Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENUGASAN 1

Plexus Sacralis

KELOMPOK G2

Dosen Pembimbing : dr. Ahmad Taufik, Sp.OT

Anggota Kelompok:
Saskia Safarinaa Hazaa (H1A021016)
Siti Nurhaliza (H1A021018)
Ahmad Nur Rifa'i (H1A021023)
Amila Fadila (H1A021027)
Kadek Nandita Nugraha (H1A021061)
Muhammad Zaim Muflih Syamsuddin (H1A021071)
Rosita Wenilia (H1A021081)
Najla Aulia Yahya (H1A021128)
Rifky Sandya Rakadi Putra (H1A021140)
Shofia Kadarisma (H1A021144)
Siska Dwi Safira (H1A021145)

Blok VII Lokomosi


Tahun Ajar 2021-2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Penugasan 1 Blok 7 dengan judul
“Pleksus Sacralis” ini. Laporan ini tidak mungkin dapat terselesaikan tepat pada
waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada dr. Ahmad Taufik, Sp.OT, selaku dosen pembimbing
penugasan 1 blok 7 kelompok praktikum G2. Teman-teman kelompok praktikum
G2 selaku penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna, mulai
dari penyajian bahasan serta wawasan yang ada serta pemahaman kami yang
masih seadanya. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik yang bersifat
konstruktif demi kemajuan dalam penulisan laporan selanjutnya. Di dunia tidak
ada yang sempurna, untuk itu penulis mengharapkan permakluman pembaca
apabila ada kata-kata yang tidak berkenan di hati. Akhir kata, penulis berharap
laporan ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan bagi
pihak-pihak yang memerlukannya. Atas perhatiannya, terima kasih.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Mataram, 22 Agustus 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................1


DAFTAR ISI ......................................................................................................2
BAB I: PENDAHULUAN ................................................................................3
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jalur inervasi plexus sacralis .........................................................4
2.2 Distribusi dan fungsi plexus sacralis..............................................6
2.3 Manifestasi klinis jika terjadi kerusakan pada jalur inervasi
plexus sacralis .................................................................................9
BAB III: PENUTUP .........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................13

2
BAB I
PENDAHULUAN

Nervus spinalis adalah jalur komunikasi antara Medulla spinalis dengan


daerah tertentu tubuh. Terdapat 31 pasang Nervus spinalis, yaitu 8 Cervical (C1-
C8), 12 Thoracic (T1-T12), 5 Lumbar (L1-L5), 5 Sacral (S1-S5), dan 1 Coccygeal
(Co1) (1). Setiap Nervus spinalis muncul dari dua titik perlekatan ke Medulla
spinalis. Distal dari Vertebra, cabang Nervus spinalis menjadi lebih kompleks.
Segera setelah keluar dari Foramen intervertebralis, Nervus spinalis terbagi
menjadi Ramus anterior, Ramus posterior, dan cabang meningeal kecil (1).
Cabang dari rami anterior beranastomosis berulang kali untuk membentuk
plexus saraf. Plexus saraf dari rami anterior yaitu, plexus cervicalis daerah leher,
plexus brachialis di dekat bahu, plexus lumbaris di punggung bawah, plexus
sacralis tepat lebih rendah dari plexus lumbaris, dan plexus coccygeal (2).
Pada laporan penugasan ini, kami hanya akan fokus pada pembahasan
mengenai plexus sacralis yang mencakup jalur inervasi, distribusi dan fungsi,
serta manifestasi klinis dari Plexus sacralis.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jalur inervasi plexus sacralis

Plexus sacralis dibentuk dari ramus anterior nervus spinalis L4-S4 yang
berada di sebelah ventral m. piriformis. Plexus ini memiliki beberapa cabang yang
digunakan untuk menginervasi untuk struktur pelvis, regio glutea, dan extremitas
inferior (1).

Dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis L 4 – S 3 (S 4) dan berada di


sebelah ventral m. piriformis. Plexus sacralis juga memiliki nervus dengan
cabang-cabang kecil. Plexus sacralis melayani struktur pada pelvis, regio glutea
dan extremitas inferior (1).

Gambar 1. Pleksus lumbosacralis (6) Gambar 2. Gambar Distribusi Saraf


dari pleksus sacralis (10)

4
NO Nervus Origo Inervasi Pergerakan

1 Nervus L4-S1
Gluteus Motorik: m.gluteus medius, Abduksi pada hip
Superior m.gluteus minimus joint
m.tensor fascia latae
rotasi medial dari
femur.

2 Nervus L5-S1 Motorik: m.piriformis


Gluteus rotasi medial dari
Inferior femur.

3 Nervus S1-S3 Sensorik: Kulit perineum


Cutaneus Motorik: M. gluteus ekstensi articulatio
Femoris maksimus dan M. coxae
Posterior obturatorius
M. quadrisep dan Gluteus rotasi articulatio
maksimus coxae

4 Nervus L4-S3 Kulit regio cruris, (m.biceps ekstensi articulatio


Ischiadicus coxae, flexi
(Bercabang femoris caput longum, articulatio genu
menjadi n. m.semitendinosus,
tibialis dan n.
fibularis m.semimembranosus dan
communis)
m.adductor magnus), dan
seluruh persendian extremitas
inferior

5 Nervus L4-S2 Dorsifleksi kaki dan


Fibularis M. tibialis anterior, M. gerak eversi kaki
Communis
(Bercabang extensor hallucis longus, M.
menjadi n. extensor digitorum longus,
fibularis
superficial dan M. fibularis longus, dan M.
n. fibularis
profunda fibularis brevis

6 Nervus L4-S3 Motorik: M. plantaris, M. Flexi articulatio genu,


Tibialis plantar flexi pedis
(Bercabang Gastrocnemius Lateral dan
menjadi

5
n.plantaris medial
medial dan n.
plantaris
lateral) Sensorik: Jari keempat dan
kelima

7 Nervus Rr.Ventr Kontraksi dan


Pudendus ales S1- M. sphincter ani externus, relaksasi vesica
S4 urinaria (Mekansime
dan M. sphincter urethrae Miksi)

Tabel diatas merupakan kumpulan nervus pembentuk plexus sacralis


dengan inervasi ototnya masing-masing (2)(3)(4)(5)(6) (7).

2.2 Distribusi dan fungsi plexus sacralis


Distribusi
Nervus gluteus superior keluar dari pelvis minor melalui Foramen
suprapiriforme dan memberikan persarafan motoris ke otot-otot gluteus yang kecil
(yang terpenting abduktor dan medial medial rotator sendi panggul) dan M. tensor
fasciae latae (6).
Nervus gluteus Inferior keluar dari foramen infrapiriforme dan mensarafi
bagian M. gluteus maximus, ekstensor terkuat dan rotator eksternal sendi panggul
(6)
Nervus Ischiadicus merupakan saraf terkuat yang dimiliki manusia yang
tersusun dari dua bagian yaitu Nervus tibialis dan Nervus fibularis communis
yang digabungkan oleh epineurium untuk membentuk satu trunkus dalam jarak
yang bervariasi. Nervus Ischiadicus keluar dari pelvis melalui foramen
infrapiriforme dan berjalan di bawah M. biceps femoris ke fossa poplitea lutut (6).
Nervus tibialis dan Nervus fibularis communis berpisah ketika di sepertiga
distal paha. pada paha, Nervus memberikan persarafan motoris ke otot-otot
hamstring dan ke kepala posterior dari M. adductor magnus. Nervus fibularis
hanya mempersarafi bagian caput breve dari M. biceps femoris (6).

6
Selain menginervasi otot, nervus sacralis juga dapat menginervasi
beberapa kulit disekitar otot yang di inervasinya, misalnya saja yaitu kulit tungkai
atas belakang yang diinervasi oleh N.cutaneus femoris superior. Nervus cutaneus
femoris superior juga bersama dengan beberapa nervus lainnya menginervasi kulit
di sekitar daerah lipat gluteal (Nn. clunium inferiores) (2).

Fungsi Plexus Sacralis


Plexus sacralis adalah plexus yang berasal dari bagian tulang belakang
L4-L5, S1-S4 dan berada di sebelah ventral m.piriformis. Plexus sacralis
melayani struktur pada pelvis, regio glutea dan extremitas inferior. Saraf ini
memberikan kontrol motorik dan menerima informasi sensorik dari sebagian besar
panggul dan kaki (8).

Tabel fungsi sensorik plexus sacralis (8) (9):

Saraf Komposisi Fungsi Sensorik

N. Cutaneus Somatosensory menerima pesan sensorik dari kulit daerah


femoralis gluteal, perineum, femur medial dan posterior,
posterior fossa poplitea, dan proksimal posterior dari
kaki kulit di bagian belakang paha dan kaki,
serta panggul

N. Campuran menerima informasi sensorik dari kaki. Bagian


Ischiadicus tibialis menerima informasi sensorik dari
sebagian besar kaki. Bagian fibularis menerima
pesan sensorik dari depan dan samping kaki
dan juga dari belakang kaki

N. Campuran menerima informasi sensorik dari kulit area


Pudendus genital, kulit penis dan skrotum pria, klitoris,
labia mayora dan minora, dan vagina bagian

7
bawah wanita

N. Tibialis Campuran menerima informasi sensorik dari kulit bagian


kaki superior, kulit plantar, dan lutut dan sendi
kaki

Tabel fungsi motorik plexus sacralis (8) (9):

Nervus Fungsi Motorik

N. Gluteus Inervasi gluteus minimus, gluteus medius, dan tensor fascia lata,
superior berfungsi abduksi dan rotasi medial articulatio coxae(7).

N. Gluteus Memberikan rangsangan pada gluteus maximus, extensi dan


inferior: rotasi lateral articulation coxae(7).

N. Pudendus Merangsang otot-otot sfingter uretra untuk mengontrol buang air


kecil dan otot-otot sfingter anal untuk mengontrol buang air besar
(buang air besar) (7).

N. N. ischiadicus membagi diri langsung diatas fossa poplitea


Ischiadicus menjadi N. tibialis dan N.fibularis communis. N. fibularis
communis kemudian mengikuti pinggir medial M.biceps femoris
sampai ke caput fibulae, dan melingkari collum fibulae. menuju
ke sisi depan tungkai bawah. setelah itu menembus M.fibularis
longus, di sini saraf tadi kemudian membagi diri menjadi 2
cabang akhir, yaitu N. fibularis profundus dan N. fibularis
superficialis. N. fibularis superficialis menginervasi Mm.
fibulares dan berjalan di antara M. fibularis longus dan fibula ke
punggung kaki. Sedangkan, N. fibularis profundus berjalan
melalui septum intermusculare curis masuk ke kompartemen otot
ekstensor. Setelah menginervasi Mm. tibialis anterior, extensor
digitorum longus, dan ekstensor hallucis longus, saraf sampai di

8
lekukan antara Mm. tibialis anteriora di atas membrana interossea
cruris, dan menuju ke punggung kaki (2).

2.3 Manifestasi klinis jika terjadi kerusakan pada jalur inervasi plexus sacralis

Sindrom Piriformis

Sindrom piriformis adalah kondisi nyeri yang berkembang karena adanya


iritasi atau kompresi n. sciatic (ischiadicus) di dekat m. piriformis. M. piriformis
menghubungkan vertebra paling bawah dengan bagian atas kaki setelah melewati
"sciatic notch". M. piriformis yang terletak di area gluteal mengalami ketegangan
dan kekakuan, sehingga menjepit n.sciatic (n. Ischiadicus) yang berjalan di antara
otot-otot piriformis tersebut dan timbul gejala seperti linu panggul (sciatic) akibat
jepitan saraf sciatic di daerah gluteal (10). Nervus ischiadicus (L4-S3) berfungsi
sebagai ekstensi articulatio coxae, flexi articulatio genu, ketika n.ischiadicus
terganggu maka fungsi tersebut juga terganggu (2).

Gambar 3. Piriformis Syndrome, orientasi saraf sciatic (10)

9
Sindrom piriformis biasanya bisa disebabkan oleh Cedera, Perkembangan
abnormal atau lokasi otot piriformis atau saraf siatik, Penjajaran tulang belakang
yang tidak normal (seperti skoliosis), Perbedaan panjang kaki (ketika kaki
memiliki panjang yang berbeda), Duduk lama, apalagi jika membawa dompet
tebal di saku tepat di belakang otot piriformis, Operasi pinggul sebelumnya, dan
Olahraga berat yang tidak biasa (10).

Gambar 4. Gejala dan tanda sindrom pisiform (10).


Foot Drop

Foot drop adalah suatu kondisi kesulitan dalam melakukan pergerakan


ekstremitas bawah. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan n. fibularis komunis
yang menyebabkan kehilangan kemampuan dorsofleksi pada ankle joint atau
articulatio talocruralis dan diperburuk dengan kehilangan inervasi gerakan kaki
yang berefek pada ujung jari kaki menyeret tanah sewaktu berjalan. Kerusakan n.
fibularis komunis dapat berupa tertarik hingga putus ketika terjadi fraktur pada os
fibula atau dislokasi pada articulatio genu. Kaki yang berjalan normal akan
menapakkan tumit terlebih dahulu sebagai tumpuan awal. (11)

10
Terdapat beberapa gerakan menandakan kondisi foot drop pada
pemeriksaan gait. Ada 3 macam gerakan yaitu (11):

a. Waddling gait yaitu kondisi seseorang berjalan condong bertumpu pada satu
sisi.

b. Swing-out gait yaitu kondisi berjalan kaki mengayun ke arah lateral dan ibu
jari kaki terkadang tidak menapak sempurna.

c. Steppage gait yaitu kondisi berjalan dengan gerak flexi kaki berlebih dan
ujung jari-jari kaki menyeret permukaan tanah.

Selain dari masalah pergerakan ekstremitas inferior, terdapat juga masalah


dengan kondisi sensorik di sekitar ekstremitas inferior berupa sensasi mati rasa
dan kesemutan pada regio anterolateral cruris dan dorsal pedis. (11)

BAB III
PENUTUP

Plexus sacralis terdiri dari L4-S4 dan inervasi dari Nervus Sacralis yang
telah dibahas pada penulisan ini antara lain n. gluteus superior, n. gluteus inferior,
n. pudendus, n. cutaneus femoris posterior, n. ischiadicus, n. tibialis, n. plantaris
medial, n. plantaris lateral, n. fibular communis, n. fibularis superficial, n.
fibularis profunda, rr. muscularis (regio pelvitrokanterik pinggul, panggul).
Pleksus sacralis sebagian besar berfungsi mempersarafi daerah ekstremitas bawah,
Pelvis dan area Genitalis. Kemudian adanya kelainan berupa melemahnya atau

11
hilangnya beberapa fungsi tubuh seperti sindrom piriformis dan foot drop yang
telah dibahas pada penulisan ini.

Daftar Pustaka

1. Netter, Frank H. Atlas Anatomi Manusia Bahasa Latin/ Indonesia. 6th


Edition. Indonesia: Elsevier. 2016.
2. Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U. Atlas Anatomi Manusia
Prometheus: Kepala, Leher, & Neuroanatomi. 3rd edition. EGC. 2013.
3. Jagannathan J. Sciatic Nerve Muscle Innervation and Function Muscles
Innervated by the Sciatic Nerve In This Article : :2–5.
4. Hardin JM, Devendra S. Anatomy, Bony Pelvis and Lower Limb, Calf
Common Peroneal (Fibular) Nerve. StatPearls. 2021.

12
5. Granger J, Cohen-Levy WB. Anatomy, Bony Pelvis and Lower Limb,
Posterior Tibial Nerve. StatPearls. 2019.
6. Paulsen F, Waschke J. Ekstremitas Bawah. Sobotta Atlas Anat Mns.
2013;246. 326
7. Shinohara H, Hasegaw a S, Tsunoda S, Hosogi H, Sakai Y. Principles of
anatomy. Laparoscopic Surgery for Colorectal Cancer. 2016. 1–16 p.
8. Swannack M. The Sacral Plexus [Internet]. SimpleMed. 2020. Available
from: https://simplemed.co.uk/subjects/msk/human-body/sacral-plexus
9. Tortora GJ, Derrickson B. Tortora - Principles of Anatomy & Physiology
13th Edition. Vol. 1 dan 2, penerbit buku kedokteran (EGC). 2017.
10. Boyajian-O’Neill, L. A. et al. (2008) ‘Diagnosis and management of
piriformis syndrome: An osteopathic approach’, Journal of the American
Osteopathic Association, 108(11), pp. 657–664. doi:
10.7556/jaoa.2008.108.11.657.
11. L. Moore K, F. Dalley A, M. R. Agur A. Clinically Oriented Anatomy.
Autophagy in Health and Disease. 2021. 605–606 p.

13

Anda mungkin juga menyukai