Eliminasi
DISUSUN OLEH:
Hendrivayer Rivaldo Wagey
(2214201068)
Jamalitha Aldona garuda
(2214201079)
MATA KULIAH:
Proses Keperawatan & Berpikir Kritis
DOSEN PENGAMPU:
Ns. Yannerith Chintya, S.Kep., M.Kep
A2 KEPERAWATAN/ SEMESTER II
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Dengan ini kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “ELIMINASI” Makalah ini penulis susun untuk menambah ilmu serta untuk
memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah “PROSES KEPERAWATAN & BERPIKIR
KRITIS”.
Penulis menyadari banyak pihak yang memberikan dukungan dan bantuan selama
menyelesaikan tugas ujian akhir semester.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca. Dengan tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya. Untuk itu kami sampaikan terima kasih apabila ada kurang
lebihnya penulis minta maaf.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..…..………………………………………………..………………4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….4
C. Tujuan………………………………………………………………………………4
D. Manfaat……………………………………………………………………….…….4
BAB II PEMBAHASAN
A. Gangguan Eliminasi Urine……………………….………….……………...……...5
B. Inkontinensia Fekal…………………..……………………………………….…….7
C. Inkontinensia Urine Berlanjut………………………………………………………8
D. Inkontinensia Urine Berlebihan……………..………………………………………10
E. Inkontinensia Urine Fungsional……………………………………………………..11
F. Inkontinensia Urine Refleks…………………………………………………………12
G. Inkontinensia Urine Stres……………………………………………………………13
H. Inkontinensia Urine Urgensi…………………………………………………………14
I. Kesiapan Peningkatan Eliminasi Urine………………………………………………15
J. Konstipasi……………………………………………………………………….……17
K. Retensi Urine……………………………………………………………………..…..19
L. Resiko Inkontinensia Urine Urgensi……….…………………………………….…..20
M. Resiko Konstipasi………………………………………………………………..…..20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..…..…………………………………………………………….…….…22
B. Saran..…..………………………………………………..…..………………………22
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup, dikatakan sebagai makhluk hidup
karena dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh, beradaptasi,memerlukan makanan dan
mengeluarkan metabolisme (eliminasi). Setiap Kegiatan yang dilakukan tubuh
dikarenakan peran masing – masing organ.Salah satu kegiatan tubuh dalam membuang
sisa – sisa metabolisme adalah mengeluarkan urine. Membuang urine dengan melalui
eliminasi merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus dilakukan oleh setiap
manusia.Apabila eliminasi tidak dilakukan oleh tubuh, maka akan terjadi gangguan
–gangguan diantaranya ! retensi urine (perubahan pola eliminasi urine),
enuresis,inkontinensia urine, dll. Selain dapat menimbulkan gangguan – diantaranya
!retensi urine (perubahan pola eliminasi urine), enuresis, inkontinensia urine, dll.Selain
dapat menimbulkan gangguan – gangguan yang disebutkan diatas, dapat juga
menimbulkan dampak pada sistem organ lain seperti sistem pencernaan.
B. Rumusan Masalah
C. TUJUAN
D. MANFAAT
4
BAB II
PEMBAHASAN
Penyebab :
1. Penurunan kapasitas kandung kemih
2. Iritasi kandung kemih
3. Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih
4. Efek tindakan medis dan diagnostik (mis. operasi ginjal , operasi saluran kemih,
anestesi, dan obat-obatan)
5. Kelemahan otot pelvis
6. Ketidakmampuan mengakses toilet (mis. imobilitas)
7. Hambatan lingkungan
8. Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
9. Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. anomali saluran kemih kongenital)
10. Imaturitas (pada anak usia < 3 tahun)
5
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Desakan berkemih (Urgensi)
2. Urin menetas (dribbling)
3. Sering buang air kecil
4. Nokturia
5. Mengompol
6. Enuresis
Objektif
1. Distensi kandung kemih
2. Berkemih tidak tuntas (Hesitancy)
3. Volume residu urin meningkat
Objektif
● (tidak tersedia)
6
Keterangan
Diagnosis ini masih bersifat umum untuk ditegakan di klinik, sebaliknya
penegakan diagnosis ini lebih spesifik pada inkontinensia atau retensi.Namun diagnosis
ini dapat dipergunakan jika perawat belum berhasil mengidentifikasi faktor penyebab
inkontinensia atau retensi urin.
B. Inkontensia Fekal
Definisi :
1. Kerusakan susunan saraf motorik bawah
2. Penurunan tonus otot
3. Gangguan kognitif
4. Penyalahgunaan laksatif
5. Kehilangan fungsi pengendalian sfingter rektum
6. Pasca Operasi pull through dan penutupan kolostomi
7. Ketidakmampuan mencapai kamar kecil
8. Diare kronis
9. Stres berlebihan
Objektif
1. Fases keluar sedikit-sedikit dan sering
Objektif
1. Bau fases
2. Kulit perinal kemerahan
7
Kondisi Klinis Terkait
1. Spina bifida
2. Atresia ani
3. Penyakit Hirschsprung
Intervensi Utama :
● Latihan Eliminasi Fekal
● Perawatan Inkontinensia Fekal
Intervensi Pendukung :
● Dukungan Emosional
● Dukungan Perawatan Diri: BAB/BAK
● Edukasi Toilet Training
● Manajemen Demensia
● Manajemen Diare
● Manajemen Eliminasi Fekal
● Manajemen Lingkungan
● Manajemen Nutrisi
● Manajemen Prolapsus Rektum
● Pemberian Obat
● Pemberian Obat Intravena
● Pemberian Obat Oral
● Pemberian Obat Rektal
● Perawatan Perineum
● Promosi Latihan Fisik
● Rujukan ke Perawat Enterostoma
● Terapi Aktivitas.
8
Penyebab
1. Neuropati arkus refleks
2. Disfungsi neurologis
3. Kerusakan refleks kontraksi detrusor
4. Trauma
5. Kerusakan medula spinalis
6. Kelainan anatomis (mis.fitsula)
Objektif
(tidak tersedia)
Objektif
(tidak tersedia)
9
● Kateterisasi Urine
● Perawatan Inkontinensia Urine
Intervensi Pendukung :
● Dukungan Perawatan Diri BAB/BAK
● Latihan Berkemih
● Latihan Otot Panggul
● Manajemen Cairan
● Manajemen Eliminasi Urine
● Manajemen inkontinensia Urine
● Pemberian Obat Oral
● Perawatan Kateter Urine
● Perawatan Perineum
● Perawatan Retensi Urine
Penyebab
1. Ketidakmampuan atau penurunan mengenali tanda-tanda berkemih
2. Penurunan tonus kandung kemih
3. Hambatan monilitas
4. Faktor psikologis : penurunan perhatian pada tanda-tanda keinginan berkemih
(depresi, bingung, delirium)
5. Hambatan lingkungan (toilet jauh, tempat tidur terlalu tinggi, lingkungan baru)
6. Kehilangan sensorik dan motorik (pada geriatri)
7. Gangguan penglihatan
10
Objektif
(tidak tersedia)
Penyebab
1. Blok springer
2. Kerusakan atau ketidakadekuatan jalur aferen
3. Obstruksi jalan keluar urin (mis. Impaksi fekal, efek agen farmologis)
4. Ketidakadekuatan detrusor (mis. pada kondisi stres atau tidak nyaman, deconditioned
voiding)
Objektif
11
1. Kandung kemih distensi (bukan berhubungan dengan penyebab reversibel akut) atau
kandung kemih distensi dengan sering , sedikit berkemih atau dribbling
Objektif
1. Residu urin 100 ml atau lebih
Penyebab :
1. Kerusakan konduksi inplus di atas arkus refleks
2. Kerusakan jaringan (mis. terapi radiasi)
12
3. Sering buang air kecil
4. Hesitancy
5. Nokturia
6. Enuresis
Objektif
1. Volume residu urin meningkat
Objektif
(tidak tersedia)
Penyebab
1. Kelemahan intrinsik spinkter uretra
2. Perubahan degenerasi/non degenerasi otot pelvis
3. Kekurangan estrogen
4. Peningkatan tekanan intra abdomen
13
5. Kelemahan otot pelvis
Penyebab
1. Iritasi reseptor kontraksi kandung kemih
14
2. Penurunan kapasitas kandung kemih
3. Hiperaktivitas detrusor dengan kerusakan kontraktilitas kandung kemih
4. Efek agen farmakologis (mis. deurtik)
15
1. Jumlah urin normal
2. Karakteristik urin normal
Intervensi Pendukung:
● Dukungan Perawatan Diri: BAB/BAK
● Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan Pemantauan Cairan
● Edukasi Toilet Training
● Latihan Otot Panggul
● Manajemen Cairan
● Manajemen Medikasi
● Manajemen Prolapsus Uten
● Perawatan Kateter Urine
● Promosi Eliminasi Urine
● Promosi Harga Diri
● Promosi Kesadaran Diri
16
J. Konstipasi.
Definisi :
Penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta
fases kering dan banyak
Penyebab
Fisiologis
1. Penurunan motilitas gastrointestinal
2. Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
3. Ketidakcukupan diet
4. Ketidakcukupan asupan serat
5. Ketidakcukupan asupan cairan
6. Aganglionik (mis. penyakit Hircsprung)
7. Kelemahan otot abdomen
Psikologis
1. Konfusi
2. Depresi
3. Gangguan emosional
Situasional
1. Perubahan kebiasaan makan (mis. jenis makanan, jadwal makan)
2. Ketidakadekuatan toileting
3. Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
4. Penyalahgunaan laksatif
5. Efek agen farmakologis
6. Ketidakteraturan kebiasaan defekasi
7. Kebiasaan menahan dorongan defekasi
8. Perubahan lingkungan
17
2. Pengeluaran fases lama dan sulit
Objektif
1. Feses keras
2. Peristalitik usus menurun
18
21. Tumor
22. Penyakit Hircsprung
23. Impaksi feses
K. Retensi Urin.
Definisi :
Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap
Penyebab
1. peningkatan tekanan uretra
2. Kerusakan arklus refleks
3. Blok springter
4. Disfungsi neurologis (mis. trauma, penyakit saraf)
5. Efek agen farmakologis (mis. atropine, belladonna, psikotropik, antihistamin, opiate)
19
5. Tumor di saluran kemih
Faktor Risiko
1. Efek samping obat, kopi dan alkohol
2. Hiperrefleks destrussor
3. Gangguan sistem saraf pusat
4. Kerusakan kontraksi kandung kemih: relaksasi spingter tidak terkendali
5. Ketidakefektifan kebiasaan berkemih
6. Kapasitas kandung kemih kecil
M. Risiko Konstipasi.
Definisi :
Faktor Risiko
Fisiologis
1. Penurunan motilitas gastrointestinal [ Disfungsi motilitas gastrointestinal atau
gangguan fungsi kontraksi sistem pencernaan dapat berupa kontraksi yang melemah
atau justru meningkat. Kontraksi yang meningkat akan menyebabkan keluhan seperti
nyeri perut dan diare. Sedangkan susah kentut dapat disebabkan oleh aktivitas
kontraksi yang menurun : penulis].
2. Pertumbuhan gigi tidak adekuat.
20
3. Ketidakcukupan diet.
4. Ketidakcukupan asupan serat.
5. Ketidakcukupan cairan.
6. Aganglionik (mis.penyakit Hircsprung).
7. Kelemahan otot abdomen.
Psikologis
1. Konfusi.
2. Depresi.
3. Gangguan emosional.
Situasional
1. Perubahan kebiasaan makan (mis.jenis makanan, jadwal makan).
2. Ketidakadekuatan toileting.
3. Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan.
4. Penyalahgunaan laksatif.
5. Efek agen farmakologis.
6. Ketidakteraturan kebiasaan defekasi.
7. Kebiasaan menahan dorongan defekasi.
8. Perubahan lingkungan.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
yaitu sebagai berikut. eliminasi merupakan proses pembuangan sisa metabolisme tubuh
baik berupa urine maupun alvi demi menjaga homeostasis tubuh. Eliminasi urine
merupakan kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan dalam menentukan
kesehatan tubuh.
B. Saran
Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urin dalam kehidupan kita
sehari-hari.Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine. Kita juga harus menjaga
pola makan, dan lebih sering meminum air putih. Karena air putih lebih baik dari air
yang berwarna yang memiliki banyak kandungan. Sehingga membuat sistem eliminasi
bekerja lebih keras. Dan diharapkan dalam perkembangan dunia keperawatan, perawat
dunia keperawatan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis Handbook,
Davis Company.
Newfield, S. A., Hinz, M. D., Tiley, D. S., Sridaromont, K. L., Maramba, P. J. (2012).
Davis Company.
23