Anda di halaman 1dari 57

KEPERAWATAN ANAK SAKIT KRONIS DAN TERMINAL

PATOFISIOLOGI KELAINAN KONGENITAL PADA SISTEM


URINARI DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK WILLEM’S
TUMOR DAN DAMPAKNYA

OLEH :

KELOMPOK 8

I MADE HENDRA PARTHA (233221423)


A.A. ISTRI AGUNG MIRAH PEMILIHANTINI KP (233221424)
NI PUTU DIAH WULAN KARTINI (233221425)
I GUSTI AYU PURWA DEVI WIJAYANTI (233221449)
NII KADEK WAHYU GITA ARI WULAN (233221434)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini berjudul “Patofisiologi Kelainan Kongenital Pada Sistem
Urinari dan Asuhan Keperawatan Pada Anak Willem’s Tumor serta Dampaknya” yang
dibuat sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Anak Kronis dan Terminal Program Studi
Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali.

Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini , kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Oleh karena itu kami sangat menghargai bantuan dari berbagai
pihak yang telah memberi dukungan, motivasi dan buku-buku serta beberapa sumber lainnya
sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari kata
sempurna oleh karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki.
Maka dengan itu kami dari pihak penyusun makalah sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk penyelesaian makalah atau tugas selanjutnya.

Denpasar, 14 Maret 2024

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................ 3

BAB I (PENDAHULUAN)

A. Latar Belakang ......................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan ...................................................................................................... 5
D. Manfaat .................................................................................................... 5

BAB II (PEMBAHASAN)

A. Sistem Urinari .......................................................................................... 6


B. Kelainan Kongenital pada sistem urinaria ............................................... 6
C. Tumor Wilms ........................................................................................... 8
D. Konsep Asuhan Keperawatan ..................................................................14
E. Dampak Tumor Wilms ............................................................................ 23
F. Contoh Askep Tumor Wilms ................................................................... 25

BAB III (PENUTUP)

A. Kesimpulan ..............................................................................................53

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 54

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem perkemihan merupakan organ vital yang berperan penting dalam
melakukan ekskresi dan melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh, dan
dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Sistem ini secara kontinu membuang dan
mereabsorbsi air dan substansi terlarut dalam darah, serta mengeliminasi setiap
substansi yang tidak dibutuhkan dalam tubuh (Wylie,2011). Sistem perkemihan terdiri
atas ginjal, kandung kemih, dan uretra. Sistem perkemihan mempunyai dua ginjal
untuk menjaga fungsi ekskresi. Organ ini memproduksi urin yang berisikan air, ion-
ion, dan senyawa-senyawa solute yang kecil. Urin meninggalkan kedua ginjal dan
melewati sepasang ureter menuju dan ditampung sementara pada kandung kemih,
selanjutnya terjadi proses ekskresi urin yang dinamakan miksi, terjadi ketika adanya
kontraksi dari otot-otot kandung kemih menekan urin untuk keluar melewati uretra
dan keluar dari tubuh (Muttaqin & Sari, 2014).
Kandung kemih adalah organ berongga yang terdiri atas tiga lapis otot
destrusor yang saling beranyaman. Dinding kandung kemih terdapat dua bagian besar
yakni ruangan yang berdinding otot polos yang terdiri dari badan (korpus) yang
merupakan bagian utama dimana urin berkumpul dan leher (kolum) yang merupakan
lanjutan dari badan yang berbentuk corong. Kandung kemih berfungsi menampung
urin dari ureter dan kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme
miksi (berkemih). Kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal dalam
menampung urin, dimana pada orang dewasa besarnya adalah ± 300-450 ml. Kadung
kemih pada saat kosong terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat penuh
berada di atas simfisis sehingga dapat di palpasi dan diperkusi (Muttaqin & Sari,
2014).

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana Sistem Urinaria ?
b. Bagaimana Patofisiologi Pada Kelainan Kongenital Pada Sistem Urinaria ?
c. Apa Itu Tumor Wilms ?

4
d. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Tumor Wilms?

C. TUJUAN
Tujuan di buat makalah ini agar mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui dan
memahami tentang :
a. Sistem urinaria
b. Patofisiologi pada kelainan kongenital pada sistem urinari
c. Tumor wilms
d. Asuhan keperawatan pada anak dengan tumor wilms

D. MANFAAT
Manfaat penyusunan makalah ini adalah agar dapat menjadi bahan pembelajaran dan
menambah wawasan pengetahuan serta pemahaman mengenai Patofisiologi Kelainan
Kongenital Pada Sistem Urinari dan Asuhan Keperawatan Pada Anak Willem’s
Tumor dan dampaknya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. SISTEM URINARIA
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Sistem
urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga dara
bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang
masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larutan dalam
air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih). Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem urinaria terdiri
atas:
a. Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.
b. Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.
c. Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung.
d. Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kencing.

Sistem perkemihan mempunyai fungsi, yaitu sebagai berikut:


1. Meregulasi volume darah dan tekanan darah dengan mengeluarkan
sejumlah cairan ke dalam urin dan melepaskan eritropoietin, serta
melepas rennin.
2. Melakukan kontribusi stabilisasi pH darah dengan me ngontrol jumlah
keluarnya ion hidrogen dan ion bikarbonat ke dalam urin.
3. Menghemat pengeluaran nutrisi dengan memelihara ekskresi
pengeluaran nutrisi tersebut pada saat proses eliminasi produk sisa,
terutama pada saat pembuangan nitrogen seperti urea dan asam urat.
4. Membantu organ hati dalam mendetoksikasi racun selama kelaparan,
deaminasi asam amino yang dapat merusak jaringan (Muttaqin & Sari,
2014).

6
B. KELAINAN KONGENITAL PADA SISTEM URINARIA
1) Kelainan pada ginjal
a. Agenesis ginjal: tidak terbentuknya salah satu atau kedua ginjal
b. Hipoplasia ginjal: ukuran ginjal lebih kecil dari normal
c. Ginjal multikistik: adanya massa kistik berlobus-lobus ireguler pada ginjal,
sebagian besar unilateral
d. Ginjal polikistik: adanya massa kistik pada ginjal, bersifat bilateral. Terbentuk
akibat gangguan perkembangan dan bersatunya tubulus dan system collecting,
tubulus buntu bersatu dengan glomerulus membentuk kista
e. Ginjal ektopik: ginjal mengalami asensusdan rotasi dari lokasi sebelumnya
f. Gangguan vaskuler ginjal: arteri renalis tunggal, vena renalis tunggal, vasa
aberan
2) Kelainan pada ureter
a. Atresia ureter: ureter tidak terbentuk atau buntu
b. Duplikasi ureter: terdiri atas duplikasi complete (kedua pelvis ureter bermuara
pada tempat berlainan (berbeda) di buli) dan duplikasi incomplete (kedua
pelvis ureter salingbertemu sebelum bermuara pada buli)
c. Uterocele: sakulasi atau dilatsi kistik terminal ureter
d. Ureter ektopik: keadaan dimana ureter bermuara tidak pada tempatnya
e. Uretropelvic junction obstruction: kegagalan fungsional transport urine dari
pelvis renaliske ureter secara signifikan
f. Vesicouretral refluks: kejadian aliran balik/regurgitasi urine dari vesika
urinariake traktus urinarius atas
3) Kelainan pada vesika urinaria
a. Ekstrofia buli: cacat ventral lengkap sinus urogenital dansistem rangka yang
meliputinya. Urin keluar dari muara ureter langsung kedinding abdomen
b. Urachus persisten: lumen urachus tetap terbuka sehingga masihterjadi
hubungan antara buli-buli dengan umbilicus
4) Kelainan pada uretra
a. Posterior uretral valve: lipatan mukosa di uretra posterior (prostatika) yang
membentukkatup sehingga menyebabkan obstruksi salurankemih bawah
5) Kelainan pada organ genitalia
1. Undesensus testis: testis tidak turun ke kantong skrotum
2. Hipospadia: muara uretra terletak di ventral penis
7
3. Epispadia: muara uretra terletak di dorsal penis
4. Fimosis: kelainan pada penis dimana prepucium melekat kencang pada kepala
penis sehingga tidak dapat ditarik ke belakang melewati kepala penis

C. TUMOR WILLEM’S
1. DEFINISI
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ganas ginjal yang
tumbuh dari sele m b r i o n a l p r i m i t i v e d i g i n j a l . T u m o r w i l m s
m e r u p a k a n t u m o r g a n a s g i n j a l y a n g terbanyak pada bayi dan anak.
Tumor Wilms ditemukan pada 1 diantara 200.000-250.000 anak-anak. Sekitar
80% tumor ini terjadi pada anak di bawah 6 tahun dengan
puncak insidens pada umur 2-4 tahun. Tumor Wilms dapat juga dijumpai pada
neonatus. Tumor Wilms terhitung 6% dari seluruh penyakit keganasan pada anak
(Amalia, 2014).

Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat,
terbentuk dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-anak sebelum usia lima
tahun (kamus kedokteran dorland)

2. ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik. Tumor
wilms berasal dari proliferasi patologik blastema metanefron akibat tidak adanya
stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk menghasilkan tubuli dan
glomeruli yang berdiferensiasi baik. Perkembangan blastema renalis untuk
membentuk struktur ginjal terjadi pada umur kehamilan 8-34 minggu. Sehinga
diperkirakan bahwa kemampuan blastema primitif untuk merintis jalan ke arah
pembentukan Tumor wilms, apakah sebagai mutasi germinal atau somatik, itu
terjadi pada usia kehamilan 8-34 minggu.
Sekitar 1,5% penderita mempunyai saudara atau anggota keluarga lain yang
juga menderita Tumor wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak bersifat
keturunan yang berbeda dengan kasus Tumor bilateral. Sekitar 7-10% kasus
Tumor wilms diturunkan secara autosomal dominan.

3. ANATOMI FISIOLOGI
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. setiap ginjal
memiliki sebuah ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian

8
ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam kandung kemih.
Dari kandung kemih, air kemih mengalir melalui uretra, meninggalkan tubuh
melalui penis (pria) dan vulva (wanita). Anatomi ginjal :
a. Makroskopis
Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang
peritonium, didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus
abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor). Ginjal pada orang dewasa
penjangnya sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan berat kedua ginjal kurang dari
1% berat seluruh tubuh atau ginjal beratnya antara 120-150 gram.
Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan
kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-
laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Ginjal dipertahankan dalam posisi
tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Potongan longitudinal ginjal
memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu korteks dan medulla.
Medulla terbagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid. Piramid-
piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-
segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap
piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan
bagian terminal dari banyak duktus pengumpul (Price,1995 : 773).
b. Mikroskopis
Tiap tubulus ginjal dan glumerulusnya membentuk satu kesatuan
(nefron). Nefron adalah unit fungsional ginjal. Dalam setiap ginjal terdapat
sekitar satu juta nefron. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman, tumbai
kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus
kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus pengumpul. (Price, 1995)
c. Vaskularisasi ginjal
Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi
vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena
kavainferior yang terletak disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis
masuk kedalam hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteri interlobaris
yang berjalan diantara piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata
kemudian membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam
korteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola aferen pada
glomerulus (Price, 1995).
9
Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian
bercabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan
disebut kapiler peritubular. Darah yang mengalir melalui sistem portal ini
akan dialirkan kedalam jalinan vena selanjutnya menuju vena interlobularis,
vena arkuarta, vena interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai
vena cava inferior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu
volume yang sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml/menit) lebih dari
90% darah yang masuk keginjal berada pada korteks sedangkan sisanya
dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah ginjal adalah otoregulasi aliran
darah melalui ginjal arteiol afferen mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat
merubah resistensinya sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah arteri
dengan demikian mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
tetap konstan ( Price, 1995).
d. Persarafan pada ginjal
Menurut Price (1995) “Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis
(vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk
kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang
masuk ke ginjal”.
fungsi ginjal adalah untuk:
1. Menyaring limbah metabolik
2. Menyaring kelebihan natrium dan air dari darah
3. Membantu membuang limbah metabolik serta natrium dan air yang
berlebihan dari tubuh
4. Membantu mengatur tekanan darah
5. Membantu mengatur pembentukan sel darah.
Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit penyaring (nefron). sebuah nefron
merupakan suatu struktur yang menyerupai mangkuk dengan dinding yang
berlubang (kapsula bowman), yang mengandung seberkas pembuluh darah
(glomerulus). kapsula bowman dan glomerulus membentuk korpuskulum
renalis.

4. PATOFISIOLOGI
Tumor Wilms (Nefroblastoma) merupakan tumor ginjal yang tumbuh dari sel
embrional primitif diginjal, makroskopis ginjal akan tampak membesar dan keras
10
sedangkan gambaran histo-patologisnya menunjukan gabungan dari pembentukan
abortif glomerulus dan gambaran otot polos, otot serat lintang, tulang rawan dan
tulang. Biasanya unilateral dan hanya 3-10% ditemukan bilateral. Tumor
bermetastase ke paru, hati, ginjal, dan jarang sekali ke tulang.
Komponen klasik dari tumor Wilms terdiri dari tiga komponen yang tampak
pada diferensiasi ginjal normal: blastema, tubulus,dan stroma. Terdapat gambaran
yang heterogen dari proporsi komponen tersebut dan juga adanya diferensiasi
yang aberan, seperti jaringan lemak, otot lurik, kartilago, dan tulang. Adanya
gambaran komponen yang monofasik juga ditemukan. Tumor ginjal lain yang
ditemukan pada anak berupa mesoblastik nefroma, clear cell sarkoma, dan renal
rhabdoid tumor dapat membingungkan.
Gambaran anaplasia merupakan indikator penting dalam prognosis tumor Wilms.
Gambaran anaplastik ditandai oleh pembesaran inti sel 2-3 kali lipat,
hiperkromatisasi, dan gambaran mitosis yang abnormal.

Stadium pada tumor wilms Staging berdasarkan NWTSG V, terdiri dari:


1. Stadium I
Tumor terbatas pada ginjal dan dapat direseksi secara lengkap dengan kapsul
ginjal yang utuh. Tidak terjadi ruptur atau robekan kapsul. Pembuluh darah sinus
renal tidak terlibat
2. Stadium II
Tumor sudah melewati kapsul ginjal namun dapat dieksisi secara lengkap.
Terdapat ekstensi regional tumor yang dibuktikan dengan penetrasi kapsul atau
dengan invasi ekstensif sinus renal. Pembuluh darah di luar sinus renal dapat
mengandung tumor. Tumor mengalami cedera akibat biopsi atau tercecer terbatas
di daerah flank. Tidak ada bukti tumor pada atau di luar batas reseksi.
3. Stadium III
Terdapat sisa tumor nonhematogen yang terbatas pada abdomen, atau yang
meliputi berikut ini:
a. Keterlibatan kelenjar getah bening pada hilus atau pelvis
b. Penetrasi tumor melalui permukaan peritoneum
c. Implan tumor pada permukaan peritoneum
d. Tumor gross atau mikroskopik pada atau di luar batas reseksi bedah

11
e. Tumor tidak dapat direseksi secara lengkap karena infiltrasi lokal ke dalam
struktur vital
f. Tumor menyebar tidak terbatas pada daerah flank
4. Stadium IV
Metastasis hematogen ke paru-paru, hepar, tulang atau otak atau metastasis ke
kelenkar getah bening di luar abdomen dan pelvis. Nodul paru tampak pada CT
scan harus dibiopsi untuk diagnosis definitif stadium IV.
5. Stadium V
Keterlibatan kedua ginjal pada diagnosis. Setiap sisi harus didiagnosis secara
individu menurut kriteria di atas.

5. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya nyeri
perut dan hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi invasi tumor yang
menembus ginjal sedangkan hematuria terjadi karena invasi tumor yang
menembus sistim pelveokalises. Demam dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis
tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain yang bisa muncul adalah :
a. Malaise (merasa tidak enak badan
b. Nafsu makan berkurang
c. Mual dan muntah
d. Pertumbuhan berlebih pada salah satu sisi tubuh (hemihipertrofi)
e. Pada 15-20% kasus, terjadi hematuria (darah terdapat di dalam air kemih).
Tumor Wilms bisa menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi). Gambaran
klinis lainnya berupa demam, penurunan berat badan, anemia, varikokel kiri
(akibat obstruksi vena renalis kiri), dan hipertensi. Trombus tumor dapat meluas
ke vena cava inferior dan jantung sehingga menimbulkan malfungsi jantung.
Kadang-kadang, terjadi gejala akut abdomen akibat ruptur tumor setelah suatu
trauma minor.

6. KOMPLIKASI
a. Tumor Bilateral
b. Ekstensi Intracaval dan atrium
c. Tumor lokal yang lanjut
d. Obstruksi usus halus
12
e. Tumor maligna sekunder

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. CT scan atau MRI perut
b. USG perut
c. Rontgen perut
d. Rontgen dada (untuk melihat adanya penyebaran tumor ke dada)
e. Pemeriksaan darah lengkap (mungkin akan menunjukkan anemia)
f. BUN
g. Kreatinin
h. Urinalisis (analisa air kemih, bisa menunjukkan adanya darah atau protein
urine)
i. Pielogram intravena.

8. PENATALAKSANAAN
Tindakan operasi merupakan tindakan untuk terapi sekaligus penentuan
stadium tumor. Berdasarkan rekomendasi NWTSG, nefrektomi primer dikerjakan
pada semua keadaan kecuali pada tumor unilateral yang unresectable, tumor
bilateral dan tumor yang sudah berekstensi ke vena cava inferior di atas vena
hepatika. Tumor yang unresectable dinilai intraoperatif. Diberikan kemoterapi
seperti stadium III dan pengangkatan tumor dilakukan setelah 6 minggu. Pada
tumor bilateral, dilakukan biopsi untuk menentukan jenis tumor dan diberikan
kemoterapi biasanya dalam 8-10 minggu. Nefrektomi dilakukan pada kasus tumor
bilateral jika diberikan sisa parenkim ginjal setelah reseksi tumor masih lebih dari
2/3. Hal penting dalam pembedahan meliputi insisi transperitoneal, eksplorasi
ginjal kontralateral, dilakukan nefrektomi radikal, hindari tumpahan tumor, dan
biopsi kelenjar getah bening yang dicurigai.
Terapi lanjutan dengan kemoterapi atau radioterapi tergantung pada hasil
staging dan histologi (favourable atau non favourable) dari tumor. Berdasarkan
NWTS-5 berikut algoritma pemberian kemoterapi dan radioterapi pada tumor
Wilms. Nefrektomi parsial hanya dianjurkan pada pasien dengan tumor bilateral,
solitary kidney, dan insufisiensi renal. Pada kasus tumor Wilms bilateral yang
perlu dilakukan nefrektomi bilateral, transplantasi dilakukan setelah 1 tahun
setelah selesai pemberian kemoterapi.
13
Keberhasilan penanganan tumor Wilms ditentukan dari hasil stratifikasi,
registrasi, dan studi NWTSG. Survival bebas penyakit 95% untuk stadium I, dan
kira-kira 80% untuk pasien secara keseluruhan. Prognosis buruk dijumpai pada
pasien dengan metastasis ke kelenjar getah bening, paru-paru dan hepar.

D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Fokus
a. Identitas pasien dan identitas penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar perut.
Tidak nafsu makan, mual, muntah dan diare. Badan panas hanya 1 hari pertama
sakit.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya, atau gejala-
gejala tumor wilms.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau tumor
sebelumnya.
b. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan TTV pada klien, melakukan pemeriksaan secara head to toe
yang harus diperhatikan adalah palpasi abdomen yang cermat dan pengukuran tekanan
darah pada klien. Tumor dapat memproduksi rennin atau menyebabkan kompresi
vaskuler sehingga mengakibatkan hipertensi pada anak.
c. Pemeriksaan kebutuhan Fisik dan Psikososial
1) Pola Nutrisi dan Metabolik.
Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan
air,edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi
karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual,muntah,dan anoreksia
menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya
edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
2) Pola Eliminasi.
Eliminasi urine : gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-sisa metabolisme
tidak dapat di ekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada
14
tubulus ginjal yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguri, anuria,
proteinuria, dan hematuria.
3) Pola Aktivitas dan latihan.
Pada klien dengan kelemahan malaise,kelemahan otot dan kehilangan tonus
karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan,klien perlu istirahat karena adanya
kelainan jantung dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk
di mulai bila tekanan darah udah normal selama satu minggu. Adanya edema paru
maka pada inspeksi terlihat retraksi dada,penggunaan otot bantu napas, teraba
massa, auskultasi terdengar rales, dispnea, ortopnea, dan pasien terlihat lemah
( kelebihan beban sirkulasi sehingga menyebabkan pembesaran jantung ), anemia,
dan hipertensi yang di sebabkan oleh spasme pembuluh darah.
4) Pola Tidur dan Istirahat.
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremi,
keletihan, kelemahan malaise, keemahan otot dan kehilangan tonus.
5) Pola Kognitif dan Perseptual.
Penigkatan ureum darah menyebabkan kuit bersisik kasar dan gatal-gatal karena
adanya uremia. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi.
6) Persepsi Diri
Klien dan orang tuanya cemas dan takut karena adanya warna urine yang
berwarna merah, adanya edema, serta perawatan yang lama.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto thoraks (Rontgen)
Merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya metastasis ke paru-
paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien dengan tumor Wilms
bilateral atau termasuk horseshoe kidney.
2) Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan tumor solid dengan
tumor yang mengandung cairan. Dengan pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak
sebagai tumor padat di daerah ginjal. USG juga dapat digunakan sebagai pemandu
pada biopsi. Pada potongan sagital USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan
tampak mengalami pembesaran, lebih predominan digambarkan sebagai massa
hiperechoic dan menampakkan area yang echotekstur heterogenus.
3) CT-Scan
15
4) Memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor Wilms. Ini meliputi
konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya menyingkirkan
neuroblastoma; deteksi massa multipel; penentuan perluasan tumor, termasuk
keterlibatan pembuluh darah besar dan evaluasi dari ginjal yang lain. CT scan
memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri danmetastasis hepar multiple. CT
scan dengan level yang lebih tinggi lagi menunjukkan metastasishepar multipel
dengan thrombus tumor di dalam vena porta.
5) Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yangmenunjang untuk tumor Wilms
adalah kadar lactic dehydro genase (LDH) meninggi dan Vinyl mandelic acid
(VMA) dalam batas normal. Urinalisis juga dapat menunjukkan bukti hematuria,
LED meningkat, dan anemia dapat juga terjadi, terlebih pada pasien dengan
perdarahan subkapsuler. Pasien dengan metastasis di hepar dapat menunjukkan
abnormalitas pada analisa serum.
6) Biopsi
Di lakukan untuk mengambil contoh jaringan dan pemeriksaan
mikroskopik.Biopsi tumor ini untuk mengevaluasi sel dan diagnosis.

2. Analisa Data
Data Etiologi Masalah

Pre Operasi

Data subjektif : Tumor wilms Nyeri


 Anak mengatakan ↓
nyeri di daerah Tumor belum
perutnya menembus kapsul
Data objektif : ginjal
 Anak tampak ↓
memegangdaerah Berdiferensiasi
perutnya Nyeri ↓
akut Tumor menembus
 Tekanan darah kapsul ginjal (perineal,
140/110 mmHg hilus, vena renal

16
 Takikardi dan ↓
takipnea Nyeri

Data subjektif : Tumor wilms


 Anak mengatakan ↓ Perubahan nutrisi:
tidak mau makan Tumor belum kurang dari kebutuhan
Data objektif : menembus kapsul tubuh.
 Terjadi penurunan ginjal
berat bada ↓
 Makanan tidak di Berdiferensiasi
habiskan ↓
Tumor menembus
kapsul ginjal (perineal,
hilus, vena renal

Disfungsi ginjal

Gangguan
keseimbangan asam
dan basa

Asidosis metabolic

Mual dan muntah

Nafsu makan
berkurang

Data Subjektif: Tumor wilms Kecemasan


 Keluarga klien ↓
selalu bertanya Pre operasi
tentang kesehatan ↓
anaknya Kurang pengetahuan
Data Objektif: Keluarga dan anak

17
 Orang tua terlihat ↓
cemas dan gelisah Kecemasan
dengan keadaan
anaknya
 TTV meningkat
Data subjektif : Tumor wilms Intoleransi aktivitas
 Anak mengatakan ↓
lemas dan lelah Tumor belum
Data objektif : menembus kapsul
 Terbaring lemas di ginjal
tempat tidur ↓
 Anak kurang Berdiferensiasi
bersemangatdalam ↓
beraktivitas Tumor menembus

 Malaise kapsul ginjal (perineal,


hilus, vena renal

Post Operasi
Data subjektif: Tumor wilms Nyeri
 Klien mengeluh ↓
nyeri Sayatan operasi
Data Objektif ↓
 Wajah tampah Terputusnya
meringis kontinuitas jaringan
 Skala nyeri 0-10 ↓

 TTV meningkat Merangsang

 Gangguan Tidur pengeluaran zat


proteolitik (bradikinin,
histamine, serotin)

Nyeri

Data Objektif: Tumor wilms Resiko Tinggi Infeksi


 Adanya tanda ↓

18
infeksi (bengkak, Sayatan operasi
kemerahan, nyeri, ↓
demam) Adanya luka operasi
 Peningkatan suhu ↓
tubuh Luka terbuka

Resiko tinggi infeksi

3. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan
efek fisiologis dari neoplasia
2) Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake
3) Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang
penyakit dan prosedur pembedahan
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kurangnya nutrisi tubuh
b. Pasca operasi
1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi

4. Rencana Asuhan Keperawatan


Pra Operasi

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan hasil

Nyeri Setelah diberikan askep 1. Kaji tingkat nyeri 1. Menentukan


berhubungan selama ….x 24 jam tindakan
dengan efek diharapkan pasien tidak selanjutnya
fisiologis dari mengalami nyeri atau 2. Lakukan teknik 2. Sebagai
neoplasia nyeri menurun sampai pengurangan nyeri analgesik
tingkat yang dapat nonfarmakologis tambahan

19
diterima anak dengan 3. Berikanan analgesik 3. Mengurangi rasa
kriteria hasil : sesuai ketentuan sakit
1. Nyeri hilang 4. Berikan obat dengan 4. Untuk mencegah
2. Tekanan darah dalam jadwal preventif kambuhnya
batas normal nyeri
3. Tidak Takikardi dan 5. Hindari aspirin atau 5. Karena aspirin
takipnea senyawanya meningkatkan
kecenderungan
pendarahan
Perubahan Setelah diberikan askep 1. Catat intake dan output 1. Monitoring
Nutrisi :Kuran selama …x24 jam, makanan secara asupan nutrisi
g dari diharapkan, kebutuhan akurat bagi tubuh
Kebutuhan nutrisi tubuh dapat 2. Kaji adanya tanda- 2. Gangguan nutrisi
berhubungan terpenuhi dengan kriteria tanda perubahan dapat terjadi
dengan hasil : nutrisi : Anoreksi, secara berlahan
peningkatan 1. Anak mau makan Letargi,
kebutuhan 2. Tidak Terjadi hipoproteinemia.
metabolime, penurunan berat badan 3. Beri diet yang bergizi 3. Diare sebagai
kehilangan 3. Porsi makan habis reaksi oedema
protein dan intestine dapat
penurunan memperburuk
intake status nutrisi
4. Beri makanan dalam 4. Mencegah status
porsi keciltapi sering nutrisi menjadi
lebih buruk
5. Beri suplemen vitamin 5. Membantu dalam
dan besi sesuai proses
instruksi metabolisme
Kecemasan Setelah diberikan askep 1. Kaji tingkat 1. Untuk
berhubungan selama …x24 jam, kecemasan klien mengetahui
dengan diharapkan cemas seberapa besar
kurangnya berkurang sampai dengan kecemasan yang
pengetahuan hilang, dengan kriteria dirasakan klien

20
orang tua hasil : 2. Gunakan media untuk 2. Untuk
tentang 1. Keluarga klien tidak menjelaskan mempermudah
penyakit dan bertanya tentang mengenai penyakit pemahaman
prosedur kesehatan anaknya orang tua
pembedahan 2. Orang tua terlihat 3. Jelaskan tentang 3. Untuk
tenang dengan pengobatan yang mengurangi
keadaan anaknya diberikan dan kecemasan pada
3. TTV dalam batas prosedur tindakan orang tua
normal 4. Dorong orang tua 4. Untuk mengetahui
untuk tingkat kecemasan
mengungkapkan orang tua dan
perasaan dan memberi solusi
dengarkan dengan sesuai tingkat
penuh perhatian kecemasan orang
tua
Intoleransi Setelah diberikan askep 1. Pertahankan tirah 1. Mengurangi
aktivitas selama …x 24 jam, baring bila terjadi pengeluaran
berhubungan diharapkan pasien dapat edema berat energy
dengan istirahat dengan adekuat 2. Seimbangkan istrahat 2. Mengurangi
kurangnya dengan kriteria: dan aktivitas bila kelelahan pada
nutrisi tubuh 1. Anak tampak segar ambulasi pasien
bersemangat dalam 3. Intrusikan pada anak 3. Untuk
beraktivitas untuk istrahat bila menghemat
anak merasa lelah energy
· Pasca Operasi
Nyeri Setelah diberikan askep 1. Kaji tingkat nyeri 1. Menentukan
berhubungan selama …x24 jam tindakan
dengan diharapkan pasien tidak selanjutnya
inkontinuitas mengalami nyer iatau 2. Lakukan tehnik 2. Sebagai
jaringan nyeri menurun sampai pengurangan nyeri analgesik
tingkat yang dapat nonfarmakologis tambahan
diterima anak dengan 3. Berikanan algesik 3. Mengurangi rasa
kriteria hasil : sesuai ketentuan sakit

21
1. Nyeri hilang 4. Berikan obatdengan 4. Untuk mencegah
2. Tekanan darah dalam jadwal preventif kambuhnya
batas normal nyeri
3. Tidak Takikardi dan 5. Hindari aspirin atau 5. Karena aspirin
takipnea senyawanya meningkatkan
kecenderungan
pendarahan
Resiko tinggi Setelah diberikan askep 1. Pantau tanda-tanda 1. Peningkatan suhu
infeksi selama …x24 jam vital dapat
berhubungsn diharapkan pasien tidak mengidentifikasi
dengan adanya mengalami resiko infeksi adanya infeksi
insisi dengan kriteria hasil : 2. Kaji tanda-tanda 2. Mengidentifikasi
pembedahan 1. Tidak Adanya tanda infeksi tanda infeksi
infeksi (bengkak, lebih dini
kemerahan, nyeri, sehingga bisa
demam) segera diatasi
2. Suhu dalam batas 3. Lakukan perawatan 3. Perawatan yang
normal luka dengan tekhnik benar akan
aseptic mempercepat
proses
penyembuhan
yang cepat
4. Kolaborasi pemberian 4. Mencegah
antibiotic perkembangan
bakteri

5. Pelaksanaan (Implementasi)

Pelaksanaan keperawatan dilaksanakan sesuai perencanaan

6. Evaluasi

Evaluasi sesuai dengan kriteria hasil pada perencanaan

22
E. DAMPAK TUMOR WILMS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN ANAK
Anak dapat mengalami berbagai macam masalah terkait dengan penyakit dan
pengobatan. Terutama degan metode kemoterapi dapat memberikan efek pada fisik,
psikologis anak dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta kualitas
hidup anak (Hockenberry & Wilson, 2007)

1. Dampak Fisik

Pada umumnya efek samping agen kemoterapi antara lain infeksi, perdarahan,
anemia, mual dan muntah, gangguan nutrisi, ulserasi mukosa serta alopesia. Efek samping
lain misalnya diare, konstipasi, nyeri, kerusakan integritas kulit, ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit, toksik ginjal, neurotoksik, kelemahan kardiotoksik dan ototoksik terutama
pada karboplastin dan cisplatin (Muscari, 2005).
Efek samping dari Cisplatin terdiri atas mual dan muntah, penurunan nafsu makan
dan kebotakan. Selain itu cisplatin juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit
pada anak yang terdiri atas hipomagnesemia, hipokalemi dan hiperkalsemi. Efek samping
serius dari cisplatin adalah nefrotoksik, neuropati perifer, penekanan sumsum tulang
dan ototoksik (Cameron & Allen, 2009).
Kemoterapi yang signifikan dapat diprediksi menyebabkan terjadinya toksisitas,
dimana hal ini menjadi lebih serius apabila gejala toksisitas berkembang pada waktu
pasien berada dirumah diantara siklus pengobatan. Kemoterapi dapat menyebabkan
terjadinya sepsis neutropeni yang berakibat fatal apabila pengobatannya terlambat dan
tidak tepat (Lennan, et al. 2010).

2. Dampak Psikologis

Anak dengan tumor wilms dapat mengalami kecemasan dan depresi akibat penyakit
yang diderita. Hal ini merupakan keadaan yang normal, namun sebagian anak
membutuhkan intervensi psikologis dalam menjalani pengobatan tumor wilms (Shell &
Kirsch dalam Otto, 2001). Kecemasan dan depresi merupakan respon yang paling umum

23
terjadi pada anak dengan tumor wilms dan menjalani pengobatan.
Secara normal, kecemasan dapat terjadi sebagai bagian dari penyakit dan pengobatan
pada penderita kanker. Kecemasan dapat reaktif dan situasional berhubungan dengan
ketakutan setelah terdiagnosa penyakit dan selama menjalani pengobatan. Tanda-tanda
kecemasan seperti menangis , stress, gangguan perasaan dan gangguan tidur. Nyeri,
perasaan mual dan muntah yang tidak terkendali, hipoksia, dan menolak pengobatan juga
merupakan tanda-tanda kecemasan (Shell & Kirsch dalam Otto, 2001).
Kecemasan kronik yang timbul sebelum diagnosis dapat berkembang menjadi
gangguan kecemasan, fobia dan gangguan panik. Peranan perawat yang terpenting
terhadap anak adalah berespon terhadap gejala psikologis pada anak dengan rasa empati,
peduli dan tidak menyalahkan serta mendukung kekuatan keluarga dalam menghadapi
krisis (Shell & Kirsch dalam Otto, 2001).
Depresi (depression) merupakan respon psikologis pada anak. Walaupun perasaan
kesedihan dan perasaan yang hampa merupakan reaksi yang normal pada anak, namun hal
ini dapat berkembang menjadi depresi. Depresi biasanya terjadi pada anak selama proses
penyakit dan pengobatan. Penyebab timbulnya depresi sulit untuk ditentukan. Umumnya
depresi terjadi karena stres terhadap penyakit, perubahan biologis, dan karena pengobatan.
Kejadian depresi meningkat pada anak yang mendapatkan pengobatan dan yang
mengalami efek samping dari pengobatan (Shell & Kirsch dalam Otto, 2001).
Kegagalan anak dalam beradaptasi dengan kondisi fisik dan pengobatan dapat
mempengaruhi fungsi psikososial anak. Penelitian yang dilakukan oleh Enskar dan
Von Essen (2008) menunjukkan bahwa pada umumnya anak yang sedang menjalani
kemoterapi menunjukkan distress psikososial yang mempengaruhi kepuasan anak dalam
berpartisipasi terhadap kehidupan sosialnya.
Selain masalah psikososial, anak yang lebih besar akan memperlihatkan gejala depresi
dan berbagai perubahan perilaku akibat dari penyakit dan regimen terapi. Fatique, mual
dan muntah serta gangguan tidur yang apabila terjadi bersama-sama berupa suatu
kumpulan gejala yang dapat menimbulkan gejala depresi dan perubahan perilaku pada
remaja, namun pada anak gejala fatigue saja dapat mengakibatkan timbulnya gejala
depresi dan perubahan perilaku. Kluster gejala ini secara signifikan mempengaruhi
kualitas hidup anak (Hockenbery et al.2010).

24
F. CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TUMOR WILMS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK “KA” DENGAN TUMOR WILMS

DI RUANG ANAK CILINAYA RSD MANGUSADA

JUMAT 8 MARET 2024

A. Pengkajian

Pengkajian pada klien dilakukan pada tanggal 8 september 2024 di ruang anak
Cilinaya RSD Mangusada dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik
dan dokumentasi.

1. Biodata
a. Identitas kliem
Nama : KA
Usia : 3 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Pendidikan : -
Alamat : Mengwi, Badung
Tanggal MRS : 5 Maret 2024
Tanggal Pengkajian : 8 Maret 2024
No RM : 494547
b. Identitas Orang Tua
1) Ayah
Nama : KM
Usia : 34 Tahun
Pendidikan : SMA Sederajat
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Hindu

25
Alamat : Mengwi, Badung
2) Ibu
Nama : DR
Usia : 30 Tahun
Pendidikan : S.Kom
Pekerjaan : PNS
Agama : Hindu
Alamat : Mengwi, Badung
c. Identitas saudara kandung
1). tabel identitas saudara kandung

No Nama Usia Hubungan Status


Kesehatan

1 AR 12 Tahun Kakak Sehat

d. Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar


perut. Tidak nafsu makan, mual, muntah dan diare. Badan panas hanya 1 hari
pertama sakit. klien mengatakan nyeri di daerah perutnya, klien tampak
memegang daerah perutnya

e. Riwayat kesehatan dahulu

Keluarga klien mengatakan anak dahulu sempat pernah


mengalami Hematuria atau urine berdarah

f. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga klien mengatakan sebelumnya tidak pernah ada yang mengalami


atau mengidap kanker atau tumor

g. Pemeriksaan fisik

TD : 120/100 mmHg. RR : 24x/Menit. S: 37,5oc. Nadi : 110x/Menit.

26
Dari hasil pemeriksaan fisik teraba keras dan benjolan pada perut bawah
bagian kiri

h. pemeriksaan kebutuhan fisik dan psiko sosial

1) Bernafas

Sebelum pengkajian keluarga klien mengatakan anaknya sering sesak


nafas dan saat pengkajian klien tidak mengeluh sesak nafas.

2) Makan dan minum

Keluarga klien mengatakan anaknya sering mual muntah dan anak


mengatakan tidak ada nafsu makan minum sedikit, Tampak terdapat
edema pada mata

3) Eliminasi

BAK : Keluaraga klien mengatakan anaknya sering kencing sediki-


sedikit disertai darah

BAB : keluarga klien mengatakan anaknya tidak mempunyai masalah


dalam bab

4) Gerak dan aktivitas

Saat pengkajian Klien mengatakan lemas dan lelah, Tampak terbaring


lemas di tempat tidur Klien tampak kurang bersemangat dalam
beraktivitas
5) Istirahat dan tidur

Saat pengkajian Keluarga klien mengatakan tidak ada masalah kepada


anaknya saat istirahat tidurnya

6) Kebersihan diri

Saat pengkajian Kulit tampak bersisik kasar dan klien mengeluh gatal-
gatal

7) Pengaturan suhu tubuh

27
Keluarga pasien mengatakan anaknya sempat panas dan Saat
pengkajian klian anak tidak mengeluh panas

8) Rasa nyaman

Saat pengkajian klien mengatakan tidak nyaman karena nyeri pada


bagian dairah perutnya, klien tampak memegangi dairah perutnya,
nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk skala nyeri 6-7 dari skala nyeri
yang diberikan.

9) Rasa aman

Sebelum sakit klien mengatakan selalu merasa aman bersama


keluarganya namun setelah sakit klien mengatakan merasa tidak aman
dan Keluarga klien selalu bertanya tentang kesehatan anaknya, Orang
tua terlihat cemas dan gelisah dengan keadaan anaknya
10) Data sosial

Keluarga klien mengatakan hubungan anaknya dengan keluarga


tetangga dan teman sekitar rumahnya berjalan dengan baik

11) Prestasi dan produktivitas

Keluarga klien mengatakan anaknya tidak pernah meraih prestasi


apapun karna belum bersekolah

12) Rekreasi

Sebulum sakit keluarga klien mengatakn keluarga dan anak sering


berlibur keluar kota bersama dengan keluarga

13) Belajar

Sebelum sakit Keluarga klien mengatakan naknya senang belajar


berhitung dan bernyanyi

14) Ibadah

Sebelum sakit keluarga klien mengatakan anak dan keluarga rajin


sembahyang.

28
i. Pemeriksaan penunjang

Hasil lab Urinalisis pada klien

Jenis Pemeriksaan Hasil

Warna Kuning jernih

pH Asam dengan pH 6.0

Berat Jenis 1030

Protein (++)

Reduksi Negatif

Keton Negatif

Urobilin (++)

Bilirubin (+++)

B. Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH

Pre Operasi

Data subjektif : Tumor wilms Nyeri


 klien mengatakan ↓
nyeri di daerah Tumor belum
perutnya menembus kapsul
 klien mengatakan ginjal
Nyeri dirasakan ↓
seperti ditusuk –

29
tusuk skala nyeri 6- Berdiferensiasi
7 dari skala nyeri ↓
yang diberikan Tumor menembus
Data objektif : kapsul ginjal (perineal,
 klien tampak hilus, vena renal
memegangdaerah ↓
perutnya Nyeri
 TTV : TD
120/100mmHg
RR : 25x/Menit.
S: 37,5oc.
Nadi : 110x/Menit
Data subjektif : Tumor wilms
 Klien mengatakan ↓ Perubahan nutrisi:
tidak mau makan Tumor belum kurang dari kebutuhan
dan tidak ada nafsu menembus kapsul tubuh.
makan ginjal

Berdiferensiasi
Data objektif : ↓
 Makanan tidak di Tumor menembus
habiskan kapsul ginjal (perineal,
 klien tampak mual- hilus, vena renal
mual ketika di ↓
berikan sedikit Disfungsi ginjal
makanan ↓
Gangguan
keseimbangan asam
dan basa

Asidosis metabolic

Mual dan muntah

30

Nafsu makan
berkurang

Data Subjektif: Tumor wilms Kecemasan


 Keluarga klien ↓
selalu bertanya Pre operasi
tentang kesehatan ↓
anaknya Kurang pengetahuan
Data Objektif: Keluarga dan anak
 Orang tua terlihat ↓
cemas dan gelisah Kecemasan
dengan keadaan
anaknya
Data subjektif : Tumor wilms Intoleransi aktivitas
 Klien mengatakan ↓
lemas dan lelah Tumor belum
menembus kapsul
Data objektif : ginjal
 Tampak terbaring ↓
lemas di tempat Berdiferensiasi
tidur ↓
 Klien tampak Tumor menembus
kurang kapsul ginjal (perineal,
bersemangat dalam hilus, vena renal
beraktivitas

C. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa prioritas
a. Nyeri akut b/d efek fisiologis dari neoplasia ditandai dengan klien mengatakan
nyeri di daerah perutnya klien mengatakan Nyeri dirasakan seperti ditusuk – tusuk

31
skala nyeri 6-7 dari skala nyeri yang diberikan klien tampak memegang daerah
perutnya TTV : TD 120/100mmH RR : 25x/Menit. S: 37,5oc. Nadi : 110x/Menit.
b. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan b/d peningkatan kebutuhan
metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake ditandai dengan klien
mengatakan tidak mau makan dan tidak ada nafsumakan, saat makan makanan
tidak dihabiskan dan tampak mual-mual ketika diberikan sedikit makanan.
c. Kecemasan b/d kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit dan prosedur
pembedahan ditandai dengan keluarga klien selalu bertanya tentang kesehatan
anaknya dan orang tua terlihat cemas dan gelisah dengan keadaan anaknya.
d. Intoleransi aktivitas b/d kurangnya nutrisi tubuh ditandai dengan klien
mengatakan lemas dan lelah tampak terbaring lemas di tempat tidur dan tampak
kurang bersemangat dalam beraktivitas.

32
PERENCANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK “KA” DENGAN TUMOR WILMS

DI RUANG ANAK CILINAYA RSD MANGUSADA

JUMAT 8 Maret 2024

D. Perencanaan Keperawatan

Hari/tgl Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan hasil

Jumat, 8 Maret Dx. 1 Setelah diberikan askep 1. Kaji tingkat nyeri 1. Menentukan tindakan
2024 Nyeri selama 2 x 24 jam selanjutnya
berhubungan diharapkan pasien tidak 2. Lakukan teknik 2. Sebagai analgesik tambahan
dengan efek mengalami nyeri atau pengurangan nyeri
fisiologis dari nyeri menurun sampai nonfarmakologis
neoplasia tingkat yang dapat 3. Berikanan analgesik 3. Mengurangi rasa sakit
diterima anak dengan sesuai ketentuan
kriteria hasil : 4. Berikan obat dengan 4. Untuk mencegah kambuhnya
1. Nyeri hilang jadwal preventif nyeri
2. Tekanan darah dalam
batas normal 5. Hindari aspirin atau 5. Karena aspirin meningkatkan

33
3. Tidak Takikardi dan senyawanya kecenderungan pendarahan
takipnea
Jumat, 8 Maret Dx. 2 Setelah diberikan askep 1. Catat intake dan output 1. Monitoring asupan nutrisi
2024 Perubahan selama 2 x24 jam, makanan secara bagi tubuh
Nutrisi :Kuran diharapkan, kebutuhan akurat
g dari nutrisi tubuh dapat 2. Kaji adanya tanda- 2. Gangguan nutrisi dapat terjadi
Kebutuhan terpenuhi dengan kriteria tanda perubahan secara berlahan
berhubungan hasil : nutrisi : Anoreksi,
dengan 1. Anak mau makan Letargi,
peningkatan 2. Tidak Terjadi hipoproteinemia.
kebutuhan penurunan berat badan 3. Beri diet yang bergizi 3. Diare sebagai reaksi oedema
metabolime, 3. Porsi makan habis intestine dapat memperburuk
kehilangan status nutrisi
protein dan
penurunan
intake 4. Beri makanan dalam 4. Mencegah status nutrisi
porsi keciltapi sering menjadi lebih buruk

34
5. Beri suplemen vitamin 5. Membantu dalam proses
Jumat, 8 Maret dan besi sesuai metabolisme
2024 instruksi
Dx. 3 Setelah diberikan askep 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengetahui seberapa
Kecemasan selama 2 x24 jam, kecemasan klien besar kecemasan yang
berhubungan diharapkan cemas dirasakan klien
dengan berkurang sampai dengan
kurangnya hilang, dengan kriteria
pengetahuan hasil : 2. Gunakan media untuk 2. Untuk mempermudah
orang tua 1. Keluarga klien tidak menjelaskan pemahaman orang tua
tentang bertanya tentang mengenai penyakit
penyakit dan kesehatan anaknya
prosedur 2. Orang tua terlihat 3. Jelaskan tentang 3. Untuk mengurangi kecemasan
pembedahan tenang dengan pengobatan yang pada orang tua
keadaan anaknya diberikan dan
3. TTV dalam batas prosedur tindakan
normal 4. Dorong orang tua 4. Untuk mengetahui tingkat
untuk kecemasan orang tua dan
mengungkapkan memberi solusi sesuai tingkat

35
perasaan dan kecemasan orang tua
dengarkan dengan
penuh perhatian
Jumat 8 Maret Dx. 4 Setelah diberikan askep 1. Pertahankan tirah 1. Mengurangi pengeluaran
2024 Intoleransi selama 2 x 24 jam, baring bila terjadi energy
aktivitas diharapkan pasien dapat edema berat
berhubungan istirahat dengan adekuat 2. Seimbangkan istrahat 2. Mengurangi kelelahan pada
dengan dengan kriteria: dan aktivitas bila pasien
kurangnya 1. Anak tampak segar ambulasi
nutrisi tubuh bersemangat dalam 3. Intrusikan pada anak 3. Untuk menghemat energy
beraktivitas untuk istrahat bila
anak merasa lelah

PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK “KA” DENGAN TUMOR WILMS

36
DI RUANG ANAK CILINAYA RSD MANGUSADA

TANGGAL 8 – 10 MARET 2024

E. Pelaksanaan Keperawatan

HARI/TGL D TINDAKAN EVALUASI


WAKTU X
Jumat, 8 1 1.Mengkaji tingkat nyeri 1. Pasien masih tampak merasa nyeri dengan skala nyeri 6 (rentang
Maret 2024 skala nyeri 0 – 10)
08.00
08.30 1 2. mengajarkan pasien untuk melakukan 2. Pasien tampak masih merasakan nyeri dan pasien tampak mau
teknik pengurangan nyeri nonfarmakologis bermain di temani oleh orangtuanya
09.00 dengan cara mengalihkan nyeri dengan
1 mengajak pasien bermain
09.30
1 3. Delegatif dengan dokter dalam pemberian 3.Obat sudah di berikan
analgesik sesuai ketentuan
10.00
2 4. Mencatat intake dan output makanan secara 4. Pasien makan habis ½ porsi, pasien sudah BAB 1 kali pukul 06.00
akurat dengan konsistensi normal
10.30

37
2 5.. Mengkaji adanya tanda-tanda perubahan 5. Pasien tidak menunjukan adanya tanda perubahan nutrisi

nutrisi : Anoreksi, Letargi, hipoproteinemia.


11.00
2 6. Memberi diet yang bergizi dan sesuai 6. Kebutuhan gizi pasien sudah cukup terpenuhi
kebutuhan gizi anak
12.00
2 7. Memberi makanan dalam porsi kecil tapi 7. Pasien mau makan makanan dalam porsi kecil tapi sering
sering sesuai kebutuhan gizi anak
13.00
3 8.. Berkolaborasi dengan dokter dalam 8. Pasien sudah mendapatkan suplemen vitamin dan zat besi dalam
pemberian suplemen vitamin dan zat besi bentuk tablet per oral

sesuai dengan kebutuhan anak


14.30
3 9. Mengkaji tingkat kecemasan klien 9. Pasien menunjukan tingkat kecemasan ringan
15.30
3 10. Mengunakan media untuk menjelaskan 10. Pasien dan keluarga mengerti mengenai penyakit yang dijelaskan
mengenai penyakit pada anak oleh perawat
17.00
3 11. Menjelaskan tentang pengobatan yang 11. Pasien dan keluarga mengerti mengenai pengobatan yang dijelaskan
diberikan dan prosedur tindakan dan oleh perawat
melibatkan orangtua dalam setiap tindakan

38
yang di lakukan

18.00 12. Mendorong orang tua untuk


3 12. Orang tua pasien mau mengungkapkan perasaannya kepada perawat
mengungkapkan perasaan dan dengarkan
dengan penuh perhatian

18.30 13. Mempertahankan tirah baring bila terjadi


4 13. Tidak tampak edema berat pada pasien
edema berat

19.00 14. Menyeimbangkan istrahat dan aktivitas


4 14. Pasien mau menyeimbangkan istirahat dan aktivitas bila amulasi
bila ambulasi

15. Mengintrusikan pada anak untuk istrahat


4 bila anak merasa lelah 15. Pasien kooperatif untuk beristirahat bila merasa lelah

Sabtu, 9 1.Mengkaji tingkat nyeri


Maret 2024 1 1. Pasien masih tampak merasa nyeri dengan skala nyeri 6 (rentang
08.00 skala nyeri 0 – 10)
2. mengajarkan pasien untuk melakukan
08.30 1 2. Pasien tampak masih merasakan nyeri dan pasien tampak mau
teknik pengurangan nyeri nonfarmakologis

39
09.00 dengan cara mengalihkan nyeri dengan bermain di temani oleh orangtuanya
mengajak pasien bermain

09.30
3. Delegatif dengan dokter dalam perikanan

1 analgesik sesuai ketentuan 3.Obat sudah di berikan


10.00
4.Mencatat intake dan output makanan secara

2
akurat 4. Pasien makan habis ½ porsi, pasien sudah BAB 1 kali pukul 05.00
10.30 dengan konsistensi normal
5.. Mengkaji adanya tanda-tanda perubahan
nutrisi : Anoreksi, Letargi, hipoproteinemia.
2 5. Pasien tidak menunjukan adanya tanda perubahan nutrisi
11.00
6. Memberi diet yang bergizi dan sesuai
kebutuhan gizi anak
2 6. Kebutuhan gizi pasien sudah cukup terpenuhi
12.00
7. Memberi makanan dalam porsi kecil tapi
sering sesuai kebutuhan gizi anak
2 7. Pasien mau makan makanan dalam porsi kecil tapi sering
13.00
8.. Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian suplemen vitamin dan besi
8. Pasien sudah mendapatkan suplemen vitamin dan zat besi dalam

40
2 sesuai dengan kebutuhan anak bentuk tablet per oral
14.30
9. Mengkaji tingkat kecemasan klien
9. Pasien menunjukan tingkat kecemasan ringan
3
15.30
10. Menggunakan media untuk menjelaskan
10. Pasien dan keluarga mengerti mengenai penyakit yang dijelaskan
mengenai penyakit pada anak
oleh perawat
17.00 3
11. Menjelaskan tentang pengobatan yang
diberikan dan prosedur tindakan dan 11. Pasien dan keluarga mengerti mengenai pengobatan yang dijelaskan
oleh perawat
melibatkan orangtua dalam setiap tindakan
3
yang di lakukan

18.00
12. Mendorong orang tua untuk
12. Orang tua pasien mau mengungkapkan perasaannya kepada perawat
mengungkapkan perasaan dan dengarkan

3 dengan penuh perhatian

18.30
13. Mempertahankan tirah baring bila terjadi
edema berat 13. Tidak tampak edema berat pada pasien

41
19.00 4
14. Menyeimbangkan istrahat dan aktivitas
bila ambulasi 14. Pasien mau menyeimbangkan istirahat dan aktivitas bila amulasi
4 15. Mengintruksikan pada anak untuk istrahat
bila anak merasa lelah 15. Pasien kooperatif untuk beristirahat bila merasa lelah
4

42
HARI/TGL D TINDAKAN EVALUASI
X
WAKTU

Jumat 8 1 1.Mengkaji tingkat nyeri 1. Pasien masih tampak merasa nyeri dengan skala nyeri 5 (rentang
Maret 2024 skala nyeri 0 – 10)

08.00
2. mengajarkan pasien untuk melakukan 2. Pasien tampak masih merasakan nyeri dan pasien tampak mau
1 teknik pengurangan nyeri nonfarmakologis bermain di temani oleh orangtuanya
08.30
dengan cara mengalihkan nyeri dengan
09.00 mengajak pasien bermain
09.30
1 3. Delegatif dengan dokter dalam pemberian 3.Obat sudah di berikan
analgesik sesuai ketentuan
10.00

4.Mencatat intake dan output makanan secara 4. Pasien makan habis ¾ porsi, pasien sudah BAB 1 kali pukul 05.30

43
1 akurat dengan konsistensi normal

10.30 5. Pasien tidak menunjukan adanya tanda perubahan nutrisi


5.. Mengkaji adanya tanda-tanda perubahan
2 nutrisi : Anoreksi, Letargi, hipoproteinemia.

11.00
6. Memberi diet yang bergizi dan sesuai 6. Kebutuhan gizi pasien sudah cukup terpenuhi
2 kebutuhan gizi anak

7. Pasien mau makan makanan dalam porsi kecil tapi sering


2
7. Memberi makanan dalam porsi keciltapi
sering sesuai kebutuhan gizi anak
8. Pasien sudah mendapatkan suplemen vitamin dan zat besi dalam
2
bentuk tablet per oral
8.. Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian suplemen vitamin dan besi
sesuai dengan kebutuhan anak

44
9. Mengkaji tingkat kecemasan klien 9. Pasien menunjukan tingkat kecemasan ringan

10. Mengunakan media untuk menjelaskan 10. Pasien dan keluarga mengerti mengenai penyakit yang dijelaskan
mengenai penyakit pada anak oleh perawat
3

11. Menjelaskan tentang pengobatan yang


diberikan dan prosedur tindakan dan 11. Pasien dan keluarga mengerti mengenai pengobatan yang dijelaskan
3
oleh perawat
7. Memberi makanan dalam porsi kecil tapi
12.00
sering sesuai kebutuhan gizi anak 7. Pasien mau makan makanan dalam porsi kecil tapi sering
2
8.. Berkolaborasi dengan dokter dalam
13.00
pemberian suplemen vitamin dan besi 8. Pasien sudah mendapatkan suplemen vitamin dan zat besi dalam
2 sesuai dengan kebutuhan anak bentuk tablet per oral

9. Mengkaji tingkat kecemasan klien


14.30
9. Pasien menunjukan tingkat kecemasan ringan

10. Mengunakan media untuk menjelaskan

45
15.30 3 mengenai penyakit pada anak
10. Pasien dan keluarga mengerti mengenai penyakit yang dijelaskan
11. Menjelaskan tentang pengobatan yang oleh perawat
17.00 3 diberikan dan prosedur tindakan dan
melibatkan orangtua dalam setiap tindakan 11. Pasien dan keluarga mengerti mengenai pengobatan yang dijelaskan
yang di lakukan oleh perawat
3 12. Mendorong orang tua untuk
18.00 mengungkapkan perasaan dan dengarkan
dengan penuh perhatian 12. Orang tua pasien mau mengungkapkan perasaannya kepada perawat

13. Mempertahankan tirah baring bila terjadi


3
18.30 edema berat
13. Tidak tampak edema berat pada pasien
14. Menyeimbangkan istrahat dan aktivitas
4 bila ambulasi
19.00
14. Pasien mau menyeimbangkan istirahat dan aktivitas bila amulasi
15. Mengintrusikan pada anak untuk istrahat
4 bila anak merasa lelah

46
4 15. Pasien kooperatif untuk beristirahat bila merasa lelah
1.Mengkaji tingkat nyeri
Minggu,10
Maret 2024

2. mengajarkan pasien untuk melakukan


1 Pasien masih tampak merasa nyeri dengan skala nyeri 4 (rentang skala
teknik pengurangan nyeri nonfarmakologis
08.00 nyeri 0 – 10)
dengan cara mengalihkan nyeri dengan
08.30
mengajak pasien bermain
1 2. Pasien tampak masih merasakan nyeri dan pasien tampak mau
09.00
bermain di temani oleh orangtuanya
3. Delegatif dengan dokter dalam perikanan
analgesik sesuai ketentuan
09.30

3.Obat sudah di berikan


1 4.Mencatat intake dan output makanan secara
10.00
akurat

2 5. Mengkaji adanya tanda-tanda perubahan 4. Pasien makan habis ¾ porsi, pasien sudah BAB 1 kali pukul 06.00
10.30
nutrisi : Anoreksi, Letargi, hipoproteinemia. dengan konsistensi normal

6. Memberi diet yang bergizi dan sesuai

47
11.00 2 kebutuhan gizi anak 5. Pasien tidak menunjukan adanya tanda perubahan nutrisi

12.00 7. Memberi makanan dalam porsi kecil tapi


2 6. Kebutuhan gizi pasien sudah cukup terpenuhi
sering sesuai kebutuhan gizi anak

8.. Berkolaborasi dengan dokter dalam


13.00
2 pemberian suplemen vitamin dan besi 7. Pasien mau makan makanan dalam porsi kecil tapi sering

sesuai dengan kebutuhan anak

2 8. Pasien sudah mendapatkan suplemen vitamin dan zat besi dalam


9. Mengkaji tingkat kecemasan klien bentuk tablet per oral
14.30

10. Mengunakan media untuk menjelaskan


15.30 mengenai penyakit pada anak
3 9. Pasien menunjukan tingkat kecemasan ringan

11. Menjelaskan tentang pengobatan yang


17.00 diberikan dan prosedur tindakan dan 10. Pasien dan keluarga mengerti mengenai penyakit yang dijelaskan
3
melibatkan orangtua dalam setiap tindakan oleh perawat
yang di lakukan
11. Pasien dan keluarga mengerti mengenai pengobatan yang dijelaskan

48
3 12. Mendorong orang tua untuk oleh perawat
18.00 mengungkapkan perasaan dan dengarkan
dengan penuh perhatian

13. Mempertahankan tirah baring bila terjadi 12. Orang tua pasien mau mengungkapkan perasaannya kepada perawat
18.30 3 edema berat

14. Menyeimbangkan istrahat dan aktivitas


19.00 bila ambulasi 13. Tidak tampak edema berat pada pasien

4
15. Mengintrusikan pada anak untuk istrahat
bila anak merasa lelah 14. Pasien mau menyeimbangkan istirahat dan aktivitas bila amulasi

15. Pasien kooperatif untuk beristirahat bila merasa lelah

49
50
EVALUASI KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK “KA” DENGAN TUMOR WILMS

DI RUANG ANAK CILINAYA RSD MANGUSADA

TANGGAL 8-10 MARET 2024

F. Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa Evaluasi

1 Nyeri berhubungan dengan efek S:


fisiologis dari neoplasia  Klien melaporkan nyeri berkurang
 Klien tidak menunjukkan ekspresi wajah terhadap nyeri, baik merintih ataupun
meringis.
 Klien melaporkan nyeri terkontrol, skala nyeri 4 (rentang skala nyeri 0-10)
O:
 Klien tampak tidak memegang perut atau daerah nyerinya lagi
A:
 Tujuan Tercapai
P:
 Lanjutkan Intervensi

2 Perubahan Nutrisi :Kurang dari S:

51
Kebutuhan berhubungan dengan  Klien melaporkan sudah ada nafsu makan dan tidak ada muntah
peningkatan kebutuhan metabolime, O:
kehilangan protein dan penurunan  Klien tampak menghabiskan ¾ porsi makannya
intake  Tidak ada penurunan berat badan
A:
 Tujuan Tercapai
P:
 Lanjutkan Intervensi

3 Kecemasan berhubungan dengan S:


kurangnya pengetahuan orang tua  Klien dan keluarga mengatakan paham dengan proses pengobatan
tentang penyakit dan prosedur  Klien dan keluarga mengatakan optimis dengan kesembuhan dan proses
pembedahan pengobatan
O:
 Klien dan keluarga kooperatif terhadap proses pengobatan
A:
 Tujuan Tercapai
P:
 Lanjutkan Intervensi

4 Intoleransi aktivitas berhubungan S:


dengan kurangnya nutrisi tubuh  Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam beraktivitas
O:

52
 Klien tampak mampu beraktivitas secara normal tanpa ada hambatan
A:
 Tujuan Tercapai
P:
 Lanjutkan Intervensi

53
54
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ganas ginjal yang tumbuh
dari sele m b r i o n a l p r i m i t i v e d i g i n j a l . T u m o r w i l m s m e r u p a k a n t u m o r
g a n a s g i n j a l y a n g terbanyak pada bayi dan anak. Tumor Wilms ditemukan pada 1
diantara 200.000-250.000 anak-anak. Sekitar 80% tumor ini terjadi pada anak di
bawah 6 tahun dengan puncak insidens pada umur 2-4 tahun. Tumor Wilms dapat
juga dijumpai pada neonatus. Tumor Wilms terhitung 6% dari seluruh penyakit
keganasan pada anak (Amalia, 2014).
Dampak Tumor Wilms terhadap anak dapat mengalami berbagai macam masalah
terkait dengan penyakit dan pengobatan. Terutama dengan metode kemoterapi dapat
memberikan efek pada fisik, psikologis anak dan dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan serta kualitas hidup anak (Hockenberry & Wilson, 2007). Anak
dengan tumor wilms dapat mengalami kecemasan dan depresi akibat penyakit yang
diderita. Hal ini merupakan keadaan yang normal, namun sebagian anak membutuhkan
intervensi psikologis dalam menjalani pengobatan tumor wilms (Shell & Kirsch dalam
Otto, 2001). Kecemasan dan depresi merupakan respon yang paling umum terjadi pada
anak dengan tumor wilms dan menjalani pengobatan. Kegagalan anak dalam
beradaptasi dengan kondisi fisik dan pengobatan dapat mempengaruhi fungsi
psikososial anak. Penelitian yang dilakukan oleh Enskar dan Von Essen (2008)
menunjukkan bahwa pada umumnya anak yang sedang menjalani kemoterapi
menunjukkan distress psikososial yang mempengaruhi kepuasan anak dalam
berpartisipasi terhadap kehidupan sosialnya.

55
DAFTAR PUSTAKA

1. STIKES Dharma Husada Bandung “Askep Anak dengan Tumor Wilms”


(2013), diakses pada 14 Maret 2024 dari URL
http://macrofag.blogspot.com/2013/02/askep-anak-dengan-tumor-will.html
2. Gizi Klinikku “Sistem Urinaria (Sistem Perkemihan)” (2016), diakses pada 14
Maret 2024 dari http://giziklinikku.blogspot.com/2016/06/sistem-urinaria-
sistem-perkemihan.html
3. Suling Sakti : “ Kelainan Kongenital Sistem Urinaria” (2018), diakses pada 14
Maret 2024 dari https://sulingsoni.blogspot.com/2018/10/kelainan-kongenital-
sistem-urinaria.html
4. Politeknik Kesehatan Semarang “Makalah Kelainan sistem dan Fungsi
Perkemihan” (2014), diakses pada 14 Maret 2024 dari http://nissa-
uchil.blogspot.com/2014/02/tugas-patofisiologi-kelainan-sistem-dan.html
5. Universitas Muhammadiyah Semarang “Sistem Perkemihan” (2011), diakses
pada 14 Maret 2024 dari URL
http://repository.unimus.ac.id/1464/3/15.%20BAB%20II.pdf
6. Amalia,Z, April 2014, “Tumor Wilms (Nephroblastoma)”, diakses pada 14
Maret 2024 dari URL
http://cme.medicinus.co/file.php/1/MEDICAL_REVIEW_Tumor_Wilms_Nep
hroblastoma_.pdf
7. Diagnosis. Wilm’s Tumor Treatment. Edisi 2005, diakses pada 14 Maret 2024
dari URL http://www.wrongdiagnosis.com/w/wilms_tumor/treatments.htm.

8. Bambang Permono, Mia Ratwita. Tumor Wilms. Edisi 2008. Diakse pada 14
Maret 2024 dari URL http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-
ybwd242.htm

56
57

Anda mungkin juga menyukai