Anda mungkin juga menyukai