Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN SGD 9

LBM 1 BLOK UROGENITAL REPRODUKSI (I)

DISUSUN OLEH :

Zuhri Abdul Gani (018.06.0040)


Iffah Putri Andini (018.06.0002)
Eva Yani (018.06.0010)
Astrid Cinthara P Duarsa (019.06.0010)
Bq. Geling Patris Morin (019.06.0016)
Izar Khairani (018.06.0012)
Moh Reza Aulia Rahman (019.06.0058)
Fitri Dwiyanti (019.06.0029)
Gentani Mayang Sari (019.06.0030)
Muhammad Azlin Firdaus (019.06.0059)

FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM


UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
TAHUN AJARAN (2019/2020)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya dan
dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah SGD (Small Group Discussion)
LBM 1 pada modul UROGENITAL REPRODUKSI 1 dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini membahas mengenai hasil SGD lembar belajar mahasiswa (LBM) 1 meliputi
seven jumps step yang dibagi menjadi dua sesi diskusi. Penyusunan makalah ini tidak akan
berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Cahyadi S.ked sebagai dosen fasilitator SGD 9 yang senantiasa memberikan saran
serta bimbingan dalam pelaksanaan SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami dalam berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk menyusun makalah ini,
maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 2 April 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya tubuh manusia terus mengalami metabolism untuk keberlangsungannya
kehidupan. Keberlangsungan hidup membutuhkan suatu kondisi stabil di dalam tubuh atau
yang biasa disebut homeostatis. Ada banyak sistem – sistem yang bekerja dalam menjaga
keseimbangan tubuh, salah satunya adalah sistem urogenital. Secara fisiologis sistem
urogenital dibagi menjadi dua komponen yaitu sistem urinarium dan sistem genitalia.
Sistem urinarium atau perkemihan adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat – zat yang tidak diperlukan oleh tubuh dan
menyerap zat – zat yang masih diperlukan oleh tubuh. Zat – zat yang tidak diperlukan oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem saluran kemih terdiri
dari ginjal, ureter, kandung kemih (vesikaurinaria), dan uretra.
Sistem genitalia atau reproduksi adalah suatu sistem organ seks yang bekerjasama
untuk tujuan reproduksi seksual. Dalam LBM 1 ini, lebih dikhususkan kepada organ genital
pria, yang terdiridari organ dalam dan organ luar. Organ reproduksi dalam pria terdiri dari
testis, epididymis, vas deferens, saluran ejakulasi, uretra, vesikulaseminalis, kelenjar
prostat, dan kelenjar cowper. Sedangkan, organ reproduksi luar pria terdiri dari penis dan
skrotum.
Meskipun kedua sistem ini berbeda namun, keduanya memiliki hubungan yang erat
baik secara embriologi dan anatomi. Dalam memahami sistem urogenital, kita perlu
memahami kedua sistem tersebut secara anatomi, embriologi, histologi, dan fisiologinya
sehingga dapat memepermudah dalam mengkolerasikan dengan sistem ataupun organ lain
baik secara fisiologi maupun patologi.

.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Hari/Tanggal Sesi 1 : Senin, 30 Maret 2020
Hari/Tanggal Sesi 2 : Rabu, 1 April 2020
Tutor : dr. Cahyadi, S.Ked
Ketua : Moh Reza Aulia Rahman
Sekretaris : Eva Yani

2.2 Skenario LBM

SKENARIO
Seorang anak laki-laki berumur tahun menceritakan pengalamannya di sekolah hari ini kepada
ibunya yang kebetulan berprofesi sebagai seorang Dokter. Si anak tersebut menceritakan bahwa
salah satu teman kelasnya mendadak ingin ke toilet untuk BAK setelah beberapa waktu
sebelumnya minum air putih yang banyak. Merasa sudah tidak bisa menahan lagi, akhirnya si
anak tersebut kencing di celana alias mengompol sebelum sampai ke toilet yang kemudian
menjadi bahan tertawaan oleh temannya di kelas.

Anak tersebut pun bertanya kepada ibunya, mengapa temannya tidak bisa menahan BAK?
Mengapa minum air yang banyak bisa membuat ingin BAK? Dimanakah tempat menyimpan
BAK dalam tubuh kita? Akhirnya si Ibu pun mulai menjelaskan proses miksi dengan bantuan
gambar berikut. Menurut anda, bagaimanakah si Ibu enjelaskan semua pertanyaan anaknya?

2.3 Pembahasan LBM


2.3.1 Klarifikasi Istilah
NO
TERMINOLOGI PENJELASAN
.
Suatu tabung fibro muskular yang mampu
1. Ureter mendorong urin bergerak dari ginjal menuju
vesikaurinaria.(Ganong,W.F.2009)
Suatu organ yang berperan penting dalam
mempertahankan homeostasis dengan mengatur
konsentrasi berbagai konsitien plasma, khususnya
2. Ginjal
elektrolit dan air, dan dengan mengeliminasi semua
sampah metabolik (kecuali karbondioksida yang di
keluarkan paru). (Sherwood, L. 2014)
Suatu system tempat terjadinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang
3. Sistem urinaria
masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
dipergunakan oleh tubuh larutan dalam air dan
dikeluarkan berupa urine. (Sherwood, L. 2014)
Suatu cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan di keluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan
4. Urin
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah
yang disaring ginjal untuk menjaga homeostasis
cairan tubuh. (Guyton and Hall, 2012)

2.3.2 Identifikasi Masalah


1. Proses pembentukan urin?
2. Peran ginjal bagi tubuh?
3. Bagian sistem uropoetica?
4. Bagaimana proses miksi?
2.3.3 Brain Storming
1. Proses pembentukan urin?
Jawab :
Ginjal merupakan salah satu organ yang berperan dalam system ekskresi.
Ekskresi adalah pengeluaran zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh.
Ginjal merupakan tempat yang digunakan untuk membuang zat sisa metabolism
dalam bentuk urine.
Urine adalah cairan sisa hasil metabolisme yang dieksresikan oleh ginjal. Sebagai
sisa hasil metabolisme urine harus dikeluarkan dari tubuh karena apabila tidak
maka akan mengakibatkan keracunan. Kandungan urine terdiri dari bahan terlarut
yang merupakan sisa metabolism seperti urea, garam terlarut, dan materi organik.
Pembentukan urine terdiri dari tiga proses yaitu Filtrasi, Reabsorbsi, dan
Augmentasi.

1. Filtrasi (Penyaringan)
Tahap filtrasi merupakan tahapan pertama pembentukan urine. Proses filtasi
terjadi ketika darah memasuki glomerulus sampai ke kapsula bowman dengan
menembus membran-membran filtrasi. Membran filtrasi terdiri dari lapisan
selendotelium glomerulus, membrane basiler, dan epitel kapsula bowman.
Sel-sel kapiler glomerulus memiliki struktur yang berpori, bertekanan
dan permeabilitas yang tinggi sehingga akan mempermudah proses filtrasi.
Darah dari arteriol akan memasuki glomerulus melewati membrane filtrasi
hingga akhirnya sampai kekapsula bowman. Proses filtrasi tersebut
menyebabkan keeping darah dan protein plasma akan tertahan dan tidak dapat
melewati membrane filtrasi. Namun, komponen-komponen dengan ukuran
lebih kecil yang terlarut di dalam plasma darah seperti glukosa, asam amiono,
natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati membrane
filtrasi tersebut. Hasil dari filtrasi di glomerulus di sebut urine primer atau
filtrate glomerulus. Urine primer atau filtrat glomerulus mengandung asam
amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.
2. Reabsorbsi (Penyerapankembali)
Setelah mengalami tahap filtrasi, selanjutnya filtrat glomerulus atau
urine primer akan memasuki tahap reabsorbsi.
Reabsorbsi merupakan suatu tahap dimana zat-zat yang masih berguna untuk
tubuh diserap kembali. Zat-zat yang masih diperlukan di dalam filtrat
glomerulus atau urin primer akan diserap kembali di tubulus kontortus
proksimal sampai lengkung henle.
Diserapnya kembali zat-zat yang masih dibutuhkan pada tubulus ini melalui
dua cara; gula dan asam amino akan diserap kembali melalui proses difusi,
sedangkan air akan diserap kembali melalui proses osmosis. Penyerapan air
terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal. Sehingga dengan itu dapat 
diketahui, zat-zat yang masih berguna pada urine primer dan akan diserap
kembali pada tahap reabsorsi adalah glukosa, asam amino, dan air. Glukosa
dan asam amino akan dikembalikan ke darah. Setelah dilakukan penyerapan
kembali zat-zat yang masih berguna, maka akan menghasilkan urine skunder
atau filtrate tubulus.
3. Augmentasi
Augmentasi merupakan tahapan akhir dalam pembentukan urine dimana
terjadinya proses penambahan zat sisa dan urea. Urine skunder atau filtrate
tubulus yang telah melewati lengkung henle menuju tubulus kontortus distal
dan mengalami tahapan augmentasi.
Pada proses augmentasi akan terjadi penambahan zat-zat sisa oleh darah yang
sudah tidak diperlukan oleh tubuh seperti ion H+, K+, NH3, dan kreatinin.
Pengeluaran ion H+ dilakukan untuk menjaga pH darah.
Proses augmentasi menghasilkan urine sesungguhnya dan mengandung sedikit
air. Urine sesungguhnya mengandung urea, asam urine, amonia,
sisa pembongkaran protein, dan zat-zat berlebihan dalam darah (vitamin, obat-
obatan,hormon, garam mineral).
Dari tubulus kontortus distal, urine akan menuju tubulus
kolektivus untuk dibawa menuju pelvis, selanjutnya menuju  vesikaurinaria
melalui ureter. Apabila vesikaurinaria telah penuh terisi urin, dinding
vesikaurinaria akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air kecil. Urine
akan keluar melalui uretra. Komposisi urin yang dikeluarkan melalui uretra
adalah air,garam, urea dan sisansubstansilain, misalnya pigmen empedu yang
berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
2. Peran ginjal bagi tubuh?
Jawab:
Ginjal (renal) terletak di sepanjang dinding otot bagian belakang (otot posterior)
rongga perut. Bentuk organ ini mirip seperti kacang yang ukurannya sebesar
kepalan tangan, dengan panjang sekitar 12 sentimeter dan lebar 6 sentimeter.
Sama seperti organ lainnya, ginjal berperan penting dalam tubuh manusia.
Fungsi ginjal yang paling utama adalah menyaring zat-zat buangan (limbah)
dalam tubuh, baik yang berasal dari makanan, obat-obatan, maupun zat beracun.
Ginjal menyaring 200 liter darah setiap hari. Dari sekian banyak darah yang
disaring, terdapat 2 liter zat buangan yang harus dikeluarkan lewat urine. Karena
itulah, organ ini dilengkapi dengan sepasang ureter, sebuah kandung kemih, dan
uretra yang akan membawa urine keluar dari tubuh.
Selain membuang zat-zat sisa dalam tubuh, organ vital ini juga dapat menyerap
kembali zat-zat yang dibutuhkan tubuh, seperti asam amino, gula, natrium,
kalium, dan nutrisi lainnya. Fungsi ginjal tersebut ternyata dipengaruhi oleh
kelenjar adrenal yang terletak di bagian atas masing-masing ginjal.
Kelenjar adrenal menghasilkan hormon aldosteron. Hormon ini berfungsi untuk
menyerap kalium dari urine ke pembuluh darah agar bisa dimanfaatkan kembali
oleh tubuh.

1. Ekskresi produk sisa metabolik, bahan kimia asing, obat, dan metabolit hormone.
Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk sisa metabolism yang tidak
diperlukan lagi meliputi urea (dari metabolism asam amino), kreatinin (dari keratin otot),
asam rat (dari asam nukleat), produk akhir pemecahan hemoglobin seperti bilirubin dan
metabolit berbagai hormone. Ginjal juga membuang sebagian besar toksin dan zat asing
lainnya yang di produksi oleh tubuh atau pencernaan, seperti pestisida, obat-obatan, dan
zat aditif makanan.
2. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit
Untuk mempertahankan homeostasis, eksresi air dan elektrolit harus sesuai dengan
asupannya. Jika asupan melebihi ekskresi maka jumlah zat dalam tubuh akan meningkat
dan jika asupan kurang dari ekskresi, jumlah zat dalam tubuh akan menurun.
3. Pengaturan tekanan arteri
Ginjal berperan pentig dalam mengatur tekanan darah jangka pendek dengan
mengekskresikan sejumlah natrium dan air. Selain itu, ginjal turut mengatur tekanan
arteri jangka pendek dengan menyekresikan zat vasoaktif, seperti renin, yang
menyebabkan pembentukan produk vasoaktif lainnya. Misalnya angiotensin II
4. Pengaturan keseimbangan asam basa
Ginjal mengatur asam basa darah denagn cara mengekeskresikan asam dan mengatu
penyimpanan dapar cairan tubuh serta membuang tipe-tipe asam dari tubuh, seperti asam
sulfur dan asam fosfat yang dihasilakn dari metabolism protein.
5. Pengaturan produksi eritropoietin
Ginjal menyekresikan eritropoietin, yang merangsang pembentukan sel darah merah. Hal
ini berperan penting untuk sekresi protein ketika hipoksia.
6. Pengaturan produksi 1,25 dihidroksivitamin D3
Ginjal menghasilkan bentuk aktif vitamin D3 (kalsitriol), dengan menghidroksilasi
vitamin ini pada posisi “nomor 1”. Kalsitriol berfungsi dalam deposit kalsium yang
normal dalam tulang dan reabsoprsi kalsium oleh saluran cerna.
7. Sintesis glukosa
Gnjal menyintesis glukosa darin asam amino dan precursor lainnya selama masa puasa
yang panjang, proses ini disebut glukoneogenesis. Kapsitas ginjal dalam menambahkan
glukosa pada darah selama puasa dapat menyaingi hati.

3. Bagian sistem urinarius?


Jawab:
Sistem urinaria atau saluran kemih adalah sistem organ yang berfungsi
menyaring dan membuang zat limbah serta cairan berlebih melalui urine. 
Sistem urinaria atau saluran kemih terdiri dari ginjal, kandung kemih, ureter, dan
juga uretra (salurankencing). Melalui saluran ini, urine dibuang keluar tubuh. 

 Ginjal
Tubuh manusi amemiliki sepasang ginjal, yang terdapat di dalam punggung
kiri dan kanan, tepat di bawah tulang rusuk. Masing-masing memiliki ukuran
sebesar kepalan tangan. Fungsi utama ginjal yakni untuk mengatur jumlah air
dan garam dalam darah, menyaring zat limbah atau sisa metabolism tubuh,
serta membuat hormon yang membantu mengendalikan tekanandarah.
 Ureter
Ureter adalah bagian system urinaria yang berbentuk salurankecil yang
terdiri dari banyak otot. Bagian inilah yang membawa urine dari masing-
masing ginjal ke kandung kemih Anda.
 Kandung kemih
Organ ini berada di dalam rongga panggul. Kandung kemih bertugas
menyimpan urine. Jika kandung kemih sudah penuh terisi oleh urine, maka
akan timbul dorongan untuk buang air kecil.

4. Bagaimana proses miksi?


Urin mengalir dari duktus koligentes menuju kalises ginjal. Urin meregangkan
kalises dan meningkatkan aktivitas pacemaker, yang kemudian akan memicu
kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis ginjal dan ke arah bawah di
sepanjang ureter, hal ini memaksa urin mengalir dari pelvis ginjal ke arah
kandung kemih. Dinding ureter terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh saraf
simpatis dan parasimpatis serta neuron dan serabut saraf pleksus intramural yang
meluas di sepanjang ureter. Kontraksi peristaltik pada ureter diperkuat oleh
rangsangan parasimpatis dan dihambat oleh rangsangan parasimpatis.
Ureter memasuki kandung kemih melalui otot detrusor di dalam area trigonum
kandung kemih. Biasanya ureter berjalan miring sepanjang beberapa sentimeter
ketika melewati dinding kandung kemih. Tonus normal otot detrusor di dalam
kandung kemih cenderung akan menekan ureter, dengan demikian mencegah
aliran balik urin dari kandung kemih ketika terbentuk tekanan di dalam kandung
kemih selama mikturisi atau selama kompresi kandung kemih. Setiap gelombang
peristaltik di sepanjang ureter meningkatkan tekanan di dalam ureter sehingga
daerah yang menuju kandung kemih membuka dan memungkinkan aliran urin
ke dalam kandung kemih.
Pengeluaran urin secara volunter biasanya dimulai dengan cara: mula-mula
orang tersebut secara volunter mengontraksikan otot perutnya, yang akan
meningkatkan tekanan di dalam kandung kemih dan memungkinkan urin
tambahan memasuki leher kandung kemih dan uretra posterior dalam keadaan di
bawah tekanan, sehingga meregangkan dindingnya. Hal ini memicu reseptor
regang, yang mencetuskan refleks miksi dan secara bersamaan menghambat
spingter uretra eksterna. Biasanya, seluruh urin akan dikeluarkan, dan
menyisakan tidak lebih dari 5-10 mililiter urin di dalam kandung kemih

2.3.4 Rangkuman Permasalahan

Systema
Uropoetica

Anatomi Fisiologis

vesica Pembentukan
ginjal ureter uretra Proses miksi
urinaria Urin

(wanita dan
pria berbeda)

2.3.5 Learning Issue


1. Bagaimanakah Anatomi dari Ginjal?

Ginjal merupakan organ berwarna coklat


kemerahan seperti kacang merah yang
terletak tinggi pada dinding posterior
abdomen, berjumlah sebanyak dua buah
dimana masing-masing terletak dikanan dan
kiri columna vertebralis (Snell, 2006). Kedua
ginjal terletak di retroperitoneal pada dinding
abdomen, masing-masing disisi kanan dan
kiri columna vertebralis setinggi vertebra
torakal 12 sampai vertebra lumbal tiga.
Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah
dari pada ginjal kiri karena besarnya lobus
hati kanan (Moore & Anne, 2012).

Pada struktur luar ginjal didapati kapsul fibrosa yang keras dan berfungsi untuk melindungi
struktur bagian dalam yang rapuh (Guyton & Hall, 2008). Pada tepi medial masing-masing ginjal
yang cekung terdapat celah vertikal yang dikenal sebagai hilum renale yaitu tempat arteri renalis
masuk dan vena renalis serta pelvis renalis keluar (Moore & Anne, 2012).

Ginjal dibagi dua dari atas ke bawah, dua daerah utama yang dapat digambarkan yaitu korteks
dibagian luar dan medulla dibagian dalam (Guyton & Hall, 2008). Masing-masing ginjal terdiri
dari 1–4 juta nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal, nefron terdiri atas korpuskulum
renal, tubulus kontortus proksimal, ansa henle dan tubulus kontortus distal (Junqueira &
Carneriro, 2007).

Setiap korpuskulum renal terdiri atas seberkas kapiler berupa glomelurus yang dikelilingi oleh
kapsula epitel berdinding ganda yang disebut kapsula bowman. Lapisan viseralis atau lapisan
dalam kapsula ini meliputi glomerulus, sedangkan lapisan luar yang membentuk batas
korpuskulum renal disebut lapisan parietal. Di antara kedua lapisan kapsula bowman terdapat
ruang urinarius yang menampung cairan yang disaring melalui dinding kapiler dan lapisan
viseral (Junqueira & Carneriro, 2007).

Tubulus renal yang berawal pada korpuskulum renal adalah tubulus kontortus proksimal, tubulus
ini terletak pada korteks yang kemudian turun ke dalam medula dan menjadi ansa henle. Ansa
henle terdiri atas beberapa segmen, antara lain segmen desenden tebal tubulus kontortus
proksimal, segmen asenden dan desenden tipis, dan segmen tebal tubulus kontortus distal
(Eroschenko, 2010).
Ginjal diperdarahi oleh arteri renalis yang letaknya setinggi diskus intervertebralis vertebra
lumbal satu dan vertebra lumbal dua (Moore & Anne, 2012). Arteri renalis memasuki ginjal
melalui hilum dan kemudian bercabang membentuk arteri interlobaris, arteri arkuata, arteri
interlobularis dan arteriol aferen yang menuju ke kapiler glomelurus (Guyton & Hall, 2008).
Sistem vena pada ginjal berjalan paralel dengan sistem arteriol dan membentuk vena
interlobularis, vena arkuata, vena interlobaris dan vena renalis (Guyton & Hall, 2008). Persarafan
ginjal berasal dari pleksus renalis dari serabut simpatis dan parasimpatis (Moore & Anne, 2012).

Vaskularisasi ginjal antara lain: Arteri renalis -> Arteri segmentalis -> Arteri interlobaris ->
Arteri arkuata -> Arteri interlobularis -> Arteriol aferen -> Kapiler glomelurus -> Arteriol eferen
-> Kapiler peritubulus -> Vena interlobularis -> Vena arkuata -> Vena interlobaris -> Vena
renalis

Innervasi : Plexus aoticorenalis, yang menjalarkan rasa sakit n. splanchnicus pelvicus

2. Bagaimana embriologi system urogenital?

Sejak Minggu ke-3 perkembangan janin, sebagian dari Mesoderm di sepanjang aspek
posterior mudigah, mesoderm intermediate, berdiferensiasi menjadi ginjal. Mesoderm
intermediate terletak di peninggian berpasangan yang dinamai rigi urogenital. Di dalam
mesoderm  intermediate terbentuk 3 pasang ginjal secara berurutan: pronefros, mesonefros, dan
metanefros. Hanya  pasangan terakhir yang menetap sebagai ginjal fungsional neonatus.
Ginjal
pertama
yang

terbentuk, pronefros ( Pro=  sebelum; nefron= ginjal), adalah yang paling Superior di antara
ketiganya dan berhubungan dengan duktus pronefrikus. Duktus ini bermuara ke kloaka, bagian
ujung usus belakang yang melebar yang berfungsi sebagai tempat keluar bersama untuk saluran
kemih, pencernaan, reproduksi mulai mengalami degenerasi selama minggu ke-4 dan
menghilang pada minggu ke 6.

Ginjal kedua, mesonefros (meso= tengah), menggantikan pronefros. Bagian tersisa dari
duktus pronefrikus, yang berhubung dengan mesonefros, berkembang menjadi duktus
mesonefrikus. Mesonefros mulai berdegenerasi pada minggu ke-6 dan hampir menghilang pada
minggu ke 8.

Pada sekitar Minggu ke-5, suatu pertumbuhan mesoderm,  yang disebut tunas ureter,
terbentuk dari bagian distal duktus mesonefrikus dekat kloaka. Metanefros ( Meta = setelah),
atau ginjal terakhir, berkembang dari tunas ureter dan mesoderm metanefrikus. Tunas ureter
membentuk duktus koligentes, kaliks, pelvis ginjal, dan ureter. Mesoderm metanefrikus
membentuk nefron ginjal. Pada bulan ketiga, ginjal janin mulai mengekskresikan urine kecairan
amnion di sekitarnya; memang, sebagian besar cairan amnion dibentuk oleh urine janin.

Sebagian perkembangan, kloaka terbagi menjadi suatu sinus urogenitalis, dibagian


dalamnya saluran kemih dan kelamin bermuara, dan rektum yang mengalirkan isinya  ke dalam
kanalis analis. Kandung kemih terbentuk dari sinus urogenitalis. Pada wanita, uretra terbentuk
akibat pemanjangan duktus pendek yang terbentang dari kandung kemih ke sinus urogenitalis.
Pada pria, uretra jauh lebih panjang dan lebih rumit, tetapi organ ini juga berasal dari sinus
urogenitalis.

Meskipun terbentuk di pelvis, ginjal metanefros naik hingga akhirnya berada di abdomen.
Setelah itu, metanefros mendapat darah dari pembuluh darah ginjal. Meskipun biasanya
mengalami degenerasi sewaktu yang Superior muncul, terkadang pembuluh darah inferior
menetap. karena itu, sebagian orang (30%) memiliki pembuluh darah ginjal multipel.

Pada keadaan yang dinamai agenesis ginjal unilateral (a= tanpa; genesis=


pembentukan; unilateral= satu sisi) hanya satu ginjal  terbentuk (biasanya kanan) karena tidak
adanya tunas ureter. Kondisi ini terjadi sekali dalam setiap 1000 neonatus dan biasanya lebih
mengenai laki-laki daripada perempuan. Kelainan ginjal lain yang terjadi selama perkembangan
adalah malrotasi  ginjal (hilum menghadap anterior, posterior, atau lateral bukan medial); ginjal
ektopik (satu atau kedua ginjal mungkin mungkin berada di posisi abnormal, biasanya inferior);
dan ginjal tapal Kuda (penyatuan 2 ginjal, biasanya di bagian inferior, menghasilkan ginjal
tunggal berbentuk huruf-U). 

3. Bagaimana anatomi dari system reproduksi pria?

a. Organ Genitalia Masculine Internae


Terdiri atas:
1. Sepasang testis
2. Sepasang epididymis
3. Sepasang ductus deferens
4. Sepasang vesicula seminalis
5. Funiculus spermaticus ( penggantung
testis)
6. Prostat
7. Sepasang glandula bulbourethralis
b. Organ Genitalia Masculinae Exsterna
Terdiri atas:
1. Penis
2. Urethra
3. Secrotum
4. Bagaimana Histologi dari traktus uropoetika?

Traktus uropoetika terdiri dari dua ginjal, dua ureter, yang mengarah ke sebuah kandung
kemih, dan satu uretra yang, berjalan dari kandung kemih ke luar tubuh. Batas medial ginjal yang
berbentuk cekung adalah hilum yang mengandung 3 struktur besar, arteri renalis, vena renalis,
dan pelvis ginjal yang berbentuk corong dan kemudian menjadi ureter. Setiap ginjal dilapisi oleh
suatu kapsul jaringan ikat padat dan irregular. Potongan sagital melalui ginjal memperlihatkan
korteks renalis yaitu daerah yang lebih gelap di sebelah luar dan medula renalis yang lebih terang
di dalam, yang terdiri dari banyak piramid ginjal berbentuk corong.

Satuan fungsional masing-masing ginjal adalah tubulus uriniferus mikroskopik. Tubulus ini
terdiri dari satu nefron dan duktus koligens yang menerima cairan filtrasi nefron. Di masing-
masing korteks ginjal, terdapat jutaan nefron. Nefron selanjutnya dibagi lagi menjadi dua
komponen yaitu: korpuskulum ginjal dan tubulus ginjal. Terdapat dua jenis nefron, berdasarkan
letaknya di ginjal, nefron korteks terletak di korteks ginjal dan nefron jukstaglomerulus terletak
di dekat taut anatar korteks dan medula ginjal.

 Korpuskulum ginjal
Korpuskulum
ginjal terdiri dari
satu berkas
kapiler, yang
disebut
glomerulus,
yang dikelilingi
oleh dua lapisan
sel epitel, yang dinamai kapsula glomerulus. Lapisan dalam atau visceral, kapsul terdiri
dari sel-sel epitel bercabang yang unik dan sangat khusus yang dinamai podosit. Podosit
terletak dekat dengan kapiler, dan tonjolan-tonjolan panjang sitoplasmanya membungkus
kapiler glomerulus yang berpori. Dari tonjolan-tonjolan tersebut muncul banyak foot
process atau pedikulus yang lebih kecil dan bersilang dengan pedikulus dari podosit di
dekatnya serta membentuk celah filtrasi yang ketat. Di seluruh celah filtrasi terdapat
diafragma celah filtrasi yang tipis dan semi permeabel. Lapisan luar, atau parietal,
kapsula glomerulus terdiri dari epitel skuamosa selapis. Di antara endotel kapiler dan
podosit visceral terdapat membrane basal glomerulus yang padat dan terbentuk dari fusi
endotel dan podosit yang merupakan sawar fisik selektif yang bekerja sebagai penyaring
darah dan menahan perpindahan makromolekul yang seukuran dengan albumin dari
darah.
 Tubulus ginjal
Bagian tubulus ginjal yang berawal dari korpuskulum ginjal sangat berkelok-kelok
sehingga dinamai tubulus kontortus proksimal. Awalnya saluran ini terletak di korteks
tetapi kemudian turun ke dalam medulla untuk bersambungan dengan saluran lain, ansa
henle. Ansa henle terdiri dari beberapa bagian: bagian desendens yang tebal yaitu pada
tubulus kontortus proksimal, dan bagian asendens yang tebal dinamai tubulus kontortus
distal. Tubulus kontortus distal lebih pendek dan kurang berkelok-kelok dibandingkan
dengan proksimal, dan naik kembali ke dalam korteks ginjal. Karena tubulus kontortus
proksimal lebih panjang
daripada tubulus
kontortus distal, saluran
ini lebih sering
ditemukan di dekat
korpuskulum ginjal di
korteks ginjal. Dari
tubulus kontortus distal,
filtrate glomerulus
kemudian mengalir ke
dakam tubuls koligens.
Sejumlah tubulus
koligens pendek menyatu untuk membentuk beberapa duktus koligens yang lebih besar.
Semakin besar dan semakin turun menuju ke papilla medulla, duktus koligens berubah
menjadi duktus papilaris . duktus koligens kecil dilapisi oleh epitel kuboid berwarna
terang. Jauh di dalam medulla, epitel di saluran ini berubah menjadi slindris. Diujung
setiap papilla, duktus papilaris mengalirkan isinya ke dalam kaliks minor. Daerah di
papilla yang memperlihatkanlubang-lubang dari banyak duktus papilaris disebut area
kribrosa.
 Apparatus jukstaglomerulus
Apparatus jukstaglomerulus terletak dekat dengan korpuskulum ginjal dan tubulus
kontortus distal yang terdiri dari sel jukstaglomerulus, makula densa, sel mesangium, dan
sel mesangium jukstaglomerulus. Sel jukstaglomerular adalah sel-sel otot polos
termodifikasi di arteriol aferen sebelum masuk ke kapsul glomerulus. Fungsi utamanya
adalah mempertahankan tekanan darah yang sesuai untuk filtrasi darah di korpuskulum
ginjal. Sel jukstaglomerulus berespons terhadap peregangan di dinding arteriol aferen,
sebagai baroreseptor serta makuladensa adalah sekelompok sel tubulus kontortus distal
yang mengalami modifikasi. Macula densa berespons terhadap perubahan konsentrasi
natrium klorida di filtrat glomerulus.
 Ureter
Ureter adalah suatu saluran berotot yang menyalurkan urin dari ginjal ke kandung kemih
melalui kontraksi lapisan-lapisan otot polos tebal di dindingnya. Dinding ureter terdiri
dari lapisan mukosa, muskularis, dan adventisia. Mukosa ureter berlipat-lipat dan dilapisi
oleh epitel transisional tebal yang memiliki beberapa lapis sel yaitu dari terluar higga
terdalam yaitu sel kuboid besar, sel berbentuk poihedral serta sel berbentuk kuboid atau
kolumnar rendah. Di bawah epitel transisional terdapat jaringan ikat lamina propria yang
mengandung jaringan ikat fibroelastik yang lebih padat dengan banyak fibroblast di
bawah epitel dan dan lebih longgar dekat otot. Pada ureter bagian atas, muskularis ureter
mengandung dua lapisan otot polos yaitu lapisan longitudinal dalam dan lapisan otot
sirkular di tengah. Lapisan longitudinal luar ketiga terdapat pada dinding di sepertiga
bawah ureter dekat kandung kemih. Kemudian jaringan ikat adventisia menyatu dengan
jaringan jaringan ikat fibroelastik dan jaringan adiposa sekitar, yang mengandung banyak
arteriol, venula, dan saraf kecil.
 Kandung kemih
Kandung kemih memiliki dinding yang berotot tebal. Di dinding kandung kemih
ditemukan ketiga lapisan otot polos yang tersusun longgar, lapisan longitudinal dalam,
sirkular tengah, dan longitudinal luar. Ketiga lapisan otot tersusun dalam berkas-berkas
otot polos yang saling beranastomosis dengan jaringan ikat interstisium yang terdapat di
antaranya. Jaringan kat intersitisium menyatu dengan jaringan ikat serosa, mesotelium,
dan menutupi jaringan ikat serosa dan merupakan lapisan paling luar. Serosa melapisi
permukaan superior kandung kemih, sementara permukaan inferiornya dilapisi dengan
jaringan ikat adventisia, yang menyatu dengan jaringan ikat sekitarnya.
Mukosa kandung kemih dalam kedaan kosong memperlihatkan banyak lipatan mukosa
yang apabila teregang akan hilang. Epitel transisional kandung kemih lebih tebal daripada
epitel di ureter dan terdiri dari sekitar 6 lapisan sel. Terdapat lamina propria di bawah
epitel kandung kemih memiliki ukuran lebih lebar daripada ureter, serta jaringan ikat
longgar di bagian yang lebih dalam mengandung lebih banyak serat elastik.

5. Kolerasi dan fungi dari tractus uropoetika dan sistem repreduksi pria ?

Jawab :

Beberapa kelenjar dan struktur lain yang berkaitan


dengan sistem reproduksi pria mengalirkan isinya
ke dalam uretra, yang merupakan bagian dari traktus
poetika. Uretra pars prostatika mengandung lubang
duktus-duktus yang mengalirkan sekresi dari prostat
serta vesikula seminalis dan duktus (vas) deferens,
yang menyalurkan sperma ke dalam uretra dan
menghasilkan sekresi yang menetralkan keasaman
saluran reproduksi wanita dan beberapa dalam
motilitas dan viabilitas sperma. Lubang saluran-
saluran kelenjar bulbouretralis (Cowper) bermuara
di uretra pars spongiosa. Saluran-saluran ini
mengeluarkan bahan basa sebelum ejakulasi untuk
menetralkan keasaman uretra. Kelenjar juga
mengeluarkan mucus, yang melumasi ujung penis
sewaktu gairah seksual. Di sepanjang uretra, tetapi
khususnya di uretra pars spongiosa, terdapat lubang
duktus-duktus kelenjar uretra (Littré) yang
mengeluarkan mucus sewaktu gairah seksual dan ejakulasi. (Tortora, 2016)

6. Bagaimana proses pembentukan urin dan komponen-komponen yang berperan dalam


pembentukan urin?

Filtrate glomerulus memiliki rasio air dan partikel zat terlarut sama seperti darah; osmolaritasnya
adalah 300 mOsm/liter. Cairan yang meninggalkan tubulus kontortus proksimal masih isotonic
terhadap plasma. Jika yang dibentuk adalah urine encer, maka osmolaritas cairan di lumen
tubulus meningkat seiring dengan mengalirnya cairan tersebut menuruni pars desendens, dan
terus menurun sewaktu mengaliri bagian nefron sisanya dan duktus koligentes. Perubahan pada
osmolaritas disebabkan oleh kondisi-kondisi berikut di sepanjang perjalanan cairan tubuh :

1. Karena osmolaritas cairan interstitial medulla ginjal meningkat secara progresif,


semakin banyak air yang di reabsorpsi oleh osmosis sewaktu cairan tubulus mengalir di
sepanjang pars desendens ansa Henle menuju ujung lengkung. Akibatnya, cairan di
lumen menjadi semakin pekat.
2. Sel-sel yang melapisi bagian tebalpars asendens ansa Henle memiliki simporter yang
secara aktik mereabsorpsi Na+, K+, dan Cl- dari cairan tubulus. Ion-ion mengalir dari
cairan tubulus ke sel-sel bagian tebal pars asendens, lalu ke bagian interstitial, dan
akhirnya sebagian berdifusi kedalam darah di dalam vasa rekta.
3. Meslipun zat terlarut tengah direabsorpsi di bagian tebal pars asendens, permeabilitas air
di bagian nefron ini selalu cukup rendah sehingga air tidak dapat mengikui dengan
osmosis. Karena zat terlarut –tetapi bukan air- keluar dari cairan tubulus, osmolaritas
cairan tubulus merosot hingga sekitar 150 mOsm/ltr. Karenanya cairan yang masuk
kedalam tubulus kontortus distal lebih encer daripada plasma.
4. Selagi cairan terus menerus mengalir di sepanjang tubulus kontortus distalis, terjadi
reabsorpsi zat-zat terlarut tambahan diisertai sedikit molekul air. Sel-sel di awal tubulus
kontortus distalis tidak terlau permeable terhadap terhadap air dan tidak diatur olelh
ADH.
5. Yang terakhir, principal cell di bagian akhir tubulus kontortus distalis dan duktus
koligentel bersifat non-permeable terhadap air jika ADH sangat rendah. Karena itu
cairan tubulus menjadi semakin encersewaktu mengalir maju. Saat cairan tubulus
mengalir ke pelvis ginjal, konsentrasinya dapat serendah 65-70 mOsm/ltr. Nilai ini
adalah empat kali lebih encer daripada plasma darah atau filtrate glomerulus.

 Pembentukan Urine Pekat :


Jika asupan air rendah atau pengeluaran air tinggi (misalnya sewaktu berkeringat banyak),
ginjal harus menghemat air selagi mengeluarkan zat sisa dan kelebihan ion. Di bawah pengaruh
ADH, ginjal menghasilkan urine yang sangat pekat dalam jumlah kecil. Urine dapat dipekatkan
empat kali lipat (hingga 1200 mOsm/ltr) disbanding plasma darah atau filtrate glomerulus (300
mOsm/ltr)

Kemampuan ADH untuk menyebabkan ekskresi urine pekat bergantung pada adanya
gradient osmotic zat terlarut di cairan interstitial di ginjal meningkat dari sekitar 300 mOsm/ltr di
korteks ginjal menjadi sekitae 1200 mOsm/ltr di dalam medulla ginjal. Tiga zat terllarut utama
yang berperan dalam osmolaritas ini adalah Na+, Cl-, dan urea. Dua factor utama berfungsi
dalam pembentukan dan pemeliharaan osmotik ini: (1) perbedaan dalam permeabilitas zat
terlarut dan air serta reabsorpsi di berbagai bagian di ansa Henle dan duktus koligentes, dan (2)
aliran arus berlawanan (contercurrent) cairan melalui struktur-struktur berbentuk tabung di dalam
medulla ginjal. Aliran countercurrent menunjukkan aliran cairan dalamarah yang berlawanan.
Hal ini terjadi ketika cairan yang mengalir di satu saluran berjalan berlawanan dengan cairan
yang mengalir sejajar di dekatnya. Contohaliran contercurrent antara lain adalah aliran cairan
tubulus melalui pars asendens dan desendens ansa Henle serta melalui bagian asendens dan
desendens anse Henle serta aliran darah melalui bagian asendens dan desendens vasa rekta. Di
ginjal terdapat fua jenis mekanise countercurrent countercurrent multiplication dan
countercurrent exchange.

7 . Bagaimana mekanisme miksi?

MIKSI ( PROSES PENGELUARAN URIN)

  Miksi adalah proses pengeluaran urine melalui uretra yang prosesnya terdiri dari dua
bagian penting:

1.  Kandung kemih akan terisi secara progresif yang akan meningkatkan tegangan pada
dinding pada vesica  dan akan terus meningkat sampai di atas nilai ambang batas yang
selanjutnya akan mencetuskan proses kedua terjadi; 

2. Timbul refleks berkemih yang disebut dengan refleks miksi yang akan berusaha untuk
mengosongkan vesica atau jika gagal setidaknya akan menimbulkan keinginan untuk
berkemih atau mengeluarkan urine dari vesika yang telah terisi penuh melalui uretra.

a. Pengisian

 Dinding ureter terdiri dari  otot polos spiral, memanjang dan melingkar namun tidak
ada sekat atau batas tertentu untuk dapat membedakan ketiga otot polos ini dalam lapisan
dinding dari ureter tersebut. Gerakan pristaltik yang terjadi akan secara perlahan
membantu mendorong urin dari pelvis renalis menuju kandung kemih atau vesika
urinaria.  urin akan masuk ke dalam kandung kemih secara perlahan sesuai dengan irama
dari gelombang peristaltik tadi.

Ureter menembus vesika urinaria secara miring, sehingga meskipun tidak ada
Sfingter  untuk untuk ureter, keadaan kemiringan tadi cenderung akan menjepit ureter
sehingga uretra tertutup kecuali ketika ada gelombang peristaltik tadi, dan refleks dari
vesika dapat di cegah.

b. Pengosongan

  Otot pada kandung kemih sama dengan yang ada pada ureter yaitu otot polos
yang spiral, memanjang dan melingkar.  kontraksi dari otot melingkat yang di disebut
sebagai otot detrusor yang berperan sangat penting pada pengosongan vesika selama
miksi atau berkemih. Berkas dari otot ini berada di sebelah kiri dan kanan dari uretra
sehingga terkadang disebut sebagai sfingter uretra interna meskipun pada kenyataan otot
polos ini tidak sepenuhnya melingkari uretra. Pada  bagian distal dari uretra akan
ditemukan sfingter uretra eksterna. 

  Berkemih pada dasarnya merupakan refleks spinal yang akan difasilitasi dan
dihambat oleh persarafan yang lebih tinggi, akan tetapi Sama halnya dengan proses
defekasi, berkemih atau miksi pun dapat dikendalikan secara volunter baik pada proses
pengeluarannya maupun proses penghambatannya. pada saat vesika mulai terisi urin,
perasaan untuk berkemih belum terasa sampai akhirnya vesika akan penuh dan terjadi
peregangan dari vesika tersebut barulah seseorang akan merasakan keinginan untuk
miksi. otot pada vesica sama dengan otot lainnya memiliki sifat plastis yaitu keadaan
dimana ketika otot tersebut dirangsang untuk tegang maka secara otomatis otot tersebut
tidak akan melakukan pertahanan tegangan.

Pada penelitian di mana diperhatikan hubungan antara tekanan intervesica dengan


volume vesika dimana dilakukan dengan pemasangan kateter dapat dilihat hubungan
antara keduanya titik dari kurva yang terlihat pada pengisian awal, peningkatan tekanan
yang terjadi juga kecil yang kemudian disusul dengan pengisian segmen yang panjang
dan hampir rata pada bagian pengisian selanjutnya timbul peningkatan tekanan yang
tajam dan secara tiba-tiba akan tercapai refleks untuk mengisi. keinginan pertama untuk
berkemih adalah ketika vesica terisi sekitar 150 ml urin dan rasa penuh timbul ketika
vesika berisi sekitar 400 ml urine.

   Hukum laplace mengatakan bahwa tekanan dari vesika bulat sama dengan dua
kali tegangan berbanding terbalik dengan jari-jari vesika. pada vesika, tegangan akan
meningkat ketika vesica  mulai terisi namun dengan demikian secara otomatis jari-jari
vesica juga akan meningkat titik oleh karena itu, peningkatan dari tegangan dari vesica
tidak akan terlalu besar setiap kali pengisian terlebih  pada pengisian pertama kali dan
akan benar-benar meningkat ketika vesca tersebut secara relatif akan penuh.

  Selama proses berkemih, otot perineum dan sfingter uretra eksterna lemas
menyebabkan urine akan mengalir ke uretra. kedua yang berada pada sisi uretra justru
tidak bekerja atau tidak melakukan suatu reaksi tertentu pada saat berkemih.
kemungkinan kedua otot ini berperan sebagai sfingter untuk uretra agar tidak terjadi
refluks dari  semen pada saat terjadinya ejakulasi.

Mekanisme dari terjadinya volunter dari berkemih secara fisiologis belum


diketahui jelas Bagaimana prosesnya dan disebabkan oleh apa dugaan sementara
menyebutkan hal tersebut bisa saja terjadi di karena relaksasi dari otot panggul dan hal ini
mungkin menimbulkan penarikan ke bawah yang cukup besar pada otot detrusor untuk
merangsang kontraksi. kontraksi dari otot perineum dan otot sfingter uretra eksterna
dikendalikan secara volunter sehingga dapat mencegah mengalirnya urine melalui uretra
atau menghentikan aliran urine saat sedang berkemih.

Urin sekitar 300-400ml menyebabkan peregangan otot vesica urinaria → merangsang medulla
spinalis sacral 2-4 → otak → saraf parasimpatis (melalui n. splanchnicus pelvicus) → dinding
vesica urinaria diaphragma dan dinding anterior abdomen kontraksi → ↑ tekanan intraabdomen
→ m. pubococcygeus relaksasi → cervix vesicae → ↓ kontraksi m. detrussor vesicae →
memendekkan urethra → melebarkan & membuka ostium urethra internum → urin keluar dari
vesica urinaria. Kontaksi m. pubococcygeus → mengangkat cervix vesicae → m. detrussor dan
otot urethra relaksasi → urethra memanjang → ostium urethra internum menyempit dan menutup
→ pengeluaran urin berhenti.

8 . Peranan ginjal mengatur glukosa darah?

Peranan ginjal dalam homeostasis glukosa darah adalah mengatur glukosa darah dengan
glukoneogenesis, penggunaan glukosa dari sirkulasi dan reabsorpsi glukosa dari filtrasi
gomerulus. Glukoneogenesis ginjal terjadi melalui precursor seperti laktat dan glutamine. Dalam
keadaan puasa, sekitar 20-25% dari glukosa yang dilepaskan ke sirkulasi berasal dari ginjal.
Reabsorbsi glukosa ginjal merupakan sarana utama ginjal mengatur homeostasis glukosa.
Setelah 14-16 jam jam overnight fast, glukosa dilepaskan ke dalam sirkulasi sekitar 10
lmol/kgmin. Sekitar 50% glukosa ini adalah hasil dari pemecahan glikogen (glikogenolisis)
disimpan di hati dan setengahnya adalah produksi glukosa baru dari precursor seperti laktat,
gliserol, alanin, dan asam amino lainnya (glukoneogenesis) oleh hati dan ginjal. Setelah puasa
semalam, 75-85% dari glukosa yang dilepaskan ke dalam sirkulasi berasal dari hati dan 20-25%
sisanya berasal dari ginjal. Bila durasi puasa meningkat, glikogen dalam hati menjadi habis,
setelah 48 jam, hampir semua glukosa dilepaskan ke dalam sirkulasi berasal dari
glukoneogenesis. Laktat dan glutamine merupakan precursor glukoneogonik pada ginjal.

Dalam pengaturan post reabsorbsi, ginjal memanfaatkan 10% dariseluruh glukosa yang
digunakan oleh tubuh. Selain melepaskan glukosa melalui glukoneogenesis dan pemanfaatan
glukosa, ginjal juga dapat mempengaruhi homeostasis glukosa dengan reabsorbsi glukosa dari
filtrate glomerular ke sirkulasi. Konsentrasi glukosa plasma rata-rata 24 jam adalah 5,5 mmol
(100 mg/dl). 180 gram glukosa disaring oleh ginjal setiap hari, hampir semua ini direabsorbsi ke
dalam sirkulasi dan urin bebas glukosa. Oleh karena itu, reabsorbsi glukosa merupakan
mekanisme utama yang mempengaruhi homeostasis glukosa. Ginjal secara normal dapat
mereabsorbsi 99% glukosa yang difiltrasi dan mengembalikannya ke dalam sirkulasi. Reabsorbsi
glukosa oleh ginjal dimediasi oleh sodium-glucose co transporters terutama SGLT-2. Saat ini
sudah terbukti bahwa ginjal juga memainkan peran dalam menjaga kadar glukosa darah melalui
proses uptake glukosa untuk kebutuhan energy, mensintesis glukosa (melalui glukoneogenesis)
dan mereabsorbsi glukosa dari hasil filtrate glomerulus serta mengembalikannya ke dalam
sirkulasi.

9. Apa saja yang berperan dalam menahan miksi dan apa saja yang teribat

Pada saat vesika mulai terisi terjadi adanya peningkatan tekanan pada vesica yang menyebabkan
reseptor pada bagian posterior dari vesika akan meneruskan rangsangan peregangan tadi kepada
reseptor regang sensorik yang berada pada dinding vesika. selanjutnya sinyal sensor tersebut
akan dikirimkan lagi ke vesikel melalui serabut serabut parasimpatis menuju ke saraf simpatis.
kemudian akan terjadi peningkatan refleks kontraksi pada vesikel. proses ini akan terus terjadi
sampai dengan kontraksi pada vesikel sangat kuat untuk melawan penghambatan dari sfingter
uretra eksternus.

Sekali refleks berkemih cukup kuat, hal ini juga akan menimbulkan reflek selain yang berjalan
melalui nervus pudendal ke sfringter uretra eksternal untuk menghambatnya. apabila inhibisi ini
lebih besar di otak dibandingkan kontriktor volunter ke sfingter eksterna,maka berkemih pun
terjadi. Apabila inhibisi ini berhasil terjadi atau jauh lebih kuat dari kontraksi dari yang timbul
pada vesikel maka  berkemih tidak akan terjadi sampai dengan vesikel kembali terisi oleh urine
dan adanya refleks berkemih yang akan lebih besar untuk melawan inhibisi tersebut.

Otot spingter eksterna kandung kemih

Setelah melewati bagian dari uretra posterior (bagian bawah leher kandung kemih) uretra
berjalan melalui diafragma urogenital yang mengandung suatu lapisan otot yang disebut spingter
eksterna. Otot ini merupakan otot rangka yang volunter, berbeda dengan otot pada bagian korpus
dan leher kandung kemih, yang seluruhnya merupakan otot polos. Otot spingter eksterna berada
di bawah kendali kesadaran (volunter) oleh sistem saraf dan hal ini berfungsi dalam mencegah
miksi atau keinginan berkemih secara sadar bahkan ketika kendali involunter berusaha untuk
mengosongkan kandng kemih. Dan bila refleks miksi cukup kuat, hal ini akan memicu refleks
lain yang berjalan melalui saraf pudendus ke spingter eksterna untuk menghambatnya. Jika
inhibisi lebih kuat didalam otak daripada sinyal konstriktor volunter ke spingter eksterna, maka
akan terjadi pengeluaran urin. Jika tidak, pengeluaran urin tidak akan terjadi hingga kandung
kemih terus terisi dan refleks mikturisi menjadi lebih kuat lagi.

Meskipun refleks berkemih adalah refleks medulla spinalis yang bersifat autonom, tetapi
refleks mikturisi dapat dihambat atau difasilitasi oleh otak, pusat ini meliputi: (1) pusat fasilitasi
dan inhibisi yang kuat di batang otak, terutama di pons, dan (2) beberapa pusat yang terletak di
korteks serebri yang terutama bersifat inhibisi tetapi sewaktu-waktu dapat berubah menjadi
eksitasi, contohnya ketika refleks mikturisi menyebabkan keinginan mengeluarkan urin, pusat
yang lebih tinggi yaitu korteks serebri dan batang otak dapat mencegah mikturisi dengan cara
spingter kandung kemih eksterna terus menerus melakukan kontraksi tonik hingga saat yang
tepat untuk mengeluarkan urin datang dengan sendirinya.
BAB III

KESIMPULAN

Proses pengeluaran urin ternyata tidak luput dari peran ginjal dan disalurkan ke vesica
urinaria melalui ureter kemudian dikeluarkan melalui uretra yang kita ketahui antara pria dan
wanita memiliki jalur yang berbeda, demikian pula dengan pembentukan urin memiliki tahapan-
tahapan penting yang kita ketahui bekerja pada nefron, yakni bagian dari ginjal. Sistem genitalia
maskulina pun menunjukkan bahwa ia memiliki jalur yang sama untuk pengeluaran urin dan
semen.

Anda mungkin juga menyukai