Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM IV

SISTEM EKSKRESI (Pemeriksaan Urine)


A. Judul
1. Glukosa dalam urine
2. Albumin dalam urine
3. Amonia dalam urine
B. Tujuan
 Memeriksa ada tidaknya glukosa dalam urine
 Memeriksa keberadaan albumin dalam urine (Heller’s Nitric acid test)
 Untuk mengenal bau ammonia dari hasil penguraian urea dalam urine
C. Dasar Teori
Tubuh manusia memiliki tiga system pengeluaran, yaitu defekasi
(pengeluaran sisa pencernaan makanan), sekresi (pengeluaran getah yang masih
dibutuhkan oleh tubuh misalnya, hormone dan enzim), dan ekskresi (pengeluaran
sisa metabolism tubuh). Metabolisme adalah rangkaian reaksi yang yang terjadi
didalam sel. Sisa metabolism dikeluarkan melalui alat – alat eksresi yang terdiri
dari ginjal, kulit, paru-paru dan hati. Ginjal berfungsi untuk mengekskresi zat sisa
berupa urea, asam urat, kreatinin, dan zat toksis lainnya dalam bentuk urine.
Selain itu, ginjal juga berfungsi untuk mengatur volume jumlah air dalam darah
dan menjaga tekanan osmosis dan pH darah. Struktur ginjal berbentuk seperti biji
kacang, berjumlah sepasang dan terletak dibagian dorsal tubuh bagian kiri dan
kanan. Ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal
(medulla), dan rongga ginjal (pelvis). Ginjal tersusun atas jutaan bagian
fungsional yang disebut nefron. Satu nefron tersusun atas badan malphigi (terdiri
dari glomerulus dan kapsula bowman) dan tubulus atau saluran (terdiri dari
tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, lengkung Henle, tubulus
kolektivus) (Khristiyono, 2012).
Proses pembentukan urine terjadi melalui beberapa tahap, yaitu filtrasi
(penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (penambahan zat
yang tidak dubutuhkan oleh tubuh).

1
1. Proses filtrasi
Pembentukaan urine dimulai dengan filtrasi dengan sejumlah besar cairan
yang bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat
dalam plasma difiltrasi secara bebas kecuali protein sehingga filtrasi glomerulus
dalam kapsula bowman hamper sama dengan plasma, diubah oleh reabsorpsi air
dan zat terlarut spesifik, kembali kedalam darah atau oleh sekresi zat lain dari
kapiler peritubulus kedalam tubulus (Syaifuddin, 2014).
Proses filtrasi (ultrafiltrasi) terjadi pada glomerulus. Proses ini terjadi
karena permukaan eferen lebih besar dari permukaan eferen sehingga terjadi
penyerapan darah. Setiap menit kira-kira 1.200 ml darah, terdiri dari 450 ml sel
darah dan 660 ml plasma masuk kedalam kapiler glomerulus. Susunan cairan
filtrasi sama seperti susunan plasma darah tetapi tida ada proteinnya. Membrane
glomerulus bekerja sebagai suatu saringan biasa dan tidak memerlukan energy
untuk proses ini. Pembentukan urine dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan
yang bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat
dalam plasma difiltrasi secara bebas kecuali protein, sehingga filtrate glomerulus
dalam kapsula Bowman hamper sama dengan dalam plasma. Cairan diubah oleh
reabsorpsi air dan zat terlarut spesifik kembali kedalam darah atau oleh sekresi zat
lain dalam kapiler peritubulus (Syaifuddin, 2014).
2. Proses Absorpsi
Penyerapan kembali sebagian besar terhadap glukosa, natrium, klorida,
fosfat, dan ion bikarbonat. Proses ini terjadi secara pasif yang dikenal dengan
obligatore reabsorpsi dan terjadi pada tubulus atas. Dalam tubulus ginjal cairan
filtrasi dipekatkan dan zat yang penting bagi tubuh direabsorpsi. Kegiatan ini
banyak dipengaruhi oleh hormone-hormon dan zat-zat yang direabsorpsi berubah
sesuai dengan keperluan tubuh setiap saat (Syaifuddin, 2014).
Air diserap dengan jumlah yang banyak. Zat esensial yang mutlak
diperlukan (misalnya, glukosa, NaCl, dan garam) direabsorpsi dengan sempurna
kedalam kapiler peritubulus, kecuali kadarnya melebihi ambang ginjal. Batas
kadar tertinggi suatu zat dalam darah yang apabila dilampaui menyebabkan
ekskresi zat tersebut masuk kedalam urine. Zat yang sebagian diabsorpsi sel

2
tubulus bila diperlukan, misalnya kalium. Zat yang hanya diabsorpsi dalam
jumlah kecil dari hasil metabolism, misalnya ureum, osat, dan asam urat. Dan zat
yang sama sekali tidak diabsorpsi, tidak dapat disekresi oleh sel tubulus, misalnya
kreatinin (Syaifuddin, 2014).
Jumlah total air yang diabsorpsi lebih kurang120 m/ menit, 70 – 80%
diabsorpsi oleh tubulus proksimal, disebut juga reabsorpsi air obligatori. Sisanya
20-30% diabsorpsi secara fakultatif dengan bantuan hormon vasopressin (ADH,
hormone antidiuretik) ditubulus distal. Sebagian kecil sisanya diabsorpsi pada
duktus koligen yaitu saluran tempat bermuaranya tubulus distal (Syaifuddin,
2014).
3. Proses Augmentasi
Penambahan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh yang terjadi
ditubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, dan tubulus kontortus distal,
misalnya urea dan H+. Hasilnya berupa urine tersier (urine sebenarnya). Urine
sebenarnya akan masuk kepelvis ginjal melalui tubulus kolektivus, selanjutnya
melalui ureter, dan ditampung divesika urinaria (kandung kemih). Jumlah urine
yang dihasilkan tergantung dari jumlah air yang diminum, hormone insulin, dan
hormone antidiuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. ADH
berfungsi merangsang reabsorpsi air sehingga jumlah urine akan berkurang
(Syaifuddin, 2014).
Sistem ekskresi adalah sistem pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang
tidak berguna bagi tubuh dari dalam tubuh, seperti: Menghembuskan gas CO2
ketika kita bernafas, berkeringat, buang air kecil (urin). Sistem ekskresi membantu
memelihara homeostasis dengan tiga cara, yaitu melakukan osmoregulasi,
mengeluarkan sisa metabolisme, dan mengatur konsentrasi sebagian besar
penyusun cairan tubuh. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat
makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi
tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan
asam urat. Zat hasil metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh akan
dikeluarkan melalui alat ekskresi. Semakin tinggi tingkatan mahluk hidup,
semakin kompleks alat ekskresinya (Pearce, 2005).

3
Urin yang dikeluarkan oleh ginjal sebenarnya sangat dipengaruhi oleh
faktor dalam dan luar dari individu yang bersangkutan. Faktor-faktor tersebut
antara lain hormone antidiuretik (ADH), hormon insulin, jumlah air yang
diminum, dan faktor cuaca (Idel, 2000).
Urin yang normal mengandung bahan-bahan yaitu: air, urea dan amonia
yang merupakan sisa-sisa pembongkaran protein garam-garam mineral, terutama
garam dapur (NaCl). Zat warna empedu yang memberi warna kuning pada urin.
Zat-zat yang berlebihan dalam darah seperti vitamin D, vitamin C, obat-obatan
dan hormon (Idel, 2000).
Ginjal merupakan organ yang juga dianggap penting bagi proses ekskresi.
Letaknya berada didalam rongga perut dekat tulang pinggang. Jumlahnya
sepasang dan bentuknya seperti ercis dengan ukuran 10 cm. Ginjal berfungsi
untuk mengeluarkan zat-zat yang membahayakan tubuh, mengeluarkan zat-zat
yang jumlahnya berlebihan, mempertahankan tekanan osmosis ekstraseluler dan
memepertahankan keseimbangan asam dan basa. Proses ekresi pada ginjal
meliputi, penyaringan zat-zat sisa makanan atau yang beracun, penyerapan
kembali (reaosorbsi) zat-zat berguna dan pengeluaran zat-zat sisa yang tidak
diperlukan (Pearce, 2005).
Urine terbentuk melalui proses penyaringan yang terjadi di badan
malpighi. Di dalam badan malpighi, kapsul bowman mengelilingi glomerus.
Penyaringan dilakukan pada darah dalam glomerulus yang mengandung garam,
gula, urea, air dan sebagainya.Didalam tubulus kontortus proksimal, zat-zat urine
primer (filtrat glomerulus) yang berguna diserap kembali.Sehingga dihasilkan
filtrat tubulus (urine sekunder). Pada tubulus kontortus distal terjadi penyerapan
kembali terhadap Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+.Maka urin yang sesungguhya
telah terbentuk disalurkan ke pelvis renalis melalui tubulus kolektivus. Urin atau
air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Pengeluaran
urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh (Idel, 2000).

4
D. Alat dan Bahan
a. Kegiatan I
1. Larutan Benedict
2. Urine
3. Tabung reaksi
4. Pipet
b. Kegiatan II
1. Urine
2. Asam sitrat pekat
3. Tabung reaksi
4. Pipet
c. Kegiatan IV
1. Urine
2. Lampu spritus
E. Cara Kerja
a. Kegiatan I

Urine

Mendidihkan 3 ml larutan Benedict dalam tabung reaksi

Menambahkan 5 tetes urine kedalam larutan tadi dan


panaskan lagi selama 1-2 menit, kemudian biarkan dingin

Mengamatai adanya perubahan warna endapan yang terjadi

5
b. Kegiatan II
Urine
Memasukkan 3 ml asam nitrat pekat kedalam tabung
reaksi

Memiringkan tabung reaksi kemudian tetesi urine dengan


mempergunakan pipet secara perlahan-lahan sehingga
urine turun melalui sepanjang tabung

Bila urin mengandung albumin akan terlihat adanya cincin


berwarna putihyang terdapat pada daerah kontak urine dan
asam nitrit

c. Kegiatan III
Urine

Memasukan 1ml urine kedalam tabung reaksi.

Memanaskan dengan lampu spritus.

Mencium bagaimana baunya.

6
F. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil pengamatan glukosa dalam urine
No Nama Tester Warna Endapan Kadar Glukosa
1 Urine DM Normal -
2 Urine GG Kuning 5%
3 Urine S Hijau 1%
4 Urine R Normal -
5 Urine N Normal -

Tabel 1.2 Hasil pengamatan albumin dalam urine

No Nama Tester Hasil Reaksi Keterangan


(+) mengandung albumin
1 Urine DM Terdapat Cincin dalam urine
(-) mengandung albumin
2 Urine GG Tidak Terdapat Cincin dalam urine
(-) mengandung albumin
3 Urine S Tidak Terdapat Cincin dalam urine
(-) mengandung albumin
4 Urine R Tidak Terdapat Cincin dalam urine
(-) mengandung albumin
5 Urine N Tidak Terdapat Cincin dalam urine

Tabel 1.3 Hasil pengamatan ammonia dalam urine


No Nama Tester Tingkat Ketengikan
1 Urine DM +++++
2 Urine GG ++++
3 Urine S +
4 Urine R ++
5 Urine N +++

7
G. Pembahasan
Pemeriksaan glukosa urine merupakan pengukuran kadar glukosa dalam
urine. Pemeriksaan ini sebenarnya tidak dapat digunakan untuk menggambarkan
kadar glukosa dalam darah. Namun pada kasus tertentu, pemeriksaan ini
diperlukan untuk pemantau
Darah disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit fungsional dalam ginjal. Hasil
penyaringan (filtrat) berisi produk-produklimbah (misalnya urea), elektrolit
(misalnya natrium, kalium, klorida), asam amino dan glukosa. Filtrat kemudian
dialirkan ke tubukus ginjal untuk direabsorbsi dan diekskresikan. Zat-zat yang
diperlukan (termasuk glukosa) diserap kembali dan zat-zat yang tidak diperlukan
kembali diekskresikan kedalam urine.
Dalam percobaan ini dilihat bagaimana urine yang memiliki
albumin.Albumin merupakan salah satu protein utama dalam plasma manusia dan
menyusun sekitar 60% dari total protein g/I/hari.Kadar albumin normal dalam
urin berkisah antara 0-0,04 g/I/hari.Keberadaan albumin dalam air dengan jumlah
yang melebihi batas normal,dapat mengindekasikan terjadinya gangguan dalam
proses metabolism tubuh.
Untuk percobaan ini digunakan reaksi antara urine dengan asam nitrat pekat
yang memberikan adanya cincin berwarna putih yang menandakan adanya
albumin dalam urine.Uji ini dilakukan dengan memanaskan terlebih dahulu
sampel urine yang akan digunakan.Sebelum dipanaskan urin berwarna kuning
bening dan setelah di panaskan ketiga urine memberikan hasil yang berbeda-beda.
Amonia adalah senyawa nitrogen dan hidrogen yang memiliki aroma tajam
dengan bau yang khas.Sebuah molekul amonia terbentuk dari ion nitrogen
bermuatan negatif dan tiga ion hidrogen bermuatan positif,dan karena itu secara
kimia dipresentasikan sebagai NH3(rumus kimia anomia).Anomia dapat terjadi
secara alami atau dapat diproduksi.Anomia alami yang hadir dalam jumlah jejak
diatmosfer berasal dari dekomposisi bahan organik.Metode alamia produksi
amonia melibatkan serangkaian proses kimia yang menggambungkan bersama-
sama ion nitrogen dan hydrogen.

8
Uji bau amonia urine atau bahasa kerennya mengukur kepesingan
pipis.Caranya urine dipanaskan dengan menggunakan spiritus sampai mendidih
dan bau dari sampel masih belum tajam,berarti urine dikatakan tidak normal.Bau
urine akan menajam seiring dengan lama waktu pemanasan.
H. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa urine normal tidak memiliki
endapan berwarna putih karena urine tersebut berasal dari ginjal yang normal
yang tidak memiliki kelainan.Untuk urine DM terlihat adanya cincin berwarna
putih walaupun sedikit karena DM juga merupakan penyakit yang disebkan oleh
ginjal. Dalam hal ini walaupun DM tidak disebabkan oleh protein dalam urine.
Tapi infeksi yang disebabkan oleh ginjal itu yang menyebabkan DM juga
memiliki cincin putih. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa sebuah
urine yang direkreasikan dengan asam nitrat dan membentuk cincin berwarna
putih. Urinnya mengandung alnumin yang berlebih dan menandakan orang yang
memiliki urin tersebut memiliki penyakit gagal ginjal dan urin yang mengandung
albumin menandakan bahwa filtrasi yang dilakukan oleh ginjal tidak sempurna.
Namun tidak menutup kemungkinan untuk penyakit lain yang disebabkan oleh
ginjal tidak memiliki cincin berwarna putih. Karena cincin yang berwarna putih
menandakan adanya infeksi dari ginjal. Sehingga pada percobaan ini yang urin
DM juga memiliki cincin berwarna putih walaupun sedikit.
Berdasarkan hasil pengamatan untuk memeriksa ada tidaknya glukosa dalam
urin menggunakan uji benedict, menghasilkan data yang negaitif atau tidak
adanya glukosa dalam urin yang di ujikan oleh beberapa sampel hal itu didukung
oleh tidak berubah warna atau terjadi endapan pada larutan benedict setelah di
beri perlakuan yaitu di tetesi sampel dan kemudian di panaskan oleh bunsen. Jika
tabung eksperimen tetap berwarna biru dan berbeda dengan tabung kontrol maka
urin tersebut dalam keadaan normal yaitu tidak mengandung glukosa. Dan bila
berwarna sama maka urin eksperimen mengandung glukosa sesuai dengan warna
tabung kontrol. Glukosa merupakan zat yang dibutukan oleh tubuh sehingga
seharusnya glukosa diserap oleh usus dan tidak terdapat di dalam urin karena

9
bukan zat sisa yang tidak lagi dibutuhkan. Ada kemungkinan terjadi gangguan
pada proses ekskresi.
Pada urin kontrol terdapat bau yang sangat menyengat, menandakan bahwa
urin tersebut mengandung amonia. Beberapa sampel urin tidak tercium bau
menyegat yang menandakan bahwa urin tersebut tidak mengandung amonia.
Amonia merupakan suatu senyawa nitrogen yang banyak digunakan untuk
produksi berbagai macam komoditas, seperti pupuk, obat-obatan, dan sebagainya.
Gas amonia berbau busuk dan mudah menguap, serta jika konsentrasinya di dalam
tubuh melebihi ambang batas dapat membahayakan tubuh.
I. Pertanyaan dan Jawaban
a. Kegiatan I
1. Buatlah siklus perubahan glukosa dalam tubuh dan jelaskan mengapa terjadi
perubahan demikian?
Jawaban : di dalam mulut terdapat saliva yang mengandung enzim amilase
yang mampu memecah amilum menjadi gula yang lebih sederhana. Pada usus
halus terdapat enzim maltase, laktase, dan sukrase yang merubah disakarida
menjadi monosakarida. setelah itu pada usus besar terjadi penyerapan glukosa
dan melalui pembuluh darah akan menyebar ke seluruh tubuh. Glukosa
berperan dalam respirasi sel sebagai penghasil Energi dengan tahapan proses
gikolisis yang menghasilkan asam pruvat, siklus krebs, dan transfer elektron.
2. Bagaimana jumlah glukosa dalam darah setelah beberapa saat Anda makan?
Bagaimana hubungannya dengan kadar glukosa optimun darah? Jelaskan!
Jawaban : glukosa dalam darah akan bertambah bila mengkonsumsi
makanan/minuman yang mengandung gula.
b. Kegiatan II
1. Jelaskan bagaimana albumin bisa masuk ke dalam urin!
Jawaban : albumin bisa masuk dalam ginjal karena ginjal tidak berfungsi
dengan baik. Dimana ginjal tidak melakukan filtrasi secara sempurna. Ginjal
yang merupakan tempat bersirkulasinya darah tidak melakukan filtrasi terhadap
darah dengan sempurna. Sehingga darah yang berfungsi membawa protein
yaitu albumin, proteinnya itu terbawa dengan hasil filtrasi yaitu urin.

10
2. Apa hubungannya antara kadar albumin yang tinggi dalam urin dengan
kesehatan yang bersangkutan? Jelaskan!
Jawaban : albumin merupakan molekul yang mempunyai berat molekul yang
besar. Apabila dalam urin seseorang terdapat albumin, maka menunjukkan
adanya kerusakan pada membran kapsul endotelium. Hal tesebut juga dapat
disebabkan oleh iritasi ginjal yang dikarenakan masuknya substansi seperti
bakteri atau logam berat.
c. Kegiatan III
1. Berasal dari apakah amonia dalam urin tersebut?
Jawaban : amonia dalam urin berasal dari Ammonia yang ada dalam tubuh,
berasal dari Urin mengandung urea yang bila terhidrolisis akan terurai menjadi
amonia.
CO(NH2)2 + H2O CO2 + 2NH3
Jadi pada dasarnya urea, CO(NH2)2 yang terkandung dalam urin terurai
menjadi amonia, NH3 jika ada air, H2O.
2. Enzim apa yang bekerja?
Jawaban : Enzim arginase

11
DAFTAR PUSTAKA
Idel Antoni. 2000. Biologi Dalam Kehidupan Sehari-hari. Jakarta: Gramedia.

Khristiyono. 2012. Seri Pendalaman Materi Biologi. Jakarta: Erlangga.

Pearce Evelyn. 2005. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.

Syaifuddin. 2014. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.

12
LAMPIRAN

Gambar 1.1 Proses pemanasan benedict Gambar 1.2 Proses pengujian

Albumin dalam urine

Gambar 1.3 proses penciuman Gambar 1.4 Proses pengamatan


Ketengikan dalam urine glukosa dalam urine

13

Anda mungkin juga menyukai