Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION LBM 2


BLOK UROREPRO 1

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
Lalu Azriel Semataru (018.06.0024)
Rachmat Mustaqim (018.06.0049)
Ayuandira Suhastri Armin (019.06.0012)
Baiq Fahira Mentari (019.06.0015)
Hafidz Reginald Bhagaskara (019.06.0034)
I Putu Ryan Aryadana (019.06.0042)
Muhammad Rezky Al-Ayyubi (019.06.0062)
Muhamad Sasiar Tajiwalar (019.06.0064)
Nur fitriana zahrah (019.06.0073)
Nurul Anggun Safitri (019.06.0074)
Tutor : dr. Dina Qurratu Ainin S.ked.,MPHE

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. DATA TUTORIAL
Hari/Tanggal
 Sesi 1 : Senin, 6 Maret 2020
 Sesi 2 : Rabu, 8 April 2020
Tutor : dr. Dina Qurratu Aini, MHPE
Ketua : Nur Fitriana Zahrah
Sekretaris : Muhamad Rezky Al-Ayyubi

2. SKENARIO LBM
DIMAS KEBINGUNGAN

Dimas seorang mahasiswa FK sangat cemas saat akan mengikuti ujian OSCE
hari ini. Sejak tadi pagi sudah tiga kali ke toilet untuk BAK. Ia merasa kaget karena
warna urinnya lebih kuning dan pekat dari biasa. Dimas merasa bingung dan berusaha
mengingat kembali semalam makan atau minum apa yang sekiranya membuat urinnya
agak berbeda hari ini. Hal tersebut mengingatkan ia tentang kejadian beberapa hari yang
lalu. Hari itu urinnya tampak merah dan dikira darah karena sebelumnya
mengkonsumsi buah naga. Saat menceritakan pengalamannya tersebut ke salah
satu sahabatnya di kampus, ia mendapatkan penjelasan bahwa urin itu dibentuk oleh
ginjal melalui beberapa proses mulai dari filtrasi terhadap darah yang mengalir ke ginjal
dan didalam darah terdapat berbagai sisa metabolisme dari berbagai makanan yang
dikonsumsi. Selanjutnya zat yangberguna akan diserap kembali dan ada juga yang
mengalami sekresi ke dalam tubuli,sehingga terbentuklah urin yang akan dikeluarkan
melalui proses miksi. Namun Dimas tetap merasa bingung akan jawaban temannya
yang dirasa masih mengambang. Apakah yang bisa anda jelaskan terkait keadaan
Dimas untuk mengurangi kebingunganya tersebut ?
BAB I

PEMBAHASAN

1. Zat apa yang mempengaruhi urine berwarna merah ?

Penyebab urin berwarna merah/ merah muda:

- Darah dalam urin dapat berasal dari infeksi, penyakit ginjal, batu saluran kemih,
kanker, atau pembesaran prostat pada pria.
- Myoglobinuria, pecahnya hemoglobin di dalam otot yang disebabkan olahraga
berlebih atau dipukuli.
- Makanan tertentu, seperti blackberry, buah naga dan bit.
- Obat-obatan, seperti rifampisin (obat TBC), pyridium, dan senna (obat pencahar).
- Dehidrasi atau kekurangan cairan.
- Keracunan timah atau merkuri.

2. Bagaimana proses pewarnaan urin ?

Bilirubin pada dasarnya adalah zat pewarna empedu yang menyebabkan cairan
empedu berwarna hijau kekuningan. Bilirubin merupakan zat pewarna empedu yang
dihasilkan dari proses pemecahan eritrosit tua di hati oleh sel histiosit.

Proses pemecahan eritosit adalah sebagai berikut ini:

Eritrosit tua yang berumur 120 hari masuk ke hati. Eritrosit dirombak oleh sel
histiosit dipisahkan antara hemoglobin dengan protein penyusun eritrosit lainnya. Protein
penyusun eritrosit akan di daur ulang menjadi eritrosit baru Sedangkan hemoglobin akan
dipecah menjadi Fe, hemin dan globulin. Fe akan disimpan untuk dipakai membuat
hemoglobin baru Begitu pula globulin juga akan dibentuk menjadi hemoglobin baru.
Sedangkan hemin akan dibuang dalam bentuk bilirubin. Bilirubin akan teroksidasi menjadi
biliverdin. Biliverdin juga akan teroksidasi membentuk bilirubin lagi. Setelah jenih, maka
bilirubin akan diubah menjadi urobilin kemudian dikirim ke ginjal untuk mewarnai urin.

3. Bagaimana urin bisa tertahan ?

Urine yang dikeluarkan dari kandung kemih pada dasarnya memiliki komposisi
yang sama dengan cairan yang mengalir keluar dari duktus koligens; tidak ada perbedaan
komposisi urine yang bermakna selama urine mengalir melalui kalises ginjal dan ureter
menuju ke kandung kemih. Urine mengalir dari duktus koligens menuju kalises ginjal.
Urine meregangkan kalises dan meningkatkan aktivitas pacemaker yang ada, yang
kemudian akan memicu kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis ginjal dan ke arah
bawah di sepanjang ureter, dengan demikian memaksa urine mengalir dari pelvis ginjal
ke arah kandung kemih. Pada orang dewasa, ureter normal panjangnya 25 sampai 35 cm
(10 sampai 14 inci). Dinding ureter terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh saraf
simpatis dan parasimpatis serta pleksus neuron dan serat saraf intramural sepanjang ureter.
Seperti otot polos viseral lainnya, kontraksi peristaltik pada ureter diperkuat oleh rangsang
parasimpatis dan dihambat oleh rangsang simpatis.

Ureter memasuki kandung kemih melalui otot detrusor di dalam area trigonum
kandung kemih. Biasanya, ureter berjalan miring sepanjang beberapa sentimeter ketika
melewati dinding kandung kemih. Tonus normal otot detrusor di dalam kandung kemih
cenderung akan menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik (refluks) urine
dan kandung kemih ketika tekanan di dalam kandung kemih meningkat selama miksi atau
selama kompresi kandung kemih. Setiap gelombang peristaltik di sepanjang ureter
meningkatkan tekanan di dalam ureter sehingga daerah yang menuju kandung kemih
membuka dan memungkinkan aliran urine ke dalam kandung kemih.

Pada beberapa orang, jarak yang ditempuh ureter di dalam dinding kandung kemih
lebih pendek dari normal, sehingga kontraksi kandung kemih selama miksi tidak selalu
menyebabkan oklusi ureter yang lengkap. Sebagai akibatnya, sebagian urine dalam
kandung kemih didorong ke belakang ke arah ureter, kondisi ini disebut refluks
vesikoureter. Refluks semacam ini dapat menyebabkan pembesaran ureter dan, jika berat,
dapat meningkatkan tekanan dalam kalises ginjal dan struktur medula ginjal,
menyebabkan kerusakan di daerah ini. Pada saat tidak ada urine di dalam kandung kemih,
tekanan intravesikularnya sekitar 0, tetapi setelah terisi urine sebanyak 30 sampai 50 ml,
tekanan meningkat menjadi 5 sampai 10 cm H2O. Tambahan urine sebanyak 200 sampai
300 ml hanya sedikit menambah peningkatan tekanan, nilai tekanan yang konstan ini
disebabkan oleh tonus intrinsik pada dinding kandung kemih sendiri. Bila urine yang
terkumpul di dalam kandung kemih lebih banyak dari 300 sampai 400 ml, baru
menyebabkan peningkatan tekanan secara cepat.

Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh dan osmolaritas cairan tubuh menurun,
ginjal akan mengeksresikan urine dengan osmolaritas sebesar 50 mOsm/L, suatu
konsentrasi yang hanya sekitar 1/6 dari osmolaritas cairan ekstrasel normal. Sebaliknya,
bila terjadi kekurangan air dan osmolaritas cairan ekstraseluler meningkat ginjal akan
mengeksresikan yrine dengan konsntrasi 1200-1400mOsm/L. Saat kandung kemih terisi
urine sebanyak 120-150 ml sudah mulai terasa ingin berkemih tetapi masih bisa ditahan,
apabila kapasitas di kandung kemih sampai 450-500ml yang meruapakan kapasitas normal
nya maka keinginan untuk berkemih tidak bisa di tahan lagi.

4. Bagaimana ciri-ciri urin normal ?

Kandungan urin dalam kondisi normal, didalam urin yang normal biasanya
mengandung zat-zat berikut ini, yaitu air, urea, amonia, garam, mineral, Nacl, dan pigmen
empedu yang menghasilkan warna kuning di urin. Beserta zat-zat yang kelebihan di darah,
seperti; vitamin, obat-obatan dan hormon.

A. Volume

Urin rata-rata : 1-1,5 liter setiap hari; tergantung luas permukaan tubuh dan intake
cairan.

B. Warna

Kuning bening oleh adanya urokhrom. Secara normal warna dapat berubah,
tergantung jenis bahan /obat yang dimakan. banyak carotein, warna kuning banyak
melanin, warna coklat kehitam-hitaman. banyak darah, warna merah tua ( hematuria )
banyak nanah, warna keruh ( piuria ) adanya protein, warna keruh ( proteinuri ).

C. Bau

Urin baru, berbau khas sebab adanya asam-asam yang mudah menguap.
Sedangkan, urin lama berbau tajam sebab adanya NH3 dari pemecahan ureum dalam
urine bau busuk, adanya nanah, kuman-kuman bau manis, dan adanya asetan

D. Berat Jenis Urin

Normal : 1,002-1,045, rata-rata 1,00seb

E. pH Urin

Kurang lebih ph = 6 atau sekitar 4,8-7,5 Px dgn kertas lakmus (reaksi) : Urin asam,
warna merah Urin basa, warna biru.
5. Bagaimana proses filtrasi, reabsorpsi dan sekresi pada tubuli ?

 GLOMERULAR FILTRATION

Cairan yang memasuki ruang kapsuler disebut filtrat glomerulus. Rata-rata,


volume harian filtrat glomerulus pada orang dewasa adalah 150 liter pada wanita dan 180
liter pada pria. Lebih dari 99% filtrat glomerulus kembali ke aliran darah melalui
reabsorpsi tubular, jadi hanya 1-2 liter diekskresikan sebagai urin.

i. Filtrasi Membran
Kapiler glomerulus dan podosit, yang mengelilingi kapiler, membentuk
penghalang bocor yang dikenal sebagai membran filtrasi. memungkinkan filtrasi air dan zat
terlarut kecil tetapi mencegah filtrasi sebagian besar protein plasma, sel darah, dan platelet.
Substansi yang disaring dari darah melewati tiga hambatan filtrasi — sel endotel
glomerulus, lamina basal, dan celah filtrasi yang dibentuk oleh podocyte.
• Sel-sel endotel glomerulus.
• Basal lamina.
• Perpanjangan dari setiap podocyte.
Tekanan Filtrasi
Bersih Filtrasi glomerulus tergantung pada tiga tekanan utama. Satu tekanan mendukung
filtrasi dan dua tekanan menentang filtrasi
● Tekanan hidrostatik darah glomerulus (GBHP) adalah tekanan darah di kapiler
glomerulus. sekitar 55 mmHg. memaksa air dan zat terlarut dalam plasma darah melalui
membran filtrasi.
●Tekanan hidrostatik capsular (CHP) adalah tekanan hidrostatik yang diberikan pada
membran filtrasi oleh cairan yang sudah ada di ruang kapsuler dan tubulus ginjal. CHP
menentang filtrasi dan mewakili "tekanan balik" sekitar 15 mmHg.
● Tekanan osmotik koloid darah (BCOP), yang disebabkan oleh adanya protein seperti
albumin, globulin, dan serat karbon dalam plasma darah, juga menentang filtrasi. BCOP
rata-rata dalam kapiler glomerulus adalah 30 mmHg.
TUBULAR REABSORPTION AND TUBULAR SECRETION
Sekitar 99% dari air yang disaring diserap kembali. Sel-sel epitel di sepanjang tubulus
dan duktus ginjal melakukan reabsorpsi, tetapi sel tubulus berbelit-belit proksimal
memberikan kontribusi terbesar.
Zat terlarut yang diserap kembali oleh proses aktif dan pasif meliputi glukosa, asam
amino, urea, dan ion seperti Na (natrium), K (kalium), Ca2 (kalsium), Cl (klorida), HCO3
(bikarbonat) ), dan HPO42 (fosfat). Setelah cairan melewati tubulus proksimal berbelit-
belit, sel-sel yang terletak lebih halus menyempurnakan proses reabsorpsi untuk
mempertahankan keseimbangan air dan ion homeostatis. Sebagian besar protein kecil dan
peptida yang melewati filter juga diserap kembali, biasanya melalui pinositosis.

ii.Reabsorpsi Tubulus
Untuk dapat direabsorpsi, suatu bahan harus melewati lirna sawar terpisah :
a)Bahan harus meninggalkan cairan tubulus dengan melewati membran luminal sel
tubulus.
b)Bahan harus melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi lainnya.
c)Bahan harus melewati membran basolateral sel tubulus untuk masuk ke cairan
interstisium.
d)Bahan harus berdifusi melalui cairan interstisium.
e)Bahan harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma darah

Jenis reabsorpsi tubulus-pasif dan aktif-bergantung pada apakah diperlukan


pengeluaran energi lokal untuk mereabsorpsi bahan tertentu. reabsorpsi aktif berlangsung
jika salah satu dari tahap-tahap dalam transpor transepitel suatu bahan memerlukan energi,
bahkan jika keempat tahap lainnya bersifat pasif.

Reabsorbsi Na+
Reabsorbsi Glukosa dan Asam Amino
Reabsorbsi Posfat
Reabsorpsi aktif Na+ menyebabkan reabsorpsi pasif CI-, H20, dan urea.
1)Reabsorbsi Klorida
2)Reabrobsi Air
direabsorpsi secara pasif di seluruh Panjang tubulus karena H20 secara osmosis
mengikuti Na+ yang direabsorpsi secara aktif.
3)Reabsorbsi Urea
iii. Sekresi Tubulus

Seperti reabsorpsi tubulus, sekresi tubulus melibatkan transpor transepitel, tetapi


kini langkah-langkahnya dibalik.

 Sekresi ion Hidrogen :


penting dalam keseimbangan Asam Basa Ion hidrogen yang disekresikan ke dalam
cairan tubulus dieliminasi dari tubuh melalui urine.
 Sekresi Ion Kalium:
dikontrol oleh Aldosteron Kalium adalah salah satu kation terbanyak di tubuh,
tetapi sekitar 98 % K+ berada di cairan intraselular karena pompa Na+ K+ secara aktif
mengangkut K+ ke dalam sel. Ion kalium secara selektif berpindah dalam arah
berlawanan di berbagai bagian tubulus. Peningkatan konsentrasi K+ plasma secara
langsung merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan pengeluaran aldosteronnya,
yang pada gilirannya mendorong sekresi dan akhirnya ekskresi dan eliminasi kelebihan
K+ di urine. Sementara penurunan konsentrasi Na+ plasma merangsang sekresi
aldosteron melalui jalur kompleks SRAA. Karena itu, sekresi aldosteron dapat dirangsang
oleh dua jalur terpisah.

6. Hormone apa yang mengatur kepekatan urine ?

Hormone antidiuretic (ADH) mengatur kepekatan urine,Tubuh mempunyai system


umpan balik yang kuat untuk mengatur osmolaritas plasma dan konsentrasi natrium, yang
bekerja dengan mengubah eksresi air oleh ginjal, dan tidak bergantung pada kecepatan
eksresi zat terlarut. Pelaku utama system umpan balik ini adalah hormone antidiuretic
(ADH), yang juga disebut vasopressin.
Bila osmolaritas cairan tubuh meningkat diatas normal (yaitu, zat terlarut dalam
cairan tubuh menjadi terlalu pekat), kelenjar hipofisis posterior akan menyekresi lebih
banyak ADH, yang meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan duktus koligens
terhadap air. Mekanisme ini meningkatkan reabsorpsi air dalam jumlah besar dan
penurunan volume urine, tetapi tidak mengubah kecepatan eksresi zatterlarut oleh ginjal
secara berarti.Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh dan osmolaritas cairan ekstraseluler
mennurun, maka sekresi ADH oleh hipofisis posterior akan menurun. Oleh sebab itu,
permeabilitas tubulus distal dan duktus koligens terhadap air akan menurun. Sehingga
menyebabkan peningkatan eksresi urine yang banyak dan encer. Jadi, laju sekresi ADH
sangat menentukan encer atau pekatnya urine yang akan dikeluarkan ginjal.
7. Organ apa saja yang terlibat dalam pembentukan urine ?
Pada proses pembentukan urine, terdapat beberapa organ dalam tubuh kita yang berperan,
yaitu:
- Ginjal
Ada dua buah ginjal di dalam tubuh, yaitu ginjal kanan dan kiri. Masing-
masing berada di kedua sisi tulang belakang, di bawah tulang iga. Ginjal memiliki
bentuk seperti kacang merah dan memiliki ukuran sebesar kepalan tangan. Di dalam
ginjal, setidaknya terdapat satu juta nefron yang berfungsi untuk menyaring darah dan
membuat limbah hasil penyaringan tersebut dalam bentuk urine.
- Ureter
Ureter ini berbentuk tabung atau selang, yang menghubungkan masing-masing
ginjal dengan kedua sisi kandung kemih. Pada orang dewasa, ureter memiliki panjang
sekitar 25 – 30 cm.
- Kandung kemih
Kandung kemih memiliki bentuk seperti balon yang elastis dan terletak di
antara tulang panggul. Bentuknya yang elastis ini, membuat kandung kemih bisa
mengecil ketika tidak ada urine, dan membesar jika terdapat urine. Setidaknya
kandung kemih bisa menampung sekitar 400-600 mL urine.
- Uretra
Seperti ureter, uretra atau saluran kemih juga berbentuk tabung, namun hanya
ada satu. Pada wanita, uretra memiliki ukuran sekitar 4 cm dengan tempat keluar
urine berada di antara klitoris dan vagina. Sedangkan pada pria, panjang uretra sekitar
15-25 cm dengan tempat keluar urine berada di bagian ujung penis.
8. Apa saja komposisi urine yang normal ?
o Air 95%
o Urea , Amonia dan asam ureat yang merupakan hasil metabolisme protein.
o Garam-garam mineral, terutama garam dapur (NaCl).
o Zat warna empedu (bilirubin dan biliverdin) yang menyebabkan urine berwarna
kuning.
o Zat-zat yang berlebihan dalam darah, seperti hormon dan vitamin.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal
dari darah atau cairan interstisial.
Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting
bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.
Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang
berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
9. Bagaimana peran pH pada ginjal ?
Pengaturan imbangan ion hidrogen (H+) dalam beberapa hal sama dengan
pengaturan ion lain dalam tubuh. Sebagai contoh, harus ada keseimbangan
keseimbangan antara asupan atau produksi H+ dari tubuh untuk mencapai
homeostasis. Dan, seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peran kunci dalam
pengaturan pengeluaran H. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi H+ cairan
ekstraselular yang tepat melibatkan jauh lebih banyak daripada eliminasi sederhana
H+ oleh ginjal. Juga terdapat berbagai mekanisme dapar asam-basa yang melibatkan
darah, sel, dan paru yang penting untuk mempertahankan konsentrasi H+ normal
dalam cairan ekstraselular dan intrasel.

Pengaturan H+ yang tepat sangat penting karena hampir semua aktivitas sistem enzim
dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi H+. Oleh karena itu, perubahan konsentrasi H+
mengubah hampir semua fungsi seluruh sel dari tubuh. Dibandingkan dengan ion-ion lain,
konsentrasi H+ dalam cairan.
Konsentrasi H+ normalnya rendah dan karena jumlah yang kecil ini tidak praktis,
biasanya konsentrasi H+ dinyatakan dalam skala logaritma, dengan menggunakan satuan pH.
pH berhubungan dengan konsentrasi H+ yang sebenarnya melalui rumus berikut ini
(konsentrasi H+ dinyatakan dalam ekuivalen per liter):
pH log 1H = [ + ] = −log [H+ ]
Sebagai contoh, normal [H+] adalah 40 nEq/ L (0,00000004 Eq/L). Oleh karena itu, pH
normal adalah: pH = −log [0.00000004] pH = 7.4
Dari rumus ini, kita dapat melihat bahwa pH berbanding terbalik dengan konsentrasi
H+; oleh karena itu, pH yang rendah berhubungan dengan konsentrasi H+ yang tinggi dan pH
yang tinggi berhubungan dengan konsentrasi H+ yang rendah. Nilai pH normal darah arteri
adalah 7,4; sedangkan pH darah vena dan cairan interstisial sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra
karbon dioksida (CO2) yang dibebaskan dari jaringan untuk membentuk H2CO3 dalam
cairan ini. Oleh karena pH normal darah arteri adalah 7,4; seseorang dianggap mengalami
asidosis bila pH turun di bawah nilai ini dan mengalami alkalosis bila pH meningkat di atas
7,4. Seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam dengan batas bawah pH sekitar 6,8; dan
batas atas pH sekitar 8,0. pH intrasel biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma
karena metabolisme sel menghasilkan asam, terutama H,CO3. Bergantung pada jenis sel, pH
cairan intraselular diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan dan aliran
darah yang buruk ke jaringan dapat menyebabkan akumulasi asam dan dapat menurunkan pH
intrasel.
Tiga sistem utama mengatur konsentrasi H+ dalam cairan tubuh untuk mencegah
asidosis atau alkalosis:

(1) Sistem dapar asam-basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera berikatan
dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi H+ yang berlebihan;

(2) Pusat pernapasan, yang mengatur pembuangan CO2 (dan, oleh karena itu, H2CO3)
dari cairan ekstraselular;

(3) Ginjal, yang dapat mengekskresikan urine asam atau urine alkali, sehingga
menyesuaikan kembali konsentrasi H+ cairan ekstraselular menuju normal selama
asidosis atau alkalosis.

Bila terjadi perubahan konsentrasi H+, sistem dapar cairan tubuh bekerja dalam
waktu beberapa detik untuk memperkecil perubahan ini. Sistem dapar tidak
mengeluarkan H+ dari tubuh atau menambahnya ke dalam tubuh tetapi hanya menjaga
agar ion-ion tersefiut tetap terikat sampai keseimbangan tercapai kembali. Garis
pertahanan kedua, sistem pernapasan, bekerja dalam beberapa menit untuk mengeluarkan
CO2 dan, oleh karena itu, H2CO3 dari tubuh. Kedua garis pertahanan pertama ini
menjaga konsentrasi H+ dari perubahan yang terlalu besar sampai garis pertahanan
ketiga yang bereaksi lebih lambat, yaitu ginjal, dapat mengeluarkan kelebihan asam atau
basa dari tubuh. Walaupun ginjal relatif lambat memberi respons dibandingkan dengan
pertahanan lain, ginjal merupakan sistem pengatur asam-basa yang paling kuat yang
bekerja selama beberapa jam sampai beberapa hari.

Ginjal mengatur keseimbangan asam-basa dengan mengekskresikan urine yang


asam atau basa. Pengeluaran urine asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan
ekstraselular, sedangkan pengeluaran urine basa berarti menghilangkan basa dari cairan
ekstraselular. Keseluruhan mekanisme ekskresi urine asam atau basa oleh ginjal adalah
sebagai berikut. Sejumlah besar HCO3- difiltrasi secara terus-menerus ke dalam tubulus,
dan bila HCO3- ini diekskresikan ke dalam urine, keadaan ini menghilangkan basa dan
darah. Sejumlah besar H+ juga disekresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel epitel
tubulus, sehingga menghilangkan asam dan darah. Bila lebih banyak H+ yang
disekresikan daripada HCO3- yang difiltrasi, akan terjadi kehilangan neto asam dan
cairan ekstraselular. Sebaliknya, bila lebih banyak HCO3- yang difiltrasi daripada H+
yang disekresikan, akan terjadi kehilangan basa. Seperti telah dibahas sebelumnya, setiap
hari tubuh menghasilkan sekitar 80 mEq asam non-volatil (tak menguap), terutama dari
metabolisme protein. Asam-asam ini disebut non-volatil karena asam tersebut bukan
H2CO3 dan, oleh karena itu, tidak dapat diekskresikan oleh paru. Mekanisme primer
untuk mengeluarkan asam ini dan tubuh adalah melalui ekskresi ginjal. Ginjal juga harus
mencegah kehilangan bikarbonat dalam urine, suatu fungsi kuantitatif lebih penting
daripada ekskresi asam non-volatil. Setiap hari ginjal memfiltrasi sekitar 4.320 mEq
bikarbonat (180 L/hari x 24mEq/L), dan dalam kondisi normal, hampir semua
direabsorbsi dari tubulus, sehingga mempertahankan sistem dapar utama cairan
ekstraselular.
Seperti yang akan dibahas kemudian, reabsorpsi bikarbonat dan ekskresi H+,
dicapai melalui proses sekresi H+ oleh tubulus. Oleh karena HCO3- harus bereaksi
dengan satu H+ yang disekresikan untuk membentuk H2CO3 sebelum dapat
direabsorbsi, 4.320 mEq H+ harus disekresikan setiap hari hanya untuk mereabsorbsi
bikarbonat yang difiltrasi. Kemudian ada tambahan 80 mEq H+ harus sekresikan untuk
menghilangkan asam non-volatil yang diproduksi oleh tubuh setiap hari, sehingga
tota14.400 mEq H+ disekresikan ke dalam cairan tubulus setiap harinya. Bila terdapat
pengurangan konsentrasi H+ cairan ekstraselular (alkalosis), ginjal gagal mereabsorbsi
semua HCO3- yang difiltrasi, sehingga meningkatkan ekskresi HCO3 -. Oleh karena
HCO3- normalnya mendapar H+ dalam cairan ekstraselular, kehilangan HCO3 ini sama
dengan penambahan satu H+ ke dalam cairan ekstraselular. Oleh karena itu, pada
alkalosis, pengeluaran HCO3- akan meningkatkan konsentrasi H+ cairan ekstraselular
kembali menuju normal.
10. Proses pengaturan miksi ?
1. Refleks Berkemih
Miksi atau berkemih adalah proses pengosongan kandung kemih, diatur oleh
duamekanisme, yaitu refleks berkemih dan kontrol volunter. Refleks berkemihterpicu
ketika reseptor regan di dalam kandung kemih terangsang. Kandungkemih pada orang
dewasa dapat menampung 250-400 ml urin. Semakin besar tegangan, semakin besar
tingkat pengaktifan reseptor.Serat-serat aferen dari resepto regang membawa impuls ke
medula spinalisdan akhirnya, melalui antarneuron, merangsang saraf parasimpatis
kandung kemihdan menghambat neuron motorik di sfingter eksternus. Stimulasi
saraf  parasimpatis kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi. Kontraksi
padakandung kemih akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk sehinggasfingter
internus terbuka. Secara bersamaan, sfingter eksternus membuka karena penghambatan
neuron-neuron motorik di sfingter tersebut. Setelah kedua sfingter uretra terbuka, maka
urin akan terdorong oleh gaya yang ditimbulkan olehkontraksi kandung kemih. Refleks
berkemih ini sepenuhnya adalah refelks spinal,untuk mengatur pengosongan kandung
kemih pada bayi.
2. Kontrol Volunter Berkemih
Selain memicu dari timbulnya refleks berkemih, pengisian kandung kemih
jugamenyadarkan yang berssangkutan akan keinginan untuk berkemih.
Penuhnyakandung kemih sebelum sfingter eksternus melemas sepenuhnya,
memberikanrangsangan bahwa miksi akan terjadi. Akibatnya ada kontrol volunter
berkemih,yang dipelajari selma toilet training pada anak-anak usia dini. Kontrol
volunter inidapat mengalahkan refleks berkemih sehingga pengosongan kandung
kemih/ berkemih dapt dikontrol sesuai keinginan yang bersangkutan. Impuls
disampaikanke korteks serebri, segera diproses dan menghantarkan sinya yang
sifatnyaeksitatorik mengalahkan sinyal inhibitorik dari reseptor regang pada
refleks berkemih.Berkemih tidak dapat ditaan selamanya. Karena kandung kemih
selaluterisi, maka sinyal inhibitorik dari reseptor regan semakin bertambah
danmengalahkan dari kontrol volunter dan mengakibtkan kandung kemih secararefleks
mengeluarkan isinya.
11. Histologi apa saja yang berperan dalam ginjal?

Ginjal mempunyai fungsi yang sangat komplek, yakni sebagai filtrasi, absorpsi
aktif maupun pasif, resorpsi dan sekresi. Total darah ke dua ginjal dapat mencapai 1200
cc/menit atau sebesar 1700 liter darah / hari. Semua ini akan difiltrasi oleh glomeruli
dimana setiap menit dihasilkan 125 cc filtrat glomeruli atau 170 liter filtrat glomeruli
setiap 24 jam pada ke dua ginjal. Dari jumlah ini beberapa bagian di resorpsi lagi keluar
dari tubulus.
Pada tubulus konvulatus proksimalis dan distalis terjadi proses resorpsi dan
ekskresi, dimana beberapa bahan seperti : glukosa dan sekitar 50 % natrium klorida dan
sejumlah air di resorpsi oleh sel tubulus melalui absorbsi aktif yang memerlukan energi,
sedangkan air berdifusi secara pasif. Selanjutnya filtrat glomeruli yang tidak mengalami
resorpsi diteruskan ke distal sampai tubulus kolektivus.Pada daerah ini terjadi pemekatan
urin atau pengenceran terakhir tergantung dari keadaan cukup tidaknya anti-diuretik
hormon (ADH).Hormon ini berpengaruh terhadap permeabilitas tubulus kolektivus
terhadap air.
Pelvis Renalis. Pada hilus renalis terdapat pelvis renalis yang menampung urin
dari papila renalis. Pada ginjal yang multi-piramid urin pertama ditampung oleh kaliks
renalis kemudian dari sini baru ke pelvis renalis. Bangun histologinya adalah sebagai
berikut : Mukosa memiliki epithel peralihan dengan sel payung, mulai dari kaliks renalis,
tebal epithel hanya 2 sampai 3 sel. Dengan mikroskop cahaya tidak tampak adanya
membran basal tetapi dengan EM tampak membrana basalis yang sangat tipis. Propria
mukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dan pada kuda terdapat kelenjar yang agak
mukus. Bentuk kelenjar adalah tubulo-alveolar.Tunika muskularis terdiri atas otot polos,
jelas pada kuda, babi dan sapi.Lapis dalam tersusun longitudinal dan lapis luar sirkuler.
Pada hewan lain otot relatif sedikit, pada kalises renalis otot relatif sedikit, tetapi pada
daerah permulaan ureter membentuk semacam sphinter. Tunika adventitia terdiri dari
jaringan ikat longgar dengan banyak sel lemak, pembuluh darah, pembuluh limfe serta
saraf.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari hasil diskusi ini warna urine berhubungan dengan derasnya


diuresis. Semakin besar diuresis, warna urine akan semakin muda. Biasanya, warna
normal urine akan semakin muda. Biasanya, warna normal urine berkisar antara
kuning muda dan kuning tua. Banyak faktor yang mempengaruhi warna urine,
diantaranya adalah fungsi metabolisme, aktivitas fisik, bahan yang dikonsumsi oleh
pasien, atau kondisi patologis.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi revisi berwarna ke-12.
Elsevier : Singapore.
Sherwood, Lauralee. 2018. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem edisi 9 ; alih bahasa, Lydia
I. Mandera, H.H. Pendit ; editor edisi bahasa Indonesia, Miranti Iskandar. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai