Disusun Oleh:
Puji serta syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Sholawat beserta salam tidak lupa pula penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa kita ke jalan Allah SWT. Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar 2 yang diberikan oleh
dosen yang bersangkutan. Di mana dalam makalah ini penulis akan membahas
mengenai “Fisiologi Perkemihan dan Eliminasi Fekal”.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya
sehingga dapat menambah pengetahuan bagi kita semua. Akhir kata penulis mohon
maaf jika terdapat kesalahan dalam makalah ini, karena penulis masih dalam proses
pembelajaran. Untuk itu penulis menerima saran dan kritikan dari pembaca sebagai batu
loncatan bagi penulis untuk pembuatan makalah kedepannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ..
……………………………......................................... V
A. Kesimpulan ............................................................... 15
B. Saran ......................................................................... 15
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Perumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan sistem perkemihan?
2. Apa yang di maksud dengan eliminasi fekal?
3. Bagaimana proses fisiologi sistem perkemihan?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat memahami tentang sistem perkemihan.
2. Dapat memahami tentang eliminasi fekal.
3. .Dapat memahami tentang proses
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
3
sisa metabolisme. Sisa metabolisme terbagi menjadi dua jenia yaitu berupa
feses yang berasal dari saluran cerna dan urine melalui saluran perkemihan
(Kasiati & Rosmalawati, 2016).
Setiap individu memiliki pola eliminasi fekal berbeda yang dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain usia, diet, cairan, aktivitas, faktor psikologis,
dan obat-obatan. Apabila konsumsi serat dalam makanan, asupan cairan,
pemenuhan kebutuhan aktivitas dan beberapa faktor lainnya tidak terpenuhi
maka akan menimbulkan gangguan di saluran pencernaan (Setyani, 2012;
Kozier, Erb, Berman & Snyder 2010).
4. Urine
Urine atau air seni adalah sisa yang disekresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisis.
Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam
darah yang disaring oleh ginjal untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Dalam mempertahankan homeostasis tubuh, peran urine sangat penting
karena sebagai pembuang cairan oleh tubuh adalah melalui proses sekresi
urine (Wahyundari, 2016).
Sehingga komposisi urine dapat mencerminkan kemampuan ginjal untuk
menahan dan menyerap bahan-bahan yang penting untuk metabolisme dasar
dan mempertahankan homeostasis tubuh. Normalnya jumlah bahan yang
terdapat dalam urine selama 24 jam adalah 35 gram bahan organik dan 25
gram bahan anorganik (Ma’arufah, 2004).
5. Komposisi Urine
Komposisi zat didalam urine bervariasi tergantung jenis makanan serta air
yang diminumnya. Urine normal terdiri dari air, urea, asam urat, amoniak,
kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam- garam
terutama garam dapur dan zat- zat yang berlebihan dalam darah misalnya
vitamin C dan obat-obatan. Semua cairan dan pembentuk urine trsebut
berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah
sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh,
4
meliputi warna, bau, berat jenis, asiditas(keadaan asam). Sifat fisik urin
yang paling terlihat adalah warna, dimana warna urin normal adalah
kuning pucat atau ambar. Pigmen utamanya urokrom,sedikit urobilin dan
hematopofirin. Pada keadaan demam urin berwarna kuning tua atau
kecoklatan, pad penyakit hati empedu urin menjadi hijau,cokelat,atau
kuning tua dan biasanya urin segar beraroma sesuai dengan zat-zat yang
di makan (soewolo,2005).
Berat jenis urin berkisaran antara 1,001-1,035 tergatung pada konsentrasi
urin, sedangakan asiditas (keadaan asam) atau alkalinitas(keadaan alkali)
yaitu memiliki pH bervariasi antara 4,8-7,5 dan biasanya 6,0 tergantung pada
diet (Syaifuddin, 2007).
5
reabsorpsi dan sekresi. Senyawa yang direabsorpsi antara lain H2O, NaCl,
dan HCO3.
Selain proses penyerapan, fungsi tubulus distal lainnya adalah untuk
sekresi atau augmentasi, yaitu proses pengeluaran zat-zat yang tidak
diperlukan tubuh meliputi K+ dan H+. Kemudian, urine akan masuk ke
dalam tubulus kolektivus.
nefron yang lain untuk membentuk sebuah ureter untuk setiap ginjal.
Bagian dari tubulus pengumpul ini adalah bagian pokok kegiatan untun
antidiuretik hormon (ADH), juga disebut arginin vasopressin (AVP),
hormon ini mengaktivasi adenilat siklase melalui reseptor V² (reseptor
V¹ meningkatkan resistensi vaskular).
ADH merangsang pengungkapan saluran protein, aqyaporin+2, di
dalam sel membran permeabilitas dari membran luminal terhadap air
secara keseluruhan bergantung pada kehadiran ADH. Dehidrasi
meningkatkan sekresi ADH, memberikan membran luminal dapat
ditembus oleh air. Sebagai hasil, air secara osmotik keluar dari cairan
tubular melewati terus medula, dan dihasilkan urin yang pekat (hingga
1400 mOsm/L). Sebaliknya, hidrasi yang cukul menekan sekresi ADH,
cairan dalam tubulus pengumpul tak berubah saat melewati terus medula
dan tetap hipotonik (100-200 mOsm/L). Tubulus pengumpul medula
juga memiliki P dan I cells, tetapi predominasi. Selain itu, bagian dari
nefton ini beratnggung jawab untuk mengasamkan urin, ion hidrogen
yang dihasilkan diekskresikan dalam bentuk asam titrasi (fosfat) dan ion
amonium.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
Sistem perkemihan atau sistem urinaria adalah suatu sistem tubuh tempat
terjadinya proses filtrasi atau penyaringan darah sehingga darah terbebas dari zat-
zat yang tidak digunakan lagi oleh tubuh. Selain itu pada sistem ini juga terjadi
proses penyerapan zat-zat yang masih dipergunakan lagi oleh tubuh. Zat-zat yang
sudah tidak dipergunakan lagi oleh tubuh akan larut dalam air dan dikeluarkan
berupa urine/ air kemih ( Prabowo dan Pranata, 2014).
Nefron membuat urin yaitu dengan menyaring darah dan kemudian mengambil
kembali bahan-bahan yang bermanfaat kedalam darah. Maka tersisalah bahan tak
berguna keluar dari nefron dalam suatu larutan yang dinamakan urin (kimball,
1994) .
Urin terbentuk menjadi 3 tahap yaitu: filtrasi (penyaringan), reabsorpsi
(penyerapan), augmentasi (pengumpulan).
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Artha, R. A., Indra, R. L., & Rasyid, T. A. (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN ELIMINASI FEKAL PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI INTENSIVE CARE UNIT
(ICU). Jurnal Riset Kesehatan, 7(2), 97-105.
Elizabeth Topik. 2008. New Trens In Classification Diagnosis Management Of Kidney
Diseases
Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC, Jakarta, hal 427-450
13
Kimbal John W. 2005. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Kozier, B., Erb, G., Beiman., A., & Snyder, S. (2010). Buku Ajar Keperawatan Dasar :
Konsep, Proses & Praktik., (7th Ed)., Vol 2 Jakarta: EGC.
Murer, H., Hernando, N., Forster, I., & Biber, J. (2000). Proximal tubular phosphate
reabsorption: molecular mechanisms. Physiological reviews, 80(4), 1373-1409.
Noor, H., & Sureskiarti, E. (2018). Analisis Praktik Keperawatan pada Pasien CKD
(Chronic Kidney Disease) dengan Intervensi Inovasi Pijat Es Batu terhadap Penurunan
Rasa Nyeri di Ruang Hemodialisa RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2018.
Nuari, N. A., & Widayati, D. (2017). Gangguan pada sistem perkemihan &
penatalaksanaan keperawatan. Deepublish.
Nugroho, B. S., Rahayu, M., & Hardisari, R. R. (2019). Pengaruh Penundaan
Pemeriksaan Terhadap Kadar Darah Dalam Urine (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta).
NURUL BADRIYAH, U. M. I. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA GANGGUAN
ELIMINASI URINE DENGAN MASALAH KEPERAWATAN INKONTINENSIA URINE
FUNGSIONAL (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
Prabowo dan Pranata. 2014. Buku Ajar ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERKEMIHAN
(edisi ke 1). Yogyakarta: Nuha Medika,
Senge, C. E., Moeis, E. S., & Sugeng, C. E. (2017). Hubungan Kadar Lipid Serum dengan
Nilai Estimasi Laju Filtrasi Glomerulus pada Penyakit Ginjal Kronik. e-CliniC, 5(1).
Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia Cetakan 1.Malang: Universitas Negeri Malang.
14