Anda di halaman 1dari 4

Berbagai produk sisa yang dihasilkan dari aktivitas metabolisme dalam tubuh merupakan zat sisa yang

harus dibuang keluar tubuh demi kenormalan fungsi-fungsi fisiologis. Zat-zat utama yang dianggap
sebagai sisah hasil metabolisme adalah karbondioksida, air, dan senyawa-senyawa nitrogen. Jika zat-zat
sisa jika berada di dalam tubuh akan menimbulkan efek yang berbahaya sehingga harus dikeluarkan
sebisa mungkin melalui proses-proses ekskresi. Jadi secara sederhana proses ekskresi adalah proses
pembuangan zat-zat sisa dari jaringan tubuh ke luar tubuh (Santoso,2009). Beberapa istilah yang erat
kaitannya dengan sistem pengeluaran ini adalah :

1. Defekasi : yaitu proses pengeluaran sisa pencernaan makanan yang disebut feses. Zat yang
dikeluarkan belum pernah mengalami proses metabolisme di dalam jaringan. Zat yang dikeluarkan
meliputi zat yang tidak diserap usus sel epitel, usus yang rusak dan mikroba usus.

2. Eksresi : yaitu pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh.

3. Sekresi : yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam saluran pencernaan. Getah
yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh dan umumnya mengandung enzim.

4. Eliminasi : yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari rongga yang kecil (saluran air
mata) maupun dari rongga yang besar (usus) (Guyton, 1987).

Sistem pengeluaran ini mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah :

1. Membuang limbah yang tidak berguna dan beracun dari dalam tubuh.

2. Mengatur konsentrasi dan volume cairan tubuh (osmoregulasi).

3. Mempertahankan temperatur tubuh dalam kisaran normal (termoregulasi).

4. Homeostasis (Guyton, 1987).

Pada sistem urinari, ginjal memiliki peranan yang sangat penting karena ia memiliki dua fungsi utama,
yaitu filtrasi dan reabsorpsi. Selain itu, ginjal juga memiliki peranan penting dalam sistem sirkulasi
darah. Ginjal turut berperan dalam proses pembentukan sel darah merah dan menjaga tekanan
darah (Soewolo, 1997). Ginjal merupakan organ ekskresi utama yang sangat penting untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh, termasuk zatzat toksik yang tidak sengaja masuk ke
dalam tubuh akibatnya ginjal menjadi salah satu organ sasaran utama dari efek toksik. Urin sebagai
jalur utama ekskresi, dapat mengakibatkan ginjal memiliki volume darah yang tinggi,
mengkonsentrasikan toksikan pada filtrat, membawa toksikan melalui sel tubulus dan mengaktifkan
toksikan tertentu (Arthur, 1999).

Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak di pinggang sedikit di bawah tulang rusuk bagian belakang.
Ginjal mempunyai ukuran panjang sekitar 7 em dan tebal 3 em, terbungkus dalam kapsul yang terbuka
ke bawah. Di antara ginjal dan kapsul terdapat jaringan lemak yang membantu melindungi ginjal
terhadap goneangan. Pada orang yang kekurangan makan, lemak ini akan menipis sehingga
perlindungan ginjal juga terganggu. Tepat di ujung atas ginjal terdapat kelenjar anak ginjal
(suprarenalgland) yang vital dan merupakan bagian dari sistem endokrin. Dalam waktu 1 menit sekitar
20% darah manusia mengalir melewati ginjal untuk dibersihkan. Darah itu melalui pembuluh nadi ginjal
(renal artery)masuk jaringan ginjal bercabang-cabang sampai menjadi kapiler dan mencapai suatu
bangunan yang dinamakan glomerulus. Glomerulus ini menyerupai gelas untuk minum anggur dan
pembuluh kapiler mengisi bagian dalam gelas tersebut (Mader,2004).

Glomerulus berfungsi sebagai ultarfiltrasi pada simpain Bowman, berfungsi untuk menampung hasil
filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring
pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter. Urin berasal dari
darah yang dibawa arteri renalis ke dalam ginjal, daerah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah
dan bagian plasma darah. Ada tiga tahap pembentukan urin: (1) Proses filtrasi terjadi pada glomerulus,
proses ini terjadi karena permukaan eferen lebih besar maka akan terjadi penyerapan darah. Sedangkan
sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung
oleh simpai Bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dan lain-lain, yang
diteruskan ketubulus ginjal. (2) Proses reabsorbsi, pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian
besar glukosa, natrium, klorida, fosfat dan ion bikarbonat. Prosesnya yang dikenal dengan obligator
reabsorbsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal pada bagian bawah terjadi kembali
penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam tubulus bagian
bawah. Penyerannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada
papilla renalis. (3) Proses sekresi sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan
direruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria (Syaifuddin, 2006).

Penyaringan (Filtrasi), Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan struktur
spesifik dibuat untuk menahan komonen selular dan medium-molekular-protein besar kedalam sistem
vaskular, menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Cairan ini
disebut filtrate glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Di mamalia, arteri renal
terkirim dari arteriol afferent dan melanjut sebagai arteriol eferen yang meninggalkan glomrerulus.
Tumpukan glomerulus dibungkus didalam lapisan sel epitelium yang disebut kapsula bowman. Area
antara glomerulus dan kapsula bowman disebut bowman space dan merupakan bagian yang
mengumpulkan filtrate glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal.
Struktur kapiler glomerular terdiri atas 3 lapisan yaitu : endotelium kapiler, membran dasar, epitelium
viseral. Endotelium kapiler terdiri satu lapisan sel yang perpanjangan sitoplasmik yang ditembus oleh
jendela atau fenestrate. Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan solute
menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan tekanan oncotik dari
cairan di dalam bowman space merupakan kekuatn untuk proses filtrasi. Normalnya tekanan osmotik di
bowman space tidak ada karena molekul protein yang medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk
filtrasi (filtration barrier) bersifat selektif permeabel. Normalnya komponen seluler dan protein plasma
tetap didalam darah, sedangkan air dan larutan akan bebas tersaring (Guyton, 1987).

Penyerapan (Absorsorbsi), Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar
dari filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus renal tiak sama.
Pada umumnya pada tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas
dari tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan
meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan mempunyai hubungan dengan kapiler
peritubular yang memfasilitasi pergherakan dari komponen cairan tubulus melalui 2 jalur : jalur
transeluler dan jalur paraseluler. Jalur transeluler, kandungan (substance) dibawa oleh sel dari cairan
tubulus melewati apikal membran plasma dan dilepaskan ke cairan interstisial dibagian darah dari sel,
melewati basolateral membran plasma (Sherwood, 2008). Augmentasi adalah proses penambahan zat
sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat
ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang
berfungsi memberi warm dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat
makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme
antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat. Karbon dioksida dan air merupakan sisa
oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua
senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun
sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga H2O
dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut (Guyton, 1987). Ginjal
mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara. Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan
menambah pengeluaran garam dan air yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah serta
mengembalikan tekanan darah ke kondisi normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah
dengan menghasilkan enzim yang disebut renin yang memicu pembentukan hormon angiotensi yang
kemudian akan memicu pelepasan hormon aldosteron (Gunarso, 1979).

Ajubi NE, Nijholt N, and Wolthuis A (2005). Quantitative automated human chorionic gonadotropin
measurement in urine using the Modular Analytics E170 module (Roche). Clinical Chemistry and
Laboratory Medicine 43 (1): 68–70

Arthur. 1999. Kamus Pintar Bergambar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Carlos, 1998. Histologi Dasar. Jakarta: EGC.

Gunarso, Wisnu. 1979. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.

Guyton, Arthur C. 1987. Fisiologi manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi Revisi.Jakarta: EGC.

Mader,Sylvia.2004. Human Understanding Of Anatomy and Phisiology. The McGraw:Hill Companies.


Santoso, Putra. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang:Universitas Andalas

Sherwood, L. 2008. Human Physiology From Cells to Systems edisi 7. USA: Graphic World Inc.

Soewolo, 1997. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Depdiknas.

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai