Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA GANGGUAN NEUROSENSORI DENGAN

MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN MEMORI

Disusun oleh :

Jenifers Paoki 2214201081

Yarnita pareda 2214201201

Dosen pengampuh mata kuliah:

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO

FAKULTAS KEPERAWATAN

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat karunia-Nya

Kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul

“Asuhan Keperawatan Gangguan Neurosensori Dengan Masalah

Keperawatan Gangguan Memori”, untuk memperoleh nilai tugas dari mata kuliah proses
keperawatan.

Kami menyadari dengan sepenuh hati bahwa makalah ini tidak

akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya bantuan dari berbagai

pihak yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan, motivasi kepada

kami. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak

terimakasih tak terhingga kepada :

Ns. Yannerith Chintya, S.Kep,.M.Kep selaku dosen pengampuh mata kuliah proses keperawatan
yang boleh memberikan kesempatan kepada kami sehingga kami boleh lagi berproses
berasama dalam membuat makalah ini yang ditugaskan kepada kami secara berkelompok. Kami
pun menyadari bahwa kami masih memiliki kekurangan dalam pembuatan makalah ini oleh
sebab itu kami memohon maaf bila ada kesaalahan dalam makalah ini dan kami memohon
arahan dan petunjuk serta kritik dan saran agar supaya di kemudian hari kami bisa lebih baik
lagi dalam membuat makalah.

Terima kasih.
DAFTAR ISI

Cover

Kata pengantar

Daftar isi

Bab 1 Pendahuluan

1.1 latar belakang

Bab 2 pembahasan teori

2.1 konsep lanjut usia

2.1.1 Definisi Lansia

2.1.2 Batasan Lansia

2.1.3 Tipe lansia

2.1.4 Proses Menua

2.1.5 Teori Menua

2.1.6 Perubahan Sistem Organ Tubuh Akibat Proses Menua

2.1.7 Perubahan mental

2.2 Konsep Memori

2.2.1 Definisi Memori

2.2.2 Klasifikasi Memori

2.2.3 Tanda Dan Gejala Penurunan Memori

2.2.4 Tahapan Memori

2.2.5 Timbulnya ingatan


2.2.6 Faktor - faktor penyebab lupa

Bab III

3.1 pengkajian

3.2 diagnosis keperawatan

3.3 intervensi keperawatan

3.4 haluaran
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menua atau
menjadi tua adalah suatu keadaan atau proses yang terjadi secara alamiah dalam kehidupan
manusia, mulai dari anak kemudian menjadi remaja beranjak dewasa dan akhirnya menjadi tua.
Proses menua yang terjadi pada lansia dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu kelemahan,
keterbatasan fungsional, ketidakmampuan dan keterhambatan yang dialami bersamaan proses
kemunduran. Salah satu sistem tubuh yang mengalami kemuduran adalah sistem kognitif atau
intelektual atau memori. Memori ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan
memproduksikan kesan-kesan, dengan berarti manusia dapat menyimpan dan mengingat
kembali sesuatu yang pernah dialami. Tidak semua yang pernah dialami itu akan seluruhnya
tinggal di dalam ingatan karena keterbatasan kemampuan mengingat (Ahmadi, 2009).
Fenomena ini jelas mengakibatkan masalah mental pada lansia seperti sering menyendiri dan
menarik diri karena merasa tidak berarti, dan masalah memori pada lansia yang sering lupa
dengan hal yang dilakukannya. Keadaan memori lansia yang menurun dapat memengaruhi
lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Lansia lupa apakah sudah makan, sudah minum,
sudah mandi, lupa dengan nama anaknya, serta lupa dimana menyimpan barangnya.Gejala
mudah lupa disebabkan oleh faktor fisiologis yaitu proses otak menjadi tua dan faktor patologis
atau penyakit. (Nugroho, 2008) Dalam waktu hampir lima dekade, persentase lansia di
indonesia meningkat sekitar dua kali lipat (171-2020), yakni menjadi 9,92 persen (26 juta-an)
dimana lansia perempuan sekitar satu persen lebih banyak dibandingkan lansia laki-laki (10,43
persen berbanding 9,42 persen). Dari seluruh lansia yang ada di indonesia, lansia muda (60-69
tahun) jauh mendominasi dengan besaran yang mencapai 64,29 persen, selanutnya diikuti oleh
lansia madya (70-79 tahun) dan lansia tua (80+ tahun) dengan besaran masing masing 27,23
persen dan 8,49 persen.Jumlah lansia di provinsi Jawa Timur (13,38 persen) (Badan pusat
Statistik, 2020). jumlah lansia di Kabupaten Magetan sebanyak 19,73% (Badan Pusat Statistik,
2019). Jumlah Lansia di UPT PSTW Magetan yaitu 145 orang, tersebar didua kota yaitu di
Magetan 110 orang dan 35 orang di Pacitan, untuk presentase lansia dengan masalah gangguan
memori kurang lebih 15% dari jumlah lansia di UPT PSTW Magetan (Magetan,2021).
Bertambahnya jumlah populasi lansia yang terus berkembang menjadi penyebab utama
kecacatan pada lansia, menjadi tantangan serius yang akan dihadapi oleh layanan perawatan
kesehatan dan sosial di indonesia. Maka gangguan kognitif pada lansia akan menjadi masalah
umum pada lansia. Kemunduran kemampuan mental merupakan bagian proses penuaan
organisme secara umum, ketika lansia sudah berumur 60 – 75 keatas kebanyakan kemampuan
seseorang secara terus menerus mengalami penurunan. Kemerosotan intelektual lansia ini
pada umumnya merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, disebabkan berbagai faktor
seperti penyakit, kecemasan atau depresi (Khasanah, 2018). Aspek intelegensi, memori, dan
bentuk- bentuk lain dari fungsi mental menurun seiring bertambahnya usia. Secara alamiah
penurunan intelektual umumnya karena beberapa sel otak yang berangsur-angsur mulai mati,
juga karena berkurangnya daya elastisitas pembuluh darah. Sel otak yang mulai mati tersebut
tidak akan mengalami regenerasi, sehingga hal ini menyebabkan lansia mengalami penurunan
fungsi intelektual. Kecepatan proses di syaraf menurun sesuai pertambahan usia. Perubahan itu
hampir dialami semua orang yang mencapai usia 70-an tahun. Pada usia 65-75 tahun didapati
kemunduran pada beberapa kemampuan dengan variasi perbedaan individu yang luas. Diatas
usia 80 tahun didapati kemunduran kemampuan yang cukup banyak (Nugroho et al, 2017).
Fungsi memori merupakan salah satu komponen intelektual yang paling utama, karena sangat
berkaitan dengan kualitas hidup. Banyak lansia yang mengeluh kemunduran daya ingat yang
disebut sebagai mudah lupa. Salah satu tindakan keperawatan yang dapat dilakukan oleh
perawat dalam melakukan intervensi keperawatan pada lansia dengan gangguan memori yaitu
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif. Penanganan gangguan memori
menurut SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, 2017) adalah Latihan Memori yaitu
dengan stimulasi memori dengan mengulang pikiran yang terakhir kali diucapkan.Tindakan
tersebut berperan penting pada lansia untuk menurunkan proses kemunduran otak lansia dan
menjadikan lansia memou berperan aktif dan produktif dalam menjalankan aktivitasnya.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan mengenai lansia dengan Gangguan
Neurosensori maka peneliti tertarik untuk malakukan penelitian tentang “Asuhan Keperawatan
Pada Lansia Gangguan Neurosensori Dengan Masalah Kepewatan Gangguan Memori”.

Kemampuan manusia untuk mengingat sesuatu disebut dengan memori atau ingatan.
Perdebatan tentang ingatan manusia akan sangat menarik mengingat fungsinya yang sangat
penting dalam kehidupan manusia.
BAB II

PEMBAHASAN TEORI

Neurosensori adalah bidang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang


bagaimana organ indra memproses rangsangan dan mengirimkan sinyal ke otak,
dan bagaimana otak memproses informasi sensori. Tujuannya adalah untuk
memahami dan mengatasi masalah sensori dan motorik yang terkait dengan
sistem saraf. Berikut adalah beberapa masalah yang dapat terjadi pada sensori:

Kegagalan sensori

1. Respons sensori yang lambat


2. Sensitivitas yang tidak sesuai
3. Gangguan pada bagian elektronik
4. Interferensi dengan lingkungan
5. Kerusakan fisik pada sensori.

Berikut adalah beberapa masalah motorik yang dapat terjadi pada seseorang:

1. Kelainan otot seperti distrofi otot


2. Cidera saraf seperti stroke atau cedera medula spinal
3. Gangguan koordinasi dan keseimbangan seperti parkinson
4. Penyakit sendi seperti artritis atau osteoarthritis
5. Penyakit neuromuskular seperti miastenia gravis
6. Kelainan bawaan seperti sindrom Down.

2.1 Konsep Lanjut Usia

2.1.1 Definisi Lansia

Menurut Amalia (2019) perubahan perubahan dalam proses penuaan

merupakan masa ketika seorang individu berusaha untuk menjalani hidup

dengan bahagia melalui perubahan hidup yang terjadi. Secara definisi,

seorang individu yang telah melewati usia 45 tahun hingga 60 tahun keatas
disebut Lansia.

Menurut Nasrullah (2016) lansia atau menua merupakan suatu keadaan

yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menua adalah proses sepanjang

hidup yang dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan

proses alamiah yang terjadi pada manusia melalui tiga tahap kehidupannya,

yaitu anak, dewasa, dan tua. Memasuki usia tua berarti mengalami beberapa

kemunduran fisik yang terjadi.

2.1.2 Batasan Lansia

Menurut WHO (wahyudi, Nugroho, 2000) siklus hidup lansia yaitu :

1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2. Lansia (elderly), dengan usia antara 60 sampai 74 tahun.

3. Lansia tua (old), dengan usia 60-75 dan 90 tahun.

4. Lansia sangat tua (very old), dengan usia diatas 90 tahun.

(Muhith dan Siyoto, 2016).

Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, SpKJ (2016), lanjut

usia dikelompokkan sebagai berikut :

1. Usia dewasa muda (Eldery Adulthood) mulai dari usia 15 tahun – usia 20

tahun.

2. Usia dewasa penuh (Middle years) atau maturitas dimulai usia 25 sampai

60 tahun/ 65 tahun.
3. Lanjut usia (Geriatric age) dimulai usia lebih dari 65 tahun/70 tahun,

terbagi menjadi tiga :

a. Usia 70 – 75 tahun (young old).

b. Usia 75 – 80 tahun (old).

c. Usia lebih dari 80 tahun (very old).

Menurut Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 Batasan orang dikatakan

lansia adalah 60 tahun. Depkes, diikuti dari Aziz (1994) lebih lanjut membuat

penggolongan lansia menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Kelompok lansia dini (55 -64 tahun ) yakni kelompok baru memasuki

lansia.

2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).

3. Kelompok lansia resiko tinggi, yakni lansia yang berusia lebih dari 70

tahun.

2.1.3 Tipe lansia

Menurut Dewi (2014) lansia dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe

dengan bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi

fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe ini antara lain :

1. Tipe optimis

Lansia ini santai dan periang, dengan penyesuaian yang cukup baik,

lansia bebas dari tanggung jawab dan sebagai kesempatan untuk menuruti

kebutuhan pasifnya.
2. Tipe konstruktif

Lansia memiliki integritas yang baik, dapat menikmati hidup, ,

mempunyai toleransi tinggi, humoris, fleksibel dan sadar diri. Sifat

tersebut sudah lansia miliki sejak muda.

3. Tipe ketergantungan

Lansia masih diterima dikalangan masyarakat, masih sadar diri, akan

tetapi lansia selalu pasif juga tidak praktis dalam bertindak, lansia tidak

mempunyai ambisi dan inisiatif.

4. Tipe defensif

Sebelumnya mempunyai riwayat pekerjaan/jabatan yang tidak stabil,

selalu menolak bantuan, emosi sering tidak terkontrol, memegang teguh

kebiasaan, bersifat kompulsif aktif, takut mengahadi “menjadi tua” dan

menyenangi masa pensiun.

5. Tipe militan dan serius

Lansia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang dan bias

menjadi panutan.

6. Tipe pemarah frustasi

Lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu

menyalahkan orang lain, menunjukkan penyesuaian yang buruk, dan

sering mngekspresikan kepahitan hidupnya.

7. Tipe bermusuhan
Lansia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan

kegagalan,, selalu mengeluh, bersifat agresif dsn curiga. Umumnya

memiliki pekerjaaan yang tidak stabil di saat muda, menganggao menjadi

tua sebagai hal yang tidak baik, takut mati, iri hati pada orang yang masih

muda, senang mengadu untung pekerjaan, dan aktf menghindari masa

yang buruk.

8. Tipe putus asa

Membenci dan menyalahkan diri sendiri, tidak memiliki ambisi,

mengalami penurunan sosio – ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri,

lansia tidak hanya mengalami kemarahan, tetapi juga depresi,

menganggap usia lanjut sebagai masa yang tdiak menarik dan berguna.

2.1.4 Proses Menua

Menurut Dewi (2014) Menua atau menjadi tua adalah suatu keaadaan yang

terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses

sepanjang hidup yang dimulai sejak permulaan kehidupan manusia. WHO

dan UU Nomor 13/Tahun 1998 menyebutkan bahwa 60 tahun merupakan

usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses

yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatih,

merupakan proses penurunan daya tahan tubuh dalam menghadapi

rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.

Menurut Dewi (2014) Proses menua merupakan kombinasi berbagai


macam faktor yang saling berkaitan. Sampai saat ini banyak definisi dan teori

yang menjelaskan tentang proses menua yang tidak seragam. Secara umum

proses menua didefinisikan sebagai perubahan yang terkait waktuu, bersifat

universal, instrinsik, profresif dan detrimental. Keadaan tersebut dapat

menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan

untuk dapat bertahan hidup.

Proses menua yang terjadi bersifat individual, yang berarti :

1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.

2. Setiap lansia memiliki kebiasaan yang berbeda.

3. Tidak ada satu factor pun yang dapat mencegah proses menua.

2.1.5 Teori Menua

Menurut Dewi (2014) Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses

penuaan, yaitu teori biologi, teori psikologis dan teori sosiologi.

1. Teori biologi

a. Teori genetik

Teori genetik ini menyebutkan bahwa manusia dan hewan yang

terlahir dengan progam genetik yang mengatur proses menua selama

rentang hidupnya. Setiap spesies dalam di dalam inti selnya memiliki

suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai

batas usia yang berbeda-beda yag telah diputar menurut replikasi


tertentu sehingga bila jam ini berhenti berputar maka ia akan mati.

b. Wear and tear theory

Menurut teori “pemakaian dan perusakan” (wear and tear theory)

disebutkan bahwa proses menua terjadi akibat kelebihan usaha dan

stress yang menyebabkan sel tubuh menjadi lelah dan tidak mampu

meremajakan fungsinya. Proses menua merupakan suatu proses

fisiologis.

c. Teori nutrisi

Teori nutrisi menyatakan bahwa proses menua dan kualitas proses

menua dipengaruhi intake nutrisi yang baik pada setiap tahap

perkembangan akan membantu meningkatkan kualitas kesehatan

seseorang. Semakin lama sesorang mengkonsumsi makanana bergizi

dalam rentang hidupnya, maka ia akan hidup lebih lama dengan sehat.

d. Teori mutasi somatik

Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik

akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi esalahan dalam

proses transkripsi DNA dan RNA dan dalam proses translasi RNA

protein /enzim . kesalahan ini terjadi terus-menrus sehingga akhirnya

akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel normal

menjadi sel kanker atau penyakit.

e. Teori stress
Teori stress mengungkapkan bahwa proses menua terjadi akibat

hilangnya sel sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan

tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal,

kelebuhan usaha, dan sel yang menyebabkan sel tubuh lelah terpakai.

f. Slow immunology theory

Menurut teori inin, system imun menjadi efektif dengan

bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat

menyebabkan kerusakan organ tubuh.

g. Teori radikal bebas

Radikal bebas terbentuk di alam bebas, tidka stabilnya radikal bebas

mengakibatkan oksidasi oksigen bahan bahan organic seperti

karbohidrat dan protein. Radika ini menyebabkan sel sel tidak dapat

melakukan regenerasi.

h. Teori rantai silang

Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang

tua dan using menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan

kolagen. Ikatan ini menyebabkan penurunan elastisitas, kekacauan,

dan hilangnya fungsi sel.

2. Teori psikologis

a. Teori kebutuhan dasar manusia

Menurut hierarki maslow tentang kebutuhan dasar manusia, setiap


manusia memiliki kebutuhan dan berusaha untuk memenuhi

kebutuhannya itu. Dalam pemenuhan kebutuhannya, setiap individu

memiliki prioritas. Seorang individu akan berusaha memenuhi

kebutuhan di piramida lebih atas ketika kebutuhan di tingkat piramida

di bawahnya telah terpenuhi. Kebutuhan pada piramida tertinggi

adalah aktualisasi diri. Ketika individu mengalami proses menua, ia

akan berusaha memenuhi kebutuhan di piramida tertinggi yaitu

aktualisasi diri.

b. Teori inidvidualisme jung

Menurut teori ini, kepribadian seseorang tidak hanya berorientasi

pada dunia luar namun juga pengalaman pribadi. Keseimbangan

menuroakn faktor yang sangat penting untuk menjaga kesehatan

mental. Menurut teori ini proses menua dikatakan berhasil apabial

seseorang individu melihat ke dalam dan nilai dirinya lebih dari

sekedar kehilangan atau pembatasan fisiknya.

c. Teori pusat kehidupan manusia

Teori ini berfokus pada identifikasi dan pencapaian tujuan kehidupan

seseorang menurut lima fase perkembangan, yaitu:

1) Masa anak-anak ; belum memiliki tujuan hidup yang realistic.

2) Remaja dan dewasa muda; mulai memiliki konsep tujuan hidup

yang spesifik.
3) Dewasa tengah; mulai memiliki tujuan hidup yang lebih kongkrit

dan berusaha untuk mewujudkannya.

4) Usia pertenghan; melihat kebelakang, mengevaluasi tujuan yang

dicapai.

5) Lansia; saatnya berhenti untuk melakukan pencapaian tujuan hidup

3. Teori sosiologi

a. Teori interaksi sosial (social exchange theory)

Menurut teori ini pada lansia terjadi penurunan kekuasaan dan

prestise sehingga interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa

hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti

perintah.

b. Teori penarikan diri (disengagement)

Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunya derajat kesehatan

mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari

pergaulan di sekitarnya. Lansia mengalami kehilangan ganda, yang

meiputi:

1) Kehilangan peran.

2) Hambatan kontak sosial.

3) Berkurangnya komitmen.

Pokok pokok menarik diri adalah :

a) Pada pria, terjadi kehilangan peran hidup terutama terjadi pada


masa pensiun. Sedangkan pada wanita terjadi pada masa ketika

peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak beranjak

dewasa serta meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.

b) Lansia dan masyarakat mampu mengambil manfaat dari hal ini,

karena lansia dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang,

sedangkan kaum muda memperoleh kesempatan kerja yang lebih

luas.

c) Aspek utama dalam teori ini adalah proses menarik diri yang

terjadi sepanjang hidup. Proses ini tidak dapat dihindari serta

harus diterima oleh lansia dan masyarakat.

c. Teori aktivitas (activity theory)

Teori inin menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung pada

bagaimana seorang lansia merasakan kepuaan dalam melakukan

aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting

dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Dari pihak

lansia sendiri terdapayt anggapan bahwa proses penuaan merupakan

suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk

mempertahankan perilaku mereka semasa mudanya.

d. Teori berkesinambungan (continuity theory)

Menurut teori ini, setiap orang pasti berubah menjadi tua namun

kepribadian dasar dan pola perilaku individu tidak akan mengalami


perubahan. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan

gambarannya kelak pada saat menjadi lansia.

e. Subculture theory

Menurut teori ini lansia dipandang sebagai bagian sub kultur. Secara

antropologis, berarti lansia memiliki norma dan standar budaya

sendiri. Standar dan norma budaya ini meliputi perilaku, keyakinan,

dan harapan yang membedakan lansia dari kelompok lainnya.

2.1.6 Perubahan Sistem Organ Tubuh Akibat Proses Menua

Perubahan sistem tubuh lansia menurut (Nugroho, 2000) adalah :

1. Perubahan pada sel

Jumlah sel menurun/lebih sedikit, ukuran sel lebih besar, jumlah cairan

tubuh dan cairan intraselular berkurang, proporsi protein di otot otak

ginjal darah dan hati menurun, mekanisme perbaikan sel terganggu, otak

menjadi atropi beratnya berkurang 5-10% dan jumlah sel otak menurun

lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.

2. Perubahan sistem pernapasan

Hilangnya kekuatan otot pernafasan dan menjadi kaku, menurunnya

aktivitas dari silia, hilangnya elastisitas pada paru-paru sehingga kapasitas

residu meningkat, kapasitas pernapasan maksimum menurun dan

kedalaman bernafas menurun,ukuran alveoli melebar dari normal dan


jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg,

kemampuan batuk berkurang dan terjadinya penurunan kekuatan otot

pernapasan.

3. Perubahan sistem pendengaran

Pada lansia seiring bertambahnya usia berdampak pada pendengaran ,

membrane timpani atropi, terjadinya pengumpulan dan pengerasan

serumen karena peningkatan keratin, pendengaran menurun pada lanjut

usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stress.

4. Perubahan sistem penglihatan

Timbul sclerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respons terhadap sinar,

kornea lebih berbentuk seperti bola, lensa lebih suram dapat

menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, penurunan pengamatan

sinar dan daya adaptasi, hilangnya daya akomodasi, dan menurunnya

lapang pandang dan menurunnya daya membedakan warna.

5. Perubahan sistem kardiovaskuler

Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi

kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun, kehilangan

elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer

untuk oksigenasi, tekanan darah meningkat.

6. Perubahan sistem pengaturanm suhu tubuh

Penurunan suhu tubuh secara fisiologis, keterbatasan reflek menggil, dan


tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya

aktivitas otot.

7. Perubahan sistem persyarafan

Berkurangnya syaraf neocortical sebesar 1 per detik, hubungan

persyarafan cepat menurun. Lambat dalam merespons, mengecilnya saraf

pancaindra menjadi kurang sensitive terhadap sentuhan.

8. Perubahan sistem gastrointestinal

Esophagus menurun, sensitivitas akan rasa lapar menurun, produksi asam

lambung menurun, peristaltic lemah dan timbulnya konstipasi. Fungsi

absorbsi menurun, hati semakin mengecil dan menurunnya tempat

menyimpan, dan berkurangnya suplai aliran darah.

9. Perubahan sistem reproduksi

Pada wanita terjadi menopause, fungsi ovarium mulai menurun, ovarium

akan berhenti memproduksi progesterone dan estrogen. Saat ovulasi

berhenti reproduksi tidak lagi terjadi. Pada laki-laki testis menjadi lebih

lunak dan lebih lebih kecil akibat penurunan konsentrasi testosterone

dalam aliran darah. Produksi sperma terhambat dan menurun, dan

ejakulasi kurang kuat. Prevalensi disfungsi seksual meningkat seiring

bertambahnya usia. Banyak kemungkinan penyebab DE di antaranya

aterosklerosis, diabetes, hipertensi, obat-obatan, dan faktor psikologis

(DeLaune & Ladner,2011; Berman, Snyder & Frandsen, 2016).


10. Perubahan sistem perkemihan (genitourinaria)

Ginjal akan mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal

menurun hingga 50%, fungsi tubulus berkurang , Blood Urea Nitrogen

(BUN) meningkat hingga 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa

meningkat, penurunan otot kandung kemih, dan pada pria terjadi

pembesaran kelenjar prostat hingga +75% dari normal.

11. Perubahan sistem endokrin

Semua produksi hormon mengalami penurunan, berkurangnya ACTH,

TSH, FSH, dan LH, aktivitas tiroid, basal metabolic rate (BMR) daya

pertukaran gas, dan menurunnya produksi aldosterone, serta sekresi

hormon kelamin seperti progesterone, esterogen, dan aldosterone.

12. Perubahan sistem integumen

Pada lansia kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak,

permukaan kulit kasar dan bersisik, penurunan mekanisme proteksi kulit,

kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu, berkurangnya

elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku

menjadi lambat, kuku jari tangan dan kaki menjadi keras dan rapuh,

kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, kuku menjadi pudar

dan kurang bercahaya.

13. Perubahan fisiologis pada sistem muskuloskeletal

Hilangnya kepadatan tulang sehingga menjadi rapuh, persendian


membesar dan menjadi kuku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis,

atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lambat, otot kram dan

tremor.

2.1.7 Perubahan mental

Menurut Nasrullah (2016) Di bidang mental atau psikis pada lanjut

usia,Perubahan dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga

bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu. Sikap umum yang dapat

ditemukan pada hamper setiap lanjut usia, yaitu keinginan memiliki umur

yang panjang, tenaganya sedapat mungkin dihemat. Tetap berperan aktif

dalam masyarakat, ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap

berwibawa, jika meninggal pun lansia berkeinginan meninggal secara

terhormat dan masuk surga.

Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan mental :

1. Perubahan fisik pada organ perasa.

2. Kesehatan umum.

3. Tingkat pendidikan.

4. Keturunan (hereditas).

5. Lingkungan.

Perubahan kepribadian yang drastis jarang terjadi pada lansia. Lansia lebih

sering memiliki ungkapan yang tulus, kekakuan pada lansia dapat disebabkan
oleh faktor penyakit yang diderita Nasrullah (2016).

a. Kenangan (memori)

Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai bebrapa hari yang lalu

dan mencakup beberapa perubahan, kenangan jangka pendek atau

skala(0-10 menit), kenangan buruk bisa kearah demensia.

b. Intelegentia Quotion (IQ)

IQ tidak berubah dengan informasi dengan informasi matematika dan

perkataan verbal. Penampilan, persepsi, dan keterampilan psikomotor

berkurang. Terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan

faktor waktu.

2.2 Konsep Memori

2.2.1 Definisi Memori

Kemampuan manusia untuk mengingat sesuatu disebut dengan memori

atau ingatan. Perdebatan tentang ingatan manusia akan sangat menarik

mengingat fungsinya yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

2.2.2 Klasifikasi Memori

Menurut Amin dan Malik (2013) bahwa sistem memori manusia dapat

dibagi menjadi tiga, yaitu memori sensorik (sensory memory), memori

jangka pendek (short-term memory), dan memori jangka panjang (long-term

memory). Ketiga memori tersebut memiliki kapasitas penyimpanan yang


berbeda. Memori sensorik memiliki kapasitas untuk menyimpan informasi

hanya dalam beberapa detik saja, sedangkan memori jangka pendek dapat

menyimpan informasi Selma 15 detik untuk 7 item. Berbeda dengan dua

sistem memori sebelumnya, kapasitas pada memori jangka panjang sangat

besar, bahkan tidak terbatas, sehingga manusia dapat menyimpan informasi

yang didapat sebanyak banyaknya dalam jangka waktu yang lama Blerkom

(2008).

2.2.3 Tanda Dan Gejala Penurunan Memori

Menurut Standar Diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) 2018,

tanda dan gejala memori dibagi menjadi 2 yaitu tanda dan gejala mayor

dan minor.

Gejala dan tanda mayor

Subyektif

1. Melaporkan pernah mengalami pengalaman lupa.

2. Tidak mampu mempelajari ketrampilan baru.

3. Tidak mampu mengingat informasi faktual.

4. Tidak mampu mengingat perilaku tertentu yang pernah dilakukan.

5. Tidak mampu mengingat peristiwa.

Obyektif

1. Tidak mampu melakukan kemampuan yang dipelajari sebelumnya.


Gejala dan tanda minor

Subyektif

1. Lupa melakukan perilaku pada waktu yang telah dijadwalkan

2. Merasa mudah lupa

Obyektif

(tidak tersedia)

2.2.4 Tahapan Memori

Menurut ahli psikologi, dalam sistem ingatan memerlukan tiga hal

yaitu memberi kode (encoding), menyimpan (storage), dan mengeluarkan

atau mengingat kembali (retrival), istilah lain yang digunakan yaitu

memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan

kembali (remembering) (Walgito, 2004).

1. Penyusunan kode (encoding)

Pada tahap ini, pesan dari gejala fisik diterjemahkan menjadi semacam

kode yang dapat diterima dalam memori. Beberapa kenangan yang

dikenang adalah kenangan yang pernah dialami seseorang. Orang

yang berpengalaman dapat dibagi menjadi 2:

a. Disengaja

b. Tidak disengaja

2. Penyimpanan (storage)
Pada tahap ini informasi yang telah diterima dan diseleksi untuk

disimpan ke dalam daftar (sensory register) dan jejak memori (memory

traches) agar dapat dipanggil kembali apabila diperlukan. Dalam tahap

ini terjadi proses pemeliharaan stimulus/input di dalam sistem memori

otak.

3. Mengingat kembali (retirval)

Tahap ini merupakan tahap dimana diinginkan untuk dapat mengingat

dan menggunakan informasi yang tersimpan ketika seseorang

membutuhkan pembentukan dan hasil pengolahan dan penyimpanan

informasi dalam sistem memori otak. Jka proses pemanggilan ini gagal,

proses yang disebut lupa.

2.2.5 Timbulnya ingatan

Ingatan timbul dalam berbagai jenis:

1. Ingatan kepada sesuatu, seperti nama orang tercantik disuatu kelas.

Disini yang ingin diproduksikan hanya sebagian ingatan itu. Hal itu

dilakukan juga pada waktu ujian yang menggunakan metode essay.

2. Rekoleksi, yaitu mengingat kembali sebuah peristiwa masa lampau

secara lengkap, seperti menjawab semua pertanyaan dari hakim atas

semua perilakunya dalam kejahatan yang telah dilakukannya.

3. Rekognisi, yaitu mengenal kembali sesuatu hal, benda atau orang


setelah sebagian dari padanya kelihatan atau kedengaran kembali,

seperti melihat seorang anak teringat kembali kepada bapaknya, karena

anak tersebut serupa benar dengan bapaknya.

4. Mempelajari kembali sesuatu, untuk memperlihatkan bahwa ada sisa

ingatan yang tinggal biarpun telah lama sesuatu itu dipelajari.

5. Menggali kesadaran rentang ingatan.

2.2.6 Faktor - faktor penyebab lupa

Ketika memori tidak berfungsi maka yang akan terjadi adalah kelupaan.

Terkadang lupa adalah mekanisme psikologis untuk mengahdapi hidup

yang berlangsung setiap hari. Namun ketika kita telusuri, ada beberapa

alasan orang lupa (Menurut R. Funny).

1. Merosot karena tidak terpakai, ada asumsi yang sudah lama yang

mengatakan bahwa belajar meninggalkan jejaknya dalam otak berupa

perubahan fisik yang sebelumnya tidak ada disana. Dengan berlalunya

waktu, proses yang berlaku dalam otak mengakibatkan jejak jejaknya

makin terkikis yang menyebabkan mundurnya daya mengingat.

2. Gangguan, untuk mempelajari materi baru, memori materi lama agak

terganggu. Instruktur komunikasi yang akrab dengan istilah komunikasi

ketika mengingat nama nama mahasiswa baru. Oleh karena itu, dia

tidak mencoba untuk menghafal nama mahasiswa barunya lagi. Di sisi


lain beberapa orang terhalang untuk mempelajari sesuatu yang baru

karena materi lama yang telah mereka pelajari.

3. Represi : pengalaman masa lalu yang sengaja dipendam kuat kuat agar

tidak dikenang. Misalnya, merasa bersalah atas pembunuhan karakter

yang dilakukan oleh seseorang yang tidak tahu apa-apa selain dirinya

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Dari hasil pengkajian pada klien didapatkan data jenis kelamin perempuan.

Klien berada pada usia 82 tahun yang merupakan kriteria lansia dengan resiko

tinggi mengalami gangguan memori. hal ini dikarenakan terdapat kendala

dalam pengambilan pasien, seharusnya pasien yang ambil adalah rentang usia

60- 75 tahun. pada dasar nya pengambilan kasus ini dilakukan di panti maka

pengambilan pasien untuk studi kasus sangat terbatas dan seadanya.

Berdasarkan teori (Khasanah, 2018) Kemunduran kemampuan mental

merupakan bagian proses penuaan organisme secara umum, ketika lansia

sudah berumur 60 – 75 keatas kebanyakan kemampuan seseorang secara terus

menerus mengalami penurunan. Kemerosotan intelektual lansia ini pada

umumnya merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, disebabkan berbagai

faktor seperti penyakit, kecemasan atau depresi. berdasarkan fakta dan teori

terdapat kesenjangan, seharusnya klien yang diambil dalam studi kasus yaitu

rentang usia 60-75 tahun, karean dengan usia klien sekarang sudah sangat

jelas jika lansia mengalami penurunan, akan tetapi dengan menyikapi hal

tersebut perlu diketahuinya dari kondisi klien yang berada dipanti.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan Spmsq

menunjukkan nilai 7 yang berarti klien mengalami kerusakan intelektual

sedang, sedangkan dengan menggunakan Mmse menunjukkan nilai 20 yang

berarti ada indikasi kerusakan kognitif yang memerlukan pemeriksaan tindak

lanjut. hal ini sebagaimana dalam teori (Wahyunita, 2010) Proses penyesuaian

diri pada setiap lansia pun juga berlangsung secara berbeda-beda dalam
menghadapi berbagai kemunduran diri serta masalah yang muncul dalam

sehari-hari. Keluhan yang sering dialami oleh seseorang yang telah memasuki

masa lanjut usia adalah menurunnya daya ingat atau sering lupa Menurut

peneliti, pengkajian fungsi kognitif ini dilakukan untuk mengidentifikasi

lansia terhadap penurunan fungsi kognitif. Berdasarkan hasil fakta dan teori

peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam salah satu masalah kesehatan yang

sering muncul pada lansia yaitu penurunan fungsi kognitif sehingga

mengakibatkan lansia mengalami penurunan daya ingat, tingkat pendidikan

rendah, fungsi intelektual menurun.

Saat dilakukan pengkajian pemeriksaan status depresi menggunakan

Inventaris Geriatrik menunjukksn nilai 17 yang berarti depresi berat. hal ini

sesuai dengan teori (Dewi, Kartika S 2012) Salah satu gangguan kesehatan

yang dapat muncul pada lansia adalah gangguan mental. Gangguan mental

yang sering muncul pada masa ini adalah depresi dan gangguan fungsi

kognitif. Resiko terjadinya depresi dapat meningkat dua kali lipat saat usia

semakin meningkat . Banyak terjadi perubahan pada hidup penderita pada

masa tersebut sehingga depresi muncul. Perubahan tersebut baik perubahan

secara fisik, psikologis,ekonomi,sosial dan spiritual yang mempengaruhi

kualitas hidup lansia. Berdasarkan hasil fakta dan teori peneliti menyimpulkan

bahwa depresi pada lansia dapat menyebabkan klien merasa putus asa, cemas

dan merasa kesepian hingga klien mengalami kemunduran dalam interaksi

sosial sehingga depresi dapat menjadi salah satu penyebab lansia mengalami

gangguan memori.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dukungan keluarga menggunakan Apgar


Lansia menunjukkan nilai 2 yang berarti disfungsi keluarga sangat tinggi.

berdasarkan teori (Friedman, 2013) dijelaskan bahwa Fungsi kognitif dapat

dipertahankan dengan cara memberikan dukungan sosial keluarga. Dukungan

sosial keluarga adalah proses yang terjadi sepanjang kehidupan, sifat maupun

jenis dukungan sosial keluarga yang bisa berbeda-beda dalam setiap siklus

kehidupan. Berdasarkan fakta dan teori dapat disimpulkan bahwa dukungan

keluarga pada klien sangat penting, didalam panti klien merasa tidak

mendapatkan dukungan keluarga ditunjukkan dengan klien tidak dapat

beradaptasi dengan teman se wismanya sehingga klien mudah menyendiri/

mengurung di dalam kamar sampai dengan munculnya depresi pada klien.

Dari pengkajian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa klien mengatakan

sering lupa waktu seperti hari, bulan, tahun, tanggal dan klien juga

mengatakan sering lupa dengan orang yang baru saja bertemu. setelah

dilakukan pengkajian mendalam ternyata klien tidak terlalu mengeluhkan

mengenai gangguan memori, akan tetapi klien lebih mengeluhkan mengenai

riwayat trauma dan depresi hingga isolasi sosial. Hal ini dapat dilihat pada

teori bahwa penyebab klien lupa dapat dipengaruhi oleh faktor represi atau

pengalaman masa lalu yang sengaja dipendam kuat, sehingga menimbulkan

klien merasa sangat bersalah atas pembunuhan karakter yang dilakukan

seseorang terhadapnya (R. Funny 2001:150). Dapat disimpulkan bahwa antara

fakta dan teori mempunyai kesamaan dengan hasil, bahwa klien dengan

gangguan memori dapat dipengaruhi oleh riwayat trauma masa lalu yang

terjadi pada klien, sehingga seperti yang ditemukan dipanti bahwa klien sering

menyendiri dan sulit berinteraksi dengan orang lain.


3.2 Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan tinjauan kasus yang telah dilakukan oleh peneliti pada Ny. J,

diperoleh data bahwa klien mengatakan sering lupa, klien tidak dapat

mengingat nama orang baru, klien sering lupa dengan orientasi waktu seperti,

lupa tanggal, hari, bulan, dan tahun. Menurut Standart Diagnosa Keperawatan

Indonesia (SDKI), Gangguan Memori merupakan ketidakmampuan mengingat

beberapa informasi dan perilaku. Penyebab dari gangguan memori meliputi

ketidakadekuatan stimulasi intelektual, gangguan sirkulasi otak, gangguan

volume cairan dan/atau elektrolit, proses penuaan, hipoksia, gangguan

neurologis ( EEG positif, cedera kepala, gangguan kejang), efek agen

psikologis, penyalahgunaan zat, faktor psikologis (mis, kecemasan, depresi,

stres berlebihan, berduka, gangguan tidur), dan distraksi lingkungan

(SDKI,2018).

Berdasarkan hasil fakta dan teori yang telah didapatkan penulis mengambil

penyebab dari diagnosa keperawatan dari faktor psikologis karena dari hasil

pengkajian yang sudah dilakukan yaitu klien mengalami gangguan memori

disebabkan oleh perasaan trauma dengan pengalaman masa lalunya yang

sangat mendalam sehingga menimbulkan perasaan yang sangat bersalah terus

menerus . Hal tersebut akan menimbulkan kesenjangan jika dilihat dari usia

klien yang sudah menginjak lebih dari 80 tahun maka hal tersebut juga bisa

menjadi penyebab klien mengalami gangguan memori.

Maka kesimpulan penulis yang dapat di ambil diagnosis keperawatan yaitu

Gangguan Memori berhubungan dengan faktor psikologis (kecemasan,

depresi, stres berlebihan, berduka, gangguan tidur ) (SDKI,2018).


3.3 Intervensi Keperawatan

Dalam pengumpulan data yang diperoleh, kemudian di analisis dan

didapatkan diagnosis keperawatan yang muncul pada kasus ini yaitu gangguan

memori. Perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilakukan yaitu

menggunakan intervensi utama dan pendukung. Tujuan diberikannya kedua

intervensi untuk menangani masalah kesehatan sesuai kebutuhan kondisi

klien. Sebagaiamana dalam teori bahwa Perencanaan keperawatan adalah

rencana tindakan keperawatan tertulis yang menggambarkan masalah

kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-tindakan keperawatan

dan kemajuan pasien secara spesifik (Manurung, 2012). Berdasarkan fakta dan

teori dapat di simpulkan bahwa intervensi utama sebenarnya sudah cukup

akan tetapi dengan melihat kondisi pasien maka diperlukan intervensi

pendukung untuk lebih spesifik pada masalah klien.

Dalam mempertahankan fungsi kognitif pada lansia upaya yang dapat

dilakukan dengan cara menggunakan otak secara terus menerus dan

diistirahatkan dengan tidur. Melalui latihan memori, lansia dapat

meningkatkan fungsi kognitifnya karena latihan ini merupakan latihan yang

efektif dengan menggunakan tehnik-tehnik yang dirancang untuk memberikan

strategi bagaimana mengingat informasi yang baru saja di terima. Tehnik yang

digunakan yaitu metode gambar dengan permainan tebak gambar, dengan

mengingat sebuah gambar orang yang lansia kenal maka dapat diasumsikan

tehnik tersebut mampu meningkatkan fungsi kognitifnya. Adapun latihan

memori mengingat tanggal, hari, bulan dan tahun dalam sehari hari untuk

lansia lebih mengasah memori secara terus menerus sehari hari.


Berdasarkan teori menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018), tindakan

utama yaitu Latihan memori merupakan mengajarkan kemampuan untuk

meningkatkan daya ingat dan tindakan pendukung yaitu stimulasi memori

merupakan meningkatkan kesadaran dan pemahaman lingkungan dengan

memanfaatkan perencanaan rangsangan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

intervensi tersebut saling berkesinambungan dan sangat diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan kondisi yang klien alami.

3.4 Haluaran gangguan memori

Luaran utama memori

Luaran tambahan orientasi kognitif

Perfusi serebral

Proses informasi

Status neurologis

Status kognitif

Anda mungkin juga menyukai