Anda di halaman 1dari 13

PROSES PEMBENTUKAN DAN PENGELUARAN URIN DAN FESES

DI SUSUN

OLEH

Kelompok 3

1. Moh. Firgiyawan Mustaki (841420043)


2. Sri Wita Hatibae (841420026)
3. Yayuk Yudistira Mauke (841420126)
4. Siti Mulhimah Rahmawati Lahabi (841420022)
5. Rofika Paputungan (841420023)
6. Nurfizriyanti Lamangida (841420012)
7. Siti Fajrin Djalil (841420032)
8. Reyta Safitri Baginda (841420090)
9. Amelia Hulubangga (841420042)
10. Six Susance Dani (841420031)

Dosen pengajar : Wirda Y. Dulahu S.kep,Ns, M.Kep

KELAS A
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan makalah dapat kami selesaikan dengan jadwal yang telah
direncanakan. Terdorong oleh rasa ingin tahu, kemauan, kerjasama dan kerjakeras, kami
serahkan seluruh upaya demi menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk meyelesaikan tugas dari Wirda Y. Dulahu,
S.kep,Ns, M.Kep Pada mata kuliah Keperawatan Dasar I. Selain itu, kami berharap dengan
makalah ini pengetahuan kami mengenai “Proses Pembentukan dan Pengeluaran Urine dan
Feses” akan semakin bertambah dan semakin luas.

Kami menyadari dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan baik cara penulisan ataupun penyusunanya. Oleh karena itu kami, mohon maaf
dan sangat mengharapkan masukan dari Ners Wirda atas makalah yang telah kami buat ini,
yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, 1 Desember 2020

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………...…………………..…………….……2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….…………3

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang…………………….……………………………..…………………...4
B. Rumusan Masalah……………………………………………...………………….…4
C. Tujuan Penulisan………………………………………………...……………….…..5

BAB II PEMBAHASAN

A. Proses Pembentukan Urin pada Ginjal…………………………………....………..6


B. Proses Pengeluaran Urine……………………………………………………………8
C. Proses Pembentukan Feses…………………………………………………………..9
D. Proses Pengeluaran Feses…………………………………………………………..10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………..……….….12
B. Saran…………………………………………………………………..………..........12

DAFTAR ISI……………………………………………..……………………...………..…13

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Urine merupakan cairan sisa dari hasil metabolisme dalam tubuh yang dibentuk dalam
ginjal melalui 3 (tiga) proses yaitu filtrasi oleh glomerulus, reabsorbsi dan sekresi
oleh tubulus. Urine merupakan hasil dari filtrasi glomerulus dan disertai sejumlah air
yang dikeluarkan oleh tubuh (Hardjono dan Mangarengi, 2011). Urine dapat
digunakan untuk menganalisis sejumlah penyakit yang ada di dalam tubuh.
Pemeriksaan atau analisis urine sering disebut dengan istilah urinalisis (Mengko,
2013).

Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah
lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit.
Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern
, dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat
digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit
yang memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta
pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang
dilakukan oleh klinisi. Hal yang melatarbelakangi kami menyusun sebuah makalah
tentang feses untuk memberikan pengetahuan kepada kita sehingga dalam
pemeriksaan feses ini dapat penunjang dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit.
Agar para tenaga teknis laboratorium dan mahasiswa analis kesehatan dapat
meningkatkan kemampuan dan mengerti bermacam-macam penyakit yang
memerlukan sampel feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk pemeriksaan
feses secara benar, mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan baik, dan
pada akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembentukan urine di dalam tubuh manusia?
2. Bagaimana proses pengeluaran urine dari dalam tubuh manusia?
3. Bagaimana proses pembentukan feses di dalam tubuh manusia?
4. Bagaimana proses pengeluaran feses dari dalam tubuh manusia?

4
C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui proses pembentukan urine di dalam tubuh manusia


2. Mengetahui proses pengeluaran urine dari dalam tubuh manusia
3. Mengetahui proses pembentukan feses di dalam tubuh manusia
4. Mengetahui proses pengeluaran feses dari dalam tubuh manusia

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Proses Pembentukan Urin pada Ginjal

Darah yang memasuki ginjal melalui arteri renalis membawa berbagai substansi, yaitu
air,glukosa, protein, sel-sel darah dan garam-garam yang masih diperlukan tubuh. Tekanan
darahmenyebabkan cairan darah dapat menembus dinding kapiler dan memasuki kapsula
Bowmansambil membawa molekul-molekul tersebut. Di dalam ginjal terjadi serangkaian
proses yaitu penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali (reabsorpsi) dan pengeluaran zat yang
sudah tidakdiperlukan lagi oleh tubuh kita. (augmentasi) Di dalam glomerulus terjadi
proses penyaringan(filtrasi), Cairan darah yang mengandung air, gula, garam dan urea
mengalami penyaringan,sementara sel-sel darah dan molekul protein tidak dapat lolos karena
molekulnya berukuran besar, jadi tersaring sempurna di dalam glomerulus. Filtrat ini
kemudian masuk ke dalamkapsula Bowman sebagai filtrat glomerulus. Pengerutan dan
pengembangan arteriol yangmenuju dan meninggalkan glomerulus serta tekanan darah dari
jantung ikut membantu proses penyaringan ini. Filtrat glomerulus ini disebut urine primer.
Filtrat glomerulus ini masih mengandung glukosa, garam, air, urea, dan asam amino. Filtrat
ini dibawa ke tubulus kontortiyang dikelilingi oleh kapiler darah . Di dalam tubulus kontorti
terjadi proses penyerapankembali (reabsorpsi) zat-zat yang masih berguna,yaitu glukosa,
garam-garam yang masih berguna dan air. Kemudian zat-zat tersebut masuk ke kapiler darah
yang ada di sekelilingtubulus. Setelah reabsorbsi, maka kadar urea meningkat, dan
terbentuklah filtrat tubulus.Filtrat tubulus ini disebut urine sekunder. Urine sekunder masih
mengalami penambahanurea dan garam-garam yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh,
dan kemudian terbentuklah urine yang sesungguhnya, yang masuk ke dalam tubulus kolekta
lalu masuk kedalam tubulus pengumpul lalu masuk ke pelvis Dari pelvis renalis urine akan
menuju keureter lalu ditampung di dalam kantung air seni. Bila kantung ini penuh, maka
urine akandikeluarkan melalui saluran uretra. Urine mengandung 95% air dan 5% garam-v
garam,amonia, urea, asam urat, dan kreatinin. Jumlah urine yang keluar dari tubuh tidak
tergantung sepenuhnya dari jumlah air yang diminum, tetapi juga tergantung dari garam-
garam yangharus dikeluarkan dari tubuh agar tekanan osmosis darah tetap.

6
Proses pembentukan urine di dalam ginjal melalui tiga tahapan sebagai berikut:

1) Filtrasi (penyaringan)
Filtrasi darah terjadi di glomerulus, yaitu kapiler darah yang bergelung-gelung di
dalamkapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium sehingga memudahkan
proses penyaringan. Selain itu, di glomerulus juga terjadi pengikatan sel-sel darah, keping
darah, dansebagian besar protein plasma agar tidak ikut dikeluarkan. Hasil proses infiltrasi ini
berupa urine primer ( filtrate glomerulus) yang komposisinya mirip dengan darah, tetapi
tidakmengandung protein. Di dalam urine primer dapat ditemukan asam amino, glukosa,
natrium,kalium, ion-ion, dan garam-garam lainnya.

2) Reabsorpsi (penyerapan kembali)


Proses reabsorpsi terjadi di dalam pembuluh (tubulus) proksimal. Proses ini terjadi
setelahurine primer hasil proses infiltrasi mengalir dalam pembuluh (tubulus) proksimal.
Bahan- bahan yang diserap dalam proses reabsorpsi ini adalah bahan-bahan yang masih
berguna,antara lain glukosa, asam amino, dan sejumlah besar ion-ion anorganik. Selain itu,
air yangterdapat dalam urine primer juga mengalami reabsorpsi melalui proses osmosis,
sedangkanreabsorpsi bahan-bahan lainnya berlangsung secara transpor aktif.Proses
penyerapan air juga terjadi di dalam tubulus distal. Kemudian, bahan-bahan yang telahdiserap

7
kembali oleh tubulus proksimal dikembalikan ke dalam darah melalui pembuluhkapiler yang
ada di sekeliling tubulus. Proses reabsorpsi ini juga terjadi di lengkung Henle,khususnya ion
natrium.Hasil proses reabsorpsi adalah urine sekunder yang memiliki komposisi zat-zat
penyusunyang sangat berbeda dengan urine primer. Dalam urine sekunder tidak ditemukan
zat-zatyang masih dibutuhkan tubuh dan kadar urine meningkat dibandingkan di
dalam urine primer

3) Augmentasi (Penambahan)
Urine sekunder selanjutnya masuk ke tubulus kontortus distal dan saluran pengumpul.
Didalam saluran ini terjadi proses penambahan zat-zat sisa yang tidak bermanfaat bagi
tubuh.Kemudian, urine yang sesungguhnya masuk ke kandung kemih (vesika
urinaria) melaluiureter. Selanjutnya, urine tersebut akan dikeluarkan dari tubuh melalui
uretra. Urine mengandung urea, asam urine, amonia, dan sisa-sisa pembongkaran protein.
Selain itu,mengandung zat-zat yang berlebihan dalam darah, seperti vitamin C, obat-obatan,
danhormon serta garam-garam.

B. Proses Pengeluaran Urine

Proses jalannya pengeluaran urine dalam tubulus kolektivus yang berada dalam
renditeruskan oleh ureter menuju vessica urinaria menuju urethra dalam alat kelamin.

1. Pengeluaran urine diatur oleh hormone ADH (Anti Diuretika Hormone).Bila air
minum yang masuk banyak maka pengeluaran hormone ADH akan berkurang,
sehingga urine yang dikeluarkan juga banyak. Hal ini terjadi karena penyerapan air
terhadap hormone ADH sedikit.
2. Bila air minum yang masuk sedikit maka pengeluaran hormone ADH akan
terpacumenjadi lebih banyak, sehingga urine yang dikeluarkan akan menjadi sedikit.
Hal initerjadi karena penyerapan air terhadap hormone ADH banyak

8
C. Proses Pembentukan Feses
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel
movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali
perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang.
Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf
sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk
defekasi.
Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu
1. Refleks defekasi instrinsik
Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu
signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang
peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini
menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter
anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar.

2. Refleks defekasi parasimpatis


Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2
4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal-
sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter
anus internal dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu
duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan
meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar
panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus.
Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di
dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum.
Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan
mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi
secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan
feses.

9
3. Defekasi ditimbulkan oleh refleks defekasi yang salah satu refleksnya adalah refleks
intrinsic yang diperantarai oleh system saraf enteric setempat didalam dinding rectum.
Hal ini apat dijelaskan bahwa bila feses memasuki rekrum, distensi dinding rectum
menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar melalui pleksus mienterikus untuk
menimbulkan gelombang peristaltic didalam kolon desenden, sigmoid dan rectum,
mendorong feses kearah anus. Sewaktu gelombang paristaltik mendekati usus,
sfingter ani internus direlaksasikan oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus
mienterikus , jika sfingter ani eksternus juga dalam keadaan sadar dan berelaksasi
secara volunter pada waktu yang bersamaan , terjadilah defikasi,(guyton & hall,
fisiologi kedokteran, eds 11)

D. Proses Pengeluaran Feses


Sebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena adanya sfingter yang
lemah ±20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon sigmoid dan rectum serta sudut
tajam yang menambah resistensi pengisian rectum. Bila terjadi pergerakan massa ke
rectum, kontraksi rectum dan relaksasi sfingter anus akan timbul keinginan defekasi.
Pendorongan massa yang terus menerus akan dicegah oleh konstriksi tonik dari 1)
sfingter ani interni, 2) sfingter ani eksternus.

10
Refleks Defekasi. Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan rectum
mencapai 18 mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani internus dan
eksternus melemas dan isi feses terdorong keluar. Satu dari refleks defekasi adalah
refleks intrinsic (diperantarai sistem saraf enteric dalam dinding rectum.
Ketika feses masuk rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal aferen
menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic
dalam kolon descendens, sigmoid, rectum, mendorong feses ke arah anus. Ketika
gelombang peristaltic mendekati anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal
penghambat dari pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar
berelaksasi secara volunter sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu
rectum teregang.
Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus tercapai, defekasi volunter
dapat dicapai dengan secara volunter melemaskan sfingter eksternus dan
mengontraksikan otot-otot abdomen (mengejan). Dengan demikian defekasi
merupakan suatu reflex spinal yang dengan sadar dapat dihambat dengan menjaga
agar sfingter eksternus tetap berkontraksi atau melemaskan sfingter dan
megontraksikan otot abdomen.
Sebenarnya stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah sebagai relfeks defekasi,
sehingga diperlukan refleks lain, yaitu refleks defekasi. Bila ujung saraf dalam rectum
terangsang, sinyal akan dihantarkan ke medulla spinalis, kemudian secara refleks
kembali ke kolon descendens, sigmoid, rectum, dan anus melalui serabut parasimpatis
n. pelvikus. Sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat gelombang peristaltic dan
merelaksasi sfingter ani internus. Sehingga merubah refleks defeksi intrinstik menjadi
proses defekasi yang kuat.
Sinyal defekasi masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain, seperti mengambil
napas dalam, penutupan glottis, kontraksi otot dinding abdomen mendorong isi feses
dari kolon turun ke bawah dan saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan
menarik keluar cincin anus mengeluarkan feses.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembentukan urine di dalam ginjal terjadi serangkaian proses yaitu penyaringan
(filtrasi), penyerapan kembali (reabsorpsi) dan pengeluaran zat yang sudah
tidakdiperlukan lagi oleh tubuh kita. (augmentasi) Di dalam glomerulus terjadi
proses penyaringan(filtrasi), Cairan darah yang mengandung air, gula, garam dan
urea mengalami penyaringan,sementara sel-sel darah dan molekul protein tidak
dapat lolos karena molekulnya berukuran besar, jadi tersaring sempurna di dalam
glomerulus.
Tinja merupakan suatu benda atau zat yang tidak dipakai lagi olehtubuh yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces)merupakansalah satu sumber
penyebaran penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan
infeksi cacing biasanya mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces). dalam
keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisamakanan, zat hasil sekresi
saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen,asam lemak, urobilin, debris,
celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogendan bahan patologis. Normal : 100-200
gram/ hari. Frekuensi defekasi : 3× / hari - 3× / minggu. Bau khas dari tinja atau
feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti
indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas
hidrogen sulfida. Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan bilirubin (sel
darah merah yang mati, yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan
urin).

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar
dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa. lebih baik lagi, atas perhatiannya
diucapkan terimakasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://www.crayonpedia.org/mw/Sistem_Ekskresi_Pada_Manusia_Dan_Hubungannya_Deng
an_Kesehatan_9.1

http://raisa-pramesi.blogspot.com/2010/09/proses-filtrasi-pada-pembentukan-urine.html

https://www.scribd.com/document/437290158/MEKANISME-PEMBENTUKAN-FESES-
docx

13

Anda mungkin juga menyukai