Anda di halaman 1dari 12

PERUBAHAN KOGNITIF, MINAT, DAN KETERAMPILAN MENTAL

PADA USIA LANJUT

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Makalah Matakuliah Perkembangan Dewasa


dan Usia Lanjut Semester Genap Kelas Psikologi 2C Tahun Ajaran 2019/2020

Dosen Pengampu:
Nailur Rohmah, S. Psi., M. A

Disusun Oleh:
Nur Ila Mamlu’ah (190541100086)
Rio Dwi Saputra (190541100087)
Farida Nur Yunita (190541100106)
M. Irwan Prayitno (190541100107)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1 Perubahan Kognitif Pada Fase Usia Lanjut......................................................................2
2.2 Perubahan Minat Pada Fase Usia Lanjut..........................................................................4
2.3 Keterampilan Mental Pada Fase Usia Lanjut...................................................................8
BAB III PENUTUP....................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatuproses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Lansia
merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang
mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari.
Hurlock (dalam Pesik, 2015) mengatakan bahwa orang-orang yang dikatakan lansia
adalah orang-orang yang berusia lebih dari 60 tahun. WHO (dalam Intani, 2013)
menyatakan lansia dapat dikategorikan menjadi empat berdasarkan usia kronologis atau
biologis yang meliputi: Usia pertengahan (middle age) yang berkisar antara umur 45-59
tahun, Lanjut usia (erderly) yang berkisar antara 60-74 tahun, Lanjut usia tua (old) yang
berkisar antara 75-90, Usia sangat tua (very old) yang berkisar diatas 90 tahun
Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan
akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Proses penuaan (aging
process) merupakan suatu proses yang alami ditandai dengan adanya penurunan atau
perubahan kondisi fisik,psikologis maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain.
Proses menua dapat menurunkan kemampuan kognitif dan kepikunan, minat, dan
mental seseorang
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja perubahan kognitif pada fase usia lanjut?
2. Apa saja perubahan minat pada fase usia lanjut?
3. Apa saja perubahan mental pada fase usia lanjut?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui perubahan kognitif pada fase usia lanjut.
2. Mengetahui perubahan minat pada fase usia lanjut.
3. Mrengetahui perubahan mental pada fase usia lanjut.

1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perubahan Kognitif Pada Fase Usia Lanjut
Dalam arti yang luas cognitive (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi popular sebagai
salah satu domain psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan
masalah, kesengajaan, dan keyakinan.
Ningsih (2016) mengatakan bahwa proses menua merupakan penyebab terjadinya
gangguan fungsi kognitif. Santoso dan Ismail (dalam Ningsih, 2016) mengelaskan bahwa
fungsi kognitif tersebut merupakan proses mental dalam memperoleh
pengetahuan atau kemampuan kecerdasan, yang meliputi cara berpikir, daya ingat,
pengertian, perencanaan, dan pelaksanaan. Copel (dalam Ningsih, 2016) mengatakan
bahwa gangguan fungsi kognitif berhubungan dengan fungsi otak, karena kemampuan
lansia untuk berpikir akan dipengerahui oleh keadaan otak.
Ningsih (2016) mengatakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi penurunan
fungsi kognitif pada lansia yaitu proses penuaan pada otak dan pertambahan usia. Proses
penuaan pada otak yaitu terdapat perubahan pada otak yang berhubungan dengan usia.
Setiap tahun ditemukan terjadinya pengurangan volume pada masing-masing area seperti
lobus frontalis (0,55%), dan lobus temporal (0,28%). Uinarni (dalam Ningsih, 2016)
mengatakan bahwa pengurangan volume otak juga akan disertai dengan penurunan
kognitif. Lucas (dalam Ningsih, 2016) juga menjelaskan bahwa sebagian besar bagian
otak termasuk lobus frontal mempunyai peranan penting dalam penyimpanan ingatan
di otak. Faktor pertambahan usia yaitu bertambahnya usia seseorang maka akan
semakin banyak terjadi perubahan pada berbagai sistem dalam tubuh yang cenderung
mengarah pada penurunan fungsi. Pranarka (dalam Ningsih, 2016) mengatakan bahwa
pada fungsi kognitif terjadi penurunan kemampuan fungsi intelektual,
berkurangnya kemampuan transmisi saraf di otak yang menyebabkan proses
informasi menjadi lambat, banyak informasi hilang selama transmisi, berkurangnya
kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi dari memori.
Azizah (dalam Ningsih, 2016) menyebutkan perubahan fungsi kognitif pada lansia,
antara lain :

a) Memory (daya ingat atau ingatan)

2
Pada lanjut usia daya ingat merupakan salah satu fungsi kognitif yang paling
awal mengalami penurunan. Ingatan jangka panjang kurang mengalami perubahan,
sedangkan ingatan jangka pendek seketika 0-10 menit memburuk. Lansia akan
kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu
menarik perhatiannya, dan informasi baru seperti TV dan film.
b) IQ (Intellegent Quocient)
IQ merupakan suatu skor pada suatu tes yang bertujuan untuk mengukur
kemampuan verbal dan kuantitatif (Semiun, 2006). Fungsi intelektual yang mengalami
kemunduran adalah fluid intelligent seperti mengingat daftar, memori bentuk geometri,
kecepatan menemukan kata, menyelesaikan masalah, keceptan berespon, dan
perhatian yang cepat teralih.
c) Kemampuan belajar (learning)
Para lansia tetap diberikan kesempatan untuk mengembangkan wawasan berdasarkan
pengalaman (learning by experience). Implikasi praktis dalam pelayanan kesehatan jiwa
(mental health) lanjut usia baik bersifat promotif-preventif, kuratif dan rehabilitatif
adalah memberikan kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar yang sudah
disesuaikan dengan kondisi masing-masing lanjut usia yang dilayani.
d) Kemampuan pemahaman
Kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian pada lansia mengalami
penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi dan fungsi pendengaran lansia
mengalami penurunan. Dalam memberikan pelayanan terhadap lansia sebaiknya
berkomunikasi dilakukan kontak mata atau saling memandang. Dengan kontak mata
lansia dapat membaca bibir lawan bicaranya, sehingga penurunan pendengaran
dapatdiatasi dan dapat lebih mudah memahami maksud orang lain. Sikap yang
hangat dalam berkomunikasi akan menimbulkan rasa aman danditerima, sehingga
lansia lebih tenang, senang dan merasa dihormati.
e) Pemecahan masalah
Pada lansia masalah-masalah yang dihadapi semakin banyak. Banyak hal dengan
mudah dapat dipecahkan pada zaman dahulu, tetapi sekarang menjadi terhambat karena
terjadi penurunan fungsi indra pada lansia. Hambatan yang lain berasal dari penurunan
daya ingat, pemahaman, dan lain-lain yang berakibat pemecahan masalah menjadi lebih
lama.

3
f) Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan pada lanjut usia sering lambat atau seolah-olah
terjadi penundaan. Oleh sebab itu, lansia membutuhkan petugas atau
pembimbing yang dengan sabar mengingatkan mereka. Keputusan yang diambil
tanpa membicarakan dengan mereka para lansia, akan menimbulkan kekecewaan dan
mungkin dapat memperburuk kondisinya. Dalam pengambilan keputusan sebaiknya
lansiatetap dalam posisi yangdihormati (Ebersole & Hess, 2001)
g) Motivasi
Motivasi dapat bersumber dari fungsi kognitif dan fungsi afektif. Motif kognitif
lebih menekankan pada kebutuhan manusia akan informasi dan untuk mencapai
tujuan tertentu. Motif afektif lebih menekankan pada aspek perasaan dan kebutuhan
individu untuk mencapai tingkat emosional tertentu. Pada lansia, motivasi baik
kognitif maupun afektif untuk memperoleh sesuatu cukup besar, namun motivasi
tersebut seringkali kurang memperoleh dukungan kekuatan fisik maupun psikologis,
sehingga hal-hal yang diinginkan banyakterhenti ditengah jalan.

2.2 Perubahan Minat Pada Fase Usia Lanjut


Seperti perubahan fisik, mental dan gaya hidup pada orang-orang berusia lanjut,
juga terjadi perubahan minat dan keinginan yang tidak dapat dihindari. Terdapathubungan
yang erat antara jumlah keinginan dan minat orang pada seluruh tingkat usiadan
keberhasilan penyesuaian mereka. Sebaliknya hal ini menentukan kebahagiaan
atauketidakbahagiaan yang akan diperoleh. Pada usia lanjut, pendapat seperti ini benar
untuksetiap tingkat usia selam kurun waktu kehidupan.
Hal itu penting untuk diketahui, karena bagaimanapun juga penyesuaian pada
usialanjut sangan dipengaruhi oleh perubahan minat dan keinginan yang dilakukan secara
sukarela atau terpaksa. Apabila orang yang berusia tua ingin mengubah minat
dankeinginannya karena alas an kesehatan, situasi keuangan atau alasan lainnya mereka
akanmemperoleh kepuasan yang lebih baik disbanding mereka yang menghentikan
kegiatannya karena sikap yang tidak menyenangkan dari sebagian kelompok masyarakat.
Seperti minat dan keinginan seseorang dari setiap tingkat usia, hal ini juga sangat berbeda
pada mereka yang sudah tua. Bagaimanapun juga, keinginan tertentu mungkin
dianggapsebagai tipe keinginan orang berusia lanjut pada umumnya, antara lain keinginan
danminat pribadi, minat untuk berekreasi, keinginan social, keinginan yang
bersifatkeagamaan, dan keinginan untuk mati.

4
1. Minat Pribadi
Minat atau ketertarikan pribadi pada usia lanjut antara lain melipuri minat
terhadap diri sendiri, minat terhadap penampilan, minat pada pakaian dan minat
pada uang.
2. Minat dalam diri sendiri
Orang menjadi semakin dikuasai oleh diri sendiri apabila ia semakin tua.
Orangmungkin menjadi sangat berorientasi pada egonya (egocentric) dan pada
dirinya (self-centred) dimana mereka lebih banyak berpikir tantang dirinya
daripada orang lain dankurang memperhatikan keinginan dan kehendak orang
lain.
3. Minat pada penampilan
Walaupun beberapa orang berusia lanjut menganggap penting tentang
penampilanmereka seperti yang dulu bisa dilakukan, tetapi banyak juga yang
menunjukkan sikap tidak perduli terhadap penampilannya. Mereka mungkin
akan berhenti dalammerawat pakaian, bahkan mereka tidak ambil pusing
dengan perwatan diri. Sementaraada sebagian yang tampak kotor dan jorok
dalam penampilan, tetapi orang berusia lanjut umumnya tidak banyak
menggunakan waktu agar penampilannya lebihmenarik, atau sedapat mungkin
menutupi tanda-tanda ketuaan fisik mereka.
a. Status Ekonomi
Orang berusia lanjut merupakan factor penting yang menentukan
tingkat ketertarikan mereka dalam merawat dan menjaga penampilan.
Apabila setiap sendari uangnya harus dihitung dan apabila beberapa hal
penting dalam kehidupanharus dihemat, maka uang yang dimanfaatkan
untuk merawat dan menjaga penampilan seseorang dianggap sebagai
kemewahan yang tidak menghasilkan apa-apa.
b. Tempat Tinggal
Juga sangat memainkan peranan penting dalam menentukan tingkat
ketertarikanseseorang dalam merawat penampilannya. Mereka yang hidup
sendiri berminat jauh lebih sedikit dibanding yang tinggal bersama anak
yang telah dewasa atau tinggal dalam rumah bersama orang-orang berusia
lanjut lainnya.
4. Minat Terhadap Pakaian

5
Minat terhadap pakaian tergantung pada sejauh mana orang berusia lanjut
terlibatdalam kegiatan social. Sebagian tergantung pada status ekonomi, dan
sebagian lagitergantung pada kesadaran untuk menerima kenyataan bahwa
mereka telah lanjut usiasehingga harus menyesuaikan diri. Beberapa orang
berusia lanjut ada yang masihterus memakai gaya dan model yang bisa mereka
pakai pada masa muda dan madyasehingga menolak untuk berpakaian model
masa kini, walaupun mereka harusmemesan secara khusus pada tukang jahit.
Orang berusia lanjut lainnya justru sebaliknya sangat mementingkan mode
danmungkin memilih pakaian ayng idrancang untuk orang muda yang pantas
menjadianak atau cucunya. Mereka berontak dengan usia lanjut dan karenanya
mencoba untuk meyakinkan diri mereka sendiri dan orang lain bahwa mereka
lebih mudadisbanding kenyataan yang mereka hadapi.
Minat orang berusia lanjut pada pakaian juga karena dipengaruhi oleh
kesulitan dalam mencari mode yang cocok dengan usia mereka yang siap pakai
dan tidakketinggalan zaman. Misalnya apabila rok pendek sedang banyak
digemari, makawanita berusia lanjut akan sulit dalam mencari pakaian, rok atau
jas panjang yangsiap pakai yang dianggap cocok dengan usianya. Begitu juga
pakaian yang dijualkanuntuk mereka seringkali dibuat dengan rancan.
5. Minat untuk rekreasi
Pria dan wanita berusia lanjut cenderung untuk tetap tertarik pada kegiatan
rekreasiyang biasa dinikmati pada masa mudanya, dan mereka hanya akan
mengubah minattersebut kalau betul-betul diperlukan. Perubahan utama yang
terjadi adalah secara bertahap mempersempit minat dibanding perubahan
radikal terhadap pola yang sudahdibentuknya, dan mengubah minat kebentuk
rekreasi yang bersifat permanen.
6. Minat Sosial
Dalam bertambahnya usia mengakibatkan banyak orang yang merawa
menderitakarena jumlah kegiatan social yang dilakukannya semakin berkurang.
Hal ini lazim diistilahkan sebagai lepas dari kegiatan kemasyarakatan, yaitu
suatu proses pengunduran diri secara timbale balik pada masa usia lanjut dari
lingkungan social. Social disengagement, seperti yang dijelaskan oleh Birren,
meliputi empat elemen “pelepasan beban” yaitu meliputi : Keterlibatan dengan
orang lain berkurang, pengurangan variasi peranan social yang dimainkan,

6
penggunaan kemampuan mentalyang semakin bertambah, dan berkurangnya
partisipasi dalam kegiatan fisik.Adapun sumber dari kontak social :
a. Persahabatan Pribadi yang Akrab
Persahabatan pribadi yang akrab dengan para anggota dari kelompok
jeniskelamin yang sama yang di bina ulang sejak masa dewasa atau pada
awal tahun pernikahan, sering terhenti. Apabila salah satunya mati atau
pindah tempat tinggalsehingga menjadi jauh. Dalam hal seperti ini
tampaknya orang usia lanjut tidakmampu lagi menetapkan jenis
persahabatan lain yang seperti itu.
b. Kelompok Persabahatan
Kelompok semacam ini terbentuk dari pasangan pasangan yang bersatu
yangdibentuk pada waktu mereka masih muda karena mereka mempunyai
minat dankesenangan yang serupa secara timbal balik,
c. Kelompok atau perkumpulan formal
Apabila keperanan kepemimpinan dalam kelompok atau perkumpulan
formal diambil alih oleh anggota yng lebih muda dan apabila perencanaan
kegiatanterutama berorientasi pada minat mereka yang lebih muda itu.
Orang lanjut usiamerasa tidak diperlukan lagi dalam organisasi semacam ini
dan menghentikankeanggotaan mereka dalam perkumpulan tersebut.
7. Minat Terhadap Keagamaan
Walaupun terdapat kepercayaan popular dalam masyarakat yang
mengatakan bahwa orang tertarik pada kegiatan keagamaan pada saat
kehidupan hampir selesai, akan tetapi bukti-bukti yang menunjang kepercayaan
seperti ini sangat sedikit. Sementaraorang berusia lanjut menjadi lebih tertarik
pada kegiatan keagamaan karena mereka sangat tidak mampu, tetapi pada
umumnya mereka tidak harus tertarik pada kegiatan keagamaan karena
pertimbangan kegiatan tersebut dapat menciptakan minat baru ataudapat
merupakan titik perhatian baru.
8. Minat untuk Mati
Selama masa anak-anak, dewasa, dan sedikit pada masa dewasa dini, rasa
tertarikterhadap kematian lebih berkisar pada seputar kehidupan setelah mati
daripadaterhadap sebab-sebab yang menjadikan seseorang mati. SEbagai hasil
pendidikantentang keagamaan dirumah, dan ditempat ibadah, menjadikan

7
banyak anak mudamempunyai konsep yang berbeda tentang suraga atau neraka
dan tentang kehidupandidunia fana.
Semakin lanjut usia seseorang, biasanya mereka menjadi semakin kurang
tertarikterhadap kehidupan akherat dan lebih mementingkan tentang kematian
itu sendiriserta kematian dirinya. Pendapat semacam ini benar, khususnya bagi
orang yang kondisi fisik dan mentalnya semain memburuk, mereka cenderung
untuk berkonsentrasi pada masalah kematian dan mulai dipengaruhi oleh
perasaan sepertiitu. Hal ini secara langsung bertentangan dengan pendapat
orang yang masih muda,dimana kematian bagi mereka tampaknya masih jauh
dank arena itu mereka kurang memikirkan tentang kematian.
2.3 Keterampilan Mental Pada Fase Usia Lanjut
Menerima pendapat klise tentang pandangan orang usia lanjut. Dengan
menerima pendapat seperti ini, maka kondisi mereka akan semakin memburuk karena ada
persepsi bahwa dirinya sudah tidak mampu berbuat apapun, dan membuat mereka
cenderung mengisolasi diri. Berikutnya ada perasaan tidak enak dan rendah diri karena
terjadi perubahan pada fisik (termasuk di sini masalah gigi palsu, atau gigiompong)
sehingga komunikasi menjadi terganggu.
Ketidaksiapan untuk mengadakan perubahan pola kehidupannya,contoh:
misalnya mereka harus memutuskan mendiami rumah yangtidak terlalu besar lagi, karena
anak-anak sudah menikah semua dan mempunyai keluarga sendiri. Dapat pula muncul
pemikiran pada orangusia lanjut bahwa proses mental mereka sudah mulai dan
sedangmenurun. Misalnya mereka mengeluh sangat pelupa, kesulitan dalammenerima hal
baru. Dan mereka juga merasa tidak tahan dengantekanan, perasaan seperti ini membentuk
mental mereka seolah tertidur,dengan keyakinan bahwa dirinya sudah terlalu tua untuk
mengerjakanhal tertentu, mereka menarik diri dari semua bentuk kegiatan.
Masalah psikologis lain yang dapat menjadi gangguan adalah perasaan bersalah
karena menganggur. Sering kali hal ini akan tergantung darisistem nilai yang ada dalam
dirinya, seberapa jauh orang usia lanjut inisangat mementingkan materi, dan seberapa jauh
dia menilai pentingnya bekerja. Mereka merasa sangat membutuhkan pekerjaan agar
sangatdihargai oleh orang lain, ingin memperoleh perhatian. Berkaitan denganhal ini,
mereka juga menyadari bahwa pendapatan mereka menurun.
Gangguan psikologis yang dipandang paling berbahaya adalah sikap mereka
yang ingin tidak terlibat secara sosial. Sikap ini akan membuatmereka mudah curiga
terhadap orang lain, atau menuntut perhatian berlebihan, atau mengasingkan diri dengan

8
munculnya rasa tidak berguna dan rasa murung, rendah diri, bahkan juga mungkin
akanmenjadi sangat apatis.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lanjut usia (lansia) adalah kelompok orang yang sedang berada dalam proses peubahan
yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Di dalam masa lansia terdapat
beberapa perubahan, antara lain, perubahan kognitif, perubahan minat dan perubahan
mental. Perubahan kognitif dipengaruhi oleh proses penuaan pada otak dan pertambahan
usia.

9
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Intani, A. C. (2013). Hubungan beban kerja dengan stres pada petani lansia di Kelompok
Tani Tembakau Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember (Skripsi, Universitas
Jember). Diakses pada tanggal 25 April 2020 pukul 13.25 dari
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/3168/Arum%20Cahya
%20Intani%20-%20092310101003.PDF?sequence=1
M. Octav Mellisa, Tami Nuryanti, Gardani Arditiya. 2017. Aktivitas Kognitif Lansia
(Grandop Cooks). Universitas Pembangunan Jaya.
https://www.researchgate.net/publication/328334555_AKTIVITAS_KOGNITIF_L
ANSIA_GRANDPOP_COOKS diakses pada 25 April 2020 pukul 15.20 WIB.
Mussa’diyah, L. (2014). Perkembangan kognitif Jean Piaget untuk meningkatkan
kemampuan belajar anak diskalkulia (studi kasus pada siswa “X” di MI Pangeran
Diponegoro Surabaya) (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya).
Diakses pada tanggal 25 April 2020 pukul 11.23 dari
http://digilib.uinsby.ac.id/1543/
Ningsih, M.A.D. (2016). Pengaruh Terapi Teka Teki Silang terhadap fungsi kognitif pada
lansia dengan kecurigaan demensia di Banjar Muding Klod (Tesis, Universitas
Udayana). Diakses pada tanggal 25 April 2020 pukul 11.56 dari
http://erepo.unud.ac.id/17418/.
Putra, G.S.M.R.A. & Indarwati, R. & Has, E.M.M. (2014). Reminiscence therapy dengan
metode terapi aktivitas kelompok meningkatkan fungsi kognitif pada lansia
(Jurnal). Diakses pada 25 April 2020 pukul 21.08 dari
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ijchnb7ed797040full.pdf.
Siahaan, N.R. (2014). Pelaksanaan program posyandu lansia dan tingkat kepuasaan
lansia pengguna posyandu di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu
Kabupaten Dairi (Skripsi, Univeristas Sumatera Utara). Diakses pada tanggal 25
April 2020 pukul 23.14 dari
http://repository.usu.ac.id/xmlui/handle/123456789/39919?show=full
Sirait, F.R.H. (2015). Hubungan status gizi dan hipertensi terhadap kemandirian lansia di
Posyandu Lansia Puskesmas Kedaton (Skripsi, Univeristas Lampung). Diakses
pada 25 April 2020 pukul 16.33 dari http://digilib.unila.ac.id/6613/.
Syaiful. H. S.Psi., M.Psi & Prof. Dr. Fatimah Haniman, SPKJ (2012). Makalah Psikologi
Klinis & Gerontologi. Surabaya. Diakses pada 25 April 2020 pukul 20.00 dari
https://www.academia.edu/8106930/Psikologi_Usia_Lanjut

10

Anda mungkin juga menyukai