Anda di halaman 1dari 4

PEMERIKSAAN DENGAN TEST WEBER

21. Vibrasikan garpu tala 512 Hz dengan cara memegang garpu tala pada tangkainya
kemudian pukulkan ke telapak tangan atau buku jari yang pada tangan berlawanan.
22. Letakkan garpu tala di tengagh puncak kepala pasien.
23. Tanyakan pasien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau ada salah
satu telinga yang mendengar suara getaran lebih keras.
Telinga Normal bila pasien dapat mendengarkan secara seimbang sehingga getaran
dirasakan di tengah-tengah kepala.
Tuli Sensori Neural: lateralisasi ke telinga yang baik.
Tuli Konduktif: lateralisasi pada telinga tuli.

PEMERIKSAAN DENGAN TEST SWABACH

24. Vibrasikan garpu tala 512 Hz.


25. Letakkan garpu tala di proc mastoideus pasien.
26. Anjurkan pasien untuk memberitahu sewaktu tidak merasakan getaran lagi
27. Segera pindahkan garpu tala ke proc mastoideus pemeriksa, dengarkan apakah pemeriksa
masih dapat mendengar getaran garpu tala.
28. Bila pemeriksa juga tidak mendengar getaran, maka lakukan test swabach pada telinga
pemeriksa kemudian ke telinga pasien.
Swabach Normal: hantaran tulang pasien hampir sama dengan pemeriksa.
Swabach Memanjang (tuli konduktif): hantaran tulang pasien lebih panjang dari
pemerika.
Swabach Memendek: jika telinga pemeriksa masih dapat mendengar getaran garpu tala
setealh pasien tidak lagi mendengarnya.

PEMERIKSAAN DENGAN TEST RINNE

29. Vibrasikan garpu tala 256 Hz.


30. Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus kanan pasien.
31. Anjurkan pasien untuk memberitahu sewaktu tidak merasakan getaran lagi
32. Angkat garpu tala dengan cepat dan letakkan ujung garpu tala di depan telinga kanan
pasien (1-2 cm) dengan posisi garpu tala paralel terhadap lubang telinga luar pasien.
33. Minta pasien untuk memberitahu apakah masih mendengar suara getaran atau tidak.
Uji Rinne Positif: pasien masih mendengar bunyi didepan telinga (telinga normal atau
tuli sensorineural)
Uji Rinne Negatif: pasien tidak mendengarkan lagi suara getaran garpu tala saat
diletakkan didepan telinga (tuli konduktif)
34. Catat semua hasil pemeriksaan pendengaran.

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


LEMBAR KERJA
PRAKTIK
LABORATORIUM
No. Dok : KDM I Tgl. Diterbitkan : Oktober Paraf :
Jur.Kep/X/2013 2013 Ketua Jurusan
No. Revisi : 02 Hal :
PEMERIKSAAN FUNGSI PERNAPASAN
Nama peserta :
NIM
N BUTIR EVALUASI Dilakuka Tdk KET
O n dilakukan
1 0
A PERSIAPAN
Alat-alat:
 Stopwatch
 Stetoskop
 Buku Catatan
 Masker (bilaperlu)
 Pen Light
 Handscoon
B PROSES
1. Memberitahupasoen dan informed concent
2. Persiapan perawat: cuci tangan dan pasang
handscoon.
3. Persiapan lingkungan: pasang sampiran
4. Persiapan pasiean: atur posisi dan buka pakaian
pasien seperlunya.
5. Inspeksi kepala dan leher
- Bau napas dan adanya sputum
- Perhatikan nasofaring dan orofaring
- Pernapasan pursed lips, sianosis, dan
pernapasan cuping hidung
- Penggunaan pernapasan otot berlebihan
6. Inspeksi dada
- Perubahan bentuk dada seperti: barred
chest, pigeon chest, funnel chest, thoracic
kyphoscoliosis.
- Gerakan dada
- Hitung frekuensi napas, perhatikan irama,
amplitudo dan kedalaman napas
- Penggunaan otot aksesoris, retraksi,
kesimetrisan.
7. Inspeksi jari tangan dan kaki
- Clubbing finger
- Capilary refill
8. Lakukan Palpasi trakea (adanya massa, krepitus
atau devial)
9. Palpasi eksansi dada (kesimetrisan gerakan dan
kekuatan ekspansi)
10. Palpasi taktil fremitus
11. Perkusi dada untuk mengetahui area paru-paru
kanan dan kiri.
12. Auskultasi bunyi napas pada area lapang paru,
sekitas menubrium dan daerah trakea.
(Identifikasi adanya bunyi napas normal)
13. Beritahu pasien bahwa pemeriksaan telah
selesai.
14. Atur kembali posisi pasien senyaman mumgkin
15. Cuci Tangan
16. Dokumentasikan hasil pemeriksaan
C OUTPUT
Jlh skor
Nilai = (jlh skor yg didapat / 15) x 100
Bengkulu,............................20...
Tim penilai
1.................................
2.................................

Anda mungkin juga menyukai