KELOMPOK 14
Anggota Kelompok:
Saskia Safarina Haza (H1A021016)
Kadek Nandita Nugraha (H1A021061)
Muhammad Zaim Muflih Syamsuddin (H1A021071)
Najla Aulia Yahya (H1A021128)
Siska Dwi Safira (H1A021145)
1
KATA PENGANTAR
Penulis
1
Daftar I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................................
BAB II.......................................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................
2.1Pengaruh amnesia terhadap perubahan emosi dan perilaku......................................
2.2 Perubahan Emosi pada Lansia......................................................................................
2.3 Perubahan Perilaku pada Lansia.................................................................................
2.4 Perubahan Psikososial pada Lansia..............................................................................
BAB III....................................................................................................................................
PENUTUP...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
rangsangan atau input internal maupun eksternal, baik dalam keadaan sadar
maupun tidak sadar, baik secara terbuka maupun rahasia, dan secara sukarela atau
terpaksa (Elizabeth A. et.al. 2014).
Psikososial adalah mengacu pada bagaimana kesehatan mental, pikiran,
dan perilaku seseorang (Psiko) berkaitan dengan kebutuhan atau tuntutan
masyarakat (sosial). Perkembangan psikososial adalah perkembangan yang
berkaitan dengan emosi, motivasi, dan perkembangan pribadi manusia serta
perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain (Taylor and
Seeman, 2014).
Pada penulisan ini akan membahas tentang perubahan yang terjadi pada
lansia dari segi emosi, perilaku, serta dari segi psikososial.
4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Proses konsolidasi yang baik terjadi pada orang yang sehat secara mental daripada
orang dengan kelelahan mental(John E. Hall et al., 2011).
Hasil dari proses konsolidasi berupa ingatan jangka panjang. Pada
normalnya, ingatan jangka dapat bertahan seumur hidup, namun seiring
bertambahnya usia, terkadang seseorang mudah mengalami amnesia atau hilang
ingatan.
Amnesia didefinisikan sebagai kesulitan dalam mempelajari informasi baru dan
mengingat kejadian di masa lampau. Amnesia biasanya terjadi pada ingatan
memori deklaratif. Amnesia dapat dibedajan menjadi 2 jenis berdasarkan
fungsinya ;
a. amnesia anterograd
Salah satu bagian dari otak yang berperan dalam penyimpanan memori adalah
hipokampus. Pengangkatan atau lesi hipokampus tidak mempengaruhi memori
pasien sebelum pengangkatan, namun sesudah pengangkatan, pasien akan benar-
benar tidak mempunyai tidak memiliki kemampuan untuk pemyimpan memori
tipe verbal dan simbolik dalam jangka panjang yang di mana keadaan ini akan
menimbulkan anmenesia anterograd.
Amnesia anterograd disebut juga amnesia pasca trauma
b. amnesia retrograd
amnesia retrograd artinya ketidakmampuan seseorang atau pasien untuk
mengingat ingatan lamanya. hal tersebut terjadi karena ada kelainan atau lesi di
daerah hipokampus maupun thalamus, di mana thalamus berperan dalam
membantu mencari memori.
7
tersebut, faktor utamanya adalah gangguan fungsional dari lobus temporalis
medial atau diencehphaic medial.
Demensia
Menurut WHO dalam jurnal yang diterbitkan oleh Sri Suwarni (2017),
penderita demensia di masa depan diperkirakan sebesar 65,7 juta di tahun 2030
dan 115. 400.000 di tahun 20500 dan lebih dari 90% dengan usia lebih dari 65
tahun (Suwarni & Mudadsir Syatibi Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan
Surakarta Jurusan Fisioterapi, n.d.). Sehingga dari data yang diberikan oleh WHO
tersebut dapat dilihat bahwa peningkatan angka pada lansia yang demensia akan
berpengaruh pada kemampuan dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri dalam
melakukan aktivitas sehari-hari (Suwarni & Mudadsir Syatibi Kementerian
Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi, n.d.). Dalam
penelitian yang dilakukan oleh sri suwarni, dengan metode uji hubungan antara
usia dengan kemampuan fungsional,didapatkan bahwa kemunduran fungsional
dapat bertambah berat seiring dengan bertambahnya usia dan pada proses penuaan
secara normal akan berhubungan dengan kemunduran kapasitas fisiologis, seperti
kekuatan otot, kapasitas aerobik, koordinasi neuromotorik, dan fleksibilitas
(Suwarni & Mudadsir Syatibi Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan
Surakarta Jurusan Fisioterapi, n.d.).
8
mengalami penurunan fungsi jalan, fungsi keseimbangan, kemampuan fungsional,
kemandirian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (Suwarni & Mudadsir Syatibi
Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi, n.d.).
Lansia yang mengalami demensia juga akan mengalami atrofi pada otaknya yang
dimana akan mengganggu keseluruhan fungsi otak yang nantinya berkaitan
dengan penurunan ingatan. Penurunan fungsi otak akibat demensia akan
mempengaruhi fungsi kognitif pada lansia, yang meliputi gangguan perilaku
sosial seperti gangguan aktivitas sehari-hari, gangguan perilaku okupasional, dan
gangguan partisipasi sosial (Suwarni & Mudadsir Syatibi Kementerian Kesehatan
Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi, n.d.).
9
langsung seperti kehilangan pasangan, anak, dan sahabat. Secara tidak langsung
seperti, kehilangan mobilitas, pekerjaan, lingkungan sosial, penurunan kesehatan
dan fungsi kognitif otak (Tiilikainen and SeppäNen, 2017)
Penurunan fungsi kognitif otak akan menyebabkan usia lansia lebih
sensitif terhadap lingkungan dan mudah mengalami perubahan suasana emosi. Hal
ini diakibatkan terjadinya penurunan fungsi konektivitas hipotalamus terhadap
berbagai bagian korteks serebri.
Penuaan mengakibatkan perubahan struktur sinaps pada prefrontral
korteks yang berperan dalam pengambilan keputusan serta inhibisi dari
hipotalamus. Selain itu, terjadi perubahan struktur pada lobus temporal
mengakibatkan gangguan dalam input sensori menuju hipotalamus. Kesalahan
informasi yang masuk ke hipotalamus akan mengalami gangguan fungsi pada
nukleusnya dalam menjalankan fungsi perilaku dan emosi dalam sistem limbik
(Murman, 2015; Fernandes and Wang, 2018)
a. Apatis
10
Apatis dapat didefinisikan sebagai kurangnya antusiasme, minat, atau
ketidakpedulian dan kepasifan.
b. Perilaku impulsif
Impulsif (perilaku tidak biasa) seperti membuat gerakan atau komentar yang tidak
pantas dan kasar yang tidak menyentuh diri sendiri atau orang lain, menanyakan
atau mengomentari masalah pribadi dan pribadi dalam kehidupan orang lain.
c. Perilaku Agresif
Agresif pada orang dewasa yang menua sering dikaitkan dengan demensia, tetapi
itu juga dapat secara sederhana menunjukkan bahwa seorang lansia sedang dalam
masa frustrasi atau cemas. Dalam banyak kasus, perilaku agresif dapat dicegah
dengan bersikap empati, berkomunikasi dengan jelas, dan sekedar bertanya
kepada orang tua tentang apa alasan yang membuatnya kesal.
d. Peningkatan Iritabilitas
Ini adalah bentuk dari agresi yang lebih ringan yang seringkali memiliki kualitas
yang lebih pasif, dan biasanya disebabkan oleh masalah kesehatan atau gaya
hidup yang mendasarinya, seperti kurang tidur, ketidaknyamanan atau penyakit
kronis. Jika orang tua/ lansia menjadi semakin mudah tersinggung atau rewel,
maka harus mencoba untuk bertanya untuk dapat mengidentifikasi kemungkinan
penyebabnya
e. Kecemasan
Kecemasan adalah perubahan perilaku yang umum pada orang tua, terutama pada
individu yang menderita demensia. Gangguan daya ingat khususnya dapat
menimbulkan kecemasan karena dapat menakutkan bagi individu lanjut usia
menjadi pelupa atau bingung tanpa alasan yang jelas. Ketika ini terjadi,
kecemasan dapat muncul dan menyebabkan berbagai perubahan kepribadian dan
perilaku lainnya (Fraker et al., 2014).
11
2.4 Perubahan Psikososial pada Lansia
Saat manusia memasuki usia tua (lansia) maka akan menimbulkan penurunan
fungsi kognitif (terkait proses belajar, persepsi, pemahaman) dan fungsi
psikomotorik (terkait gerakan, tindakan, koordinasi). Penurunan fungsi kognitif
dan psikomotorik ini akan berpengaruh juga terhadap aspek psikososial pada
lansia (Subekti, 2017). Perubahan psikososial pada lansia ini bergantung terhadap
kepribadian lansia itu masing-masing. Ada 5 tipe kepribadian lansia dan
penjelasannya:
a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personality), biasanya tipe ini
tidak banyak mengalami masalah atau pribadi yang tenang.
b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power syndrome atau hidup dalam bayang
bayang kekuasaan (belum menerima jika kehilangan kekuasaan)
c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personality), pada tipe ini
biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bermasalah, tetapi
contohnya jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan merasa kesepian
d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya.
e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personality), perilaku lansia
sendiri yang sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah
dirinya. (Sudaryanto, 2018)
12
pendengaran sangat berkurang, badan bungkuk, dan lainnya yang membuat
mereka merasa terasing dari sekitarnya. Jika lansia sudah merasa diasingkan maka
bisa memunculkan sikap mengurung diri, menolak untuk berkomunikasi dengan
orang lain, merengek-rengek bahkan hingga menangis jika menjumpai orang lain.
Faktor yang mengakibatkan perasaan terasing pada lansia dapat dicegah dengan
selalu mencoba mengajak mengobrol dan melakukan aktivitas selama mereka
masih bisa melakukan aktivitas tersebut (Sudaryanto, 2018).
Munculnya perasaan terasing pada lansia biasanya dimulai saat memasuki
masa pensiun. Apalagi jika pensiun diartikan sebagai sesuatu kehilangan, baik
kehilangan penghasilan, jabatan, kegiatan, maupun teman. Namun, sebenarnya
hal ini dapat juga dicegah sebelum memasuki masa lansia. Pensiun dapat menjadi
suatu dampak yang positif jika sebelumnya telah dipersiapkan dengan baik
sehingga dapat diisi dengan kegiatan-kegiatan yang diminati setiap individu.
Sebagai contoh, masa tersebut diisi dengan berwisata atau membuka sebuah
usaha, Jika individu tersebut yakin untuk menekuni kegiatan- kegiatan positif
sebagai alternatif dalam menghadapi masa tua sehingga pensiun juga dapat
diartikan sebagai hal yang positif dan menentramkan (Sudaryanto, 2018).
13
BAB III
PENUTUP
14
DAFTAR PUSTAKA
Bergner, R.M. (2012). What is behavior? And so what? New Ideas in Psychology,
[online] 29(2), pp.147–155. doi:10.1016/j.newideapsych.2010.08.001.
Fraker, J. et al. (2014) ‘The role of the occupational therapist in the management
of neuropsychiatric symptoms of dementia in clinical settings’,
Occupational Therapy in Health Care, 28(1), pp. 4–20. doi:
10.3109/07380577.2013.867468.'
John E. Hall, Ph. D., Arthur C. Guyton Professor and Chair, Department of
Physiology and Biophysic, Associate vice chancellor for research,
University of Mississippi Medical Center, & Jackson Mississippi. (2011).
Guytoon and Hall Textbook of Medical Physiology: Vol. (R. Gruliow & L.
Stingelin, Eds.; 12th ed.). William Schmitt .
15
Malikal Balqis, U., & Sahar, J. (2019). Pengalaman Lansia dengan Demensia
Ringan-Sedang Dalam Melakukan Komunikasi dengan Pelaku Rawat:
Systematic Review. Jurnal Endurance, 4(2), 388.
https://doi.org/10.22216/jen.v4i2.4046
Orimo, H., Ito, H., Suzuki, T., Araki, A., Hosoi, T. and Sawabe, M. (2016).
Reviewing the definition of ‘elderly’. Geriatrics and Gerontology
International, [online] 6(3), pp.149–158. doi:10.1111/j.1447-
0594.2006.00341.x.
TAYLOR, S.E. and SEEMAN, T.E. (2014). Psychosocial Resources and the SES-
Health Relationship. Annals of the New York Academy of Sciences,
[online] 896(1), pp.210–225. doi:10.1111/j.1749-6632.1999.tb08117.x.
16