Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Memori
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memori adalah kesadaran akan
pengalaman masa lampau yang hidup kembali. Memori tersebut berupa ingatan, catatan yang
berisi penjelasan, peringatan dan keterangan. Memori atau ingatan (memory) adalah
penyimpanan informasi di setiap waktu. Para psikolog pendidikan mempelajari bagaimana
informasi pada awalnya ditempatkan atau dikodekan menjadi ingatan, bagaimana informasi
disimpan setelah dikodekan, dan bagaimana informasi ditemukan atau dipanggil kembali
untuk tujuan tertentu diwaktu yang akan datang. Memori menetapkan dii dalam kontinuitas.
Menurut Schacter Tanpa memori, anda tidak akan bisa menghubungkan apa yang terjadi pada
anda kemarin dengan apa yang terjadi dalam hidup anda hari ini. Sekarang, para psikolog
pendidikan menekankan bahwa penting untuk tidak memandang memori dalam hal
bagaimana anak-anak menambahkan sesuatu kedalamnya, tetapi lebih untuk menegaskan
bagaimana anak-anak secara aktif menyusun memori mereka.1

B. Definisi Memori Menurut Para Ahli


Menurut Kartono (1990), memori atau ingatan adalah kemampuan untuk mencamkan,
menyimpan, dan memproduksi kembali hal-hal yang pernah diketahui. 2 Menurut Bruno
(1987) memori (ingatan) ialah proses mental yang meliputi pengkodean, penyimpanan, dan
pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan yang semuanya terpusat di dalam otak.3

C. Tahapan Memori
Saat individu mengingat suatu informasi atau sebuah kejadian di masa lalu,
sebelumnya ada beberapa tahapan yang harus dilalui ingatan tersebut untuk dapat muncul
kembali. Atkinson (2000) berpendapat bahwa, para ahli psikologi membagi tiga tahapan
ingatan, yaitu :
1. Memasukkan pesan dalam ingatan (encoding). Mengacu kepada pengubahan
fenomena fisik yang diterima oleh indera menjadi sejenis kode yang ditempatkan
dalam memori.
2. Penyimpanan ingatan (storage). Mengacu kepada cara individu menahan informasi
yang sudah disimpan dalam memori.
3. Mengingat kembali (retrieval). Mengacu kepada bagaimana individu memperoleh
akses menuju informasi yang sudah disimpan dalam memori.

1
Jhon W. Santrock, Psikologi Pendidikan; Educational psychologi, Ed. 3 (Jakarta: Selemba Humaniora, 2009),
hal.359
2
Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2014),hal. 119
3
Ibid, hal.120

1
Ketiga tahapan daya ingat di atas tidak berdiri sendiri atau terpisah-pisah, melainkan
saling berkaitan dan bergantung satu sama lain.
Walgito (2004), yang menjelaskan bahwa ada tiga tahapan mengingat, yaitu mulai dari
memasukkan informasi (learning), menyimpan (retention), menimbulkan kembali
(remembering).4 Lebih jelasnya lagi adalah sebagai berikut :

1. Memasukkan (learning).
Cara memperoleh ingatan pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu
a. Secara sengaja. Sesorang dengan sengaja memasukkan informasi, pengetahuan,
dan pengalaman-pengalaman ke dalam ingatannya.
b. Secara tidak disengaja. Sesorang secara tidak sengaja memasukkan pengetahuan,
pengalaman dan informasi ke dalam ingatannya. Misalnya: jika gelas kaca
terjatuh maka akan pecah. Informasi ini disimpan sebagai pengertian-pengertian.

2. Menyimpan (retention).
Tahapan kedua dari ingatan adalah penyimpanan (retention) apa yang telah dipelajari.
Apa yang telah dipelajari biasanya akan tersimpan dalam bentuk jejak-jejak (tarcis) dan dapat
ditimbulkan kembali. Jejak-jejak tersebut biasa juga disebut dengan memory traces.
Walaupun disimpan namun jika tidak sering digunakan maka memory traces tersebut
mungkin sulit untuk ditimbulkan kembali bahkan juga hilang, dan ini yang disebut dengan
kelupaan.
3. Menimbulkan kembali (remembering).
Menimbulkan kembali ingatan yang sudah disimpan dapat ditempuh dengan
mengingat kembali (to recall) dan mengenal kembali (to recognize). Pemanggilan kembali
informasi terkait suatu peristiwa atau suatu objek secara sadar dapat diukur melalui dua
metode. Metode pertama adalah recall, yakni kemampuan menggali kembali dan
memproduksi informasi yang telah dimiliki sebelumnya. Metode kedua adalah recognition,
yakni kemampuan mengenali informasi yang telah diobservasi, dibaca, atau didengar
sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan daya ingat (memory)
terbagi dalam proses memasukkan informasi ke dalam daya ingat, lalu menyimpannya, dan
kemudian memunculkan kembali informasi yang tersimpan.

D. Jenis-Jenis Memori
Secara umum, banyak konsep yang dikemukakan oleh para ahli mengenai jenis-jenis
daya ingat. Hal ini tergantung dari sudut pandang mana ingatan tersebut dilihat, sebagian ada
yang melihat dari sudut pandang jenis tugasmengingat, lamanya waktu mengingat, atau jenis

4
Walgito, Pengantar Psikologi Umum Edisi IV. ( Yogyaarta: Andi, 2004), hal.64

2
informasi yang diingat. Berikut beberapa macam ingatan yang sering dibahas oleh beberapa
ahli, yaitu :

1. Memori Sensorik
Semua informasi baru yang diterima indera harus menjalani pemberhentian singkat di
register sensorik, gerbang masuk ke dalam memori. Register sensorik mencakup beberapa
subsistem memori yang memiliki Jumlah yang sama dengan jumlah indera yang kita miliki.
Kesan visual akan tetap berada dalam subsistem sedikit lebih lama dari subsistem visual,
yakni kira-kira selama dua detik (Wade, 2008). Memori sensori (penyimpanan serapan indra)
adalah tempat penyimpanan awal dari sebagian besar informasi, namun pada akhirnya akan
memasuki tempat penyimpanan memori jangka pendek dan jangka panjang. Pada memori ini
terdapat dua jenis penyimpanan yaitu:
a. Penyimpanan ikonik. Penyimpanan ikonik adalah sebuah register penyerapan visual
yang sangat unik dalam dirinya sendiri, mengelola informasi untuk periode waktu
yang sangat singkat. Informasi disimpan dalam bentuk ikon-ikon. Semua ikon-ikon
akhirnya menjadi imaji-imaji visual yang merepresentasikan sesuatu.
b. Penyimpanan ekhoik. Penyimpanan ekhoik menyimpan input auditorik dengan
durasi sekitar 2-4 detik. Informasi auditorik disimpan dalam ruang penyimpanan
agar dapat diolah lebih lanjut.

2. Memori Jangka Pendek (Short Term Memory)


Semua individu memiliki akses menuju memori jangka pendek. Memori ini menahan
data memori selama beberapa detik dan terkadang juga bisa sampai beberapa menit. Menurut
model Atkinson dan Shiffrin, simpanan jangka pendek hanya dapat mengingat beberapa hal
saja. Ia juga dapat diakses oleh sejumlah proses pengontrolan yang mengatur aliran informasi
kepada dan dari simpanan jangka panjang. Biasanya, materi masih tetap bertahan di dalam
memori jangka pendek kira-kira 30 detik saja, kecuali dilatih untuk mempertahankannya lagi.
Informasi tersebut disimpan secara akustik (lewat bunyi yang dikeluarkannya) lebih daripada
secara visual (lewat penampakannya). Secara umum, kapasitas memori jangka pendek dibagi
berdasarkan luas stimulusnya, kira-kira 7 ± 2 stimulus (Miller, dalam Sternberg 2009).
Peterson dan Peterson (dalam Solso, 2007) mendemonstrasikan bahwa kapasitas individu
untuk menyimpan informasi dalam suatu area penyimpanan sementara bersifat sangat
terbatas dan rentan terhadap memudarnya informasi dengan cepat.
3. Memori Jangka Panjang (Long Term Memory)
Ingatan jangka panjang adalah suatu tipe memori yang relative tetap dan tidak
terbatas. Memori jangka panjang bertambah seiring bertambahnya usia selama masa
pertengahan dan akhir kanak-kanak. Sistem memori jangka panjang memungkinkan kita
hidup dalam dua dunia yaitu masa lalu dan masa sekarang. Kemampuan untuk dapat
mengingat masa lalu dan menggunakan informasi tersebut untuk dimanfaatkan saat ini
merupakan fungsi dari memori jangka panjang (Bhinetty, 2009).

3
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Memori
Kuat atau lemahnya memori seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya
adalah kondisi fisik. Di antara kondisi fisik yang sangat berpengaruh dalam mengingat adalah
kekurangan tidur dan saki. Seseorang yang dalam kondisi lelah, kurang tidur, dan sakit akan
mengalami kesulitamn untuk mengingat sesuatu. Faktor lain juga mempengaruhi ingatan
adalah usia. Ingatan yang paling kuat terjadi pada anak-anak, yaitu pada usia 10-14 tahun.
Sedangkan orang yang lanjut usia akan mengalami kesulitan jika diminta untuk mengingat
apa yang sudah dipelajarinya ataupun dialaminya. Adapun faktor-faktor yang ternyata dapat
mempengaruhi daya kerja ingatan, antara lain :
1. Faktor Usia
Ingatan paling tajam pada diri manusia kurang-lebih pada masa kanak-kanak (10-14
tahun) dan ini berlaku untuk ingatan yang bersifat mekanis yakni ingatan untuk kesan-kesan
penginderaan. Sesudah usia tersebut kemampuan untuk mencamkan dalam ingatan juga dapat
dipertinggi akan tetapi untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian (daya ingatan logis)
dan ini berlangsung antara usia 15-50 tahun.
2. Kondisi Fisik
Misalnya kelelahan, sakit dan kurang tidur dapat menurunkan daya kerja atau prestasi
ingatan.
3. Faktor Emosi
Dalam hal ini seseorang akan mengingat sesuatu lebih baik, apabila peristiwa-
peristiwa itu menyentuh perasaan-perasaan, sedangkan kejadian yang tidak menyentuh emosi
seringkali diabaikan.
4. Minat dan Motivasi
Dalam pengalaman sehari-hari, kita sering mengamati remaja yang tidak lupa suatu
lirik lagu walaupun dalam bahasa asing. Orang-orang yang sering bepergian, mempunyai
ingatan tentang ilmu bumi yang jauh lebih baik daripada yang tidak pernah kemana-mana.
Artinya disini seseorang yang mengingat segala sesuatu tentang hal yang disukainya jauh
lebih baik dari pada hal yang tidak disukainya. Jelaslah minat sangat meningkatkan motivasi
dan pada gilirannya akan meningkatkan daya ingat. Menurut paris dan tuner bahwa
lingkungan dapat meningkatkan motivasi seoarang siswa untuk mempelajari hal-hal tertentu
atau berprilaku dalam cara-cara tertentu.5
Jadi motivasi akan meningkatkan rasa ingin tahu dan menyimpannya ke dalam memori
sebagai hasil belajar yang sangat bermakna untuk diungkapkan kembali.

F. Lupa
5
Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan; Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, Ed. Rev Jilid ke-2.
(Jakarta: Erlangga, 2008), hal. 58

4
Lupa (forgetting) adalah hilangnya kemampuan untuk menyebutkan atau
memunculkan kembali apa-apa yang sebelumnya dipelajari. Gulo dan Rober
mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang
pernah dipelajari atau dialami.
Mengingat dan lupa juga biasanya ditunjukkan dengan retensi, karena memang
sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hala satu dan sama dari segi
berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal yang dilupakan
adalah hal yang tidak diingat (tidak dapat diingat kembali). Faktor dari kelupaan menurut
para ahli psikologiyang telah mengadakan penelitian secara mendalam tentang masalah
ini dahasilnya berdasarkan keterangan, bahan yang kita ingat dengan baik , haruslah
terusmenerus kita ulangu, dan untuk keperluan ini tentu saja kita harus membagi-bagi
waktu belajar secara baik, selanjutnya dalam hubungan dalam informasi bdala memori
kiranya sangat penting kedudukkanya yaitu, interferensi itu ialah menjadi sulitnya belajar
disebabkan oleh hambatan bahan-bahan yang telah dipelajari terlebih dahulu. Interferensi
yang demikian itu juga disebut interferensi asosiatif6.
Lupa merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari dan
bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu, entah hal itu
tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan,
mungkin juga sesuatu yang baru saja dilakukan. Fenomena dapat terjadi pada siapapun
juga, tak peduli apakah orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat, profesor,
petani dan sebaginya.7 Lupa merupakan suatu gejala di mana informasi yang telah
disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan.

G. Meningkatkan Kemampuan Memori


Secara umum usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan memori harus
memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:
1. Proses memori bukanlah suatu usaha yang mudah. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan bahwa pengulangan/rekan. Mekanisme dalam proses mengingat sangat
membantu organisme dalam menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang
dikatakan “belajar dari pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai
informasi yang telah diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapinya saat ini.
2. Bahan-bahan yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan hal-hal lain.
Khusus mengenai hal ini, konteks memegang peranan penting. Dari uraian di depan
jelas bahwa memori sangat dibantu bila informasi yang dipelajari mempunyai kaitan
dengan hal-hal yang sudah dikenal sebelumnya. Konteks dapat berupa peristiwa,

6
Sumadi Suryabrata, Op., Ci, hal. 47-49
7
Syaiful Bahri Djamarah., Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 206

5
tempat, nama sesuatu, perasaan tertentu dan lain-lain. Konteks ini memberikan
retrievel cues atau karena itu mempermudah recognition.
3. Proses memori memerlukan organisasi. Informasi diorganisasi sedemikian rupa
(dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal) sehingga informasi yang
kompleks mudah untuk diingat kembali.

H. Hubungan Memori dan Belajar


Para ahli bersepakat bahwa terdapat hubungan yang erat antara memori dan
belajar. Seperti yang telah dikemukakan bahwa memori sesungguhnya adalah fungsi
mental yang berkerja menangkap informasi dari stimulus, menyimpannya,
mengungkapkannya kembali bila diperlukan. Dalam setiap proses belajar, penting sekali
fungsi ingatan, ada beberapa cara untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah pernah
dipelajari atau diketahui sebelumnya yaitu:

1. Rekolasi, menimbulkan kembali ingatan suatu pristiwa,


2. Pembaruan ingatan, timbul ketika ada hal yang berlangsung dari ingatan tersebut.
3. Memeanggil kembali ingatan,
4. Rekognisi, mengingat kembali sesuatu hal setelah menjumpai sebagian hal tersebut.
5. Mempelajari kembali, terjadi ketika kita mempelajari sesuatu yang dulu pernah kita
pelajari, maka untuk mempelajari hal yang sama untuk kedua kalinya, banyak hal-hal
yang akan diingat kembali, sehingga tempo belajar jauh lebih singkat.8

Proses belajar yang kita ketahui adalah sebuah proses yang melibatkan pengolahan
dan penyimpanan informasi, dan hasil belajar bisa diketahui melalui proses pengungkapan
kembali apa yang telah diketahui. Dengan demikian, dalam belajar dibutuhkan pemanfaatan
kemampuan memori oleh siswa guna menyerap informasi yang diterima, menyimpannya dan
memunculkannya kembali saat menjawab soal ulangan atau ujian. Hubungan antara memori
dan belajar ini sangat lah penting karna berpengaruh terhadap kerja otak, kesehatan, aktivitas
belajar seorang pelajar.

BAB III
8
Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hal 55-57

6
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut saya, Memori atau ingatan adalah kemampuan yang di miliki setiap individu
untuk mengingat dan menyimpan suatu kejadian atau kenangan yang terjadi di masa lalu.
Tahapan memori terbagi menjadi tiga yaitu: 1) Memasukkan pesan dalam ingatan, 2)
Penyimpanan ingatan, 3) Mengingat kembali. Jenis-jenis memori yaitu: memori sensorik,
memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Faktor-faktor yang mempengaruhi
memori yaitu: faktor usia, kondisi fisik, faktor emosi, minat dan motivasi. Lupa (forgetting)
adalah hilangnya kemampuan untuk menyebutkan atau memunculkan kembali apa-apa yang
sebelumnya dipelajari. Hubungan antara memori dan belajar ini sangat lah penting karna
berpengaruh terhadap kerja otak, kesehatan, aktivitas belajar seorang pelajar.

DAFTAR REFERENSI

7
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Khodijah, Nyayu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ormrod, Jeanne Ellis. 2008. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang. Ed. Rev Jilid ke-2. Jakarta: Erlangga.
Santrock, Jhon W. 2009. Psikologi Pendidikan; Educational psychologi, Ed. 3 Rev.
Jakarta: Selemba Humaniora.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1975. Pengantar Umum Psikologi.Jakarta: Bulan Bintang.
Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum Edisi IV. Yogyakarta: Andi.

Anda mungkin juga menyukai