Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Eliminasi

DISUSUN OLEH:
Hendrivayer Rivaldo Wagey
(2214201068)
Jamalitha Aldona garuda
(2214201079)

MATA KULIAH:
Proses Keperawatan & Berpikir Kritis

DOSEN PENGAMPU:
Ns. Yannerith Chintya, S.Kep., M.Kep

A2 KEPERAWATAN/ SEMESTER II
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan ini kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “ELIMINASI” Makalah ini penulis susun untuk menambah ilmu serta untuk
memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah “PROSES KEPERAWATAN & BERPIKIR
KRITIS”.

Penulis menyadari banyak pihak yang memberikan dukungan dan bantuan selama
menyelesaikan tugas ujian akhir semester.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya Penulis ucapkan kepada :


- Ns. Yannerith Chintya, S.Kep., M.Kep. selaku dosen pengampu yang telah
memberikan bimbingan dan arahan untuk menyelesaikan makalah ini.
- Papa, mama, kakak, adik, yang selalu memberikan dukungan, doa dan semangat.
- Teman- teman yang sudah membantu dalam menyelesaikan makalah ini

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca. Dengan tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya. Untuk itu kami sampaikan terima kasih apabila ada kurang
lebihnya penulis minta maaf.

Manado, 17 Januari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..…..………………………………………………..………………4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….4
C. Tujuan………………………………………………………………………………4
D. Manfaat……………………………………………………………………….…….4
BAB II PEMBAHASAN
A. Gangguan Eliminasi Urine……………………….………….……………...……...5
B. Inkontinensia Fekal…………………..……………………………………….…….7
C. Inkontinensia Urine Berlanjut………………………………………………………8
D. Inkontinensia Urine Berlebihan……………..………………………………………10
E. Inkontinensia Urine Fungsional……………………………………………………..11
F. Inkontinensia Urine Refleks…………………………………………………………12
G. Inkontinensia Urine Stres……………………………………………………………13
H. Inkontinensia Urine Urgensi…………………………………………………………14
I. Kesiapan Peningkatan Eliminasi Urine………………………………………………15
J. Konstipasi……………………………………………………………………….……17
K. Retensi Urine……………………………………………………………………..…..19
L. Resiko Inkontinensia Urine Urgensi……….…………………………………….…..20
M. Resiko Konstipasi………………………………………………………………..…..20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..…..…………………………………………………………….…….…22
B. Saran..…..………………………………………………..…..………………………22
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup, dikatakan sebagai makhluk hidup
karena dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh, beradaptasi,memerlukan makanan dan
mengeluarkan metabolisme (eliminasi). Setiap Kegiatan yang dilakukan tubuh
dikarenakan peran masing – masing organ.Salah satu kegiatan tubuh dalam membuang
sisa – sisa metabolisme adalah mengeluarkan urine. Membuang urine dengan melalui
eliminasi merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus dilakukan oleh setiap
manusia.Apabila eliminasi tidak dilakukan oleh tubuh, maka akan terjadi gangguan
–gangguan diantaranya ! retensi urine (perubahan pola eliminasi urine),
enuresis,inkontinensia urine, dll. Selain dapat menimbulkan gangguan – diantaranya
!retensi urine (perubahan pola eliminasi urine), enuresis, inkontinensia urine, dll.Selain
dapat menimbulkan gangguan – gangguan yang disebutkan diatas, dapat juga
menimbulkan dampak pada sistem organ lain seperti sistem pencernaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Eliminasi?

2. Apa yang dimaksud dengan Gangguan Eliminasi Urine?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu Eliminasi


2. Untuk mengetahui apa itu Gangguan Eliminasi Urine

D. MANFAAT

1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Eliminasi


2. Mahasiswa dapat mengetahui hal yang berkaitan Gangguan Eliminasi Urine

4
BAB II
PEMBAHASAN

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh baik yang


berupa urin maupun fekal. Eliminasi urin normalnya adalah pengeluaran cairan sebagai
hasil filtrasi dari plasma darah di glomerulus. Dari 180 liter darah yang masuk ke ginjal
untuk di filtrasi, hanya 1-2 liter saja yang dapat berupa urin sebagian besar hasil filtrasi
akan diserap kembali di tubulus ginjal untuk dimanfaatkan oleh tubuh.
Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh yang bertujuan
untuk mengeluarkan bahan sisa dari tubuh. Eliminasi urine tergantung kepada fungsi
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal menyaring produk limbah dan darah
untuk membentuk urine. Ureter mentranspor urine dan ginjal ke kandung kemih. Kandung
kemih menyimpan urine sampai timbul keinginan ingin berkemih. Urine keluar dari tubuh
melalui ureter. Semua organ sistem perkemihan harus utuh dan berfungsi supaya urine
berhasil dikeluarkan dengan baik.

A. Gangguan Eliminasi Urine


Gangguan eliminasi urin merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami
atau resiko ketidakmampuan untuk berkemih.

Penyebab :
1. Penurunan kapasitas kandung kemih
2. Iritasi kandung kemih
3. Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih
4. Efek tindakan medis dan diagnostik (mis. operasi ginjal , operasi saluran kemih,
anestesi, dan obat-obatan)
5. Kelemahan otot pelvis
6. Ketidakmampuan mengakses toilet (mis. imobilitas)
7. Hambatan lingkungan
8. Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
9. Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. anomali saluran kemih kongenital)
10. Imaturitas (pada anak usia < 3 tahun)

5
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Desakan berkemih (Urgensi)
2. Urin menetas (dribbling)
3. Sering buang air kecil
4. Nokturia
5. Mengompol
6. Enuresis

Objektif
1. Distensi kandung kemih
2. Berkemih tidak tuntas (Hesitancy)
3. Volume residu urin meningkat

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
● (tidak tersedia)

Objektif
● (tidak tersedia)

Kondisi Klinis Terkait


1. Infeksi ginjal dan saluran kemih
2. Hiperglikemi
3. Trauma
4. Kanker
5. Cedera/tumor/infeksi medula spinalis
6. Neuropati diabetikum
7. Neuropati alkoholik
8. Stroke
9. Parkinson
10. Sklerosis multipel
11. Obat alpha adrenergik

6
Keterangan
Diagnosis ini masih bersifat umum untuk ditegakan di klinik, sebaliknya
penegakan diagnosis ini lebih spesifik pada inkontinensia atau retensi.Namun diagnosis
ini dapat dipergunakan jika perawat belum berhasil mengidentifikasi faktor penyebab
inkontinensia atau retensi urin.

B. Inkontensia Fekal
Definisi :
1. Kerusakan susunan saraf motorik bawah
2. Penurunan tonus otot
3. Gangguan kognitif
4. Penyalahgunaan laksatif
5. Kehilangan fungsi pengendalian sfingter rektum
6. Pasca Operasi pull through dan penutupan kolostomi
7. Ketidakmampuan mencapai kamar kecil
8. Diare kronis
9. Stres berlebihan

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Tidak mampu mengontrol pengeluaran fases
2. Tidak mampu menunda defekasi

Objektif
1. Fases keluar sedikit-sedikit dan sering

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
(tidak tersedia)

Objektif
1. Bau fases
2. Kulit perinal kemerahan

7
Kondisi Klinis Terkait
1. Spina bifida
2. Atresia ani
3. Penyakit Hirschsprung

Intervensi Utama :
● Latihan Eliminasi Fekal
● Perawatan Inkontinensia Fekal

Intervensi Pendukung :
● Dukungan Emosional
● Dukungan Perawatan Diri: BAB/BAK
● Edukasi Toilet Training
● Manajemen Demensia
● Manajemen Diare
● Manajemen Eliminasi Fekal
● Manajemen Lingkungan
● Manajemen Nutrisi
● Manajemen Prolapsus Rektum
● Pemberian Obat
● Pemberian Obat Intravena
● Pemberian Obat Oral
● Pemberian Obat Rektal
● Perawatan Perineum
● Promosi Latihan Fisik
● Rujukan ke Perawat Enterostoma
● Terapi Aktivitas.

C. Inkontensia Urine Berlanjut


Pengeluaran urin tidak terkendali dan terus menerus tanpa distensi atau perasaan penuh
pada kandung kemih

8
Penyebab
1. Neuropati arkus refleks
2. Disfungsi neurologis
3. Kerusakan refleks kontraksi detrusor
4. Trauma
5. Kerusakan medula spinalis
6. Kelainan anatomis (mis.fitsula)

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Keluarnya urin konstan tanpa distensi
2. Nokturia lebih dari 2 kali sepanjang tidur

Objektif
(tidak tersedia)

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
1. Berkemih tanpa sadar
2. Tidak sadar inkontinensia urin

Objektif
(tidak tersedia)

Kondisi Klinis Terkait


1. Cedera kepala
2. Trauma
3. Tumor
4. Infeksi medula spinalis
5. Fistula saluran kemih

Inkontinensia Urine Berlanjut


Intervensi Utama :

9
● Kateterisasi Urine
● Perawatan Inkontinensia Urine

Intervensi Pendukung :
● Dukungan Perawatan Diri BAB/BAK
● Latihan Berkemih
● Latihan Otot Panggul
● Manajemen Cairan
● Manajemen Eliminasi Urine
● Manajemen inkontinensia Urine
● Pemberian Obat Oral
● Perawatan Kateter Urine
● Perawatan Perineum
● Perawatan Retensi Urine

D. Inkontinensia Urine Berlebihan


Definisi :
pengeluaran urin tidak terkendali karena kesulitan dan tidak mampu mencapai toilet pada
waktu yang tepat

Penyebab
1. Ketidakmampuan atau penurunan mengenali tanda-tanda berkemih
2. Penurunan tonus kandung kemih
3. Hambatan monilitas
4. Faktor psikologis : penurunan perhatian pada tanda-tanda keinginan berkemih
(depresi, bingung, delirium)
5. Hambatan lingkungan (toilet jauh, tempat tidur terlalu tinggi, lingkungan baru)
6. Kehilangan sensorik dan motorik (pada geriatri)
7. Gangguan penglihatan

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Mengompol sebelum mencapai atau selama usaha mencapai toilet

10
Objektif
(tidak tersedia)

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
1. Mengompol di waktu pagi hari
2. Mampu mengosongkan kandung kemih lengkap
3. Kondisi Klinis Terkait
4. Cedera kepala
5. Neuropati alkoholik
6. Penyakit Parkinson
7. Penyakit demielinisasi
8. Sklerosis multipel
9. Stroke
10. Demensia progresif
11. Depresi

E. Inkontinensia Urin Fungsional.


Definisi :
Kehilangan urin yang tidak terkendali akibat overditensi kandung kemih.

Penyebab
1. Blok springer
2. Kerusakan atau ketidakadekuatan jalur aferen
3. Obstruksi jalan keluar urin (mis. Impaksi fekal, efek agen farmologis)
4. Ketidakadekuatan detrusor (mis. pada kondisi stres atau tidak nyaman, deconditioned
voiding)

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Residu volume urin setelah berkemih atau keluhan kebocoran sedikit urin
2. Nokturia

Objektif

11
1. Kandung kemih distensi (bukan berhubungan dengan penyebab reversibel akut) atau
kandung kemih distensi dengan sering , sedikit berkemih atau dribbling

Gejala dan Tanda Minor


(tidak tersedia)

Objektif
1. Residu urin 100 ml atau lebih

Kondisi Klinis Terkait


1. Asma
2. Alergi
3. Penyakit neurologi : cedera/tumor/infeksi medula spinalis
4. Cedera kepala
5. Sklerosis multipel
6. Demielinisasi saraf
7. Neuropati diabetikum
8. Neuropati alkohol
9. Striktura uretra/leher kandung kemih
10. Pembesaran prostat
11. Pembengkakan parietal

F. Inkontinensia Urin Refleks.


Definisi :
Pengeluaran urin yang tidak terkendali pada saat volume kandung kemih tertentu tercapai

Penyebab :
1. Kerusakan konduksi inplus di atas arkus refleks
2. Kerusakan jaringan (mis. terapi radiasi)

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Tidak mengalami sensasi berkemih
2. Dribbling

12
3. Sering buang air kecil
4. Hesitancy
5. Nokturia
6. Enuresis

Objektif
1. Volume residu urin meningkat

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
(tidak tersedia)

Objektif
(tidak tersedia)

Kondisi Klinis Terkait


1. Cedera/tumor/infeksi medula spinalis
2. Cystitis
3. Pembedahan pelvis
4. Sklerosis multipel
5. Kanker kandung kemih atau pelvis
6. Penyakit Parkinson
7. Demensia

G. Inkontinensia Urin Stres.


Definisi :
Kebocoran urin mendadak dan tidak dapat dikendalikan karena aktivitas yang meningkat
tekanan intraabdominal

Penyebab
1. Kelemahan intrinsik spinkter uretra
2. Perubahan degenerasi/non degenerasi otot pelvis
3. Kekurangan estrogen
4. Peningkatan tekanan intra abdomen

13
5. Kelemahan otot pelvis

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Mengeluh keluar urin <50 ml saat tekanan abdominal meningkat (mis. saat berdiri,
bersin, tertawa, berlari, atau mengangkat benda berat)
Objektif
1. (tidak tersedia)

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
1. Pengeluaran urin tidak tuntas
2. urgensi miksi
3. Frekuensi berkemih meningkat
Objektif
1. Overdistensi abdomen

Kondisi Klinis Terkait


1. Obesitas
2. Kehamilan/melahirkan
3. Menopose
4. Infeksi saluran kemih
5. Operasi abdomen
6. Operasi prostat
7. Penyakit Alzheimer
8. Cedera medula spinalis

H. Inkontinensia Urine Urgensi.


Definisi :
Keluarnya urin tidak terkendali sesaat setelah keinginan yang kuat untuk berkemih
(kebelet)

Penyebab
1. Iritasi reseptor kontraksi kandung kemih

14
2. Penurunan kapasitas kandung kemih
3. Hiperaktivitas detrusor dengan kerusakan kontraktilitas kandung kemih
4. Efek agen farmakologis (mis. deurtik)

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Keinginan berkemih yang kuat disertai dengan inkontinensia
Objektif
1. (tidak tersedia)

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
1. (tidak tersedia)
Objektif
1. (tidak tersedia)

Kondisi Klinis Terkait


1. Riwayat penyakit peradangan pelvis dan/atau vagina
2. Riwayat penurunan kateter urin
3. Infeksi kandungan kemih dan/atau uretra
4. Gangguan neurogenik/tumor/infeksi
5. Penyakit Parkinson
6. Neuropati diabetikum
7. Operasi abdomen

I. Kesiapan Peningkatan Eliminasi Urin.


Definisi :
Pola fungsi sistem perkemihan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan eliminasi yang
dapat ditingkatkan

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan eliminasi urin
Objektif

15
1. Jumlah urin normal
2. Karakteristik urin normal

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
1. (tidak tersedia)
Objektif
1. Asupan cairan cukup

Kondisi Klinis Terkait


1. Cedera medula spinalis
2. Sklerosis multiple
3. Kehamilan
4. Trauma pelvis
5. Pembedahan abdomen
6. Penyakit prostat

Kesiapan Peningkatan Eliminasi Urine


Intervensi Utama :
● Manajemen Eliminasi Urine

Intervensi Pendukung:
● Dukungan Perawatan Diri: BAB/BAK
● Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan Pemantauan Cairan
● Edukasi Toilet Training
● Latihan Otot Panggul
● Manajemen Cairan
● Manajemen Medikasi
● Manajemen Prolapsus Uten
● Perawatan Kateter Urine
● Promosi Eliminasi Urine
● Promosi Harga Diri
● Promosi Kesadaran Diri

16
J. Konstipasi.
Definisi :
Penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta
fases kering dan banyak

Penyebab
Fisiologis
1. Penurunan motilitas gastrointestinal
2. Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
3. Ketidakcukupan diet
4. Ketidakcukupan asupan serat
5. Ketidakcukupan asupan cairan
6. Aganglionik (mis. penyakit Hircsprung)
7. Kelemahan otot abdomen

Psikologis
1. Konfusi
2. Depresi
3. Gangguan emosional

Situasional
1. Perubahan kebiasaan makan (mis. jenis makanan, jadwal makan)
2. Ketidakadekuatan toileting
3. Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
4. Penyalahgunaan laksatif
5. Efek agen farmakologis
6. Ketidakteraturan kebiasaan defekasi
7. Kebiasaan menahan dorongan defekasi
8. Perubahan lingkungan

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Defekasi kurang dari 2 kali seminggu

17
2. Pengeluaran fases lama dan sulit
Objektif
1. Feses keras
2. Peristalitik usus menurun

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
1. Mengejan saat defekasi
Objektif
1. Distensi abdomen
2. Kelemahan umum
3. Teraba massa pada rektal

Kondisi Klinis Terkait


1. Lesi/cedera pada medula spinalis
2. Spina bifida
3. Stroke
4. Sklerosis multipel
5. Penyakit parkinson
6. Demensia
7. Hiperparatiroidisme
8. Hipoparatiroidisme
9. Ketidakseimbangan elektrolit
10. Hemoroid
11. Obesitas
12. Pasca operasi obstruksi bowel
13. Kehamilan
14. Pembesaran prostat
15. Abses rektal
16. Fisura anorektal
17. Striktura anorektal
18. Prolaps rektal
19. Ulkus rektal
20. Rektokel

18
21. Tumor
22. Penyakit Hircsprung
23. Impaksi feses

K. Retensi Urin.
Definisi :
Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap

Penyebab
1. peningkatan tekanan uretra
2. Kerusakan arklus refleks
3. Blok springter
4. Disfungsi neurologis (mis. trauma, penyakit saraf)
5. Efek agen farmakologis (mis. atropine, belladonna, psikotropik, antihistamin, opiate)

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Sensasi penuh pada kandungan kemih
Objektif
1. disuria/anuria
2. Distensi kandung kemih

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
1. Dribbling
Objektif
1. Inkontinensia berlebih
2. Residu urin

Kondisi Klinis Terkait


1. Benigna prostat hiperplasia
2. Pembengkakan perineal
3. Cedera medula spinalis
4. Rektokel

19
5. Tumor di saluran kemih

L. Risiko Inkontinensia Urin Urgensi.


Definisi :
Beresiko mengalami pengeluaran urin yang tidak terkendali.

Faktor Risiko
1. Efek samping obat, kopi dan alkohol
2. Hiperrefleks destrussor
3. Gangguan sistem saraf pusat
4. Kerusakan kontraksi kandung kemih: relaksasi spingter tidak terkendali
5. Ketidakefektifan kebiasaan berkemih
6. Kapasitas kandung kemih kecil

Kondisi Klinis Terkait


1. Infeksi/tumor/batu saluran kemih dan/atau ginjal
2. Gangguan sistem saraf pusat

M. Risiko Konstipasi.

Definisi :

Berisiko mengalami penurunan frekuensi normal defekasi disertai kesulitan dan


replica uhren
pengeluaran feses tidak lengkap.

Faktor Risiko

Fisiologis
1. Penurunan motilitas gastrointestinal [ Disfungsi motilitas gastrointestinal atau
gangguan fungsi kontraksi sistem pencernaan dapat berupa kontraksi yang melemah
atau justru meningkat. Kontraksi yang meningkat akan menyebabkan keluhan seperti
nyeri perut dan diare. Sedangkan susah kentut dapat disebabkan oleh aktivitas
kontraksi yang menurun : penulis].
2. Pertumbuhan gigi tidak adekuat.

20
3. Ketidakcukupan diet.
4. Ketidakcukupan asupan serat.
5. Ketidakcukupan cairan.
6. Aganglionik (mis.penyakit Hircsprung).
7. Kelemahan otot abdomen.

Psikologis
1. Konfusi.
2. Depresi.
3. Gangguan emosional.

Situasional
1. Perubahan kebiasaan makan (mis.jenis makanan, jadwal makan).
2. Ketidakadekuatan toileting.
3. Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan.
4. Penyalahgunaan laksatif.
5. Efek agen farmakologis.
6. Ketidakteraturan kebiasaan defekasi.
7. Kebiasaan menahan dorongan defekasi.
8. Perubahan lingkungan.

Kondisi Klinis Terkait

1. Lesi/cedera pada medula spinalis.


2. Spina bifida.
3. Stroke.
4. Sklerosis multipel.
5. Penyakit Parkinson.
6. Demensia.
7. Hiperparatiroidisme.
8. Hipoparatiroidisme

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka adapun kesimpulan yang dapat penulisambil

yaitu sebagai berikut. eliminasi merupakan proses pembuangan sisa metabolisme tubuh

baik berupa urine maupun alvi demi menjaga homeostasis tubuh. Eliminasi urine

merupakan kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan dalam menentukan

kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan manusia untuk mempertahankan

kesehatan tubuh.

B. Saran

Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urin dalam kehidupan kita

sehari-hari.Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine. Kita juga harus menjaga

pola makan, dan lebih sering meminum air putih. Karena air putih lebih baik dari air

yang berwarna yang memiliki banyak kandungan. Sehingga membuat sistem eliminasi

bekerja lebih keras. Dan diharapkan dalam perkembangan dunia keperawatan, perawat

maupun mahasiswa keperawatan dapat menerapkan Konsep Asuhan Keperawatan dalam

dunia keperawatan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis Handbook,

An Evidence-Based Guide to Planning Care. 11 Ed. St. Louis: Elsevier.

Carperito-Moyet, L. J. (2013). Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice. 14th

Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

DeBrito, et al (2014). Nursing Diagnosis in Patients undergoing Hemodialysis. Journal

Efermeria Global, 34, 82-92.

Doenges, M. E. Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2013). Nursing Diagnosis Manual

Planning, Individualizing and Documenting Client Care. 4 Ed. Philadelphia: F. A.

Davis Company.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). Nursing Diagnosis Definitions and

Classification 2015-2017. 10" Ed. Oxford: Wiley Blackwell.

Newfield, S. A., Hinz, M. D., Tiley, D. S., Sridaromont, K. L., Maramba, P. J. (2012).

Cox's Clinical Applications of Nursing Diagnosis Adult, Child, Women's, Mental

Health, Gerontic, and Home Health Considerations. 6 Ed. Philadelphia: F.A.

Davis Company.

23

Anda mungkin juga menyukai