TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Kasus
1. Definisi
2. Anatomi Fungsional
a. Sistim otot
1) M. Piriformis
2) M. gluteus minimus
pada lateral hip, tepat di atas hip melekat pada capsula articularis.
6
7
3) M. quadratus femoris
5) M. obturator externus
eksternal rotator hip dan membantu eksentor hip. Disyarafi oleh ramus
b. Nervus Ischiadicus
lumbal 4 – 5 dan sacrum 1 – 3. Serabut syaraf ini terdiri atas dua buah
communis, yang dibentuk oleh 4 bagian posterior atas dari plexus sacralis,
dan nervus tibialis dari seluruh 5 bagian anterior dari nervus sacralis.
c. Pelvis
Struktur sendi panggul dibentuk oleh dua tulang yaitu tulang femur
dan tulang coxae. Tulang coxae dibentuk oleh tulang ischium, ilium dan
pubis dan arcus pubis. Rongga pelvis angulus dibagi menjadi dua, yaitu
pelvis major dan pelvis minor. Batas kedua bagian ini disebut linea
pubis, sampai tepi atas symphisis ossis pubis. Linea ini dibagi
d. Articulatio coxae
daerah incisura acetabuli tidak terdapat jaringan ini. Jaringan ini disebut
labrum glenoidale.
berasal dari spina iliaca anterior inferior menuju trochantor minor untuk
bawah ini:
10
Gambar 2
3. Etiologi
a. Gerakan fleksi knee , eksternal rotasi dan abduksi hip dalam jangka waktu
lama.
berulang –ulang atau terus menerus dan static pada otot piriformis akan
Hal ini akan menyebabkan penumpukan asam laktat dan zat – zat kimia
pada eksorator dan abduktor hip. Nyeri dapat dirasakan ketika pasien
.
12
Gambar 3
b. Trauma
4. Patologi
organ tubuh yang menyebabkan atau disebabkan oleh penyakit dan atau
kompresi atau iritasi oleh m. piriformis. Kompresi atau iritasi dapat timbul
akibat spasme dari m. piriformis, dimana spasme ini dapat diakibatkan oleh
adanya trauma maupun kerja otot berulang – ulang atau terus menerus dan
Tanda dan gejala klinis yang sering muncul pada penderita sindrom
piriformis antara lain nyeri. Nyeri dirasakan pada pantat menjalar pada
tetapi tidak dengan dermaton yang spesifik. Timbulnya kelemahan otot pada
6. Komplikasi
penanganan yang baik adalah : spasme otot – otot hamstring dan scoliosis yang
desebabkan oleh adanya nyeri sehingga pasien mencari posisi yang nyaman
dapat meliputi :
a. Quo ad vitam
b. Quo ad sanam
baik asalkan penanganan yang dilakukan sesuai. Namun jika sudah kronis
dimana ada kemungkinan terjadi remisi beberapa hari dengan akibat lebih
14
c. Quo ad fungsionam
d. Quo ad cosmetikam
segi kosmetik. Keluhan yang ditimbulkan bila dapat ditangani sejak dini,
ditangani maka akan muncul gangguan seperti yang telah dijelaskan diatas.
8. Diagnosis Banding
a. Spondylosis
b. Spondylolistesis
dari discus intervertebralis akibat proses degenerasi yang lain pada tulang
dan terputus – putus sehingga tidak mampu menjadi bantalan yang kenyal
mengetahui riwayat yang jelas maka dapat ditentukan diagnosa yang tepat.
(Prasodjo, 2002).
1. Impairment
c. Keterbatasan LGS eksorotasi hip bisa terjadi karena kontraktur dan nyeri.
2. Functional Limitation
16
yaitu rasa tidak nyaman saat duduk, berdiri dan berjalan karena adanya nyeri.
3. Participation Restriction
menentukan modalitas yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Adapun
mudah terlepas dari ikatan atomnya. Apabila benda tersebut berada dalam
mengandung ion – ion, akan bergerak pada satu arah, kemudian berubah arah
17
sangat tinggi maka ion – ion tadi hanya bergetar saja dan tidak sempat
pada jaringan.
a. Efek fisiologis
temperatur 1 C
b. Efek terapeutik
1) Indikasi
d) kondisi nyeri
2) Kontra indikasi
dalam jaringan.
3) Metode
19
a) Metode Monode
daerah tepi.
b) Metode Diplode
tengah.
d. Dosis
2. Terapi Latihan
dari suatu injuri atau penyakit tertentu yang telah merubah cara hidupnya yang
normal (Luklukaningsih,2009).
a. Efek fisiologis
1) Terhadap otot
2) Terhadap cardiovaskuler
tekanan darah
3) Terhadap respirasi
darah.
b. Efek terapeutik
tenaga yang berasal dari luar dan tidak terjadi kontraksi otot. Tenaga
tersebut berasal dari gravitasi, mesin, orang lain maupun anggota pasien