Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM EKSKRESI

Mata Kuliah : Biomedik II

Dosen Pengampu : Dr.dr. Masyitha Muis, M.S

Disusun oleh :

Kelompok 7

1. Anastasya Tammu (K011221057)


2. Nurfadila (K011221059)
3. Safira Khaerunnisa.A (K011221085)
4. Rezky Amelia Syamsuddin (K011221090)
5. Christopher Lai (K011221149)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Anatomi Fisiologi
Sistem Ekskresi” dengan tepat waktu tanpa ada halangan dan sesuai dengan
harapan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Biomedik II
Kelas B. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Dr.dr. Masyitha Muis,
M.S sebagai dosen pengampu mata kuliah Biomedik II Kelas B yang telah
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini. Tak lupa
pula kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi
dan memberikan masukan demi kelancaran dan kelengkapan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Kami berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca
terkait Anatomi Fisiologi Sistem Ekskresi.

Makassar, 5 Maret 2023

Kelompok 7
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem ekskresi adalah sistem pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh lagi. Zat-zat sisa ini apabila dibiarkan menumpuk di dalam
tubuh akan meracuni dan berbahaya bagi tubuh. Untuk menghindari masalah
akibat zat-zat sampah ini, maka harus dikeluarkan dari sel, jaringan, kemudian
tubuh. Pada manusia zat-zat sampah semacam itu terakumulasi sebagai urine,
keringat, dan air mata.

Organ-organ penyusun sistem ekskresi manusia terdiri dari ginjal, kulit, hati,
dan paru-paru. Setiap alat ekskresi memiliki fungsi dan mengeluarkan zat sisa
metabolisme yang berbeda. Alat pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia
adalah ginjal. Bentuknya seperti biji kacang merah, berwarna keunguan dan
berjumlah dua buah.

Kulit merupakan lapisan tipis yang menutupi dan melindungi seluruh


permukaan tubuh bagian luar dan berhubungan langsung dengan lingkungan.
Selain befungsi menutupi permukaan tubuh, kulit juga berfungsi sebagai alat
pengeluaran (ekskresi). Zat sisa yang dikeluarkan melalui kulit adalah air dan
garam-garam. Kulit manusia tersusun oleh 3 lapisan utama, yaitu lapisan kulit ari
(epidermis), lapisan kulit jangat (dermis), dan lapisan ikat bawah kulit.

Paru-paru termasuk organ pengeluaran karena udara pernapasan yang


dikeluarkan mengandung karbondioksida dan air yang dihasilkan dari kegiatan
sel. Keluarnya air bisa dilihat ketika kamu bernapas dalam udara dingin berupa
kabut. Setiap hari tubuh melepaskan kurang lebih 350 ml air dalam bentuk uap
air melalui sistem pernapasan.

Hati adalah organ viseral (dalam rongga abdomen) terbesar yang terletak di
bawah kerangka iga. Hati berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah
dan kaya akan nutrien dari vena portal dan vena hepatika. Hati manusia memiliki
struktur dan fungsi yang sangat penting dalam tubuh, hal ini ditinjau hati sebagai
sistem ekskresi pada manusia. Hati terdiri atas dua bagian, yaitu belahan hati
kanan (lobus kanan) dan belahan hati kiri (lobus kiri).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Ekskresi

Setiap hari tubuh kita menghasilkan kotoran dan zat-zat sisa dari berbagai
proses tubuh. Agar  tubuh kita tetap sehat dan terbebas dari penyakit, maka
kotoran dan zat-zat sisa dalam tubuh kita harus dibuang melalui alat-alat ekskresi.
Alat – alat ekskresi terdiri atas ginjal, paru –   paru, kulit dan hati. Semua alat –
alat ekskresi tersebut bekerja pada satu sistem yang disebut sistem ekskresi.
Sistem ekeskresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang
sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh berupa CO2, H2O, NH3, zat warna
empedu dan asam urat.

Gambar 2.1 Alat-alat eksresi pada tubuh

B. Organ-Organ dan Fungsi Organ Pada Sistem Ekskresi

Ekskresi adalah proses penghapusan bahan residu atau zat yang tidak lagi
membutuhkan tubuh manusia. Dengan begitu, sistem ekskresi sangat penting bagi
tubuh. Setiap makhluk hidup tentu harus mempertahankan keseimbangan
metabolisme tubuh mereka agar tetap normal. Ini dilakukan untuk menjaga
keseimbangan kadar air. Sistem ekskresi mengambil peran untuk menjaga
keseimbangan kadar air. Berikut ini adalah organ ekskresi dan fungsinya.

1) Ginjal
Ketika manusia mengonsumsi makanan, minuman, dan obat -obatan
lain, zat residu atau limbah akan ditemukan yang telah melalui proses
pencernaan tubuh. Tubuh manusia itu sendiri sebenarnya telah
menghasilkan zat residu ketika melakukan perbaikan pada berbagai sel
yang rusak atau ketika menjalankan metabolisme tubuh untuk
menghasilkan energi.
Organ manusia yang memiliki fungsi paling penting dalam sistem
ekskresi adalah ginjal. Ginjal itu sendiri berfungsi untuk menghilangkan
zat residu yang memiliki sifat beracun dalam darah dan cairan berlebih
lainnya. Jika tidak segera dikeluarkan dari tubuh, maka bisa jadi limbah
akan menumpuk dalam darah. Ini tentu saja dapat menyebabkan beberapa
masalah dengan kesehatan tubuh manusia.
Kita tahu sendiri bahwa seluruh tubuh manusia terdiri dari darah yang
mengalir masuk dan keluar dari ginjal berkali-kali selama 24 jam tanpa
berhenti. Ginjal adalah organ manusia yang juga memiliki fungsi untuk
menyaring darah yang masuk saat membuang limbah di dalamnya melalui
urin. Kemudian, darah yang keluar dari ginjal akan mengalir kembali ke
seluruh tubuh.
Tubuh itu sendiri diketahui mengeluarkan urin melalui uretra saat
buang air kecil. Ada sekitar dua liter zat limbah yang dapat dihilangkan
dari tubuh dalam bentuk urin. Proses ekskresi dalam organ ginjal memiliki
fungsi yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan cairan dan bahan
kimia lain dalam tubuh manusia.
Gambar 2.1 Proses pembentukan urine pada ginjal
Proses Pembentukan Urine:
a) Tahap penyaringan dan filtrasi.
Tahap filtrasi terjadi di badan Malpighi yang di dalamnya
terdapat glomerulus yang dikelilingi sangat dekat oleh kapsula
Bowman. Proses filtrasi: Ketika darah yang mengandung air,
garam, gula, urea dan zat-zat lain serta sel-sel darah dan molekul
protein masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi
sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak
dapat larut, melewati pori-pori endotelium kapiler glomerulus,
kecuali sel-sel darah dan molekul protein. Kemudian menuju
membran dasar dan melewati lempeng filtrasi, masuk ke dalam
ruang kapsula Bowman.
Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsula Bowman disebut
filtrat glomerulus atau urine primer. Urine primer ini
mengandung: air, protein, glukosa, asam amino, urea dan ion
anorganik. Glukosa, ion anorganik dan asam amino masih
diperlukan tubuh.
b) Tahap penyerapan kembali dan reabsorpsi.
Filtrat glomerulus atau urine primer mengalami tahap
reabsorpsi yang terjadi di dalam tubulus kontortus proksimal, dan
lengkung Henle. Proses tahap ini dilakukan oleh sel-sel epitelium
di seluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi
tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi
antara lain adalah: glukosa, asam amino, ion-ion, sedangkan
kadar urea menjadi lebih tinggi.
Proses reabsorpsi : mula-mula urine primer masuk dari
glomerulus ke tubulus kontortus proksimal, kemudian mulai
direabsorpsi hingga mencapai lengkung Henle. Zat-zat yang
direabsorpsi di sepanjang tubulus ini adalah glukosa, ion Na+, air,
dan ion Cl-. Setiba dilengkung Henle, Volume filtrat telah
berkurang.
Hasil tahap reabsorpsi ini dinamakan urine sekunder atau
filtrat tubulus. Kandungan urine sekunder adalah air, garam, urea,
dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada
urine. Urine sekunder masuk ke dalam tubulus kontortus distal
dan terjadi lagi penyerapan zat-zat yang tidak digunakan dan
kelebihan air diserap sehingga terbentuk urine
c) Tahap Pengeluaran dan Augmentasi.
Urine sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun
menuju saluran pengumpul +tubulus kolektivas. Dari tubulus
kolektivas, urine dibawa ke pelvis renalis, lalu ke ureter
menuju kantung kemih. Kantung kemih merupakan tempat
penyimpanan sementara urine. Jika kantung kemih sudah penuh
oleh urine, maka urine harus dikeluarkan dari tubuh, melalui
saluran uretra.
2) Hati (Lifer)
Fungsi ginjal dalam sistem ekskresi manusia sebagai alat untuk
menghilangkan limbah ternyata memiliki hubungan yang erat dengan
fungsi hati. Dalam sistem ekskresi manusia di ginjal, proses penyaringan
darah pertama kali dilakukan di hati untuk memisahkan sebagian
limbahnya.
Salah satu zat residu atau limbah yang dikeluarkan oleh hati dapat
disebut amonia. Amonia itu sendiri adalah zat yang berasal dari proses
pembusukan protein dalam tubuh. Jika tubuh manusia tidak dapat
menghilangkan amonia, itu dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
seperti penyakit ginjal, gangguan fungsi otak, bahkan bisa koma.
Oleh karena itu, hati adalah organ yang memiliki fungsi penting bagi
tubuh manusia untuk memecah amonia menjadi urea. Setelah berhasil
dipecah menjadi urea, zat ini akan dibawa oleh darah ke ginjal untuk
melewati proses penyaringan berikutnya. Seperti yang dinyatakan
sebelumnya, ginjal akan melakukan penyaringan urea dari darah dan
menghilangkannya melalui urin dengan zat limbah lainnya.
Sementara proses ini terjadi, hati juga diketahui menghasilkan produk
sampingan lain, yaitu empedu. Empedu yang memiliki warna gelap akan
dikumpulkan sementara di kantong empedu. Kemudian, empedu baru akan
menguras cairan ke usus ketika manusia ingin mencerna makanan
berlemak.

Gambar 2.3 Organ hati sebagai sistem eksresi


3) Kulit
Seperti yang sebelumnya dinyatakan bahwa tubuh manusia akan
berkeringat untuk mendinginkan suhu. Ini terjadi ketika seseorang merasa
panas atau melakukan aktivitas fisik. Sementara itu, dalam sistem ekskresi
manusia, keringat memiliki fungsi sebagai media untuk menghilangkan
limbah dan kotoran dari tubuh.
Gambar 2.4 Lapisan kulit pada tubuh
Keringat itu sendiri berasal dari kelenjar di lapisan kulit dermis. Selain
terbuat dari air, keringat juga diketahui mengandung berbagai zat residu
dari proses metabolisme tubuh, termasuk minyak, gula, garam, dan
sebagainya. Salah satu zat residu dalam keringat berasal dari proses
penyelesaian protein yang biasa disebut amonia.
Pada dasarnya, kelenjar keringat menyebar ke seluruh tubuh manusia.
Nah, inilah dua jenis utama kelenjar keringat yang perlu Anda ketahui,
termasuk:
a) Kelenjar ecrine, yang merupakan kelenjar yang menghasilkan
keringat tanpa protein dan kandungan lemak. Kelenjar ini ternyata
berada di bagian tubuh manusia seperti tangan, kaki, ke dahi.
b) Kelenjar apokrin, yang merupakan kelenjar yang menghasilkan
keringat dengan protein dan kandungan lemak. Jenis kelenjar ini
diketahui terletak di bagian tubuh tertentu, misalnya seperti ketiak
dan alat kelamin.
4) Paru -Paru
Organ manusia yang memiliki fungsi sebagai sistem ekskresi terakhir
adalah paru -paru. Paru -paru itu sendiri memiliki peran yang sangat
penting dalam sistem pernapasan dan ekskresi manusia. Paru -paru
diketahui dapat membantu menghilangkan zat limbah yang memiliki
bentuk gas yang terdiri dari karbon dioksida (CO2), uap air, dan beberapa
gas limbah lainnya.
Hampir semua gas karbon dioksida besar pada dasarnya berasal dari
proses pembakaran glukosa yang berubah menjadi energi. Proses
pembakaran glukosa ke dalam energi ini sendiri dimulai ketika usus
menyerap glukosa dari makanan yang dicerna oleh manusia. Ini dilakukan
oleh darah dengan mengambil glukosa dari usus untuk kemudian
diedarkan ke seluruh sel tubuh.
Di dalam sel tubuh manusia ada proses perubahan glukosa menjadi
energi dengan bantuan oksigen (O2). Tidak hanya dapat membentuk
energi, proses ini juga dapat menghasilkan beberapa limbah lainnya,
termasuk gas CO2. Gas yang dibawa oleh darah akan kembali ke paru -
paru untuk diangkat.
Darah itu sendiri mengandung CO2 yang mengalir ke balon kecil di
paru -paru sebagai tempat untuk pertukaran gas atau sering disebut alveoli.
Setelah berhasil bertukar tempat dengan O2. Selanjutnya, gas CO2 akan
keluar dari tubuh ketika seseorang menghembuskan napas.

Gambar 2.5 Struktur Paru-paru dalam tubuh


Karena itu, tubuh makhluk hidup harus selalu dalam keadaan
homeostasis. Ini diperlukan agar fungsi tubuh dapat bekerja secara normal.
Tujuan dari tubuh normal itu sendiri adalah, suhu tubuh selalu stabil,
keseimbangan cairan dipertahankan, dan tubuh mampu menghilangkan
berbagai zat residu yang mungkin berbahaya.
Jika kita dapat menjaga kesehatan empat organ dalam sistem ekskresi,
maka kita akan membantu meluncurkan fungsi empat organ dalam
menghilangkan semua faktor yang memiliki potensi untuk memberikan
gangguan dengan keseimbangan kondisi tubuh manusia

C. Gangguan Pada Sistem Eksresi

1. Gagal ginjal
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah salah satu sindrom klinis
disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung
progresif dan cukup lanjut serta bersifat persisten dan irreversibel.

Gambar 2.6 Gagal Ginjal


Kerusakan pada ginjal menyebabkan tidak terbentuknya urine
(anuria), sehingga sampah metabolisme dan air tidak dapat lagi
dikeluarkan dari tubuh, dalam kadar tertentu sampah tersebut dapat
meracuni tubuh, kemudian menimbulkan kerusakan jaringan bahkan
kematian. Gagal ginjal kronik terjadi perlahan-lahan, bisa dalam hitungan
tahun bahkan bulan, sifatnya tidak dapat disembuhkan. Gagal ginjal dapat
dihambat apabila pasien melakukan pengobatan secara teratur
menggunakan 2 metode. Yaitu, pertama transplantasi dan kedua dialisis
atau cuci darah.
2. Batu Ginjal (Nefrolitiasis)
Nefrolitiasis merupakan slah satu penyakit ginjal, dimana
ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal dan matriks
organik yang merupakan penyebab terbanyak kelainan kemih. Lokasi batu
ginjal dijumpai di kaliks atau pelvis, bila keluar akan berhenti dan
menyumbat pada daerah ureter dan kandung kemih. Batu ginjal dapat
terbentuk dari kalsium, batu oksalat dan kalium fosfat. Pembentukkan batu
ginjal dibentuk oleh faktor interinsik dan faktor eksterinsik. Faktor
interinsik yaitu umur, jenis kelamin dan keturunan. Sedangkan faktor
eksterinsiknya yaitu kondisi geografis, iklim, kebiasaan makan, zat yang
terkandung dalam urine, pekerjaan dan lain sebagainya.
Batu ginjal atau kencing batu adalah penyakit karena adanya
pengendapan pada rongga ginjal atau kandung kemih. Endapan bisa
berupa senyawa kalsium dan penumpukan asam urat, kelainan
metabolisme. Selain itu, ketika kamu sering menahan buang air kecil dan
kurang minum, batu ginjal juga bisa terbentuk.

Gambar 2.7 Batu Ginjal


Penyakit Batu ginjal dapat menyebabkan Hidrofonensis.
Hidronefrosis adalah membesarnya salah satu ginjal karena urine tidak
dapat mengalir keluar. Hal itu akibat penyempitan aliran ginjal atau
tersumbat oleh batu ginjal.
Penyebab dari penyakit ini antara lain:
a. Urine terlalu pekat
b. Terlalu banyak mengonsumsi mineral
c. Terlalu banyak duduk
d. Kurang minum
e. Minum air yang mengandung kerak
f. Sering menahan buang air kecil

Gambar 2.8 Hidronefrosis

3. Diabetes insipidus
Diabetes jenis ini disebabkan oleh kurangnya hormon anti-diuretic
hormone (ADH) sehingga ekskresi urin meningkat. Pada umumnya urin
yang diekskresikan berjumlah antara 4-6 liter perhari, tetapi penderita
diabetes jenis ini dapat mencapai 12-15 liter setiap hari, tergantung dari
jumlah air yang diminum. Penderita disarankan banyak minum agar tidak
terjadi dehidrasi. Diabetes insipidus diklasifikasikan berdasarkan sistem
yang terganggu:
a. Diabetes Insipidus Sentral.
Pada dewasa penyebab yang sering antara lain karena
kerusakan kelenjar hipofisis atau hipotalamus akibat pembedahan,
tumor, inflamasi, cedera kepala, atau penyakit (seperti meningitis).
Sedangkan pada anak-anak, penyebabnya karena kelainan genetik.
Kerusakan ini mengganggu pembuatan, penyimpanan, dan
pelepasan anti-diuretic hormone (ADH).
b. Diabetes Insipidus Nefrogenik.
Kelainan akibat cacat tubulus ginjal, menyebabkan ginjal
tidak berespons baik terhadap anti-diuretic hormone (ADH).
Beberapa obat juga menyebabkan kelainan ini.
c. Diabetes Insipidus Gestasional.
Kelainan akibat degradasi anti-diuretic hormone (ADH)
oleh vasopressinase yang dihasilkan berlebihan oleh plasenta.
Keadaan ini berhubungan dengan meningkatnya risiko komplikasi
pada kehamilan, seperti pre-eklampsia.
d. Diabetes insipidus dipsogenik (polidipsi primer).
Kelainan akibat asupan cairan berlebihan yang merusak
pusat haus di hipotalamus. Asupan air berlebihan jangka panjang
dapat merusak ginjal dan menekan anti-diuretic hormone (ADH),
sehingga urin tidak dapat dikonsentrasikan.
4. Nefritis
Nefritis adalah radang nefron pada ginjal yang dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri Streptococcus. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran
pernapasan dan peredaran darah hingga ginjal. Penyakit ini dapat
disebabkan oleh infeksi, gangguan autoimun, hingga kelainan genetik.
Penyakit ini dapat menimbulkan beberapa gejala, seperti buang air kecil
berdarah, demam, sakit perut, serta pembengkakan di beberapa bagian
tubuh, seperti mata, kaki, dan lengan akibat penumpukan cairan.
Infeksi ginjal atau pyelonephritis biasanya terjadi akibat bakteri
yang berpindah dari kandung kemih atau saluran kemih. Perpindahan
bakteri ini bisa terjadi akibat infeksi saluran kemih (ISK) yang tidak
segera diobati atau adanya sumbatan pada saluran kemih, sehingga aliran
urine terhambat.
Jika Gejala/penyakit ginjal yang terjadi berupa peradangan pada
glomerulus atau bagian ginjal yang berfungsi menyaring darah maka
disebut sindrom nefritik. Tetapi akan tetapi jika ada kebocoran pada
glomerulus, sehingga terdapat banyak protein pada urinemaka disebut
dengan sindrom Nefrotik. Sindrom nefrotik bisa disebabkan oleh kondisi
medis tertentu, seperti infeksi, diabetes, dan lupus. Penyakit ini bisa
menimbulkan gejala seperti urine berbusa, edema di mata, kaki, dan
lengan, serta kehilangan nafsu makan.

Gambar 2.9 Sindrom Nefritik

D. Upaya Menjaga Kesehatan Sistem Ekskresi

Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga sistem ekskresi agar tetap sehat,
yaitu :

1. Mengonsumsi Air Putih Yang Cukup


Di dalam tubuh manusia, air memiliki beberapa fungsi, antara lain:
membantu melancarkan sistem pencernaan dan penyerapan hingga proses
pembuangan, membantu mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dari perut
dan ginjal, mengatur suhu tubuh, dan memberikan pelumas pada sendi dan
selaput di dalam tubuh, darah adalah alat transportasi yang
mendistribusikan nutrisi keseluruh jaringan tubuh dan 92% dari darah
terdiri dari air, cairan yang dikeluarkan tubuh dan saliva hampir semuanya
terdiri dari air dan setiap hari sistem pencernaan memproduksi 1,7 liter
saliva (Ginting dkk, 2015). Pada orang dewasa, disarankan untuk
mengonsumsi air putih sebanyak 2 liter per hari.
2. Membatasi Asupan Garam
Konsumsi garam sangat diperlukan oleh manusia untuk bertahan
hidup karena tubuh manusia bergantung pada natrium untuk kontraksi
otot, transmisi saraf dan sistem kontrol guna menyeimbangkan cairan
tubuh, bersama dengan elektrolit lain seper kalium. Garam membuat
banyak makanan terasa lebih enak. Namun, terlalu banyak mengonsumsi
garam dapat berdampak buruk bagi kesehatan seperti hipertensi dan
proteinuria sebagai tanda dari penyakit ginjal. Penyakit ginjal kronik
adalah kelainan struktur dan penurunan faal ginjal yang telah berlangsung
lebih dari ga bulan. Gangguan fungsi ginjal dapat ditentukan berdasarkan
nilai laju filtrasi glomerulus, tetapi dengan metode sederhana bisa juga
melalui pemeriksaan protein urin (Surya dan Masrul, 2018).
3. Tidak Mengonsumsi Alkohol
Konsumsi alkohol jangka panjang dan berlebihan adalah faktor
risiko berbagai penyakit kronis diantaranya adalah gangguan fungsi ginjal.
Konsumsi alkohol akut dan kronis dapat meningkatkan tekanan darah
yang merupakan faktor risiko terjadinya kerusakan ginjal.
4. Menjaga Pola Hidup Sehat
Gaya pola hidup yang tidak sehat salah satunya adalah bisa
terjadinya berat badan berlebih atau obesitas. Dengan adanya penyakit
obesitas pada seseorang diduga memiliki hubungan yang bermakna
dengan kejadian hipertensi. Penyakit hipertensi bagi beberapa orang tidak
memiliki keluhan apapun namun jika penyakit hipertensi tidak terkontrol
dengan baik maka dapat timbul beberapa komplikasi yang spesifik pada
organ seperti otak, mata, ginjal, jantung, pembuluh darah, atau organ-
organ vital lainnya.
5. Tidak Menahan Buang Air Kecil
Menahan buang air kecil merupakan perilaku yang berbahaya.
Karena dapat menimbulkan penyakit pada sistem saluran kemih. Terdapat
beberapa gejala jangka pendek ketika melakukan perilaku menahan buang
air kecil. Yaitu terasa penuh dan sakit pada kandung kemih dan sakit
ketika buang air kecil (Lina, Lestari, 2019). Apabila dilakukan terlalu
sering, menahan buang air kecil dapat menimbulkan penyakit yang serius.
DAFTAR PUSTAKA

Ari S.S. (2022). Sistem Ekskresi Manusia dan Upaya Menjaga Kesehatan.
(Skripsi Sarjana, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung).
Diambil kembali darihttp://repository.radenintan.ac.id/19777/1/COVER
%20BAB%201%20BAB%202%20DAPUS.pdf.
Ranti Z.P. (2022). Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Problem Based
Learning (PBL) Pada Materi Sistem Eksresi Manusia. (Skripsi thesis,
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau). Diambil kembali dari
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) PADA MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA - Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Repository (uin-suska.ac.id)
Yanti Siti Nuryanti Sugiharti, S.Pd (2022) Sistem Ekskresi

Janis Rivandi dan Ade Yonata (2015) Hubungan Diabetes Melitus Dengan
Kejadian Gagal Ginjal Kronik

Felix Kusmana (2016) Diabetes Insipidus – Diagnosis dan Terapi

Liss Dyah Dewi Arini , Indra Agung Yudhistira , Etik Yuniarsih (2020) Pengaruh
Mengonsumsi Garam Berlebihan Dengan Hipertensi Dan Proteinuria Di
Puskesmas Jaten II Karanganyar. Diambil kembali dari
https://jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/download/462/246/3350

Ilhamsyah, Muhamad Sandhy (2021) Perancangan Informasi Bahaya Menahan


Buang Air Kecil Melalui Media Poster Infografis. Other thesis, Univeristas
Komputer Indonesia. Diambil kembali dari
https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/6014/

Anda mungkin juga menyukai