DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
Lalu Azriel Semataru (018.06.0024)
Rachmat Mustaqim (018.06.0049)
Ayuandira Suhastri Armin (019.06.0012)
Baiq Fahira Mentari (019.06.0015)
Hafidz Reginald Bhagaskara (019.06.0034)
I Putu Ryan Aryadana (019.06.0042)
Muhammad Rezky Al-Ayyubi (019.06.0062)
Muhamad Sasiar Tajiwalar (019.06.0064)
Nur fitriana zahrah (019.06.0073)
Nurul Anggun Safitri (019.06.0074)
Tutor : dr. Dina Qurratu Ainin S.ked.,MPHE
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. DATA TUTORIAL
Hari/Tanggal
Sesi 1 : Senin, 6 Maret 2020
Sesi 2 : Rabu, 8 April 2020
Tutor : dr. Dina Qurratu Aini, MHPE
Ketua : Nur Fitriana Zahrah
Sekretaris : Muhamad Rezky Al-Ayyubi
2. SKENARIO LBM
DIMAS KEBINGUNGAN
Dimas seorang mahasiswa FK sangat cemas saat akan mengikuti ujian OSCE
hari ini. Sejak tadi pagi sudah tiga kali ke toilet untuk BAK. Ia merasa kaget karena
warna urinnya lebih kuning dan pekat dari biasa. Dimas merasa bingung dan berusaha
mengingat kembali semalam makan atau minum apa yang sekiranya membuat urinnya
agak berbeda hari ini. Hal tersebut mengingatkan ia tentang kejadian beberapa hari yang
lalu. Hari itu urinnya tampak merah dan dikira darah karena sebelumnya
mengkonsumsi buah naga. Saat menceritakan pengalamannya tersebut ke salah
satu sahabatnya di kampus, ia mendapatkan penjelasan bahwa urin itu dibentuk oleh
ginjal melalui beberapa proses mulai dari filtrasi terhadap darah yang mengalir ke ginjal
dan didalam darah terdapat berbagai sisa metabolisme dari berbagai makanan yang
dikonsumsi. Selanjutnya zat yangberguna akan diserap kembali dan ada juga yang
mengalami sekresi ke dalam tubuli,sehingga terbentuklah urin yang akan dikeluarkan
melalui proses miksi. Namun Dimas tetap merasa bingung akan jawaban temannya
yang dirasa masih mengambang. Apakah yang bisa anda jelaskan terkait keadaan
Dimas untuk mengurangi kebingunganya tersebut ?
BAB I
PEMBAHASAN
- Darah dalam urin dapat berasal dari infeksi, penyakit ginjal, batu saluran kemih,
kanker, atau pembesaran prostat pada pria.
- Myoglobinuria, pecahnya hemoglobin di dalam otot yang disebabkan olahraga
berlebih atau dipukuli.
- Makanan tertentu, seperti blackberry, buah naga dan bit.
- Obat-obatan, seperti rifampisin (obat TBC), pyridium, dan senna (obat pencahar).
- Dehidrasi atau kekurangan cairan.
- Keracunan timah atau merkuri.
Bilirubin pada dasarnya adalah zat pewarna empedu yang menyebabkan cairan
empedu berwarna hijau kekuningan. Bilirubin merupakan zat pewarna empedu yang
dihasilkan dari proses pemecahan eritrosit tua di hati oleh sel histiosit.
Eritrosit tua yang berumur 120 hari masuk ke hati. Eritrosit dirombak oleh sel
histiosit dipisahkan antara hemoglobin dengan protein penyusun eritrosit lainnya. Protein
penyusun eritrosit akan di daur ulang menjadi eritrosit baru Sedangkan hemoglobin akan
dipecah menjadi Fe, hemin dan globulin. Fe akan disimpan untuk dipakai membuat
hemoglobin baru Begitu pula globulin juga akan dibentuk menjadi hemoglobin baru.
Sedangkan hemin akan dibuang dalam bentuk bilirubin. Bilirubin akan teroksidasi menjadi
biliverdin. Biliverdin juga akan teroksidasi membentuk bilirubin lagi. Setelah jenih, maka
bilirubin akan diubah menjadi urobilin kemudian dikirim ke ginjal untuk mewarnai urin.
Urine yang dikeluarkan dari kandung kemih pada dasarnya memiliki komposisi
yang sama dengan cairan yang mengalir keluar dari duktus koligens; tidak ada perbedaan
komposisi urine yang bermakna selama urine mengalir melalui kalises ginjal dan ureter
menuju ke kandung kemih. Urine mengalir dari duktus koligens menuju kalises ginjal.
Urine meregangkan kalises dan meningkatkan aktivitas pacemaker yang ada, yang
kemudian akan memicu kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis ginjal dan ke arah
bawah di sepanjang ureter, dengan demikian memaksa urine mengalir dari pelvis ginjal
ke arah kandung kemih. Pada orang dewasa, ureter normal panjangnya 25 sampai 35 cm
(10 sampai 14 inci). Dinding ureter terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh saraf
simpatis dan parasimpatis serta pleksus neuron dan serat saraf intramural sepanjang ureter.
Seperti otot polos viseral lainnya, kontraksi peristaltik pada ureter diperkuat oleh rangsang
parasimpatis dan dihambat oleh rangsang simpatis.
Ureter memasuki kandung kemih melalui otot detrusor di dalam area trigonum
kandung kemih. Biasanya, ureter berjalan miring sepanjang beberapa sentimeter ketika
melewati dinding kandung kemih. Tonus normal otot detrusor di dalam kandung kemih
cenderung akan menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik (refluks) urine
dan kandung kemih ketika tekanan di dalam kandung kemih meningkat selama miksi atau
selama kompresi kandung kemih. Setiap gelombang peristaltik di sepanjang ureter
meningkatkan tekanan di dalam ureter sehingga daerah yang menuju kandung kemih
membuka dan memungkinkan aliran urine ke dalam kandung kemih.
Pada beberapa orang, jarak yang ditempuh ureter di dalam dinding kandung kemih
lebih pendek dari normal, sehingga kontraksi kandung kemih selama miksi tidak selalu
menyebabkan oklusi ureter yang lengkap. Sebagai akibatnya, sebagian urine dalam
kandung kemih didorong ke belakang ke arah ureter, kondisi ini disebut refluks
vesikoureter. Refluks semacam ini dapat menyebabkan pembesaran ureter dan, jika berat,
dapat meningkatkan tekanan dalam kalises ginjal dan struktur medula ginjal,
menyebabkan kerusakan di daerah ini. Pada saat tidak ada urine di dalam kandung kemih,
tekanan intravesikularnya sekitar 0, tetapi setelah terisi urine sebanyak 30 sampai 50 ml,
tekanan meningkat menjadi 5 sampai 10 cm H2O. Tambahan urine sebanyak 200 sampai
300 ml hanya sedikit menambah peningkatan tekanan, nilai tekanan yang konstan ini
disebabkan oleh tonus intrinsik pada dinding kandung kemih sendiri. Bila urine yang
terkumpul di dalam kandung kemih lebih banyak dari 300 sampai 400 ml, baru
menyebabkan peningkatan tekanan secara cepat.
Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh dan osmolaritas cairan tubuh menurun,
ginjal akan mengeksresikan urine dengan osmolaritas sebesar 50 mOsm/L, suatu
konsentrasi yang hanya sekitar 1/6 dari osmolaritas cairan ekstrasel normal. Sebaliknya,
bila terjadi kekurangan air dan osmolaritas cairan ekstraseluler meningkat ginjal akan
mengeksresikan yrine dengan konsntrasi 1200-1400mOsm/L. Saat kandung kemih terisi
urine sebanyak 120-150 ml sudah mulai terasa ingin berkemih tetapi masih bisa ditahan,
apabila kapasitas di kandung kemih sampai 450-500ml yang meruapakan kapasitas normal
nya maka keinginan untuk berkemih tidak bisa di tahan lagi.
Kandungan urin dalam kondisi normal, didalam urin yang normal biasanya
mengandung zat-zat berikut ini, yaitu air, urea, amonia, garam, mineral, Nacl, dan pigmen
empedu yang menghasilkan warna kuning di urin. Beserta zat-zat yang kelebihan di darah,
seperti; vitamin, obat-obatan dan hormon.
A. Volume
Urin rata-rata : 1-1,5 liter setiap hari; tergantung luas permukaan tubuh dan intake
cairan.
B. Warna
Kuning bening oleh adanya urokhrom. Secara normal warna dapat berubah,
tergantung jenis bahan /obat yang dimakan. banyak carotein, warna kuning banyak
melanin, warna coklat kehitam-hitaman. banyak darah, warna merah tua ( hematuria )
banyak nanah, warna keruh ( piuria ) adanya protein, warna keruh ( proteinuri ).
C. Bau
Urin baru, berbau khas sebab adanya asam-asam yang mudah menguap.
Sedangkan, urin lama berbau tajam sebab adanya NH3 dari pemecahan ureum dalam
urine bau busuk, adanya nanah, kuman-kuman bau manis, dan adanya asetan
E. pH Urin
Kurang lebih ph = 6 atau sekitar 4,8-7,5 Px dgn kertas lakmus (reaksi) : Urin asam,
warna merah Urin basa, warna biru.
5. Bagaimana proses filtrasi, reabsorpsi dan sekresi pada tubuli ?
GLOMERULAR FILTRATION
i. Filtrasi Membran
Kapiler glomerulus dan podosit, yang mengelilingi kapiler, membentuk
penghalang bocor yang dikenal sebagai membran filtrasi. memungkinkan filtrasi air dan zat
terlarut kecil tetapi mencegah filtrasi sebagian besar protein plasma, sel darah, dan platelet.
Substansi yang disaring dari darah melewati tiga hambatan filtrasi — sel endotel
glomerulus, lamina basal, dan celah filtrasi yang dibentuk oleh podocyte.
• Sel-sel endotel glomerulus.
• Basal lamina.
• Perpanjangan dari setiap podocyte.
Tekanan Filtrasi
Bersih Filtrasi glomerulus tergantung pada tiga tekanan utama. Satu tekanan mendukung
filtrasi dan dua tekanan menentang filtrasi
● Tekanan hidrostatik darah glomerulus (GBHP) adalah tekanan darah di kapiler
glomerulus. sekitar 55 mmHg. memaksa air dan zat terlarut dalam plasma darah melalui
membran filtrasi.
●Tekanan hidrostatik capsular (CHP) adalah tekanan hidrostatik yang diberikan pada
membran filtrasi oleh cairan yang sudah ada di ruang kapsuler dan tubulus ginjal. CHP
menentang filtrasi dan mewakili "tekanan balik" sekitar 15 mmHg.
● Tekanan osmotik koloid darah (BCOP), yang disebabkan oleh adanya protein seperti
albumin, globulin, dan serat karbon dalam plasma darah, juga menentang filtrasi. BCOP
rata-rata dalam kapiler glomerulus adalah 30 mmHg.
TUBULAR REABSORPTION AND TUBULAR SECRETION
Sekitar 99% dari air yang disaring diserap kembali. Sel-sel epitel di sepanjang tubulus
dan duktus ginjal melakukan reabsorpsi, tetapi sel tubulus berbelit-belit proksimal
memberikan kontribusi terbesar.
Zat terlarut yang diserap kembali oleh proses aktif dan pasif meliputi glukosa, asam
amino, urea, dan ion seperti Na (natrium), K (kalium), Ca2 (kalsium), Cl (klorida), HCO3
(bikarbonat) ), dan HPO42 (fosfat). Setelah cairan melewati tubulus proksimal berbelit-
belit, sel-sel yang terletak lebih halus menyempurnakan proses reabsorpsi untuk
mempertahankan keseimbangan air dan ion homeostatis. Sebagian besar protein kecil dan
peptida yang melewati filter juga diserap kembali, biasanya melalui pinositosis.
ii.Reabsorpsi Tubulus
Untuk dapat direabsorpsi, suatu bahan harus melewati lirna sawar terpisah :
a)Bahan harus meninggalkan cairan tubulus dengan melewati membran luminal sel
tubulus.
b)Bahan harus melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi lainnya.
c)Bahan harus melewati membran basolateral sel tubulus untuk masuk ke cairan
interstisium.
d)Bahan harus berdifusi melalui cairan interstisium.
e)Bahan harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma darah
Reabsorbsi Na+
Reabsorbsi Glukosa dan Asam Amino
Reabsorbsi Posfat
Reabsorpsi aktif Na+ menyebabkan reabsorpsi pasif CI-, H20, dan urea.
1)Reabsorbsi Klorida
2)Reabrobsi Air
direabsorpsi secara pasif di seluruh Panjang tubulus karena H20 secara osmosis
mengikuti Na+ yang direabsorpsi secara aktif.
3)Reabsorbsi Urea
iii. Sekresi Tubulus
Pengaturan H+ yang tepat sangat penting karena hampir semua aktivitas sistem enzim
dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi H+. Oleh karena itu, perubahan konsentrasi H+
mengubah hampir semua fungsi seluruh sel dari tubuh. Dibandingkan dengan ion-ion lain,
konsentrasi H+ dalam cairan.
Konsentrasi H+ normalnya rendah dan karena jumlah yang kecil ini tidak praktis,
biasanya konsentrasi H+ dinyatakan dalam skala logaritma, dengan menggunakan satuan pH.
pH berhubungan dengan konsentrasi H+ yang sebenarnya melalui rumus berikut ini
(konsentrasi H+ dinyatakan dalam ekuivalen per liter):
pH log 1H = [ + ] = −log [H+ ]
Sebagai contoh, normal [H+] adalah 40 nEq/ L (0,00000004 Eq/L). Oleh karena itu, pH
normal adalah: pH = −log [0.00000004] pH = 7.4
Dari rumus ini, kita dapat melihat bahwa pH berbanding terbalik dengan konsentrasi
H+; oleh karena itu, pH yang rendah berhubungan dengan konsentrasi H+ yang tinggi dan pH
yang tinggi berhubungan dengan konsentrasi H+ yang rendah. Nilai pH normal darah arteri
adalah 7,4; sedangkan pH darah vena dan cairan interstisial sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra
karbon dioksida (CO2) yang dibebaskan dari jaringan untuk membentuk H2CO3 dalam
cairan ini. Oleh karena pH normal darah arteri adalah 7,4; seseorang dianggap mengalami
asidosis bila pH turun di bawah nilai ini dan mengalami alkalosis bila pH meningkat di atas
7,4. Seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam dengan batas bawah pH sekitar 6,8; dan
batas atas pH sekitar 8,0. pH intrasel biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma
karena metabolisme sel menghasilkan asam, terutama H,CO3. Bergantung pada jenis sel, pH
cairan intraselular diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan dan aliran
darah yang buruk ke jaringan dapat menyebabkan akumulasi asam dan dapat menurunkan pH
intrasel.
Tiga sistem utama mengatur konsentrasi H+ dalam cairan tubuh untuk mencegah
asidosis atau alkalosis:
(1) Sistem dapar asam-basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera berikatan
dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi H+ yang berlebihan;
(2) Pusat pernapasan, yang mengatur pembuangan CO2 (dan, oleh karena itu, H2CO3)
dari cairan ekstraselular;
(3) Ginjal, yang dapat mengekskresikan urine asam atau urine alkali, sehingga
menyesuaikan kembali konsentrasi H+ cairan ekstraselular menuju normal selama
asidosis atau alkalosis.
Bila terjadi perubahan konsentrasi H+, sistem dapar cairan tubuh bekerja dalam
waktu beberapa detik untuk memperkecil perubahan ini. Sistem dapar tidak
mengeluarkan H+ dari tubuh atau menambahnya ke dalam tubuh tetapi hanya menjaga
agar ion-ion tersefiut tetap terikat sampai keseimbangan tercapai kembali. Garis
pertahanan kedua, sistem pernapasan, bekerja dalam beberapa menit untuk mengeluarkan
CO2 dan, oleh karena itu, H2CO3 dari tubuh. Kedua garis pertahanan pertama ini
menjaga konsentrasi H+ dari perubahan yang terlalu besar sampai garis pertahanan
ketiga yang bereaksi lebih lambat, yaitu ginjal, dapat mengeluarkan kelebihan asam atau
basa dari tubuh. Walaupun ginjal relatif lambat memberi respons dibandingkan dengan
pertahanan lain, ginjal merupakan sistem pengatur asam-basa yang paling kuat yang
bekerja selama beberapa jam sampai beberapa hari.
Ginjal mempunyai fungsi yang sangat komplek, yakni sebagai filtrasi, absorpsi
aktif maupun pasif, resorpsi dan sekresi. Total darah ke dua ginjal dapat mencapai 1200
cc/menit atau sebesar 1700 liter darah / hari. Semua ini akan difiltrasi oleh glomeruli
dimana setiap menit dihasilkan 125 cc filtrat glomeruli atau 170 liter filtrat glomeruli
setiap 24 jam pada ke dua ginjal. Dari jumlah ini beberapa bagian di resorpsi lagi keluar
dari tubulus.
Pada tubulus konvulatus proksimalis dan distalis terjadi proses resorpsi dan
ekskresi, dimana beberapa bahan seperti : glukosa dan sekitar 50 % natrium klorida dan
sejumlah air di resorpsi oleh sel tubulus melalui absorbsi aktif yang memerlukan energi,
sedangkan air berdifusi secara pasif. Selanjutnya filtrat glomeruli yang tidak mengalami
resorpsi diteruskan ke distal sampai tubulus kolektivus.Pada daerah ini terjadi pemekatan
urin atau pengenceran terakhir tergantung dari keadaan cukup tidaknya anti-diuretik
hormon (ADH).Hormon ini berpengaruh terhadap permeabilitas tubulus kolektivus
terhadap air.
Pelvis Renalis. Pada hilus renalis terdapat pelvis renalis yang menampung urin
dari papila renalis. Pada ginjal yang multi-piramid urin pertama ditampung oleh kaliks
renalis kemudian dari sini baru ke pelvis renalis. Bangun histologinya adalah sebagai
berikut : Mukosa memiliki epithel peralihan dengan sel payung, mulai dari kaliks renalis,
tebal epithel hanya 2 sampai 3 sel. Dengan mikroskop cahaya tidak tampak adanya
membran basal tetapi dengan EM tampak membrana basalis yang sangat tipis. Propria
mukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dan pada kuda terdapat kelenjar yang agak
mukus. Bentuk kelenjar adalah tubulo-alveolar.Tunika muskularis terdiri atas otot polos,
jelas pada kuda, babi dan sapi.Lapis dalam tersusun longitudinal dan lapis luar sirkuler.
Pada hewan lain otot relatif sedikit, pada kalises renalis otot relatif sedikit, tetapi pada
daerah permulaan ureter membentuk semacam sphinter. Tunika adventitia terdiri dari
jaringan ikat longgar dengan banyak sel lemak, pembuluh darah, pembuluh limfe serta
saraf.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Guyton & Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi revisi berwarna ke-12.
Elsevier : Singapore.
Sherwood, Lauralee. 2018. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem edisi 9 ; alih bahasa, Lydia
I. Mandera, H.H. Pendit ; editor edisi bahasa Indonesia, Miranti Iskandar. Jakarta: EGC