Anda di halaman 1dari 28

I.

Skenario
Seorang laki-laki berumur 39 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
nyeri pada bokong yang menjalar ke bagian posterolateral paha, tungkai bawa dan
tumit, hal ini dirasakan sejak 5 hari yang lalu setelah penderita mengangkat
barang berat di kantor. Nyeri ini bertambah berat bila penderita duduk dan
berkurang bila penderita berdiri atau berjalan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
penurunan sensoris pada sisi lateral tungkai bawah dan kaki serta 3 jari lateral
kaki kanan. Reflex achilles juga menurun.

II. Kata/kalimat kunci


1. Laki-laki 39 tahun
2. Nyeri bokong yang menjalar ke bagian posterolateral paha, tungkai
bawah dan tumit (extr. Bawah)
3. Dirasakan 5 hari lalu setelah mengangkat beban berat
4. Nyeri bertambah saat duduk dan berkurang saat berjalan
5. Penurunan sensoris lateral tungkai bawah dan kaki serta 3 jari lateral
kaki kanan
6. Reflex achilles menurun

III. Pertanyaan
1. Jelaskan topografi extremitas inferior !
2. Jelaskan mekanisme nyeri pada extremitas !
3. Jelaskan patomekanisme tiap gejala !
4. Jelaskan langkah-langkah diagnostik !
5. Penyakit apa saja yang memberikan gejala nyeri extremitas bawah pada
bidang muskuloskeletal ?
6. Buatkan tabel Differensial Diagnostik dan Diagnostik Sementara !
7. Jelaskan faktor penyebab dan faktor resiko dari diagnostik sementara !
8. Jelaskan hubungan usia dengan penyakit pada skenario !
9. Jelaskan penatalaksanaan dari diagnostik sementara !
10. Bagaimana pencegahan, komplikasi dan prognosis dari Diagnostik
Sementara ?

1
IV. Jawaban Pertanyaan
1. Topografi extremitas inferior
Topografi adalah menjelaskan letak arteri, vena, serabut saraf dan
percabangannya terhadap lingkungan di sekitarnya, seperti skeleton dan musculus
atau terhadap sesamanya. Kelainan serabut saraf dan pembuluh darah arteri dapat
membuat musculus menjadi paralisis sampai atrophi. Serabut saraf membawa
komponen sensibil dan motoris, sedangkan arteri membawa bahan makanan dan
oksigen ke jaringan serta vena membawa sisa-sisa metabolisme serta karbon
dioksida ke sistem ekskretorius.
Plexus Lumbalis Dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis L 1 – 4,
seringkali juga turut dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis thoracalis XII.
Plexus ini berada pada dinding dorsal cavum abdominis, ditutupi oleh m.psoas
major. Dari plexus ini dipercabangkan : 1. n.iliohypogastricus 2. n.ilioinguinalis 3.
n.genitofemoralis 4. n.cutaneus femoris lateralis 5. n.obturatorius 6. n.femoralis
Percabangan-percabangan tersebut tadi mempersarafi dinding cavum abdominis di
bagian caudal, regio femoris bagian anterior dan regio cruralis di bagian medial.
Ad.1. N.iliohypogastricus Saraf ini berpusat pada medulla spinalis segmen
thoracalis XII – L 1, Saraf ini memberi cabang motoris untuk m.obliquus internus
abdominis dan m.transversus abdominis. Ad.2. N.ilioinguinalis Nervus ini
berpusat pada medulla spinalis L 1, berada di sebelah ventral dari m.quadratus
lumborum, berjalan sejajar dengan n.iliohypogasticus (di sebelah caudalnya),Saraf
ini mempercabangkan serabut motoris untuk m.obliquus internus abdominis dan
m.transversus abdominis.N.ilioinguinalis kadang-kadang bersatu dengan
n.iliohypogastricus. Ad.3. N.genitofemoralis Berpusat pada medulla spinalis L 1
– 2, berjalan ke caudal, menembusi m.psoas major setinggi vertebra lumbalis 3
atau 4. saraf ini bercabang dua menjadi ramus genitalis (=n.spermaticus externus)
dan ramus femoralis (= n.lumboinguinalis). N.spermaticus externus berjalan ke
distal, di sebelah medial dari nervus lumboinguinalis, masuk ke dalam anulus
inguinalis internus, berjalan melalui canalis inguinalis. Saraf ini mempersarafi
m.cremaster dan kulit scrotum. N.lumboinguinalis berjalan ke distal dan berada di
sebelah ventral m.psoas major, berada di sebelah lateral n.spermaticus externus,

2
berjalan bersama-sama dengan a.iliaca externa melewati tepi caudal ligamentum
inguinale, mempersarafi kulit regio femoralis cranioanterior. Ad.4. Ramus
cutaneus femoris lateralis. Berasal dari medulla spinalis L 2 – 3, mempersarafi
regio femoris di bagian lateroposterior, yaitu mulai dari trochanter major. Ad.5.
N.obturatorius Dibentuk oleh nervus spinalis L 2 - 4, bersifat motoris untuk
mm.adductores. Ad.6. N.Femoralis Merupakan cabang yang terbesar dari plexus
lumbalis, dibentuk oleh nervus spinalis L 2 - 4, menampakkan diri pada tepi
lateral bagian distal m.psoas major, berjalan di antara m.psoas major dan
m.iliacus, ditutupi oleh fascia iliaca, berada di bagian caudal dari ligamentum
inguinale, di sebelah lateral arteria femoralis yaitu melalui lacuna musculorum,
dan memberi cabang-cabang motoris untuk m.iliacus, m.pectineus dan
m.sartorius. Cabang yang lain adalah rami cutanei femoris anteriores yang
menembusi fascia lata di sebelah ventral m.sartorius dan mempersarafi kulit di
bagian ventral regio femoris sampai setinggi patella. Cabang yang ketiga disebut
n.saphenus yang merupakan cabang yang terbesar dan terpanjang dari n.femoralis,
mempersarafi regio crunalis di bagian medial, berjalan ke caudal bersama-sama
dengan vena saphena magna sampai di 1/3 bagian distal crus.
Plexus Sacralis Dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis L 4 – S 3 (S 4)
dan berada di sebelah ventral m.piriformis. Plexus sacralis melayani struktur pada
pelvis, regio glutea dan extremitas inferior. Dari plexus sacralis dipercabangkan :
1. n.gluteus superior
2. n.gluteus inferior
3. n.cutaneus femoris posterior
4. nn.clunium inferiores mediales
5. n.ischiadicus (= sciatic nerve)
6. rr.musculares
Ad.1. N.gluteus superior Dibentuk oleh n.spinalis Lumbalis 4 – Sacral 1,
berjalan melalui foramen suprapiriformis. Bersifat motoris untuk m.gluteus
medius, m.gluteus minimus dan m.tensor fascia latae.
Ad.2. N.gluteus inferior Dibentuk oleh n.spinalis L 5 – S 2, meninggalkan
pelvis melalui foramen infrapiriformis di sebelah caudalis m.piriformis, berjalan

3
di sebelah profunda m.gluteus maximus, dan memberi innervasi untuk otot
tersebut.
Ad.3. N.cutaneus femoris posterior Dibentuk oleh n.spinalis Sacralis 1 – 3,
berjalan melalui foramen infrapiriformis bersama-sama dengan vasa glutea
inferior. Saraf ini bersifat sensibel untuk kulit perineum, bagian posterior regio
femoris dan regio cruralis.
Ad.5. N.ischiadicus. Saraf ini adalah saraf yang terbesar dalam tubuh
manusia yang mempersarafi kulit regio cruralis dan pedis serta otot-otot di bagian
dorsal regio femoris, seluruh otot pada crus dan pedis, serta seluruh persendian
pada extremitas inferior. Berasal dari medulla spinalis L 4 – S 3, berjalan melalui
foramen infra piriformis, berjalan descendens di sebelah dorsal m.rotator triceps,
di sebelah dorsal m.quadratus femoris, di sebelah ventral caput longum m.biceps
femoris, selanjutnya berada di antara m.biceps femoris dan m.semimembranosus,
masuk ke dalam fossa poplitea. Lalu saraf ini bercabang dua menjadi N.tibialis
dan N.peronaeus communis. Rami musculares dipercabangkan untuk
mempersarafi m.biceps femoris caput longum, m.semitendinosus,
m.semimembranosus dan m.adductor magnus. Rami musculares ini
dipercabangkan dari sisi medial n.ischiadicus sehingga bagian di sebelah medial
n.ischiadicus disebut danger side dan bagian di sebelah lateral disebut safety side.
Ad.6. Rami musculares Cabang-cabang ini berjalan melalui foramen infra
piriformis, mempersarafi m.piriformis, mm.gemelli superior et inferior,
m.obturator internus, m.quadratus femoris. Sebenarnya plexus sacralis adalah
bagian dari plexus lumbosacralis, yang dibentuk oleh rr.anteriores n.spinalis
segmental lumbal, sacral dan coccygeus.
Pembuluh darah pada regio glutea terdapat a.glutea superior dan a.glutea
inferior. A.glutea superior. Merupakan cabang yang terbesar dari percabangan
a.iliaca interna, bentuknya pendek, berjalan ke arah doorsal melalui plexus
sacralis, selanjutnya berjalan melalui foramen supra piriformis, berada di sebelah
medial n.gluteus superior. Pada tepi caudal m.gluteus medius arteri ini bercabang
menjadi ramus superficialis dan ramus profundus. Ramus superficialis
melanjutkan diri di antara m.gluteus maximus dan m.gluteus medius, memberi

4
ramus muscularis dan mengadakan anastomose dengan cabang a.glutea inferior.
Ramus profundus berjalan di antara m.gluteus medius dan m.gluteus minimus,
bercabang dua membentuk ramus superior dan ramus inferior. Ramus superior
mengadakan anastomose dengan a.circumflexa ilium profunda dan ramus
ascendens dan a.circumflexa femoris lateralis. Ramus inferior mengadakan
anastomose dengan a.circumflexa femoris lateralis.
A.glutea inferior, merupakan salah satu cabang terminal dari a.hypogastrica,
dan ujung lainnya disebut a.pudenda interna. Arteri ini berjalan ke dorsal melalui
plexus sacralis, melalui foramen infra piriformis, berada di sebelah ventral
m.gluteus maximus. Pembuluh vena berjalan mengikuti arteri bersangkutan.
Ragio Femoris terdapat dua kelompok pembuluh vena, yaitu vena
superficialis dan vena profunda (berjalan mengikuti arteri bersangkutan). Vena
superficialis terdiri atas vena saphena magna dan vena saphena parva. Vena
saphena magna Merupakan lanjutan dari vena marginalis, tampak di sebelah
ventral malleolus medialis, berjalan ascendens di sebelah medial dari crus, tiba di
sebelah dorsal condylus medialis tibiae et femoris, selanjutnya berada di sebelah
medial crus, masuk ke dalam fossa ovalis dan bermuara ke dalam vena femoralis.
Vena saphena parva. Merupakan lanjutan dari vena marginalis lateralis, berada di
sebelah dorsal malleolus lateralis, berjalan ascendens pada sisi lateral tendo
calcaneus, makin ke cranial vena ini terletak makin ke medial (tengah),
menembusi fascia poplitea, dan bermuara ke dalam vena poplitea (di antara kedua
caput m.gastrocnemius). Pada vena saphena parva terdapat 9 – 12 buah katup.
Arteria Femoralis adalah lanjutan dari a.iliaca externa setelah arteri ini
melewati tepi caudal ligamentum inguinale. Arteria iliaca commucis setinggi
articulus lumbosacralis membentuk bifurcatio menjadi arteri iliaca interna (= A.
hypogastrica) dan arteri iliaca externa. A.iliaca externa menuju ke bagian
pertengahan ligamentum inguinale, berjalan melalui lacuna vasorum sebagai arteri
femoralis, yang berada di sebelah lateral dari vena femoralis.
A.femoralis selanjutnya berjalan ke distal, berada pada trigonum femorale,
melalui fossa ileopectinea, berjalan melalui canali adductorius hunteri, lalu masuk
ke dalam fossa poplitea dan menjadi arteri poplitea Pada trigonum femorale

5
a.femoralis terletak superficial di sebelah profunda subcutis (di sini dapat diraba
pulsasinya). Dari a.femoralis dipercabangkan :
1. A.epigastrica superficialis
2. A.circumflexa ilium superficialis
3. A.pudenda externa superficialis
4. A.pudenda externa profunda
5. A.profunda femoris
6. RR.musculares
7. A.genus suprema.
Ad.1. A.epigastrica superficialis Dipercabangkan kira-kira 1 cm di sebelah
caudal ligamentum inguinale, berjalan ascendens di sebelah superficial
ligamentum inguinale menuju ke arah umbilicus; mengadakan anstomose dengan
percabangan a.epigastrica inferior dan dengan arteri yang sama dari pihak sebelah.
Ad.2. A.circumflexa ilium superficialis Merupakan cabang yang kecil,
dipercabangkan dekat pada percabangan a.epigastrica superficialis.
Ad.3. A.pudenda externa superficialis Berjalan ke arah medialis menyilang
funiculus spermaticus (lig.teres uteri pada wanita), dan mensuplai darah kepada
kulit pada regio pubica, penis dan scrotum (labium majus), mengadakan
anastomose dengan percabangan a.pudenda interna.
Ad.4. A.pudenda externa profunda Memberi suplai darah kepada kulit
scrotum dan perineum, mengadakan anastomose dengan percabangan a.perinealis.
Ad.5. A.profunda femoris Suatu cabang yang besar, dipercabangkan dari
dinding latero-dorsal kurang lebih 2 – 5 cm di sebelah caudal ligamentum
inguinale. Arteri profunda femoris dan a.femoralis bersama-sama berada di dalam
fossa iliopectinea, melanjutkan diri masuk ke dalam canalis adductoris Hunteri.
Selain kedua buah arteri tersebut maka di dalam canalis adductorius Hunteri
terdapat juga serabut motoris untuk m.vastus medialis dan nervus saphenus
(kedua saraf ini adalah cabang dari n.femoralis).
Ad.6. Rami musculares a.femoralis. Cabang ini mensuplai m.sartorius,
m.vastus medialis dan mm.adductores.

6
Ad.7. A.genus suprema Dipercabangkan oleh a.femoralis di dalam canalis
adductorius, berjalan bersamasama dengan m.saphenus di dalam canalis
adductorius, berjalan descendens ke distal dan turut membentuk rete articulare
genus.
Pembuluh vena berjalan bersama-sama dengan arterinya; vena femoralis
ketika berada di sebelah distal canalis adductorius terletak di sebelah dorsal
a.femoralis, makin ke cranial letaknya semakin ke arah medial sehingga ketika
melalui lacuna vasorum vena femoralis berada di sebelah medial a.femoralis
(nervus femoralis berada di sebelah lateral arteria femoralis).
Arteria Poplitea berada di dalam fossa poplitea, terletak pada lantai fossa
tersebut, dan pada tepi cranialis m.soleus arteria poplitea bercabang dua
membentuk arteri tibialis anterior dan arteri tibialis posterior.
A.Tibialis Anterior Pada tepi caudal m.popliteus a.tibialis anterior berjalan
ke arah ventral melalui tepi cranialis membrana interossea cruris, lalu berjalan ke
arah distal dan berada di antara m.tibialis anterior dan m.extensor digitorum
longus. Makin ke distal arteri ini berada di antara m.tibialis anterior dan
m.extensor hallucis longus.
Kemudian arteri ini berjalan di sebelah profunda ligamentum transversum
cruris dan ligamentum cruciatum cruris, meninggalkan ligamentum tersebut
sebagai A.dorsalis pedis.
A.Tibialis Posterior dimulai pada tepi caudal m.popliteus, berjalan turun
dengan arah miring, berada di sebelah dorsal m.tibialis posterior, ditutupi oleh
fascia cruris lamina profunda, berjalan di antara m.flexor digitorum longus dan
m.flexor hallucis longus, tiba di antara malleolus medialis dan calcaneus. Di
sebelah dorso-caudal malleolus medialis arteri ini bercabang dua menjadi arteri
plantaris medialis dan arteri plantaris lateralis.
A.Dorsalis Pedis merupakan lanjutan dari a.tibialis anterior. Berjalan ke
arah anterior pada dorsum pedis,
Nervus Tibialis, saraf ini mempunyai bentuk yang lebih besar daripada
nervus peroneus communis [= n.fibularis communis]. Berasal dari medulla
spinalis segmen lumbal 4 – 5 dan sacral 1 – 3. Ditutupi oleh caput longum

7
m.biceps femoris, berjalan di tengah-tengah fossa poplitea, ditutupi oleh jaringan
lemak dan fascia. Sealnjutnya menyilang m.popliteus, berjalan di antara kedua
caput m.gastrocnemius, ditutupi oleh m.soleus. Kemudian berjalan descendens ke
distal, berada tetap pada facies ventralis m.soleus, menuju ke tepi medial tendo
calcaneus, ditutupi oleh retinaculum musculorum flexorum, membentuk bifurcatio
menjadi nervus plantaris medialis dan nervus plantaris lateralis. N.tibialis
meninggalkan fossa poplitea dengan berjalan bersama dengan arteria tibialis
posterior, mula-mula berada di sebelah medialnya, lalu menyilang arteri tersebut
dan tiba di bagian lateralnya, mencapai pergelangan kaki. Memberi percabangan :
1. rami articulares yang mempersarafi articulatio genu dan articulatio
talocruralis;
2. rami musculares yang mempersarafi m.gastrocnemius, m.plantaris,
m.soleus, m.popliteus, m.tibialis posterior, m.flexor digitorum longus dan m
flexor hallucis longus;
3. n.cutaneus surae medialis yang tetap berada superficial di antara kedua
caput m.gastrocnemius, berjalan bersama-sama dengan vena saphena parva, dan
pada pertengahan facies dorsalis crus saraf ini berjalan menembusi fascia
profunda, dan bergabung dengan ramus communicans yang dipercabangkan oleh
n.cutaneus surae lateralis, yakni suatu cabang dari n.peroneus communis;
gabungan kedua serabut tersebut membentuk nervus suralis. Nervus suralis
berjalan pada sisi lateral tendo calcaneus, turun ke distal, berada di antara
malleolus lateralis dan calcaneus, mempersarafi kulit pada bagian dorsal crus,
mengadakan hubungan dengan n.cutaneus femoris posterior. Selanjutnya n.suralis
membelok ke anterior di sebelah caudal malleolus lateralis, dan menjadi nervus
cutaneus dorsalis lateralis, yang berjalan sepanjang sisi lateral pedis, termasuk jari
V. membentuk hubungan dengan n.cutaneus dorsalis intermedius pada dorsum
pedis, yang merupakan cabang dari n.peroneus superficilais;
4. n.plantaris medialis, bentuknya lebih besar daripada n.plantaris lateralis,
berjalan bersama-sama dengan arteria plantaris medialis. Saraf ini berjalan di
sebelah profunda m.abductor hallucis, menampakkan diri di antara m.abductor
hallucis dan m.flexor digitorum brevis, memberi cabang nervus digitalis plantaris

8
proprius untuk jari I. Dari n.plantaris medialis dipercabangkan tiga buah nervi
digitales plantares communes; masing-masing bercabang dua membentuk nervi
digitales plantares proprii, yang mempersarafi permukaan-permukaan yang saling
berhadapan dari jari I, II, III dan IV;
5. n.plantaris lateralis, mempersarafi kulit pada jari V dan seperdua lateral
jari IV, dan juga otot-otot lapisan profunda. Saraf ini berjalan ke distal bersama-
sama dengan arteria plantaris lateralis menuju ke sisi lateral pedis, terletak di
antara m.flexor digitorum brevis dan m.quadratus plantae, bercabang mejadi
ramus superficialis dan ramus profundus.
Nervus Peroneus Communis = N.Fibularis Communis, dibentuk oleh saraf-
saraf yang membentuk pars dorsalis plexus sacralis, berpusat pada medulla
spinalis segmen lumbalis 4 – sacralis 2. Berjalan oblique sepanjang sisi lateral
fossa poplitea, dekat pada tepi medial m.biceps femoris, lalu berada di antara
m.biceps femoris dan caput lateral m.gastrocnemius, berjalan menuju ke caput
fibulae. Kemudian saraf ini berjalan berputar mengelilingi collum fibulae, berada
di sebelah profunda m.peroneus longus, bercabang dua membentuk nervus
peroneus [ fibularis ] superficialis dan nervus peroneus [ fibularis ] profundus.
Memberi percabangan sebagai berikut: 1. rami articulares yang memberi innervasi
kepada articulatio genu; 2. nervus cutaneus surae lateralis, mempersarafi kulit
pada facies posterior dan lateral crus; 3. N.peroneus [ fibularis ] profundus,
berjalan ke arah distal ditutupi oleh m.extensor digitorum longus, berjalan menuju
ke facies ventral membrana interossea cruris. N.peroneus profundus
mempercabangkan; Rami musculares, mempersarafi m.tibialis anterior,
m.extensor digitorum longus, m.peroneus tertius dan m.extensor hallucis longus;
Ramus articularis, mempersarafi articulatio talocruralis; Ramus lateralis, berjalan
ke distal dan ditutupi oleh m.extensor digitorum brevis, bersifat motoris untuk
otot ini; Ramus medialis, berjalan bersama-sama dengan arteria dorsalis pedis
pada dorsum pedis, pada ruang interosseus I bercabang dua membentuk
nn.digitales dorsales yang mempersarafi kedua permukaan yang saling
berhadapan dari jari I dan jari II; membentuk hubungan dengan nervus cutaneus
dorsalis medialis (suatu cabang dari nervus peroneus superficialis); 4. nervus

9
peroneus (fibularis) superficialis, berjalan ke arah distal di antara mm.peronei dan
m.extensor digitorum longus, menembusi fascia profunda cruris pada sepertiga
bagian distal cruris, dan bercabang dua membentuk nervus cutaneus dorsalis
medialis dan nervus cutaneus dorsalis intermedius. Membawa komponen motoris
untuk otot-otot tersebut tadi, dan komponen sensibel yang mempersarafi kulit crus
bagian cranial.

2. Mekanisme nyeri pada extremitas


Terdiri dari 4 proses yaitu transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi
 Transduksi adalah stimulasi nociceptor oleh stimulus noxiuos pada jaringan,
yang kemudian akan mengakibatkan stimulasi nosiseptor dimana disini
stimulus noxious akan dirubah menjadi postensial aksi. Selanjutnya
postensial aksi tersebuut akan ditransmisikan menuju neuron susunan saraf
pusat yang berhubungan dengan nyeri.
 Transmisi adalah konduksi impuls dari neuron aferen primer ke kornu
dorsalis medulla spinalis, pada kornu dorsalis ini neuron aferen primer
bersinap dengan neuron susunan saraf pusat. Dari sini jaringan neuron
tersebut akan naik ke atas di medulla spinalis menuju batang otak dan
thalamus. Selanjutnya terjadi hubungan timbale balik antara thalamus dan
pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang mengurusi respon persepsi dan
afektif yang berhubungan dengan nyeri. Tetapi rangsangan nosiseptifptif
tidak selalu menimbulkan persepsi nyeri dan sebaliknya persepsi nyeri bias
terjadi tanpa stimulasi nosiseptifptif.
 Terdapat proses Modulasi sinyal yang mampu mempengaruhi proses nyeri
tersebut, tempat modulasi sinyal yang paling diketahui adalah pada kornu
dorsalis medula spinalis.
 Persepsi adalah dimana pesan nyeri di relai menuju otak dan menghasilkan
pengalaman yang tidak menyenangkan. Saat pesan sudah sampai di otak,
maka pesan akan diproses sesuai dengan tempat nyerinya berasal. Pada
nyeri extremitas atas maka pesan akan diproses pada bagian lateral dari otak

10
sedangkan pada extremitas bawah, pesan akan diproses pada bagian medial
dari otak.

3. Patomekanisme tiap gejala


 Nyeri menjalar ke bagian posterolateral paha, tungkai bawah dan tumit
karena pada masus ini terjadi penekanan N. Ischiadicus pada hernia hukleus
purposus dimana saraf ini mempersarafi regio cruralis dan pedis serta otot
otot abgian dorsal regio femoris, seluruh otot pada crus dan pedis serta
seluruh persendian pada extremitas inferior.
 Nyeri bertambah berat bila duduk dan berkurang bila penderita berdiri atau
berjalan menandakan adanya suatu herniasi diskus. Nyeri bertambah berat
saat duduk karena adanya ketegangan saraf yang terinflamasi diatas suatu
diskus protusio sehingga meningkatkan tekanan pada saraf spinal tersebut
dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan
disebelahnya (jackhamer effect). Selain itu, terjadi penyempitan foramen
sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal
 Penurunan saraf sensoris pada sisi lateral tungkai bawah dan kaki 3 jari
lateral kaki kanan. Gangguan sensoris yang terjadi sesuai dengan
dermatoma persarafan sensorik yang terkena. Pada kasus ini terjadi
penekanan pada N. Ischiadicus dimana N. Ischiadicus merupakan saraf
sensoris yang mempersarafi sisi lateral tungkai bawah dan tiga jari lateral
 Refleks achiles menurun menunjukan ganvguan pada LMN (lower motor
neuron). Refleks achiles menurun karena otot-otot yang membentuk tendon
achiless yakni m. Tricepa surae (m.gastrocnemius caput medial,
m.gastrocnemius caput lateral, m.soleus, m.plantaris mengalami gangguan
akibat terjepitnya N.ischiadicus yang merupakan nervus yang mempersarafi
nervus tersebut.

11
4. Langkah-langkah diagnostik
4.1 Anamnesis
Anamnesis dapat ditanyakan hal yang berhubungan dengan nyerinya.
Pertanyaan itu berupa kapan nyeri terjadi, frekuensi, dan intervalnya; lokasi nyeri;
kualitas dan sifat nyeri; penjalaran nyeri; apa aktivitas yang memprovokasi nyeri;
memperberat nyeri; dan meringankan nyeri. Selain nyerinya, tanyakan pula
pekerjaan, riwayat trauma.

4.2 Pemeriksaan Fisik


4.2.1 Pemeriksaan Neurologi
Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam gangguan
saraf. Meliputi pemeriksaan sensoris, motorik, reflex :
a. Pemeriksaan sensoris, pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada
gangguan sensoris, dengan mengetahui dermatom mana yang terkena
akan dapat diketahui radiks mana yang terganggu.
b. Pemeriksaan motorik, apakah ada tanda paresis, atropi otot.
c. Pemeeriksaan reflex, bila ada penurunan atau refleks tendon menghilang,
misal APR menurun atau menghilang berarti menunjukkan segmen S1
terganggu.

Gambar 1. Level neurologis yang terganggu sesuai dengan hasil


pemeriksaan fisik

12
Adapun tes yang dapat dilakukan untuk diagnosis HNP adalah:
1. Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara aktif oleh penderita sendiri maupun
secara pasif oleh pemeriksa. Pemeriksaan ROM ini memperkirakan derajat nyeri,
function laesa, atau untuk memeriksa ada/ tidaknya penyebaran rasa nyeri.
2. Straight Leg Raise (Laseque) Test:
Tes untuk mengetaui adanya jebakan nervus ischiadicus. Pasien tidur dalam
posisi supinasi dan pemeriksa memfleksikan panggul secara pasif, dengan lutut
dari tungkai terekstensi maksimal. Tes ini positif bila timbul rasa nyeri pada saat
mengangkat kaki dengan lurus, menandakan ada kompresi dari akar saraf lumbar.
3. Lasegue Menyilang
Caranya sama dengan percobaan lasegue, tetapi disini secara otomatis
timbul pula rasa nyeri ditungkai yang tidak diangkat. Hal ini menunjukkan bahwa
radiks yang kontralateral juga turut tersangkut..
4. Tanda Kerning
Pada pemeriksaan ini penderita yang sedang berbaring difleksikan pahanya
pada persendian panggung sampai membuat sudut 90 derajat. Selain itu tungkai
bawah diekstensikan pada persendian lutut. Biasanya kita dapat melakukan
ekstensi ini sampai sudut 135 derajat, antara tungkai bawah dan tungkai atas, bila
terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai sudut ini, maka dikatakan tanda
kerning positif.
5. Ankle Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon Achilles. Jika tidak terjadi dorsofleksi
pada kaki, hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat kolumna
vertebra L5-S1. 3,4 7. Knee-Jerk Reflex Dilakukan pengetukan pada tendon lutut.
Jika tidak terjadi ekstensi pada lutut, hal ini mengindikasikan adanya jebakan
nervus di tingkat kolumna vertebra L2-L3-L4.

13
4.2.2 Diagnosis Penunjang
 Urin
 darah
 cairan cerebrospinal :
1. X-Ray
X-Ray tidak dapat menggambarkan struktur jaringan lunak secara akurat.
Nucleus pulposus tidak dapat ditangkap di X-Ray dan tidak dapat
mengkonfirmasikan herniasi diskus maupun jebakan akar saraf. Namun, X-Ray
dapat memperlihatkan kelainan pada diskus dengan gambaran penyempitan celah
atau perubahan alignment dari vertebra.
2. Myelogram
Pada myelogram dilakukan injeksi kontras bersifat radio-opaque dalam
columna spinalis. Kontras masuk dalam columna spinalis sehingga pada X-ray
dapat nampak adanya penyumbatan atau hambatan kanalis spinalis
3. MRI Merupakan gold standard diagnosis HNP karena dapat melihat
struktur columna vertebra dengan jelas dan mengidentifikasi letak herniasi.

Gambar 2. MRI dari columna vertebralis normal (kiri) dan mengalami herniasi (kanan)

4. Elektromyografi
Untuk melihat konduksi dari nervus, dilakukan untuk mengidentifikasi
kerusakan nervus.

14
5. Penyakit-penyakit yang memberikan gejala nyeri extremitas bawah
pada bidang muskuloskeletal
5.1 Hernia Nukleus Pulposus
Hernia Nukleus Pulposus(HNP) merupakan suatu gangguan yang
melibatkan ruptur annulus fibrosus sehingga nukleus pulposis menonjol (bulging)
dan menekan kearah kanalis spinalis.

5.1.1 Epidemiologi
Prevalensi HNP berkisar antara 1 – 2 % dari populasi. Usia yang paling
sering adalah usia 30 – 50 tahun. Pada penelitian HNP paling sering dijumpai
pada tingkat L4-L5; titik tumpuan tubuh di L4-L5- S1. Penelitian Dammers dan
Koehler pada 1431 pasien dengan herniasi diskus lumbalis, memperlihatkan
bahwa pasien HNP L3-L4 secara bermakna dari usia tua dibandingkan dengan
pasien HNP L4-L5.
HNP merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung bawah yang
penting. dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. Inside HNP di
Amerika Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa. Kurang lebih 60-80% individu
pernah mengalami nyeri punggung dalam hidupnya. Nyeri punggung bawah
merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak di Amerika Serikat dengan angka
prevalensi berkisar antara 7,6-37% insidens tertinggi dijumpai pada usia 45-60
tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah mengganggu aktivitas
sehari-hari pada 40% penderita dan menyebabkan gangguan tidur pada 20%
penderita akan mencari pertolongan medis, dan 25% diataranya perlu rawat inap
untuk evaluasi lebih lanjut.

5.1.2 Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya
denganmeningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan
kurang lenturdan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami
perubahan karenadigunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus biasanya
di daerah lumbaldapat menyembul atau pecah.Hernia nucleus pulposus (HNP)
kebanyakan juga disebabkan oleh karenaadanya suatu trauma derajat sedang yang

15
berulang mengenai discus intervertebralissehingga menimbulkan sobeknya
annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejalatrauma bersifat singkat, dan
gejala ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidakterlihat selama beberapa
bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian padagenerasi diskus
kapsulnya mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin rupturdan
memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap sakus doral atau
terhadapsaraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.

5.1.3 Gejala klinik


Manifestasi klinis HNP bergantung pada radiks yang terpengaruh:
 Daerah servikal
- Nyeri yang menjalar di area lengan pada distribusi radiks, diperburuk
dengan ekstensi leher, rotasi ipsilateral dan fleksi lateral;
- Tanda dan gejala lesi lower motor neuron (LMN): kelemahan motorik atau
hipestesi sesuai dengan dermatom disertai penurunan refleks fisiologis
biseps dan triseps;
- Protrusi diskus servikal sentral menyebabkan mielopati dan juga defisit
radiks.
 Daerah lumbar
- Nyeri menjalar (nyeri radikuler) dari punggung hingga ke tungkai bawah
atau kaki;
- Gerakan punggung terbatas akibat nyeri;
- Nyeri diperberat dengan batuk, bersin atau mengejan. Nyeri mereda dengan
memfleksi lutut atau paha;
- Tanda-tanda tegangan radiks:
Straight leg raise (SLR=Lasegue’s test) atau crossed SLR (nyeri harus
terjadi pada sudut <600) menandakan keterlibatan radiks L5,S1;
Femoral stretch test menandakan keterlibatan radiks L2-L4.
- Kelemahan mototrik yang diikuti dengan penurunan refleks fisiologis
patella dan achilles;
- Perubahan sensorik sesuai dermatom;

16
- Jika sudah memberat dapat disertai dengan gangguan otonom seperti retensi
urin.

5.2 Spondilolisis
Spondilolisis adalah cacat bawaan yang memengaruhi vertebra lumbalis
atau vertebra toraks. Namun, umumnya lebih sering ditemukan memengaruhi
vertebra toraks. Hal ini menyebabkan sakit punggung bagian bawah yang parah
dan dapat sangat mengganggu mobilitas, yang mengarah pada berkurangnya
kualitas hidup. Rasa sakit ini disebabkan oleh pergeseran atau patah tulang yang
memengaruhi berbagai bagian tulang belakang; dari waktu ke waktu, patahan ini
menyebabkan melemahnya vertebra secara umum dan akhirnya dapat berkembang
menjadi kondisi yang lebih parah dikenal sebagai spondilolistesis, di mana satu
atau lebih dari tulang bergeser dari posisi mereka. Ketika ini terjadi, ada
kemungkinan untuk tulang untuk menekan saraf, menyebabkan sakit parah dan
memerlukan perbaikan dengan pembedahan.

5.2.1 Etiologi
Spondilolisis dipicu oleh melemahnya pars interartikularis, sebuah bagian
kecil dari tulang yang berfungsi sebagai penghubung segmen atas dan bawah dari
sendi yang mengatur gerakan tulang belakang. Selain itu, ada beberapa faktor
risiko yang meningkatkan risiko dari kondisi tersebut, antara lain:
 Genetika - Beberapa orang dilahirkan dengan tulang vertebra tipis
abnormal membuat mereka lebih rentan terhadap patahan dan retakan. Di
sisi lain, ada beberapa pasien yang dilahirkan dengan cacat genetik pada
tulang L4 mereka. Terlepas dari kondisi genetik tertentu yang mereka
miliki, kerentanan turunan mereka yang sering diperburuk oleh ledakan
pertumbuhan, yang selanjutnya dapat menyebabkan terjepitnya tulang
vertebra.
 Kelelahan – Aktivitas berlebihan pada tulang vertebra dengan sering
menggunakan dan menahan beban berat untuk waktu yang lama dalam
olahraga atau kegiatan tertentu yang menyebabkan tulang belakang menjadi
kelebihan beban atau lelah.

17
 Jenis kelamin - Studi menunjukkan bahwa kondisi ini lebih cenderung
memengaruhi pasien laki-laki.
 Umur - Studi menunjukkan kejadian yang lebih tinggi dari kondisi
ortopedi ini antara orang-orang yang berusia antara 14 hingga 26.
Beberapa olahraga dan kegiatan diketahui menyebabkan risiko spondilolisis
lebih tinggi karena sifat dari gerakan tubuh berulang-ulang yang mereka
butuhkan; ini termasuk:
 Tenis
 Angkat beban
 Sepakbola
 Olahraga menyelam
 Senam
 Bola Voli
 Rugby
 Gulat
 Kriket

5.2.2 Epidemiologi
Studi menunjukkan bahwa kondisi ini lebih cenderung memengaruhi
pasien laki-laki. Dan untuk umur, studi menunjukkan kejadian yang lebih
tinggi dari kondisi ortopedi ini antara orang-orang yang berusia antara 14
hingga 26 tahun.

5.2.3 Gejala Klinik


Dalam banyak kasus spondilolisis, kondisi ini tidak menyebabkan gejala
yang terlihat, hanya saja menempatkan pasien dalam perkembangan berbahaya
dari spondilolisis karena tulang yang melemah atau menyebabkan tekanan lebih
pada tulang yang retak. Bahkan kemudian, beberapa kasus spondilolisis tetap
tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun.
Bagi mereka yang mengalami gejalanya, mungkin merasa:
 Nyeri
 Mati rasa

18
 Merasa kesemutan
 Tegang otot
Gejala lain juga meliputi:
 Skiatika, atau melemahnya kaki
 Pergerakan punggung abnormal
 Sulit berjalan
Dalam sebagian besar kasus yang disebabkan oleh keturunan, pengalaman
pertama pasien ialah gejala selama masa remaja karena pesatnya pertumbuhan
yang terjadi. Hal ini adalah alasan mengapa banyak pasien yang didiagnosis
dengan kondisi ini pada usia 15 sampai 16.
Rasa sakit dan sensasi lain yang terkait dengan spondilolisis memengaruhi
punggung bawah, tetapi dapat memperpanjang ke arah bokong. Rasa sakit ini
mirip dengan yang disebabkan oleh otot yang tegang. Pasien juga biasanya
mengalami gejala yang lebih ketika mereka telah berjalan atau berdiri untuk
waktu yang lama atau ketika mereka terlibat dalam kegiatan fisik yang berat.
Beristirahat biasanya membawa bantuan, tapi hanya sementara.
Ketika gejala mulai hadir, kondisi menjadi lebih mudah untuk mendiagnosa.
Tes seperti tomografi komputer atau CT scan serta pencitraan resonansi magnetik
atau MRI scan digunakan untuk memeriksa jika ada tekanan pada patahan tulang
dan menentukan lokasi dan keparahannya. Tindakan pemindaian tersebut juga
efektif mengesampingkan kondisi lain yang menyebabkan gejala yang sama.
Spondilolisis juga dapat didiagnosis dengan bantuan scan radiografi dan tes
pencitraan nuklir.

5.3 Spondilolistesis
Pergerseran vertebra kedepan terhadap segment yang lebih rendah, yang
biasa terjadi pada lumbal vertebra ke 4 atau ke 5 akibat kelainan pada pars
interartikularis.
Spondylolisthesis menunjukkan suatu pergeseran kedepan satu korpus
vertebra bila dibandingkan dengan vertebra yang terletak dibawahnya. Umumnya
terjadi pada pertemuan lumbosacral (lumbosacral joints) dimana L5 bergeser

19
(slip) datas S1, akan tetapi hal tersebut dapat terjadi pada tingkatan yang lebih
tinggi. Spondylolisthesis pada cervical sangat jarang terjadi.
Efek pada tulang umumnya terjadi pada masa kanak-kanak lanjut. Biasanya
akibat stress fraktur yang terjadi akibat tekanan berlebihan pada arkus laminar
vertebra. Tekanan yang berlebihan tersebut umunya akibat posisi berdiri keatas
atau aktivitas atletik yang menggunakan penyangga punggung (misalnya senam,
sepakbola, dan lain sebagainya).

5.3.1 Etiologi
 Bersifat multifactorial
 Faktor predisposisinya antara lain gravitasi, rotasional dan stress fraktur /
tekanan kosentrasi tinggi pada sumbu tubuh.

5.3.2 Epidemiologi
 Usia 5% pada umur 5-7 tahun dan meningkat sampai 6-7% pada umur 18
tahun
 Seks Pria > wanita perbandingan 2:1
 Suku bangsa orang berkulit putih 6,4% > orang yang berkulit hitam 2,8%

5.3.3 Gejala klinik


1. Terbatasnya pergerakan tulang belakang
2. Kakakuan otot hamstring
3. Tidak dapat mengfleksikan panggul dengan lutut yang berekstensi penuh
4. Hiperlordosis lumbal dan thorakolumbal
5. Hiperkifosis lumbosacral junction
6. Pemendekan badan jika terjadi pergeseran komplit (spondiloptosis)
7. Kesulitan berjalan

5.4 Meralgia Paresthetica


Meralgia paresthetica adalah suatu penyakit mononeuropathy pada
n.cutaneus femoral lateralis (LFCN), meralgia paresthetica biasanya disebabkan
oleh penekanan fokal pada syaraf ini  ketika melalui ligament inguinalis. Etiologi

20
yang jarang terjadi seperti trauma langsung atau ischemia. Meralgia paresthetica
ditandai oleh perasaan baal, nyeri, dan terbakar pada bagian luar paha. Pemeriksa
awal MP, yaitu Bernhardt, yang pertama kali menguraikan kondisi meralgia
paresthetica pada tahun 1878; Hagar, yang menunjukan nyeri pada penekanan
LFCN; dan Roth, yang menggunakan terminologi meralgia paresthetica (nyeri
paha).

5.4.1 Etiologi
Penyebab terjadinya meralgia parestetica, yaitu:
 Kehamilan, pakaian ketat, dan obesitas mempengaruhi penekanan syaraf di
ligamentum inguinalis.
 Meralgia paresthetica lebih umum pada penderita diabetes mellitus
dibanding populasi umum.
 Walaupun jarang, tubrukan LFCN dengan massa (misalnya, neoplasma, berisi
iliopsoas hemorrhages) dalam ruang retroperitoneal sebelum menjangkau
ligamentum inguinalis dapat menyebabkan gejala yang sama.
 Trauma
- Tekanan akut LFCN di IL akibat sabuk pengaman selama kecelakaan
kendaraan bermotor.
- Retak pada pelvic
 Iatrogenic: kerusakan LFCN telah dilaporkan akibat pembedahan:
- Okulasi tulang crista iliaca
- Osteotomy pelvic
- Operasi untuk insufisiensi acetabular
- Operasi limphonodus inguinal
- Appendectomy
- Hysterectomy abdominal total
 Retroperitoneal subacute mekanik: Proses berikut  mungkin menyebabkan
suatu plexopathy:
- Invasi tumor
- Hemorrhage

21
- Bisul
 Diabetes melitus
 Idiopathic

5.4.2 Epidemiologi
Kejadian penyakit ini sekitar 4,3 per 10.000 orang tahun berdasarkan studi
kasus kontrol yang besar di Indonesia. Pengaturan praktik umum MP spontan bisa
terjadi di segala usia, tapi paling lazim di kelompok umur 41 sampai 60
tahun.Tidak ada konsensus terhadap dominasi seks. Sebuah penelitian sebelumnya
mencatat insiden yang lebih tinggi terjadi pada pria.Namun, baru-baru ini studi
menunjukkan adanya kecenderungan wanita yang lebih tinggi.

5.4.3 Gejala klinik


Tanda dan gejala pada Meralgia paresthetica, yaitu :
1. Nyeri pada sisi sebelah luar paha, adakalanya menjalar pada sisi sebelah luar
lutut.
2. Suatu sensasi terbakar dan perasaan geli dalam area sama
3. Adakalanya, nyeri pada area pinggang dan menyebar ke glutea.
4. Pada umumnya hanya pada satu sisi badan.
5. Pada umumnya lebih sensitif untuk sentuhan dibanding tekanan.

22
6. Tabel DD dan DS
Kata/kalimat kunci HNP SpondilolisisSpondilolistesisMeralgia
Paresthetica
Laki-laki +/- + + +

39 tahun + - + +

Nyeri bokong yang menjalar + + + +


ke bagian posterolateral
paha, tungkai bawah dan
tumit (extr. Bawah)
Dirasakan 5 hari lalu setelah + + - -
mengangkat beban berat
Nyeri bertambah saat duduk + + + -
dan berkurang saat berjalan
Penurunan sensoris lateral + - - -
tungkai bawah dan kaki
serta 3 jari lateral kaki
kanan
Reflex achilles menurun + - - -

7. Faktor penyebab dan faktor resiko dari DS


 Faktor Penyebab
Penyebab pasti HNP saat ini masih belum diketahui. Namun umumnya
terjadi akibat cedera yang merobekannulus fibrosus. Penyebab lainnya adalah:
 Gerakan yang salah sehingga tulang punggung mengalami penyempitan
kebawah
 Sering membawa beban berat pada masa pertumbuhan sehingga pada saat
dewasa tulang punggungnya mennyempit dan menjepit saraf
 Kebiasaan sikap tubuh yang salah selama bertahun-tahun sehingga terjadi
pennyempitan pada tulang punggung dan penjepitan pada saraf.
 Stres fisik akibat angkat beban berat dalam posisi membungkuk
 Jatuh pd posisi membungkuk

23
 Faktor Risiko
Beberapa faktor yang berperan memicu terjadinya HNP ialah:
 berat badan berlebih
 gaya hidup

 gaya hidup

 gaya hidup

 perubahan degenerative

 cedera/trauma benturan

 merokok

 batuk yang lama dan terus menerus

 tekanan pada tulang belakang

 sering menyetir dalam waktu yang lama

 usia lanjut

 kelainan pada tulang belakang

 Genetik.

 Pekerjaan terutama yang perlu sering angkat berat.

8. Hubungan usia dengan penyakit pada skenario


HNP adalah kondisi di mana ada penekanan pada saraf sehingga akan
menimbulkan gangguan gerak sebab akan ada rasa sakit yang muncul karena
penekanan sarar tersebut. Kondisi tersebut juga lebih dikenal dengan saraf terjepit.
Bagian saraf yang sering tertekan pada saat menderita penyakit HNP dadalah
bagian punggung belakang.
Hubungan usia dari DS yaitu umur memang sering kali menjadi patokan
untuk masalah penyakit. Namun untuk masalah ini yang berhubungan dengan
HNP adalah salah satu penyebabnya. Usia yang rentan sekali terhadap penyakit
HNP 30-40 tahun ke atas.

9. Penatalaksanaan dari diagnostik sementara

24
9.1 Terapi Non Farmakologis
- Terapi fisik pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri punggung
bawah akut, misalnya:
a. Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan.
Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien merasakan nyeri
hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada pengkompresan
dingin.
b. Iontophoresis
Merupakan metode pemberian steroid melalui kulit. Steroid tersebut
menimbulkan efek anti inflamasi pada daerah yang menyebabkan nyeri. Modalitas
ini terutama efektif dalam mengurangi serangan nyeri akut.
c. Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS)
menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri punggung bawah
dengan mengganggu impuls nyeri yang dikirimkan ke otak
d. Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam
dengan menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus sampai
jaringan lunak dibawahnya. Ultrasound terutama berguna dalam menghilangkan
serangan nyeri akut dan dapat mendorong terjadinya penyembuhan jaringan.
- Latihan dan modifikasi gaya hidup
Berat badan yang berlebihan harus diturunkan karena akan memperberat
tekanan ke punggung bawah. Program diet dan latihan penting untuk mengurangi
NPB pada pasein yang mempunyai berat badan berlebihan. Direkomendasikan
untuk memulai latihan ringan tanpa stres secepat mungkin. Endurance exercisi
latihan aerobit yang memberi stres minimal pada punggung seperti jalan, naik
sepeda atau berenang dimulai pada minggu kedua setelah awaitan NPB.
Conditional execise yang bertujuan memperkuat otot punggung dimulai sesudah
dua minggu karena bila dimulai pada awal mungkin akan memperberat keluhan

25
pasien. Latihan memperkuat otot punggung dengan memakai alat tidak terbukti
lebih efektif daripada latihan tanpa alat.

9.2 Terapi farmakologis


a. Analgetik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug)
Obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi
sehingga mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik : paracetamol, Aspirin
Tramadol. NSAID : Ibuprofen, Natrium diklofenak, Etodolak, Selekoksib.
b. Obat pelemas otot (muscle relaxant)
Bermanfaat bila penyebab NPB adalah spasme otot. Efek terapinya tidak
sekuat NSAID, seringkali di kombinasi denganNSAID. Sekitar 30% memberikan
efek samping mengantuk. Contoh Tinazidin, Esperidone dan Carisoprodol.
c. Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh lebih
aman. Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi dan ketergantungan
obat.
d. kortikosteroid oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada kasus HNP
yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan.
e. Anelgetik ajuvan
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme nyeri
pada HNP sesuai dengan neuropatik. Contohnya : amitriptilin, Karbamasepin,
Gabapentin.
Terapi operatif pada pasien dilakukan jika:
a. Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4
b. Tidak ada perbaikan lebih baik
Masih ada gejala nyeri yang tersisa, atau ada gangguan fungsional setelah
terapi konservatif diberikan selama 6 sampai 12 minggu.
c. Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien

26
Menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi
konservatif yang diberikan tiap terjadinya rekurensi dapat menurunkan gejala dan
memperbaiki fungsi dari pasien.
d. Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama.
Pilihan terapi operatif yang dapat diberikan adalah:
f. Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
g. Percutaneous distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan menggunakan jarum
secara aspirasi.
h. Laminotomy/laminectomy/foraminotomy/facetectomy
Melakukan dekompresi neuronal dengan mengambil beberapa bagian dari
vertebra baik parsial maupun total.
i. Spinal fusion dan sacroiliac joint fusion:
Penggunaan graft pada vertebra sehingga terbentuk koneksi yang rigid
diantara vertebra sehingga terjadi stabilitas.

10. Pencegahan, komplikasi dan prognosis dari diagnostik sementara


10.1 Pencegahan
Hernia nukleus pulposus dapat dicegah terutama dalam aktivitas fisik dan
pola hidup. Hal-hal berikut ini dapat mengurangi risiko terjadinya HNP:5
a. Olahraga secara teratur untuk mempertahankan kemampuan otot, seperti
berlari dan berenang.
b. Hindari mengangkat barang yang berat, edukasi cara mengangkat yang
benar.
c. Tidur di tempat yang datar dan keras.
d. Hindari olahraga/kegiatan yang dapat menimbulkan trauma
e. Kurangi berat badan.

10.2 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari HNP adalah nyeri punggung untuk
jangka waktu yang lama, kehilangan sensasi di tungkai yang diikuti penurunan

27
fungsi kandung kemih dan usus (Sastrodiwirjo, 2000). Selain itu, kerusakan
permanen pada akar saraf dan medula spinalis dapat terjadi bersamaan dengan
hilangnya fungsi motorik dan sensorik. Hal ini dapat terjadi pada servikal stenosis
dan spondilosis yang menekan medulla spinalis dan pembuluh darah, sehingga
dapat menimbulkan mielopati dengan spastik paraplegia atau kuadriplegia (Way,
2003).

10.3 Prognosis
Pada HNP servikalis 75% pasien akan pulih dengan penanganan terapi
medis yang memadai (10-14 hari), walaupun pada beberapa kasus berlanjut
Universitas Sumatera Utara 26 dengan ketidaknyamanan dan parestesis ringan.
Pada beberapa pasien, gejala radikular atau mielopati kambuh setelah kembali
beraktivitas penuh. Untuk 25% pasien yang tidak respon terhadap terapi
konservatif, dibutuhkan operasi. Perbaikan tampak pada sekitar 80% pasien yang
melakukan terapi operatif pada diskus servikalis. Pada hernia diskus lumbalis
sekitar 10-20% kasus membutuhkan penangan terapi bedah dan 85% pasien akan
pulih sepenuhnya setelah penanganan bedah.

28

Anda mungkin juga menyukai