Anda di halaman 1dari 10

Proses Ejakulasi

Ejakulasi merupakan peristiwa pengeluaran air mani dari penis sewaktu

puncak senggama. Tahapannya adalah sebagai berikut6:

Sperma dari tubulus seminiferus  rete testis  duktus efferent 

epididimis  vas deferen  kontraksi otot polos vesica seminalis dan prostat

yang akan menambah cairan ke sperma sehingga disebut air mani  duktus

ejakulatoris  uretra

Disfungsi Ejakulasi

A. Ejakulasi Prematur

Definisi

Walaupun premature ejaculation (PE) atau ejakulasi dini merupakan

disfungsi seksual yang paling sering pada pria, namun masih kurang dipahami.

Berdasakan data terakhir 20-30 % pria mengalami ejakulasi prematur. Pasien

sering tidak mau mendiskusikannya keluhannya dan kebanyakan dokter tidak tahu

tentang terapi PE yang efektif. Akibatnya pasien bisa salah diagnosis atau salah

pengobatan. Selain itu, saat ini tidak ada terapi farmakologis yang terdaftar untuk

PE.7

The Second International Consultation on Sexual and Erectile Dysfunction

mendefinisikan PE sebagai adanya ejakulasi dengan stimulasi minimal dan lebih

awal dari yang diinginkan sebelum atau segera setelah penetrasi, yang

3
menyebabkan gangguan atau distress, dan penderita hanya bisa sedikit mengontrol

atau tanpa bisa mengontrol sama sekali atas terjadinya ejakulasi.8

The International Society for Sexual Medicine (ISSM) mengadopsi definisi

baru yang lengkap mengenai PE yang merupakan definisi pertama yang sesuai

dengan evidence-based yakni : Ejakulasi Prematur merupakan disfungsi seksual

pada pria yang ditandai dengan ejakulasi yang selalu atau hampir selalu terjadi

sebelum atau dalam waktu sekitar satu menit penetrasi vagina dan

ketidakmampuan untuk menunda ejakulasi pada semua atau hampir semua

penetrasi vagina; dan menyebabkan konsekwensi kepribadian yang negative

seperti tertekan (distress), terganggu, frustrasi dan/atau menghindari keintiman

seksual. Harus dicatat bahwa definisi ini terbatas pada pria dengan PE yang

berkepanjangan (lifelong PE) yang telah melakukan persetubuhan vaginal, karena

adanya data objektif yang kurang untuk mengusulkan definisi yang berdasarkan

evidence-base untuk PE yang didapat (acquired PE).8,9

Definisi ini menitikberatkan pada hitungan waktu untuk ejakulasi,

kemampuan untuk mengontrol atau menunda ejakulasi dan konsekwensi negatif

(gangguan/distress) dari PE. Namun, poin utama perdebatan adalah jumlah waktu

yang diperlukan untuk ejakulasi, yang biasanya dideskripsikan sebagai waktu

laten ejakulasi intravaginal (IELT = time latency ejaculatory intravaginal).8

PE diklasifikasikan sebagai “lifelong” (primer) atau “acquired”

(sekunder). PE primer ditandai oleh onset-nya (awal terjadinya) dari sejak pertama

kali pengalaman seksual, menetap selama kehidupan dan ejakulasi terjadi terlalu

cepat (sebelum penetrasi vaginal atau < 1-2 menit setelah penetrasi. PE sekunder

4
dtandai dengan PE yang terjadi secara bertahap atau kejadiannya tiba-tiba

mengikuti ejakulasi normal sebelumnya yang onset dan waktu ejakulasinya

singkat (biasanya tidak sesingkat PE sekunder).10

Penatalaksanaan PE

Dalam banyak hubungan antara suami dan istri bisa menyebabkan PE bila

adalah masalah dalam hubungan tersebut (yang kurang harmonis). Dalam kasus

seperti ini, pengobatan harus dibatasi pada konseling psikososial. Sebelum

pengobatan dimulai, penting untuk membicarakan harapan pasien terhadap

pengobatan yang akan dilakukan secara langsung. Adanya disfungsi ereksi

misalnya atau disfungsi seksual lain atau infeksi genitourinarius (yaitu prostatitis),

harus diobati lebih dahulu atau diobati bersamaan dengan PE.11

Beberapa teknik latihan (behavioural technique) telah menunjukkan

kelebihan dalam mengobati PE dan diindikasikan untuk pasien yang tidak nyaman

dengan terapi obat-obatan. Pada PE primer, teknik latihan ini tidak

direkomendasikan sebagai terapi lini pertama. Terapi PE primer mesti intensif,

membutuhkan dorongan dari pasangan dan bisa saja sulit untuk melakukannya.

Selain itu, hasil jangka panjang terapi dengan teknik latihan ini untuk PE belum

diketahui.12

Terapi dengan obat-obatan merupakan terapi dasar untuk PE primer.

Karena belum ada obat untuk PE yang diterima oleh EMEA atau FDA, maka

semua terapi medis PE saat ini tidak diindikasikan. Hanya SSRI jangka panjang

dan obat anestesi topical yang secara terus-menerus menunjukkan efikasi dalam

5
pengobatan PE. Sekali lagi hasil jangka panjang untuk terapi obat-obatan belum

diketahui.10

1.Teknik psikologis/terapi tingkah laku.

Strategi tingkah laku (behavioural technique) terutama yakni

program “stop-start” yang dikembangkan oleh Semans dan modifikasinya

dan teknik “squeeze”, yang diusulkan oleh Master dan Johnson.11

Pada program “stop-start”, pasangan merangsang penis sampai

pasien merasa ingin ejakulasi. Pada titik ini, pasien menyuruh

pasangannya untuk berhenti merangsang, tunggu sampai sensasi ingin

ejakulasi itu lewat dan kemudian dirangsang lagi.12

 Teknik “squeeze” hampir sama dengan cara yang pertama namun

pasangan menekan secara manual glans penis sesaat sebelum ejakulasi

sampai pasien kehilangan sensasi untuk ejakulasi.

Kedua cara ini biasanya dilakukan dalam siklus 3 kali berhenti

sebelum menuju orgasme. Teknik ini berdasarkan hipotesis bahwa PE

terjadi karena seorang pria gagal untuk menyadari sensasi puncak yang

muncul dan gagal mengenali perasaan untuk ejakulasi yang tidak dapat

dihindarkan. Latihan yang berulang bisa memperlambat persambungan

respon rangsang dengan secara perlahan memberikan kesempatan bagi

pasien untuk lebih intensif dan stimulasi yang lebih lama, di lain pihak

mempertahankan intensitas dan durasi stimulus dibawah ambang bats

untuk memicu rangsangan. Keberhasilan teknik ini dapat mecapai 50-60

%.13

6
2. Obat anestesi topikal

Penggunaan anestesi lokal untuk menunda ejakulasi merupakan

cara pengobatan farmakologi yang paling tua untuk ejakulasi dini.

Beberapa penelitian mendukung hipotesis bahwa zat desensitisasi topikal

menurunkan sensitivitas glans penis sehingga menunda ejakulasi secara

laten, namun tidak berefek merugikan terhadap sensasi ejakulasi.14

 Krim Lidokaian-prilokain

Obat ini dioleskan sekitar 20-30 menit sebelum berhubungan

badan. Pemakaian yang berkepanjangan anestesi topical (30-40 menit) bisa

menyebabkan hilangnya ereksi akibat penis yang mati rasa. Kondom

biasanya diperlukan untuk menghindari menyebarnya zat anestesi lokal ke

dalam dinding vagina yang menyebabkan pasangan juga mati rasa.

Alternatif lain, kondom bisa diganti sebelum berhubungan badan dan penis

dicuci bersih dari campuran zat aktif yang tersisa. Walaupun tidak ada

efek samping berarti yang dilaporkan, anestesi topical dikontraindikasikan

pada pasien atau pasangannya yang alergi dengan komponen obat ini. Obat

ini juga bisa dikombinasi dengan sildenafil (50 mg sebelum koitus) dan

efeknya lebih baik daripada dengan hanya sildenafil saja.13

3. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).

Obat ini dapat menunda ejakulasi bahkan telah menjadi pilihan

pertama untuk pengobatan PE. SSRIs yang biasa digunakan untuk PE

adalah citalopram, fluxetine, fluvoxamine, paroxetine, dan sertralin, yang

kesemuanya memiliki mekanisme farmakologi yang sama. Ejakulasi mulai

7
tertunda beberapa hari setelah minum obat, namun kebanyakan

menunjukkan 1-2 minggu karena desensitisasi reseptor memerlukan waktu

untuk terjadi. Efektifitasnya dapat dipertahankan selama beberapa tahun,

penurunan respon terhadap obat setelah pemakaian jangka panjang dapat

terjadi setelah 6 – 12 bulan.14

Dapoxetin merupakan SSRI yang poten yang dirancang khusus

untuk pemberian oral (on demand) untuk ejakulasi dini. Dapoxetin

diberikan 30 dan 60 mg 1 sampai 3 jam sebelum koitus.14

4. Inhibitor Fosfodiesterase tipe-5.

Beberapa peneltian terbaru mendukung peranan terapeutik

inhibitor PDE5 terhadap ejakulasi dini. Obat ini mungkin menurukan

kecemasan yang menyebabkan ereksi yang lebih baik dan mungkin

menurunkan ambang batas erektil ke tingkat yang lebih rendah sehingga

keinginan yang lebih besar diperlukan untuk mencapai ambang batas

ejakulasi. Namun, banyak mekanisme yang terlibat masih merupkan

spekulasi. Obat yang sering dignakan adalah sildenafil. Jenis lain seperti

tadalafil dan vardnafil datanya masih terbatas mengenai efikasinya dalam

pengobatan PE.15

5. Obat lain.

Blokade adrenergik untuk PE memiliki tujuan untuk menurunkan

rangsang simpatetik terhadap traktus seminalis dan karena itu menunda

8
ejakulasi. Tramadol merupakan zat analgetik yang berkerja secara sentral

yang mengkombinaskan aktivasi reseptor opioid dan inhibisi re-uptake

serotonin dan noradrenalin.15

Penelitian juga mengusulkan bahwa antagonis alfa-1 adrenergik,

terazosin dan alfulozin, tramadol memiliki efikasi yang sama dalam terapi

PE. Namun saat ini belum direkomendasikan dalam praktek klinis.14,15

Ejakulasi Retrograd

Ejakulasi Retrograd (ER) adalah masuknya cairan semen dari uretra ke

dalam kandung kemih. Cairan semen seharusnya dikeluarkan melalui uretra pada

saat terjadi ejakulasi. 16

Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan urin pasca ejakulasi (UPE). Pada

urin tersebut dilihat apakah secara kasar (makroskopis) terdapat gambaran seperti

awan (cloudy & whitish). Dan secara mikroskopis dilakukan pemeriksaan hitung

sperma, motilitas sperma dan morfologi.16

Selama 2 – 6 minggu dicoba terapi dengan obat-obatan, yaitu dengan

menggunakan a -sympathomimetic. Termasuk ke dalam golongan ini adalah:

fenilpropanolamin, psudoefedrin, dan imipramin. Umumnya digunakan

psudoefedrin selama 1 sampai 2 minggu. Setelah 2 minggu dilakukan

pemeriksaan UPE. Bila berhasil, pasien dapat dianjurkan untuk melakukan

9
hubungan seks normal. Bila pengobatan gagal, atau bila diketahui penyebab

ejakulasi retrograd karena kelainan anatomi, maka dilakukan alkalinisasi urin

dengan sodium bikarbonat dimulai 2 hari sebelum ejakulasi. Setelah itu dilakukan

pengumpulan dan pemrosesan spesimen semen. pH ideal seharusnya antara 7,5 –

8,5. Minum air sebanyak 300 cc satu jam sebelum ejakulasi akan membantu

pengenceran urin. Sperma yang diperoleh dapat dipakai untuk inseminasi buatan

atau teknik lain.15,16

Anejakulasi

Anejakulasi penuh (complete) atau tidak adanya ejakulat baik antegrad

maupun retrograd dapat disebabkan oleh gangguan persarafan simpatis. Biasanya

timbul pada pria dengan riwayat trauma medula spinalis (tulang belakang) atau

pada kanker testis di mana terjadi kerusakan saraf simpatis setelah dilakukan

operasi pengangkatan kelenjar getah bening. Diagnosis dimulai dari pemeriksaan

UPE untuk menyingkirkan kemungkinan ejakulasi retrogard.17

Penanganan pasien yang bukan disebabkan trauma medula spinalis

diberikan obat-obatan golongan a -sympathomimetic, dengan cara dan dosis yang

sama seperti pada ER. Bila pasien mengalami ejakulasi antegrad atau retrograd,

prosedur penanganannya sama seperti penanganan ER. Bila pengobatan gagal,

dapat dicoba untuk menggunakan stimulasi vibrator atau elektro-ejakulasi.

Stimulasi vibrator digunakan juga pada penatalaksanaan pasien TMS.18

10
Ejakulasi Tertunda (Delayed Ejaculation)

Ejakulasi tertunda adalah suatu keadaan dimana ereksi tetap terjadi, tetapi

ejakulasinya tertunda selama waktu yang cukup panjang. Sejalan dengan

bertambahnya umur, maka waktu yang diperlukan untuk mencapai orgasme pada

pria menjadi semakin panjang.19

Beberapa obat-obatan (misalnya tioridazin, mesoridazin) dan beberapa

obat yang mempengaruhi tekanan darah bisa mempengaruhi proses ejakulasi.

Gangguan ejakulasi juga bisa terjadi sebagai efek samping dari obat anti-depresi

tertentu (misalnya selective serotonin reuptake inhibitor). Diabetes juga bisa

menyebabkan gangguan ejakulasi. Faktor psikis yang bisa menyebabkan

terjadinya gangguan ejakulasi adalah ketakutan pada saat penetrasi (masuknya

penis ke dalam vagina) dan ketakutan untuk mengalami ejakulasi di hadapan mitra

seksualnya.19

Penderita tidak dapat mengalami ejakulasi, apakah selama melakukan

hubungan seksual maupun pada perangsangan manual di hadapan mitra

seksualnya. Penderita tidak dapat mengalami ejakulasi, apakah selama melakukan

hubungan seksual maupun pada perangsangan manual di hadapan mitra

seksualnya.19

Terapi untuk mengurangi ansietas dan tehnik belajar untuk mengatur

ejakulasi kemungkinan bisa menyembuhkan penyakit ini. Selain itu keterlibatan

pasangan untuk membantu pria ejakulasi juga berpengaruh besar.20

11
12

Anda mungkin juga menyukai