Anda di halaman 1dari 17

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Urin

Urin merupakan produk sisa metabolisme yang sudah tidak


digunakan lagi oleh tubuh dan bersifat toksin. Oleh karena itu semua
komponen yang masih berguna bagi tubuh tidak ikut terbuang bersama
dengan urin, salah satunya adalah protein. Kondisi dimana terdapat protein
dalam urin disebut sebagai proteinuria

1. Komposisi Zat-zat Dalam Urin

Urin sebagai produk metabolisme memiliki kandungan berbagai


zat yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh. Zat tersebut diantaranya
adalah nitrogen, urea, dan amonia. Kandungan urin menjadi indikasi
berbagai fungsi faal dalam tubuh yang berkaitan dengan metabolisme dan
ekskresi, diantaranya adalah kondisi ginjal, liver, dan pankreas.
Keberadaan zat yang masih berguna bagi tubuh dalam urin menandakan
ada kesalahan fungsi ginjal dalam bekerja sebagai filter. Salah satu zat
yang masih berguna bagi tubuh yang sering terdapat dalam urin adalah
protein. (Astuti, 2017)

2. Jumlah Urin

Kandung kemih dalam kondisi normal dapat menampung urin


sebanyak 600 ml. Akan tetapi, keinginan untuk berkemih dapat dirasakan
pada saat kandung kemih terisi urin dalam jumlah yang lebih kecil (150-
200 ml pada orang dewasa).(Yuwono & Hidayati, 2012)

3. Tahap pembentukan urin


Pembentukan urin melalui 3 mekanisme, yaitu filtrasi plasma darah

melalui glomerulus, filtrat mengalami reabsorpsi selektif oleh tubulus,

dan sekresi oleh tubulus. Hasil akhir yang dikeluarkan dari tubuh adalah
7

urin. Adapun proses pembentukan urin berdasarkan urutan organnya

yaitu:

1. Glomerolus

Mula mula darah masuk ke dalam ginjal melalui arteri renalis,

kemudian masuk ke arteriol afferan. Arteriol afferen membentuk

glomerolus. Glomerolus dibungkus oleh kapsula Bowman. Kemudian

darah difiltrasi oleh dinding glomerolus secara pasif dengan bantuan

tekanan darah aorta sehingga filtrat berupa air yang komposisinya

mirip plasma (namun komposisi proteinnya hanya yang memiliki

berat molekul rendah dengan kadar sekitar 10 mg/dL) masuk kedalam

kapsula Bowman. Kecepatan filtrasi Glomerolus (Glomerular

Filtration Rate/GFR) yaitu liter darah disaring oleh dinding kapiler

glomerolus menjadi 120 ml filtrat per menit. Kecepatan GFR

ditentukan oleh tiga faktor:

1) Keseimbangan tekanan-tekanan yang bekerja pada dinding kapilar

(tekanan hidrostatik kapilar glomeruli dan tekanan onkotik kapsul

Bowman mendorong terjadinya filtrasi sedangkan tekanan onkotik

kapilar glomeruli dan tekanan hidrostatik kapsul Bowman

menghambatnya). Tekanan hidrostatik lebih besar daripada tekanan

onkotik,

2) Kecepatan aliran darah ke ginjal (Renal Blood Flow/RBF), atau

kecepatan aliran flasma dalam glomeruli (Glomerular Plasma

Flow/GPF)
8

3) Permeabilitas serta luas permukaan kapilar yang berfungsi.


9

2. Tubulus

Filtrat dari kapsula bowmen masuk ke dalam tubulus

1) Tubulus proksimal

Di tubuli proksimal terjadi reabsorbsi 2/3 filtrat berupa air, Na+, sebagian

besar HCO3-, asam amino, dan glukosa secara isoosmotik, reabsorbsi dapat

terjadi dikarenakan kapilar peritubular di tubuli proksimal tekanan hidrostatik

lebih kecil daripada tekanan onkotik. Sehingga kadar Cl- didalam tubuli

meningkat.

2) Lengkung henle

Di bagian lengkung henle desendes terjadi pengeluaran air secara pasif

sehingga urin menjadi hipertonik. Di bagian lengkung henle asendes tidak

permabel untuk air, sedangkan NaCl keluar.

3) Tubulus distal

Urin yang sampai ke tubuli distal bersifat hipoosmotik, terjadi reabsorbsi Na+

secara aktif. Aldosteron berperan disini menahan Na (dan air) dan sebaliknya

melepaskan Kalium. Hormon antidiuritik (ADH) berperan mereabsorbsi air

dibagian akhir tubuli distal dan Tubulus pengumpul (collecting duct) sehingga

urin yang hipotonik dapat menjadi hipertonik.

4) Tubulus kolektivus

Tubulus kolektivus menerima cairan dan zat terlarut dari tubulus.

3. Pelvis Ginjal
10

Dari tubulus-tubulus ginjal, urin akan menuju pelvis ginjal, selanjutnya

melalui ureter menuju kantong kemih. Jika kantong kemih telah penuh terisi urin,

dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul ras ingin buang air kecil.

Urin akan keluar melalui uretra. Komposisi urin yang dikeluarkan melalui uretra

adalah air, garam, urea dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang

berfungsi memberi warna dan bau pada urin (Arianda, 2015).

1. Jenis Sampel Pada Pemeriksaan Urinalisasi

Hasil urinalisa terhadap kumpulan urin 24 jam pada seseorang akan

memberikan hasil yang hampir sama dengan urin 24 jam berikutnya. Namun

meskipun pada hari yang sama, hasil pemeriksaan pada saat-saat tertentu akan

memberikan hasil yang berbeda, sebagai contoh, urin pagi berbeda dengan urin

siang atau malam. Berbagai jenis sampel urin antara lain urin sewaktu, urin pagi,

urin postprandial, urin 24 jam serta urin 3 gelas dan urin 2 gelas pada pria dan

wanita (Arianda, 2015).

a. Urin sewaktu

Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada suatu waktu yang tak

ditentukan secara khusus. Urin ini dapat digunakan untuk berbagai macam

pemeriksaan. Urin cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang mengikuti

pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus (Arianda, 2015).

b. Urin pagi

Urin pagi adalah urin yang dikeluarkan paling pagi setelah bangun tidur.

Urin pagi lebih pekat dari pada urin siang sehingga cocok untuk pemeriksaan

sedimen, berat jenis, protein dll. Bagi kalangan kebidanan, urin pagi baik

untuk pemeriksaan kehamilan berdasarkan adanya hormon Human Chorionic

Gonadotrophin (HCG) di dalam urin (Arianda, 2015).


11

c. Timed specimen

1) Urin 24 jam

Urin yang dikeluarkan jam 7 pagi dibuang. Seluruh urin yang dikeluarkan

kemudian termasuk juga urin jam 7 pagi esok harinya ditampung. Urin 24

biasanya memerlukan pengawet.

2) Urin siang 12 jam

Urin yang dikumpulkan dari jam 7 pagi hingga jam 7 malam.

3) Urin malam 12 jam

Urin yang dikumpulkan dari jam 7 malam hingga jam 7 pagi besok

(Arianda, 2015).

d. Urin postprandial

Urin postprandial adalah urin yang pertama kali dilepaskan 1,5-3 jam

setelah makan. Urin ini berguna untuk pemeriksaan glukosuria adanya

glukosa di dalam urin (Arianda, 2015).

1) Urin 24 jam

Urin 24 jam adalah urin yang dikumpulkan selama 24 jam, Urin 24 jam

diperlukan untuk pemeriksaan kuantitatif. Urin 24 jam di kumpulkan dengan

cara : Siapkan botol besar bersih bertutup (minimal 1,5 L) umumnya dilengkapi

pengawet, Jam 7 pagi urin dibuang, Urin selanjutnya (termasuk jam 7 esok hari)

ditampung dan dicampur.

2) Urin 3 gelas dan urin 2 gelas

Urin 3 gelas adalah urin yang ditampung sejumlah 3 gelas, dengan cara

urin ditampung beberapa jam sebelumnya penderita dilarang berkemih, Siapkan


12

3 gelas (sebaiknya gelas sedimen), Penderita berkemih langsung ke dalam gelas

tanpa henti.

Gelas I diisi 20-30 ml pertama (berisi sel-sel uretra pars anterior dan

prostatika) Gelas II diisi volume berikutnya (berisi unsur-unsur dari kandung

kemih) Gelas III diisi volume terakhir (berisi unsur-unsur khusus dari uretra

pars prostatika dan getah prostat).

Urin 2 gelas diperoleh dengan cara sama dengan urin 3 gelas, dengan 2

gelas saja, gelas pertama diisi 50-75 ml.Urin ini digunakan untuk menentukan

letak radang atau lesi yang menghasilkan darah atau nanah pada urin seorang

pria.

B. Paparan panas

Panas merupakan kombinasi atau interaksi dari suhu udara, kelembaban udara,

kecepatan, gerakan udara, dan suhu udara yang di hubungkan dengan produksi panas

oleh tubuh yang di dapat dari metabolisme. Produksi panas didalam tubuh tergantung

dari kegiatan fisik tubuh, makan, pengaruh darih berbagai bahan kimiawi dan gangguan

dari sistem pengaturan nafas. Bila suhu udara lebih tinggi daripada suhu permukaan

tubuh, dan konduksi tidak dapat menghilangkan panas dari tubuh. Dalam keadaan ini

hanya cara penguapan yang bermanfaat yaitu mengkonversi air dari cairan menjadi gas

(seperti uap air). Proses ini memerlukan energi. Efektif karena panas diperlukan untuk

mengkonversi keringat menjadi uap air. Pengeluaran panas dipengaruhi oleh luas

permukaan badan, perbedaan suhu tubuh dan suhu lingkungan, kelembaban udara (Dewi

Sumaryani Soemarko, 2012).


13

Meningkatnya panas harus seimbang dengan hilangnya panas agar suhu tetap

stabil. Panas dapat meningkat yang berasl dari lingkungan eksternal maupun dari

lingkungan internal. Keseimbangan antara penambahan panas dan hilangnya panas

tergangguan oleh:

1) Terjadi perubahan produksi panas internal untuk tujuan-tujuan yang tidak berkaitan

dengan pengaturan suhu tubuh, terutama pada saat kita melakukan pekerja yang

terpapar panas sangat meningkatkan produksi panas dalam tubuh.

2) Terjadi perubahan suhu di lingkungan eksternal yang mempengaruhi tingkat

penambahan ataupun pengurangan panas antara tubuh dengan lingkungannya.

Dalam mempertahankan panas yang normal, glikogen diubah menjadi glukosa

yang dioksidasi. Sehingga dibutuhkan bahan bakar yang cukup. Ketika panas berlebihan,

itu disebabkan karena kombinasi suhu dari luar, aktifitas fisik, dan keluarnya keringat.

Panas dapat hilang akibat aktifitas kulit, aktifitas penguapan organ ekskresi (Wiarto,

2013).

1. Akibat panas

Pengeluaran kringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang

melewati batas kritis, yaitu 37oC. Pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan

pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1 0C akan

menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang

panas tubuh yang dihasilkan dari mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui

ambang krisis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area prea

preoptik anterior hipotalamus melalui jaringan saraf simpatis keseluruh kulit tubuh

kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang

merangsang produksi keringat.kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan karena

rangsangan dari epinefrin dan norefineprin (Wiarto, 2013).


14

Tubuh manusia dapat meyesuaikan diri karena kemampuannya untuk

melakukan proses konveksi, radiasi, dan penguapan jika terjadinya kekurangan atau

kelebihan panas. Apabila temperatur udara lebih rendah daripada 17ºC, berarti

temperatur udara ini ada di bawah kemampuan tubuh menyesuaikan diri, maka tubuh

akan mengalami kedinginan karena hilangnya panas tubuh akibat proses konveksi,

radiasi dan penguapan. Pengeluaran keringat tubuh yang berlebihan dan elektrolit

yang masuk tidak cukup, produksi urin akan menurun dan kepekatan urin akan

meningkat (supersaturasi/hipersaturasi), sehingga dapat mendorong terbentuknya batu

ginjal dan batu saluran kemih (Sorowako and Hasanuddin, 2014).

2. Faktor-faktor yang menyebabkan panas

Faktor fisik yang menentukan (decisive) terjadinya proses pertukaran panas

tubuh manusia dan lingkungan sekitarnya : (Wiarto, 2013).

a. Konduksi panas

Pertukaran panas oleh konduksi bergantung pada konduktifitas obyek

material yang bersentuhan dengan kulit. Konduksifitas panas sangat penting di

dalam pemulihan material untuk keperluan perancangan alat dan ruang kerja,

misalnya ruang, lantai, rak dan handle.

b. Evaporasi panas

Hilangnya panas dengan proses keluarnya keringat terjadi karena

keringatan di bagian kulit tersebut menguap atau evaporasi. Pada radiasi yang

normal setiap orang akan menguapkan sebanyak 1 liter/ hari, akan tetapi

temperatur sekeliling melebihi batas ambang kenyamanan kulit, maka kuliat akan

mereflesikan berupa proses keluarnya keringat.

c. Radiasi panas
15

Radiasi ialah perpindahan panas atas dasar gelombang-gelombang elektro

magnetic. Proses pertukaran panas melalui radiasi terjadi antara tubuh manusia

dan sekelilingnya (dinding, benda mati, manusia) dalam dua arah sepanjang

sewaktu. Perpindahan panas tergantung dari perbedaan teperatur di antara kulit

dan medium yang berdekatan dengan kulit. Jumlah panas radian yang hilang

dalam sehari oleh seseorang (berpakaian lengkap/sempurna) sangat bervariasi.

Rata-rata panas yang hilang sebesar 1000-1500 kcal/hari atau 40-60% dari total

panas yang hilang dari tubuh manusia dalam sehari.

3. Tindakan pencegahan terhadap panas

a. Air minum

Air diperlukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi akbibat berkeringat

dan pengeluaran urin. Pada pengeluaran berkeringat tiap orang memerlukan 0,5

liter atau lebih tiap jam. Air tersebut sebaiknya di berikan dalam jumlah kecil

tetapi frekuensinya lebih sering, dengan interval 20-30 menit (Wiarto, 2013).

b. Garam

Pada pengeluaran keringat yang banyak, perlu menambah pemberian

garam akan tetapi tidak boleh berlebihan karena dapat menimbulkan haus dan

mual. Penambahan dapat diberikan melalui makanan atau lebih mudah dari air

minum (Wiarto, 2013).

c. Pakaian

Pakaian juga dapat melindungi permukaan tubuh dan dapat pula sebagai

penghambat terjadinya konveksi antara kulit dan aliran udara.Untuk mendapatkan

efek yang menguntungkan, baju yang dipakai harus cukup longgar, terutama

bagian leher, ujung lengan, ujung celana dan lain-lain (Wiarto, 2013).

4. Hubungan paparan panas dengan pembentukan kristal urin


16

Di dalam urin normal terdapat faktor proteksi seperti : magnesium, sitrat,

pirofosfat dan berbagai proten enzim seperti glikopeptida zinc, ribonuceleid acid dan

khondroitin sulfat, neprocalcim A, uropontin, glicosanminogycan. Neprocalcim A,

uropontin, glicosanminogycan merupakan poteksi batu kalsium. Bahan ini dapat

menghambat pembentukan batu dengan berbagai cara, misalnya memecah kristal yang

sudah terbentuk ataupun membungkus kristal, sehinggah tidak melekat. Bahan ini

juga membuat garam-garam urin yang berfungsi menghambat terjadinya kristal urin.

Pada paparan panas, kadar zat proteksi menjadi rendah. Hal ini disebabkan karena

papa paparan panas sering muncul kondisi dehidrasi. Dehidrasi menyebabkan urin

menjadi pekat daaan sedikit. Hal ini beraktibat hilangnya faktor proteksi dalam urin.

Akibatnya, terjadinya pengendapan bahan tertentu dalam urin. Pengendapan bahan

tersebut mengakibatkan terjadinya supersaturasi. Supersaturasi merupakan

terdapatnya urin yang melebihi batas kemampuan cairan urin untuk melarutkannya.

Supersaturasi terjadi karena proteksi dalam urin terdapat mengendapkan bahan-bahan

tertentu urin. Supersaturasi merupakan penyebab terpenting dalam proses terjadinya

batu saluran kencing (Roebiakto, Muntaha and Kustiningsih, 2013).

C. Terbentuknya kristal urin

Jika sesorang lama terpapar ditempat yang panas, mengakibatkan terbentuknya

kristal pada umumnya. Ditandai pada pemeriksaan urin di laboratorium, menunjukkan

kristal urin positif. Mekanisme terbentuknya kristal urin ialah lingkungan panas

mempengaruhi jumlah cairan dan elektolit tubuh, jika jumlah cairan dan elektrolit yang

masuk tidak cukup, produksi urin akan menurun dan kepekatan urin akan bertambah,

dimulai terjadinya hambatan aliran urin yang biasanya terjadi di tempat-tempat yang

lebih sempit dan berkelok, seperti penyempitan pelvikalises ataupun penyempitan di

ureter yang masuk ke kandung kemih. Hal ini dinamakan dengan kondisi hipersaturasi.
17

Jika kondisi hipersaturasi tidak ditangan dan berlangsung cukup lama dapat mendorong

terbentuknya kristal urin dan batu di saluran kemih yang menyebabkan di saluran kemih.

Pada efek yang lebih lanjut dat terjadi gangguan fungsi ginjal (Syaifuddin, 2013).

1. Faktor yang mempengaruhi kristal urin

Di samping faktor tekanan panas adapun faktor lain yan berperan dalam

pembentukan Kristal urin antara lain : (Maslachah, 2009).

a. Lama kerja

Lama kerja sangat berhubungan dengan pembentukan kristalisasi urin, hal

ini terjadi karena paparan panas akan berlangsung selama pekerja berkerja setiap

harinya. Suhu lingkungan yang terlalu panas akan menyebabkan usaha

mendinginkan tubuh dengan jalan mengeluarkan keringat dan meningkatkan

penguapan melalui paru-paru. Semakin lama seseorang bekerja disuatu tempat

semakin besar kemungkinan mereka terpapar oleh faktor-faktor lingkungan kerja

seperti lingkungan fisik yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau

penyakit akibat kerja. Lamanya seseorang bekerja secara baik pada umumnya 6-8

jam per hari dan sisanya untuk beristirahat atau berkumpul dengan keluarga.

Bekerja secara lembur di luar waktu normal dapat menyebabkan menurunnya

efisiensi kerja.

b. Lama paparan

Lama paparan di tempat kerja yang mengandung tekanan panas, panas akan

menyebabkan usaha mendinginkan tubuh dengan jalan mengeluarkan keringat dan

meningkatkan penguapan melalui paru-paru

c. Masa kerja
18

Semakin lama orang bekerja di lingkungan bersuhu panas maka resiko

pembentukan Kristal urin akan semakin besar karena pekerja terpapar panas setiap

hari selama masa kerja.

d. Usia

Usia kurang dari 40 tahun ketahanan tubuh untuk beradaptasi dengan

lingkungan panas masih normal atau belum melemah. Ketahanan tubuh untuk

beradaptasi dengan lingkungan panas akan melambat dan menurun pada usia 40

tahun sehingga kemungkinanan prevalensi kejadian Kristal urin akan meningkat

karena kemampuan tubuh dalam usia lanjut mengembalikan suhu tubuh menjadi

normal sangatlah lambat.

e. Kebiasaan minum minuman tertentu

Hal ini akan menyebabkan pembentukan Kristal asam urat. Adapun jenis

minuman yang mengandung Kristal asam oksalat, kopi, teh. Susu dan air minum

yang mengandung mineral tinggi akan menyebabkan pembentukan Kristal kalsium.

Soft drink tidak akan membentukan Kristal posfat.

f. Kebiasaan mengkonsumsi makanan

Konsumsi yang mengandung protein hewani, lemak dan garam akan

meningkatkan resiko kristalisasi urin karena banyak mengandung asam amino yang

mengandung sulfur.

g. Riwayat penyakit ginjal

Riwayat penyakit yang berhubungan dengan penyakit ginjal, seperti :

Hipertensi, Diabetes Melitus, Gout, Hepatitis, dll. Berpengaruh terhadap

pembentukan Kristal urin.


19

h. Kebiasaan minum obat-obatan

Penggunaan obat anti hipertensi (diazide) dan antasida yang mengandung

kalsium berpengaruh juga terhadap pembentukan Kristal urin.

i. Kebiasaan buang air kecil selama bekerja

Semakin banyak minum maka akan lebih sering dieresis, tetapi jika air yang

dikonsumsi kurang, maka produksi urin akan menurun oleh pengeluaran keringat

maupun karena penguapan yang mempengaruhi pembentukan Kristal. Volume urin

normal manusia adalah 2,5-3,5 L/24jam tergantung suhu dan aktivitas.

j. Jenis kelamin

Jumlah pasien laki-laki 3 kali lebih besar daripada pasien wanita.

k. Iklim panas

Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat.

Banyaknya keringat yang dikeluarkan akan mengurangi produksi pada urin dan

mempermudah pembentukan batu saluran kemih.

2. Jenis kristal urin

Komposisi yang terbanyak merupakan kristal kalsium sekitar (80 %) dengan

terbesar bentuk kalsium oksalat dan terkecil kalsium fosfat. Adapun macam-macam

kristal dalam ginjal atau kandung kemih dan proses terbentuknya (Arianda, 2015).

1. Kristal oksalat atau kalsium oksalat

Asam oksalat dalam tubuh berasal dari metabolisme asam amino dan asam

oskorbat. Asam askorbat merupakan prekursor oksalat yang cukup besar 30%-

50% dikeluarkan sebagai oksalat urin. Terjadinya gangguan fungsi ginjal dan

asupan oksalat berlebihan di tubuh misalnya banyak mengkonsumsi nanas


20

menyebabkan terjadinya akumulasi oksalat yang memicu terbentuknya kristal

oksalat di ginjal atau kandung kemih.

2. Kristal struvit

Kristal struvit terjadi dari magnesium ammonium fosfat dan kalsium

karbonat. Keristal tersebut terbentuknya di pelvis dan ginjal bila produksi

ammonia bertambah dan PH urin tinggi, sehingga kelarutan fosfat berkurang.

3. Kristal asam urat

Terjadinya pada penderita sejenis rematik karena penderita kehilangan cairan

dan peningkatan konsentrasi urin, sehingga terjadinya pengendapan urin.

4. Kristal sistin

Kristal sistin merupakan salah satu asam amino yang kelarutannya paling

kecil. Kelarutannya semakin kecil jika PH urin turun atau asam. Bila sistin tak

larut akan mengendap dalam bentuk kristal yang tumbuh dalam sel ginjal atau

saluran kemih membentuk batu.

5. Kristal kalsium fosfat

Terjadinya pada penderita hiperkalsiurik (kadar kalsium dalam urin tinggi)

dan berlebihan asupan kalsium misalnya susu dan keju ke dalam tubuh.

3. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya Batu pada Ginjal

Ada beberapa factor yang menyebabkan terbentuknya batu pada ginjal, yaitu :

(Dewi S Soemarko, 2012).

a. Adapun faktor genetik memiliki pengaruh seperti :

Septiuria,hiperkalsiuria primer dan hiperoksaria primer.

b. Adapun faktor biologiknya adalah :

Supersaturasi urin, kekurangan faktor proteksi, perubahan pH urin,

nuclease serta faktor yang dapat melekatkan keristal tubulus renalis.


21

c. Selain faktor genetik dan biologi adapun faktor lainnya yg memicu terjadinya

kencing batu,jika dilihat dari segi fisik dan ekonomi,seperti :

1) Jenis kelamin

Pria memiliki resiko yang lebih tinggi dibanding dengan wanita yakni 3:1.

2) Di lihat dari Ras

Lebih sering ditemukan dan diderita oleh orang Asia dan Afrika.

3) Faktor keturunan

Faktor keturunan juga memainkan peranan penting dalam penyakit apapun.

Jika orangtua memiliki riwayat penyakit kronis tertentu atau penyakit

lainnya, maka diturunkan oleh anaknya dengan resiko 6x lebih besar.

4) Kebiasaan hidup yang dijalani

Sesorang yang rajin atau rutin mengkonsumsi air putih minimal 8-10 gelas

per hari atau dengan takaran 1-2 Liter/ hari akan meningkatkan diuresis

untuk mencegah terjadinya batu. Seseorang yang banyak bergerak atau rajin

beraktivitas memiliki resiko lebih kecil terkena kencing batu disbanding

dengan seorang yang bergerak.

5) Faktor sosial dan ekonomi

Umumnya penyakit kencing batu pada saluran kantung kemih bagian atas

cenderung lebih banyak pada masyarakat dengan keadaan sosial ekonomi

yang lebih tinggi dalam arti mereka yang memiliki tingkat sosial ekonomi

lebih tinggi biasanya lebih banyak mengkonsumsi protein hewani dan

karbohidrat. Hal ini terjadi sebaliknya kepada mereka yang memiliki tingkat

ekonomi yang rendah.


22

6) Letak geografis

Masyarakat yang tinggal di daerah dengan cuaca iklim yang cukup panas

(tropis) memiliki resiko lebih besar terserang penyakit kencing batu karena

mengeluarkan cukup banyak keringat sehingga sering terjadi dehidrasi yang

membutuhkan cairan lebih banyak di dalam tubuh. Produksi keringat lebih

banyak akan mengurangi produksi urin.

Anda mungkin juga menyukai