OLEH :
KELOMPOK 8
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini berjudul “Patofisiologi Kelainan Kongenital Pada Sistem
Urinari dan Asuhan Keperawatan Pada Anak Willem’s Tumor serta Dampaknya” yang
dibuat sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Anak Kronis dan Terminal Program Studi
Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini , kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Oleh karena itu kami sangat menghargai bantuan dari berbagai
pihak yang telah memberi dukungan, motivasi dan buku-buku serta beberapa sumber lainnya
sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari kata
sempurna oleh karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki.
Maka dengan itu kami dari pihak penyusun makalah sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk penyelesaian makalah atau tugas selanjutnya.
Kelompok 8
2
DAFTAR ISI
BAB I (PENDAHULUAN)
BAB II (PEMBAHASAN)
A. Kesimpulan ..............................................................................................53
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem perkemihan merupakan organ vital yang berperan penting dalam
melakukan ekskresi dan melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh, dan
dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Sistem ini secara kontinu membuang dan
mereabsorbsi air dan substansi terlarut dalam darah, serta mengeliminasi setiap
substansi yang tidak dibutuhkan dalam tubuh (Wylie,2011). Sistem perkemihan terdiri
atas ginjal, kandung kemih, dan uretra. Sistem perkemihan mempunyai dua ginjal
untuk menjaga fungsi ekskresi. Organ ini memproduksi urin yang berisikan air, ion-
ion, dan senyawa-senyawa solute yang kecil. Urin meninggalkan kedua ginjal dan
melewati sepasang ureter menuju dan ditampung sementara pada kandung kemih,
selanjutnya terjadi proses ekskresi urin yang dinamakan miksi, terjadi ketika adanya
kontraksi dari otot-otot kandung kemih menekan urin untuk keluar melewati uretra
dan keluar dari tubuh (Muttaqin & Sari, 2014).
Kandung kemih adalah organ berongga yang terdiri atas tiga lapis otot
destrusor yang saling beranyaman. Dinding kandung kemih terdapat dua bagian besar
yakni ruangan yang berdinding otot polos yang terdiri dari badan (korpus) yang
merupakan bagian utama dimana urin berkumpul dan leher (kolum) yang merupakan
lanjutan dari badan yang berbentuk corong. Kandung kemih berfungsi menampung
urin dari ureter dan kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme
miksi (berkemih). Kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal dalam
menampung urin, dimana pada orang dewasa besarnya adalah ± 300-450 ml. Kadung
kemih pada saat kosong terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat penuh
berada di atas simfisis sehingga dapat di palpasi dan diperkusi (Muttaqin & Sari,
2014).
B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana Sistem Urinaria ?
b. Bagaimana Patofisiologi Pada Kelainan Kongenital Pada Sistem Urinaria ?
c. Apa Itu Tumor Wilms ?
4
d. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Tumor Wilms?
C. TUJUAN
Tujuan di buat makalah ini agar mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui dan
memahami tentang :
a. Sistem urinaria
b. Patofisiologi pada kelainan kongenital pada sistem urinari
c. Tumor wilms
d. Asuhan keperawatan pada anak dengan tumor wilms
D. MANFAAT
Manfaat penyusunan makalah ini adalah agar dapat menjadi bahan pembelajaran dan
menambah wawasan pengetahuan serta pemahaman mengenai Patofisiologi Kelainan
Kongenital Pada Sistem Urinari dan Asuhan Keperawatan Pada Anak Willem’s
Tumor dan dampaknya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. SISTEM URINARIA
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Sistem
urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga dara
bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang
masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larutan dalam
air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih). Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem urinaria terdiri
atas:
a. Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.
b. Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.
c. Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung.
d. Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kencing.
6
B. KELAINAN KONGENITAL PADA SISTEM URINARIA
1) Kelainan pada ginjal
a. Agenesis ginjal: tidak terbentuknya salah satu atau kedua ginjal
b. Hipoplasia ginjal: ukuran ginjal lebih kecil dari normal
c. Ginjal multikistik: adanya massa kistik berlobus-lobus ireguler pada ginjal,
sebagian besar unilateral
d. Ginjal polikistik: adanya massa kistik pada ginjal, bersifat bilateral. Terbentuk
akibat gangguan perkembangan dan bersatunya tubulus dan system collecting,
tubulus buntu bersatu dengan glomerulus membentuk kista
e. Ginjal ektopik: ginjal mengalami asensusdan rotasi dari lokasi sebelumnya
f. Gangguan vaskuler ginjal: arteri renalis tunggal, vena renalis tunggal, vasa
aberan
2) Kelainan pada ureter
a. Atresia ureter: ureter tidak terbentuk atau buntu
b. Duplikasi ureter: terdiri atas duplikasi complete (kedua pelvis ureter bermuara
pada tempat berlainan (berbeda) di buli) dan duplikasi incomplete (kedua
pelvis ureter salingbertemu sebelum bermuara pada buli)
c. Uterocele: sakulasi atau dilatsi kistik terminal ureter
d. Ureter ektopik: keadaan dimana ureter bermuara tidak pada tempatnya
e. Uretropelvic junction obstruction: kegagalan fungsional transport urine dari
pelvis renaliske ureter secara signifikan
f. Vesicouretral refluks: kejadian aliran balik/regurgitasi urine dari vesika
urinariake traktus urinarius atas
3) Kelainan pada vesika urinaria
a. Ekstrofia buli: cacat ventral lengkap sinus urogenital dansistem rangka yang
meliputinya. Urin keluar dari muara ureter langsung kedinding abdomen
b. Urachus persisten: lumen urachus tetap terbuka sehingga masihterjadi
hubungan antara buli-buli dengan umbilicus
4) Kelainan pada uretra
a. Posterior uretral valve: lipatan mukosa di uretra posterior (prostatika) yang
membentukkatup sehingga menyebabkan obstruksi salurankemih bawah
5) Kelainan pada organ genitalia
1. Undesensus testis: testis tidak turun ke kantong skrotum
2. Hipospadia: muara uretra terletak di ventral penis
7
3. Epispadia: muara uretra terletak di dorsal penis
4. Fimosis: kelainan pada penis dimana prepucium melekat kencang pada kepala
penis sehingga tidak dapat ditarik ke belakang melewati kepala penis
C. TUMOR WILLEM’S
1. DEFINISI
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ganas ginjal yang
tumbuh dari sele m b r i o n a l p r i m i t i v e d i g i n j a l . T u m o r w i l m s
m e r u p a k a n t u m o r g a n a s g i n j a l y a n g terbanyak pada bayi dan anak.
Tumor Wilms ditemukan pada 1 diantara 200.000-250.000 anak-anak. Sekitar
80% tumor ini terjadi pada anak di bawah 6 tahun dengan
puncak insidens pada umur 2-4 tahun. Tumor Wilms dapat juga dijumpai pada
neonatus. Tumor Wilms terhitung 6% dari seluruh penyakit keganasan pada anak
(Amalia, 2014).
Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat,
terbentuk dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-anak sebelum usia lima
tahun (kamus kedokteran dorland)
2. ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik. Tumor
wilms berasal dari proliferasi patologik blastema metanefron akibat tidak adanya
stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk menghasilkan tubuli dan
glomeruli yang berdiferensiasi baik. Perkembangan blastema renalis untuk
membentuk struktur ginjal terjadi pada umur kehamilan 8-34 minggu. Sehinga
diperkirakan bahwa kemampuan blastema primitif untuk merintis jalan ke arah
pembentukan Tumor wilms, apakah sebagai mutasi germinal atau somatik, itu
terjadi pada usia kehamilan 8-34 minggu.
Sekitar 1,5% penderita mempunyai saudara atau anggota keluarga lain yang
juga menderita Tumor wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak bersifat
keturunan yang berbeda dengan kasus Tumor bilateral. Sekitar 7-10% kasus
Tumor wilms diturunkan secara autosomal dominan.
3. ANATOMI FISIOLOGI
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. setiap ginjal
memiliki sebuah ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian
8
ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam kandung kemih.
Dari kandung kemih, air kemih mengalir melalui uretra, meninggalkan tubuh
melalui penis (pria) dan vulva (wanita). Anatomi ginjal :
a. Makroskopis
Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang
peritonium, didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus
abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor). Ginjal pada orang dewasa
penjangnya sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan berat kedua ginjal kurang dari
1% berat seluruh tubuh atau ginjal beratnya antara 120-150 gram.
Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan
kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-
laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Ginjal dipertahankan dalam posisi
tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Potongan longitudinal ginjal
memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu korteks dan medulla.
Medulla terbagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid. Piramid-
piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-
segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap
piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan
bagian terminal dari banyak duktus pengumpul (Price,1995 : 773).
b. Mikroskopis
Tiap tubulus ginjal dan glumerulusnya membentuk satu kesatuan
(nefron). Nefron adalah unit fungsional ginjal. Dalam setiap ginjal terdapat
sekitar satu juta nefron. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman, tumbai
kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus
kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus pengumpul. (Price, 1995)
c. Vaskularisasi ginjal
Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi
vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena
kavainferior yang terletak disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis
masuk kedalam hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteri interlobaris
yang berjalan diantara piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata
kemudian membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam
korteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola aferen pada
glomerulus (Price, 1995).
9
Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian
bercabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan
disebut kapiler peritubular. Darah yang mengalir melalui sistem portal ini
akan dialirkan kedalam jalinan vena selanjutnya menuju vena interlobularis,
vena arkuarta, vena interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai
vena cava inferior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu
volume yang sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml/menit) lebih dari
90% darah yang masuk keginjal berada pada korteks sedangkan sisanya
dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah ginjal adalah otoregulasi aliran
darah melalui ginjal arteiol afferen mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat
merubah resistensinya sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah arteri
dengan demikian mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
tetap konstan ( Price, 1995).
d. Persarafan pada ginjal
Menurut Price (1995) “Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis
(vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk
kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang
masuk ke ginjal”.
fungsi ginjal adalah untuk:
1. Menyaring limbah metabolik
2. Menyaring kelebihan natrium dan air dari darah
3. Membantu membuang limbah metabolik serta natrium dan air yang
berlebihan dari tubuh
4. Membantu mengatur tekanan darah
5. Membantu mengatur pembentukan sel darah.
Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit penyaring (nefron). sebuah nefron
merupakan suatu struktur yang menyerupai mangkuk dengan dinding yang
berlubang (kapsula bowman), yang mengandung seberkas pembuluh darah
(glomerulus). kapsula bowman dan glomerulus membentuk korpuskulum
renalis.
4. PATOFISIOLOGI
Tumor Wilms (Nefroblastoma) merupakan tumor ginjal yang tumbuh dari sel
embrional primitif diginjal, makroskopis ginjal akan tampak membesar dan keras
10
sedangkan gambaran histo-patologisnya menunjukan gabungan dari pembentukan
abortif glomerulus dan gambaran otot polos, otot serat lintang, tulang rawan dan
tulang. Biasanya unilateral dan hanya 3-10% ditemukan bilateral. Tumor
bermetastase ke paru, hati, ginjal, dan jarang sekali ke tulang.
Komponen klasik dari tumor Wilms terdiri dari tiga komponen yang tampak
pada diferensiasi ginjal normal: blastema, tubulus,dan stroma. Terdapat gambaran
yang heterogen dari proporsi komponen tersebut dan juga adanya diferensiasi
yang aberan, seperti jaringan lemak, otot lurik, kartilago, dan tulang. Adanya
gambaran komponen yang monofasik juga ditemukan. Tumor ginjal lain yang
ditemukan pada anak berupa mesoblastik nefroma, clear cell sarkoma, dan renal
rhabdoid tumor dapat membingungkan.
Gambaran anaplasia merupakan indikator penting dalam prognosis tumor Wilms.
Gambaran anaplastik ditandai oleh pembesaran inti sel 2-3 kali lipat,
hiperkromatisasi, dan gambaran mitosis yang abnormal.
11
e. Tumor tidak dapat direseksi secara lengkap karena infiltrasi lokal ke dalam
struktur vital
f. Tumor menyebar tidak terbatas pada daerah flank
4. Stadium IV
Metastasis hematogen ke paru-paru, hepar, tulang atau otak atau metastasis ke
kelenkar getah bening di luar abdomen dan pelvis. Nodul paru tampak pada CT
scan harus dibiopsi untuk diagnosis definitif stadium IV.
5. Stadium V
Keterlibatan kedua ginjal pada diagnosis. Setiap sisi harus didiagnosis secara
individu menurut kriteria di atas.
5. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya nyeri
perut dan hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi invasi tumor yang
menembus ginjal sedangkan hematuria terjadi karena invasi tumor yang
menembus sistim pelveokalises. Demam dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis
tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain yang bisa muncul adalah :
a. Malaise (merasa tidak enak badan
b. Nafsu makan berkurang
c. Mual dan muntah
d. Pertumbuhan berlebih pada salah satu sisi tubuh (hemihipertrofi)
e. Pada 15-20% kasus, terjadi hematuria (darah terdapat di dalam air kemih).
Tumor Wilms bisa menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi). Gambaran
klinis lainnya berupa demam, penurunan berat badan, anemia, varikokel kiri
(akibat obstruksi vena renalis kiri), dan hipertensi. Trombus tumor dapat meluas
ke vena cava inferior dan jantung sehingga menimbulkan malfungsi jantung.
Kadang-kadang, terjadi gejala akut abdomen akibat ruptur tumor setelah suatu
trauma minor.
6. KOMPLIKASI
a. Tumor Bilateral
b. Ekstensi Intracaval dan atrium
c. Tumor lokal yang lanjut
d. Obstruksi usus halus
12
e. Tumor maligna sekunder
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. CT scan atau MRI perut
b. USG perut
c. Rontgen perut
d. Rontgen dada (untuk melihat adanya penyebaran tumor ke dada)
e. Pemeriksaan darah lengkap (mungkin akan menunjukkan anemia)
f. BUN
g. Kreatinin
h. Urinalisis (analisa air kemih, bisa menunjukkan adanya darah atau protein
urine)
i. Pielogram intravena.
8. PENATALAKSANAAN
Tindakan operasi merupakan tindakan untuk terapi sekaligus penentuan
stadium tumor. Berdasarkan rekomendasi NWTSG, nefrektomi primer dikerjakan
pada semua keadaan kecuali pada tumor unilateral yang unresectable, tumor
bilateral dan tumor yang sudah berekstensi ke vena cava inferior di atas vena
hepatika. Tumor yang unresectable dinilai intraoperatif. Diberikan kemoterapi
seperti stadium III dan pengangkatan tumor dilakukan setelah 6 minggu. Pada
tumor bilateral, dilakukan biopsi untuk menentukan jenis tumor dan diberikan
kemoterapi biasanya dalam 8-10 minggu. Nefrektomi dilakukan pada kasus tumor
bilateral jika diberikan sisa parenkim ginjal setelah reseksi tumor masih lebih dari
2/3. Hal penting dalam pembedahan meliputi insisi transperitoneal, eksplorasi
ginjal kontralateral, dilakukan nefrektomi radikal, hindari tumpahan tumor, dan
biopsi kelenjar getah bening yang dicurigai.
Terapi lanjutan dengan kemoterapi atau radioterapi tergantung pada hasil
staging dan histologi (favourable atau non favourable) dari tumor. Berdasarkan
NWTS-5 berikut algoritma pemberian kemoterapi dan radioterapi pada tumor
Wilms. Nefrektomi parsial hanya dianjurkan pada pasien dengan tumor bilateral,
solitary kidney, dan insufisiensi renal. Pada kasus tumor Wilms bilateral yang
perlu dilakukan nefrektomi bilateral, transplantasi dilakukan setelah 1 tahun
setelah selesai pemberian kemoterapi.
13
Keberhasilan penanganan tumor Wilms ditentukan dari hasil stratifikasi,
registrasi, dan studi NWTSG. Survival bebas penyakit 95% untuk stadium I, dan
kira-kira 80% untuk pasien secara keseluruhan. Prognosis buruk dijumpai pada
pasien dengan metastasis ke kelenjar getah bening, paru-paru dan hepar.
2. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Pre Operasi
16
Takikardi dan ↓
takipnea Nyeri
17
Orang tua terlihat ↓
cemas dan gelisah Kecemasan
dengan keadaan
anaknya
TTV meningkat
Data subjektif : Tumor wilms Intoleransi aktivitas
Anak mengatakan ↓
lemas dan lelah Tumor belum
Data objektif : menembus kapsul
Terbaring lemas di ginjal
tempat tidur ↓
Anak kurang Berdiferensiasi
bersemangatdalam ↓
beraktivitas Tumor menembus
Post Operasi
Data subjektif: Tumor wilms Nyeri
Klien mengeluh ↓
nyeri Sayatan operasi
Data Objektif ↓
Wajah tampah Terputusnya
meringis kontinuitas jaringan
Skala nyeri 0-10 ↓
18
infeksi (bengkak, Sayatan operasi
kemerahan, nyeri, ↓
demam) Adanya luka operasi
Peningkatan suhu ↓
tubuh Luka terbuka
↓
Resiko tinggi infeksi
3. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan
efek fisiologis dari neoplasia
2) Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake
3) Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang
penyakit dan prosedur pembedahan
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kurangnya nutrisi tubuh
b. Pasca operasi
1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi
19
diterima anak dengan 3. Berikanan analgesik 3. Mengurangi rasa
kriteria hasil : sesuai ketentuan sakit
1. Nyeri hilang 4. Berikan obat dengan 4. Untuk mencegah
2. Tekanan darah dalam jadwal preventif kambuhnya
batas normal nyeri
3. Tidak Takikardi dan 5. Hindari aspirin atau 5. Karena aspirin
takipnea senyawanya meningkatkan
kecenderungan
pendarahan
Perubahan Setelah diberikan askep 1. Catat intake dan output 1. Monitoring
Nutrisi :Kuran selama …x24 jam, makanan secara asupan nutrisi
g dari diharapkan, kebutuhan akurat bagi tubuh
Kebutuhan nutrisi tubuh dapat 2. Kaji adanya tanda- 2. Gangguan nutrisi
berhubungan terpenuhi dengan kriteria tanda perubahan dapat terjadi
dengan hasil : nutrisi : Anoreksi, secara berlahan
peningkatan 1. Anak mau makan Letargi,
kebutuhan 2. Tidak Terjadi hipoproteinemia.
metabolime, penurunan berat badan 3. Beri diet yang bergizi 3. Diare sebagai
kehilangan 3. Porsi makan habis reaksi oedema
protein dan intestine dapat
penurunan memperburuk
intake status nutrisi
4. Beri makanan dalam 4. Mencegah status
porsi keciltapi sering nutrisi menjadi
lebih buruk
5. Beri suplemen vitamin 5. Membantu dalam
dan besi sesuai proses
instruksi metabolisme
Kecemasan Setelah diberikan askep 1. Kaji tingkat 1. Untuk
berhubungan selama …x24 jam, kecemasan klien mengetahui
dengan diharapkan cemas seberapa besar
kurangnya berkurang sampai dengan kecemasan yang
pengetahuan hilang, dengan kriteria dirasakan klien
20
orang tua hasil : 2. Gunakan media untuk 2. Untuk
tentang 1. Keluarga klien tidak menjelaskan mempermudah
penyakit dan bertanya tentang mengenai penyakit pemahaman
prosedur kesehatan anaknya orang tua
pembedahan 2. Orang tua terlihat 3. Jelaskan tentang 3. Untuk
tenang dengan pengobatan yang mengurangi
keadaan anaknya diberikan dan kecemasan pada
3. TTV dalam batas prosedur tindakan orang tua
normal 4. Dorong orang tua 4. Untuk mengetahui
untuk tingkat kecemasan
mengungkapkan orang tua dan
perasaan dan memberi solusi
dengarkan dengan sesuai tingkat
penuh perhatian kecemasan orang
tua
Intoleransi Setelah diberikan askep 1. Pertahankan tirah 1. Mengurangi
aktivitas selama …x 24 jam, baring bila terjadi pengeluaran
berhubungan diharapkan pasien dapat edema berat energy
dengan istirahat dengan adekuat 2. Seimbangkan istrahat 2. Mengurangi
kurangnya dengan kriteria: dan aktivitas bila kelelahan pada
nutrisi tubuh 1. Anak tampak segar ambulasi pasien
bersemangat dalam 3. Intrusikan pada anak 3. Untuk
beraktivitas untuk istrahat bila menghemat
anak merasa lelah energy
· Pasca Operasi
Nyeri Setelah diberikan askep 1. Kaji tingkat nyeri 1. Menentukan
berhubungan selama …x24 jam tindakan
dengan diharapkan pasien tidak selanjutnya
inkontinuitas mengalami nyer iatau 2. Lakukan tehnik 2. Sebagai
jaringan nyeri menurun sampai pengurangan nyeri analgesik
tingkat yang dapat nonfarmakologis tambahan
diterima anak dengan 3. Berikanan algesik 3. Mengurangi rasa
kriteria hasil : sesuai ketentuan sakit
21
1. Nyeri hilang 4. Berikan obatdengan 4. Untuk mencegah
2. Tekanan darah dalam jadwal preventif kambuhnya
batas normal nyeri
3. Tidak Takikardi dan 5. Hindari aspirin atau 5. Karena aspirin
takipnea senyawanya meningkatkan
kecenderungan
pendarahan
Resiko tinggi Setelah diberikan askep 1. Pantau tanda-tanda 1. Peningkatan suhu
infeksi selama …x24 jam vital dapat
berhubungsn diharapkan pasien tidak mengidentifikasi
dengan adanya mengalami resiko infeksi adanya infeksi
insisi dengan kriteria hasil : 2. Kaji tanda-tanda 2. Mengidentifikasi
pembedahan 1. Tidak Adanya tanda infeksi tanda infeksi
infeksi (bengkak, lebih dini
kemerahan, nyeri, sehingga bisa
demam) segera diatasi
2. Suhu dalam batas 3. Lakukan perawatan 3. Perawatan yang
normal luka dengan tekhnik benar akan
aseptic mempercepat
proses
penyembuhan
yang cepat
4. Kolaborasi pemberian 4. Mencegah
antibiotic perkembangan
bakteri
5. Pelaksanaan (Implementasi)
6. Evaluasi
22
E. DAMPAK TUMOR WILMS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN ANAK
Anak dapat mengalami berbagai macam masalah terkait dengan penyakit dan
pengobatan. Terutama degan metode kemoterapi dapat memberikan efek pada fisik,
psikologis anak dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta kualitas
hidup anak (Hockenberry & Wilson, 2007)
1. Dampak Fisik
Pada umumnya efek samping agen kemoterapi antara lain infeksi, perdarahan,
anemia, mual dan muntah, gangguan nutrisi, ulserasi mukosa serta alopesia. Efek samping
lain misalnya diare, konstipasi, nyeri, kerusakan integritas kulit, ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit, toksik ginjal, neurotoksik, kelemahan kardiotoksik dan ototoksik terutama
pada karboplastin dan cisplatin (Muscari, 2005).
Efek samping dari Cisplatin terdiri atas mual dan muntah, penurunan nafsu makan
dan kebotakan. Selain itu cisplatin juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit
pada anak yang terdiri atas hipomagnesemia, hipokalemi dan hiperkalsemi. Efek samping
serius dari cisplatin adalah nefrotoksik, neuropati perifer, penekanan sumsum tulang
dan ototoksik (Cameron & Allen, 2009).
Kemoterapi yang signifikan dapat diprediksi menyebabkan terjadinya toksisitas,
dimana hal ini menjadi lebih serius apabila gejala toksisitas berkembang pada waktu
pasien berada dirumah diantara siklus pengobatan. Kemoterapi dapat menyebabkan
terjadinya sepsis neutropeni yang berakibat fatal apabila pengobatannya terlambat dan
tidak tepat (Lennan, et al. 2010).
2. Dampak Psikologis
Anak dengan tumor wilms dapat mengalami kecemasan dan depresi akibat penyakit
yang diderita. Hal ini merupakan keadaan yang normal, namun sebagian anak
membutuhkan intervensi psikologis dalam menjalani pengobatan tumor wilms (Shell &
Kirsch dalam Otto, 2001). Kecemasan dan depresi merupakan respon yang paling umum
23
terjadi pada anak dengan tumor wilms dan menjalani pengobatan.
Secara normal, kecemasan dapat terjadi sebagai bagian dari penyakit dan pengobatan
pada penderita kanker. Kecemasan dapat reaktif dan situasional berhubungan dengan
ketakutan setelah terdiagnosa penyakit dan selama menjalani pengobatan. Tanda-tanda
kecemasan seperti menangis , stress, gangguan perasaan dan gangguan tidur. Nyeri,
perasaan mual dan muntah yang tidak terkendali, hipoksia, dan menolak pengobatan juga
merupakan tanda-tanda kecemasan (Shell & Kirsch dalam Otto, 2001).
Kecemasan kronik yang timbul sebelum diagnosis dapat berkembang menjadi
gangguan kecemasan, fobia dan gangguan panik. Peranan perawat yang terpenting
terhadap anak adalah berespon terhadap gejala psikologis pada anak dengan rasa empati,
peduli dan tidak menyalahkan serta mendukung kekuatan keluarga dalam menghadapi
krisis (Shell & Kirsch dalam Otto, 2001).
Depresi (depression) merupakan respon psikologis pada anak. Walaupun perasaan
kesedihan dan perasaan yang hampa merupakan reaksi yang normal pada anak, namun hal
ini dapat berkembang menjadi depresi. Depresi biasanya terjadi pada anak selama proses
penyakit dan pengobatan. Penyebab timbulnya depresi sulit untuk ditentukan. Umumnya
depresi terjadi karena stres terhadap penyakit, perubahan biologis, dan karena pengobatan.
Kejadian depresi meningkat pada anak yang mendapatkan pengobatan dan yang
mengalami efek samping dari pengobatan (Shell & Kirsch dalam Otto, 2001).
Kegagalan anak dalam beradaptasi dengan kondisi fisik dan pengobatan dapat
mempengaruhi fungsi psikososial anak. Penelitian yang dilakukan oleh Enskar dan
Von Essen (2008) menunjukkan bahwa pada umumnya anak yang sedang menjalani
kemoterapi menunjukkan distress psikososial yang mempengaruhi kepuasan anak dalam
berpartisipasi terhadap kehidupan sosialnya.
Selain masalah psikososial, anak yang lebih besar akan memperlihatkan gejala depresi
dan berbagai perubahan perilaku akibat dari penyakit dan regimen terapi. Fatique, mual
dan muntah serta gangguan tidur yang apabila terjadi bersama-sama berupa suatu
kumpulan gejala yang dapat menimbulkan gejala depresi dan perubahan perilaku pada
remaja, namun pada anak gejala fatigue saja dapat mengakibatkan timbulnya gejala
depresi dan perubahan perilaku. Kluster gejala ini secara signifikan mempengaruhi
kualitas hidup anak (Hockenbery et al.2010).
24
F. CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TUMOR WILMS
A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dilakukan pada tanggal 8 september 2024 di ruang anak
Cilinaya RSD Mangusada dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik
dan dokumentasi.
1. Biodata
a. Identitas kliem
Nama : KA
Usia : 3 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Pendidikan : -
Alamat : Mengwi, Badung
Tanggal MRS : 5 Maret 2024
Tanggal Pengkajian : 8 Maret 2024
No RM : 494547
b. Identitas Orang Tua
1) Ayah
Nama : KM
Usia : 34 Tahun
Pendidikan : SMA Sederajat
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Hindu
25
Alamat : Mengwi, Badung
2) Ibu
Nama : DR
Usia : 30 Tahun
Pendidikan : S.Kom
Pekerjaan : PNS
Agama : Hindu
Alamat : Mengwi, Badung
c. Identitas saudara kandung
1). tabel identitas saudara kandung
g. Pemeriksaan fisik
26
Dari hasil pemeriksaan fisik teraba keras dan benjolan pada perut bawah
bagian kiri
1) Bernafas
3) Eliminasi
6) Kebersihan diri
Saat pengkajian Kulit tampak bersisik kasar dan klien mengeluh gatal-
gatal
27
Keluarga pasien mengatakan anaknya sempat panas dan Saat
pengkajian klian anak tidak mengeluh panas
8) Rasa nyaman
9) Rasa aman
12) Rekreasi
13) Belajar
14) Ibadah
28
i. Pemeriksaan penunjang
Protein (++)
Reduksi Negatif
Keton Negatif
Urobilin (++)
Bilirubin (+++)
B. Analisa Data
Pre Operasi
29
tusuk skala nyeri 6- Berdiferensiasi
7 dari skala nyeri ↓
yang diberikan Tumor menembus
Data objektif : kapsul ginjal (perineal,
klien tampak hilus, vena renal
memegangdaerah ↓
perutnya Nyeri
TTV : TD
120/100mmHg
RR : 25x/Menit.
S: 37,5oc.
Nadi : 110x/Menit
Data subjektif : Tumor wilms
Klien mengatakan ↓ Perubahan nutrisi:
tidak mau makan Tumor belum kurang dari kebutuhan
dan tidak ada nafsu menembus kapsul tubuh.
makan ginjal
↓
Berdiferensiasi
Data objektif : ↓
Makanan tidak di Tumor menembus
habiskan kapsul ginjal (perineal,
klien tampak mual- hilus, vena renal
mual ketika di ↓
berikan sedikit Disfungsi ginjal
makanan ↓
Gangguan
keseimbangan asam
dan basa
↓
Asidosis metabolic
↓
Mual dan muntah
30
↓
Nafsu makan
berkurang
C. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa prioritas
a. Nyeri akut b/d efek fisiologis dari neoplasia ditandai dengan klien mengatakan
nyeri di daerah perutnya klien mengatakan Nyeri dirasakan seperti ditusuk – tusuk
31
skala nyeri 6-7 dari skala nyeri yang diberikan klien tampak memegang daerah
perutnya TTV : TD 120/100mmH RR : 25x/Menit. S: 37,5oc. Nadi : 110x/Menit.
b. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan b/d peningkatan kebutuhan
metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake ditandai dengan klien
mengatakan tidak mau makan dan tidak ada nafsumakan, saat makan makanan
tidak dihabiskan dan tampak mual-mual ketika diberikan sedikit makanan.
c. Kecemasan b/d kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit dan prosedur
pembedahan ditandai dengan keluarga klien selalu bertanya tentang kesehatan
anaknya dan orang tua terlihat cemas dan gelisah dengan keadaan anaknya.
d. Intoleransi aktivitas b/d kurangnya nutrisi tubuh ditandai dengan klien
mengatakan lemas dan lelah tampak terbaring lemas di tempat tidur dan tampak
kurang bersemangat dalam beraktivitas.
32
PERENCANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK “KA” DENGAN TUMOR WILMS
D. Perencanaan Keperawatan
Jumat, 8 Maret Dx. 1 Setelah diberikan askep 1. Kaji tingkat nyeri 1. Menentukan tindakan
2024 Nyeri selama 2 x 24 jam selanjutnya
berhubungan diharapkan pasien tidak 2. Lakukan teknik 2. Sebagai analgesik tambahan
dengan efek mengalami nyeri atau pengurangan nyeri
fisiologis dari nyeri menurun sampai nonfarmakologis
neoplasia tingkat yang dapat 3. Berikanan analgesik 3. Mengurangi rasa sakit
diterima anak dengan sesuai ketentuan
kriteria hasil : 4. Berikan obat dengan 4. Untuk mencegah kambuhnya
1. Nyeri hilang jadwal preventif nyeri
2. Tekanan darah dalam
batas normal 5. Hindari aspirin atau 5. Karena aspirin meningkatkan
33
3. Tidak Takikardi dan senyawanya kecenderungan pendarahan
takipnea
Jumat, 8 Maret Dx. 2 Setelah diberikan askep 1. Catat intake dan output 1. Monitoring asupan nutrisi
2024 Perubahan selama 2 x24 jam, makanan secara bagi tubuh
Nutrisi :Kuran diharapkan, kebutuhan akurat
g dari nutrisi tubuh dapat 2. Kaji adanya tanda- 2. Gangguan nutrisi dapat terjadi
Kebutuhan terpenuhi dengan kriteria tanda perubahan secara berlahan
berhubungan hasil : nutrisi : Anoreksi,
dengan 1. Anak mau makan Letargi,
peningkatan 2. Tidak Terjadi hipoproteinemia.
kebutuhan penurunan berat badan 3. Beri diet yang bergizi 3. Diare sebagai reaksi oedema
metabolime, 3. Porsi makan habis intestine dapat memperburuk
kehilangan status nutrisi
protein dan
penurunan
intake 4. Beri makanan dalam 4. Mencegah status nutrisi
porsi keciltapi sering menjadi lebih buruk
34
5. Beri suplemen vitamin 5. Membantu dalam proses
Jumat, 8 Maret dan besi sesuai metabolisme
2024 instruksi
Dx. 3 Setelah diberikan askep 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengetahui seberapa
Kecemasan selama 2 x24 jam, kecemasan klien besar kecemasan yang
berhubungan diharapkan cemas dirasakan klien
dengan berkurang sampai dengan
kurangnya hilang, dengan kriteria
pengetahuan hasil : 2. Gunakan media untuk 2. Untuk mempermudah
orang tua 1. Keluarga klien tidak menjelaskan pemahaman orang tua
tentang bertanya tentang mengenai penyakit
penyakit dan kesehatan anaknya
prosedur 2. Orang tua terlihat 3. Jelaskan tentang 3. Untuk mengurangi kecemasan
pembedahan tenang dengan pengobatan yang pada orang tua
keadaan anaknya diberikan dan
3. TTV dalam batas prosedur tindakan
normal 4. Dorong orang tua 4. Untuk mengetahui tingkat
untuk kecemasan orang tua dan
mengungkapkan memberi solusi sesuai tingkat
35
perasaan dan kecemasan orang tua
dengarkan dengan
penuh perhatian
Jumat 8 Maret Dx. 4 Setelah diberikan askep 1. Pertahankan tirah 1. Mengurangi pengeluaran
2024 Intoleransi selama 2 x 24 jam, baring bila terjadi energy
aktivitas diharapkan pasien dapat edema berat
berhubungan istirahat dengan adekuat 2. Seimbangkan istrahat 2. Mengurangi kelelahan pada
dengan dengan kriteria: dan aktivitas bila pasien
kurangnya 1. Anak tampak segar ambulasi
nutrisi tubuh bersemangat dalam 3. Intrusikan pada anak 3. Untuk menghemat energy
beraktivitas untuk istrahat bila
anak merasa lelah
36
DI RUANG ANAK CILINAYA RSD MANGUSADA
E. Pelaksanaan Keperawatan
37
2 5.. Mengkaji adanya tanda-tanda perubahan 5. Pasien tidak menunjukan adanya tanda perubahan nutrisi
38
yang di lakukan
39
09.00 dengan cara mengalihkan nyeri dengan bermain di temani oleh orangtuanya
mengajak pasien bermain
09.30
3. Delegatif dengan dokter dalam perikanan
2
akurat 4. Pasien makan habis ½ porsi, pasien sudah BAB 1 kali pukul 05.00
10.30 dengan konsistensi normal
5.. Mengkaji adanya tanda-tanda perubahan
nutrisi : Anoreksi, Letargi, hipoproteinemia.
2 5. Pasien tidak menunjukan adanya tanda perubahan nutrisi
11.00
6. Memberi diet yang bergizi dan sesuai
kebutuhan gizi anak
2 6. Kebutuhan gizi pasien sudah cukup terpenuhi
12.00
7. Memberi makanan dalam porsi kecil tapi
sering sesuai kebutuhan gizi anak
2 7. Pasien mau makan makanan dalam porsi kecil tapi sering
13.00
8.. Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian suplemen vitamin dan besi
8. Pasien sudah mendapatkan suplemen vitamin dan zat besi dalam
40
2 sesuai dengan kebutuhan anak bentuk tablet per oral
14.30
9. Mengkaji tingkat kecemasan klien
9. Pasien menunjukan tingkat kecemasan ringan
3
15.30
10. Menggunakan media untuk menjelaskan
10. Pasien dan keluarga mengerti mengenai penyakit yang dijelaskan
mengenai penyakit pada anak
oleh perawat
17.00 3
11. Menjelaskan tentang pengobatan yang
diberikan dan prosedur tindakan dan 11. Pasien dan keluarga mengerti mengenai pengobatan yang dijelaskan
oleh perawat
melibatkan orangtua dalam setiap tindakan
3
yang di lakukan
18.00
12. Mendorong orang tua untuk
12. Orang tua pasien mau mengungkapkan perasaannya kepada perawat
mengungkapkan perasaan dan dengarkan
18.30
13. Mempertahankan tirah baring bila terjadi
edema berat 13. Tidak tampak edema berat pada pasien
41
19.00 4
14. Menyeimbangkan istrahat dan aktivitas
bila ambulasi 14. Pasien mau menyeimbangkan istirahat dan aktivitas bila amulasi
4 15. Mengintruksikan pada anak untuk istrahat
bila anak merasa lelah 15. Pasien kooperatif untuk beristirahat bila merasa lelah
4
42
HARI/TGL D TINDAKAN EVALUASI
X
WAKTU
Jumat 8 1 1.Mengkaji tingkat nyeri 1. Pasien masih tampak merasa nyeri dengan skala nyeri 5 (rentang
Maret 2024 skala nyeri 0 – 10)
08.00
2. mengajarkan pasien untuk melakukan 2. Pasien tampak masih merasakan nyeri dan pasien tampak mau
1 teknik pengurangan nyeri nonfarmakologis bermain di temani oleh orangtuanya
08.30
dengan cara mengalihkan nyeri dengan
09.00 mengajak pasien bermain
09.30
1 3. Delegatif dengan dokter dalam pemberian 3.Obat sudah di berikan
analgesik sesuai ketentuan
10.00
4.Mencatat intake dan output makanan secara 4. Pasien makan habis ¾ porsi, pasien sudah BAB 1 kali pukul 05.30
43
1 akurat dengan konsistensi normal
11.00
6. Memberi diet yang bergizi dan sesuai 6. Kebutuhan gizi pasien sudah cukup terpenuhi
2 kebutuhan gizi anak
44
9. Mengkaji tingkat kecemasan klien 9. Pasien menunjukan tingkat kecemasan ringan
10. Mengunakan media untuk menjelaskan 10. Pasien dan keluarga mengerti mengenai penyakit yang dijelaskan
mengenai penyakit pada anak oleh perawat
3
45
15.30 3 mengenai penyakit pada anak
10. Pasien dan keluarga mengerti mengenai penyakit yang dijelaskan
11. Menjelaskan tentang pengobatan yang oleh perawat
17.00 3 diberikan dan prosedur tindakan dan
melibatkan orangtua dalam setiap tindakan 11. Pasien dan keluarga mengerti mengenai pengobatan yang dijelaskan
yang di lakukan oleh perawat
3 12. Mendorong orang tua untuk
18.00 mengungkapkan perasaan dan dengarkan
dengan penuh perhatian 12. Orang tua pasien mau mengungkapkan perasaannya kepada perawat
46
4 15. Pasien kooperatif untuk beristirahat bila merasa lelah
1.Mengkaji tingkat nyeri
Minggu,10
Maret 2024
2 5. Mengkaji adanya tanda-tanda perubahan 4. Pasien makan habis ¾ porsi, pasien sudah BAB 1 kali pukul 06.00
10.30
nutrisi : Anoreksi, Letargi, hipoproteinemia. dengan konsistensi normal
47
11.00 2 kebutuhan gizi anak 5. Pasien tidak menunjukan adanya tanda perubahan nutrisi
48
3 12. Mendorong orang tua untuk oleh perawat
18.00 mengungkapkan perasaan dan dengarkan
dengan penuh perhatian
13. Mempertahankan tirah baring bila terjadi 12. Orang tua pasien mau mengungkapkan perasaannya kepada perawat
18.30 3 edema berat
4
15. Mengintrusikan pada anak untuk istrahat
bila anak merasa lelah 14. Pasien mau menyeimbangkan istirahat dan aktivitas bila amulasi
49
50
EVALUASI KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK “KA” DENGAN TUMOR WILMS
F. Evaluasi Keperawatan
No Diagnosa Evaluasi
51
Kebutuhan berhubungan dengan Klien melaporkan sudah ada nafsu makan dan tidak ada muntah
peningkatan kebutuhan metabolime, O:
kehilangan protein dan penurunan Klien tampak menghabiskan ¾ porsi makannya
intake Tidak ada penurunan berat badan
A:
Tujuan Tercapai
P:
Lanjutkan Intervensi
52
Klien tampak mampu beraktivitas secara normal tanpa ada hambatan
A:
Tujuan Tercapai
P:
Lanjutkan Intervensi
53
54
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ganas ginjal yang tumbuh
dari sele m b r i o n a l p r i m i t i v e d i g i n j a l . T u m o r w i l m s m e r u p a k a n t u m o r
g a n a s g i n j a l y a n g terbanyak pada bayi dan anak. Tumor Wilms ditemukan pada 1
diantara 200.000-250.000 anak-anak. Sekitar 80% tumor ini terjadi pada anak di
bawah 6 tahun dengan puncak insidens pada umur 2-4 tahun. Tumor Wilms dapat
juga dijumpai pada neonatus. Tumor Wilms terhitung 6% dari seluruh penyakit
keganasan pada anak (Amalia, 2014).
Dampak Tumor Wilms terhadap anak dapat mengalami berbagai macam masalah
terkait dengan penyakit dan pengobatan. Terutama dengan metode kemoterapi dapat
memberikan efek pada fisik, psikologis anak dan dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan serta kualitas hidup anak (Hockenberry & Wilson, 2007). Anak
dengan tumor wilms dapat mengalami kecemasan dan depresi akibat penyakit yang
diderita. Hal ini merupakan keadaan yang normal, namun sebagian anak membutuhkan
intervensi psikologis dalam menjalani pengobatan tumor wilms (Shell & Kirsch dalam
Otto, 2001). Kecemasan dan depresi merupakan respon yang paling umum terjadi pada
anak dengan tumor wilms dan menjalani pengobatan. Kegagalan anak dalam
beradaptasi dengan kondisi fisik dan pengobatan dapat mempengaruhi fungsi
psikososial anak. Penelitian yang dilakukan oleh Enskar dan Von Essen (2008)
menunjukkan bahwa pada umumnya anak yang sedang menjalani kemoterapi
menunjukkan distress psikososial yang mempengaruhi kepuasan anak dalam
berpartisipasi terhadap kehidupan sosialnya.
55
DAFTAR PUSTAKA
8. Bambang Permono, Mia Ratwita. Tumor Wilms. Edisi 2008. Diakse pada 14
Maret 2024 dari URL http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-
ybwd242.htm
56
57