Landasan Teori
1. Lansia
Azizah (dalam Intani, 2013) menyatakan lansia merupakan suatu bagian dari tumbuh kembang dari mulai bayi,
anak-anak, dewasa, dan tua. Lansia mengalami perubahan yang bersifat norrmal meliputi perubahan fisik,
kognitif, dan psikososial secara bertahap, lalu Utomo dkk (dalam Farahnaz, 2016) menyatakan ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stress dengan lingkungan dan bukan merupakan suatu
penyakit. Proses penuaan akan terlihat sejak umur 45 tahun dan timbul masalah pada umur 60 tahun.
WHO (dalam Intani, 2013) menyatakan lansia dapat dikategorikan menjadi empat berdasarkan usia kronologis
atau biologis yang meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) yang berkisar antara umur 45-59 tahun
Hurlock (2012) menjelaskan secara lebih khusus bahwa masa lansia memiliki ciri- ciri:
4) Muncul nya berbagai stereotip yang di berikan pada lansia (sering nya bersifat negatif)
8) Lansia sering memiliki penyesuaian diri yang buruk akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
2. Kognitif
Gagne (dalam Naimah, 2012) mengatakan bahwa kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam
pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir.
Proses menua sehat (normal aging) secara fisiologi juga terjadi kemunduran beberapa aspek kognitif seperti
kemunduran daya ingat terutama memori kerja (working memory) yang amat berperan dalam aktifitas hidup
sehari- hari, hal ini menjelaskan mengapa pada sebagian lanjut usia menjadi pelupa. Selain itu fungsi belahan
otak sisi kanan sebagai pusat intelegensi dasar akan mengalami kemunduran lebih cepat daripada belahan otak
sisi kiri sebagai pusat inteligensi kristal yang memantau pengetahuan. Dampak dari kemunduran belahan otak
sisi kanan pada lanjut usia antara lain adalah kemunduran fungsi kewaspadaan dan perhatian. Penurunan
kognitif pada lansia juga bergantung pada faktor usia dan jenis kelamin terutama pada wanita hal ini
dikarenakan adanya peranan hormon seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif serta reseptor esterogen di
otak yang berperan dalam fungsi belajar dan memori, seperti hipokampus. Status kesehatan juga merupakan satu
faktor penting yang memperburuk fungsi kognitif lansia. Salah satunya adalah hipertensi. Peningkatan tekanan
darah kronis dapat meningkatkan efek penuaan pada struktur otak, penurunan hipokampus (Coresa, 2014)
3. Ingatan
Ingatan merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil kembali. Pada dasarnya
ingatan adalah sasuatu yang membentuk diri manusia dan membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.
Ingatan memberi manusia kemampuan mengingat masa lalu, dan perkiraan pada masa depan (Lestari, 2010).
Syahrani (dalam Lestari, 2010) menuliskan bahwa mengingat itu adalah proses kerja otak menyimpan informasi
dan memunculkannya kembali.
Syahrani (dalam Lestari, 2010) menyatakan terdapat lima jenis ingatan, yaitu:
a) Ingatan jangka pendek-segera Tempat dalam otak yang menampung informasi baru yang masuk.
Ingatan ini terletak di bagian depan otak yang disebut lobe depan cerebral korteks. Ingatan ini hanya dapat
menangani tujuh bit informasi (plus atau minus 2) sebelum ingatan itu menyalurkan informasi ke memori kerja
atau memori perantara. Jadi, informasi apapun yang kita terima pertama kali melalui panca indera kita akan
masuk dalam ingatan jangka pendek-segera ini.
Dapat diandaikan seperti buku catatan yang terbuka di meja kerja kita. Informasi ditulis, dibaca, atau dicatat
dalam ingatan ini. Yang terpenting, memori ini merupakan apa yang difokuskan saat ini.
Buku catatan yang dieletakkan di sudut ruangan. Kita dapat mengambilnya jika perlu, tetapi saat ini ingatan itu
tidak penting. Ingatan jangka pendek- perantara dapat kita umpamakan sebagai “recycle bin” atau tempat
sampah dalam computer, hanya bedanya computer dapat mengkosongkannya akan tetapi ingatan kita akan
selalu tersimpan. Pada malam hari ketika tidur, semua informasi jangka pendek dimasukkan ke dalam ingatan
jangka panjang. Akan menjadi ingatan apakah ingatan jangka pendek itu selanjutnya, apakah ingatan jangka
panjang-kerja, atau ingatan jangka panjang-arsip tergantung pada pertanyaan apakah informasi ini akan kita
perlukan besok atau dalam waktu dekat ? jika jawabannya ya, maka informasi tersebut disimpan dalam ingatan
jangka panjang-kerja. Jika jawabannya tidak, maka informasi tersebut disimpan dalam ingatan jangka panjang-
arsip.
Pengetahuan yang diperlukan sehari-hari, kita perlu tahu dimana kita tinggal, berapa nomor telepon kita dan
sebagainya.
Pengetahuan yang tidak kita gunakan saat ini atau tidak akan digunakan untuk waktu lama.
1) Penyandian (encoding) adalah pemasukan pesan dalam ingatan, dibagi menjadi tiga macam:
a) Penyandian akustik, informasi yang disandikan dalam memori, memasuki penyandian tertentu dan
informasi yang diterima terdiri dari butiran- betiran verbal seperti angka, huruf dan kata.
b) Penyandian visual, yakni informasi yang disandikan dalam memori berdasarkan apa yang dilihat.
c) Penyandian makna, dalam penyandian ini materi verbal didasarkan pada makna disetiap kata.
Penyandian ini terjadi jika butir itu adalah kata yang terisolasi, tetapi akan lebih jelas jika butir-butir itu adalah
kalimat. Dengan begitu ingatan disimpan dalam bentuk jaringan-jaringan diseluruh bagian otak sesuai dengan
pengkodeannya.
2) Penyimpanan (storage), yaitu penyimpanan informasi dalam ingatan, diperkirakan proses ini berjalan
dengan sendirinya tanpa pengarahan langsung dari subjek dan biasanya sangat sukar untuk melupakannya.
3) Pemanggilan (retrieval), memanggil kembali apa yang telah disimpan atau proses mendapatkan
informasi yang disimpan, seperti membawa kembali pengalaman masa lalu.
B. Teori Pendukung
1. Lansia
World Health Organisation (WHO) mengatakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60
tahun keatas (Sirait, 2015).
World Health Organitation (WHO) (dalam Sirait, 2015) menyebutkan batasan usia lanjut meliputi :
a) Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59
tahun)
b) Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini (usia 60-64
tahun)
c) Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65 tahun)
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia yaitu perubahan fisik, perubahan kognitif, perubahan
psikososial, dan perubahan asperk kepribadian. Perubahan fisik yaitu pada sistem indra, sistem musculoskeletal,
sistem kardiovaskuler dan respirasi, sistem perkemihan, sistem reproduksi, dan pada sistem susunan
saraf mengalami perubahan anatomi dan atrofi yang progresif pada serabut saraf lansia. Penuaan
menyebabkan penurunan persepsi, sensori dan respon motorik pada susunan saraf pusat (SSP) dan
penurunan reseptor proprioseptif, hal ini terjadi karena SSP pada lansia mengalami perubahan
morfologis dan biokimia, perubahan tersebut mengakibatkan penurunan fungsi kognitif (Ningsih,
2016).
2. Kognitif
Dalam arti yang luas cognitive (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam
perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu domain psikologis manusia yang
meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan (Mussa’diyah, 2014).
Ningsih (2016) mengatakan bahwa proses menua merupakan penyebab terjadinya gangguan fungsi kognitif.
Santoso dan Ismail (dalam Ningsih, 2016) mengelaskan bahwa fungsi kognitif tersebut merupakan proses
mental dalam memperoleh pengetahuan atau kemampuan kecerdasan, yang meliputi cara berpikir, daya
ingat, pengertian, perencanaan, dan pelaksanaan. Copel (dalam Ningsih, 2016) mengatakan bahwa gangguan
fungsi kognitif berhubungan dengan fungsi otak, karena kemampuan lansia untuk berpikir akan dipengerahui
oleh keadaan otak.
Ningsih (2016) mengatakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi penurunan fungsi kognitif pada lansia
yaitu proses penuaan pada otak dan pertambahan usia. Proses penuaan pada otak yaitu terdapat perubahan pada
otak yang berhubungan dengan usia. Setiap tahun ditemukan terjadinya pengurangan volume pada masing-
masing area seperti lobus frontalis (0,55%), dan lobus temporal (0,28%). Uinarni (dalam Ningsih, 2016)
mengatakan bahwa pengurangan volume otak juga akan disertai dengan penurunan kognitif. Lucas (dalam
Ningsih, 2016) juga menjelaskan bahwa sebagian besar bagian otak termasuk lobus frontal mempunyai
peranan penting dalam penyimpanan ingatan di otak. Faktor pertambahan usia yaitu bertambahnya usia
seseorang maka akan semakin banyak terjadi perubahan pada berbagai sistem dalam tubuh yang
cenderung mengarah pada penurunan fungsi. Pranarka (dalam Ningsih, 2016) mengatakan bahwa pada
fungsi kognitif terjadi penurunan kemampuan fungsi intelektual, berkurangnya kemampuan transmisi
saraf di otak yang menyebabkan proses informasi menjadi lambat, banyak informasi hilang selama
transmisi, berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi dari memori.
Azizah (dalam Ningsih, 2016) menyebutkan perubahan fungsi kognitif pada lansia, antara lain :
Pada lanjut usia daya ingat merupakan salah satu fungsi kognitif yang paling awal mengalami
penurunan. Ingatan jangka panjang kurang mengalami perubahan, sedangkan ingatan jangka pendek
seketika 0-10 menit memburuk. Lansia akan kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita atau
kejadian yang tidak begitu menarik perhatiannya, dan informasi baru seperti TV dan film.
b) IQ (Intellegent Quocient)
IQ merupakan suatu skor pada suatu tes yang bertujuan untuk mengukur kemampuan verbal dan kuantitatif
(Semiun, 2006). Fungsi intelektual yang mengalami kemunduran adalah fluid intelligent seperti mengingat
daftar, memori bentuk geometri, kecepatan menemukan kata, menyelesaikan masalah, keceptan berespon,
dan perhatian yang cepat teralih.
Para lansia tetap diberikan kesempatan untuk mengembangkan wawasan berdasarkan pengalaman (learning by
experience). Implikasi praktis dalam pelayanan kesehatan jiwa (mental health) lanjut usia baik bersifat
promotif-preventif, kuratif dan rehabilitatif adalah memberikan kegiatan yang berhubungan dengan proses
belajar yang sudah disesuaikan dengan kondisi masing-masing lanjut usia yang dilayani.
d) Kemampuan pemahaman
Kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian pada lansia mengalami penurunan. Hal ini
dipengaruhi oleh konsentrasi dan fungsi pendengaran lansia mengalami penurunan. Dalam memberikan
pelayanan terhadap lansia sebaiknya berkomunikasi dilakukan kontak mata atau saling memandang.
Dengan kontak mata lansia dapat membaca bibir lawan bicaranya, sehingga penurunan pendengaran
dapatdiatasi dan dapat lebih mudah memahami maksud orang lain. Sikap yang hangat dalam
berkomunikasi akan menimbulkan rasa aman danditerima, sehingga lansia lebih tenang, senang dan merasa
dihormati.
e) Pemecahan masalah
Pada lansia masalah-masalah yang dihadapi semakin banyak. Banyak hal dengan mudah dapat dipecahkan
pada zaman dahulu, tetapi sekarang menjadi terhambat karena terjadi penurunan fungsi indra pada lansia.
Hambatan yang lain berasal dari penurunan daya ingat, pemahaman, dan lain-lain yang berakibat
pemecahan masalah menjadi lebih lama.
f) Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan pada lanjut usia sering lambat atau seolah-olah terjadi penundaan. Oleh
sebab itu, lansia membutuhkan petugas atau pembimbing yang dengan sabar mengingatkan mereka.
Keputusan yang diambil tanpa membicarakan dengan mereka para lansia, akan menimbulkan kekecewaan
dan mungkin dapat memperburuk kondisinya. Dalam pengambilan keputusan sebaiknya lansiatetap dalam
posisi yangdihormati (Ebersole & Hess, 2001)
g) Motivasi
Motivasi dapat bersumber dari fungsi kognitif dan fungsi afektif. Motif kognitif lebih menekankan pada
kebutuhan manusia akan informasi dan untuk mencapai tujuan tertentu. Motif afektif lebih menekankan
pada aspek perasaan dan kebutuhan individu untuk mencapai tingkat emosional tertentu. Pada lansia,
motivasi baik kognitif maupun afektif untuk memperoleh sesuatu cukup besar, namun motivasi
tersebut seringkali kurang memperoleh dukungan kekuatan fisik maupun psikologis, sehingga hal-hal yang
diinginkan banyakterhenti ditengah jalan.