Skenario I
SkenarioII
Skenaro III
PERTANYAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis?
7. Bagaimana penatalaksanaan penyakit pasien pada skenario
JAWABAN PERTANYAAN
1. Innervasi Ekstremitas Superior
Secara umum, extremitas superior dipersarafi oleh cabang-cabang plexus brachialis.
Cabang-cabang terminal plexus brachialis adalah N.musculocutaneus, N.medianus,
N.ulnaris, dan N.radialis
Nervus medianus
Dibentuk oleh radix superior dari fasciculus lateralis dan radix inferior dari
fasciculus medialis, berada di sebelah lateral arteria axillaris. Dibentuk oleh serabut
saraf yang berpusat pada medulla spinalis segmental C5 Thoracal 1.
Sepanjang brachium n.medianus berjalan berdampingan dengan arteria brachialis,
mula-mula berada di sebelah lateral, lalu menyilang di sebelah ventral arteria tersebut
kira-kira pada pertengahan brachium, selanjutnya memasuki fossa cubiti dan berada di
sebelah arteria brachialis. Di dareah brachium nervus ini tidak memberi percabangan.
Memasuki daerah antebrachium, n.medianus berada di antara kedua caput
m.pronator teres, berjalan ke distal di bagian medial antebrachium, oleh karena itu
disebut nervus medianus, berada di sebelah profunda m.flexor digitorum sublimis.
Di regio antebrachium, nervus ini mempersarafi m.flexor pollicis longus, pars
lateralis m.flexor digitorum profundus, dan m.pronator quadratus.
Nervus ulnaris
Merupakan cabang utama dari fasciculus medialis, berada di sebelah medial
a.axillaris, selanjutnya berada di sebelah medial a.brachialis. Pada pertengahan
brachium, saraf ini berjalan ke arah dorsal menembusi septum intermusculare medial,
berjalan terus ke caudal dan berada pada facies dorsalis epicondylus medialis humeri,
yaitu di dalam sulcus nervi ulnaris humeri. Di daerah brachium n.ulnaris tidak
memberi percabangan.
Saraf ini masuk regio anterbrachium dengan melewati celah antara kedua caput
m.flexor carpi ulnaris, lalu berjalan di antara m.flexor carpi ulnaris dan m.flexor
digitorum profundus. Di sebelah distal pertengahan antebrachium n.ulnaris memberi
dua cabang cutaneus, yaitu:
dorsalis, yang mempersarafi sisi ulnaris jari I, sisi radialis jari II, sisi ulnaris
jari III dan sisi radialis jari III, sisi ulnaris jari III dan sisi radialis jari IV.
Nervus nusculocutaneus
Merupakan cabang dari fasciculus lateralis dan berpusat pada medulla
spinalis segmen C 5 7, menembusi m.coracobrachialis, berjalan menyilang
le arah lateral di antara m.biceps brachii dan m.brachialis. Memberi cabang
ramus muscularis untuk m.coracobrachialis, m.biceps brachii, dan
m.brachialis. Saraf ini berjalan meninggalkan tepi lateral m.biceps brachii,
tembus fascia, melanjutkan diri sebagai nervus cutaneus antebrachii
lateralis, yang mempersarafi facies lateralis regio antebrachium.
Sistema Arteriosum
Arteria Brachialis
Dengan percabangan : Areteria Profunda brachii, arteria nutricia humeri, arteria
collateralis ulnaris superioris, arteria collateralis ulnaris inferior, dan rami musculares.
Anastomose di sekeliling Articulatio Cubiti dikeal juga dengan nama Rete articulatio
Cubiti. Dibagi menjadi yang terletak di bagian ventral dan di bagian dorsal epicondylus
Arteria radialis dengan diameter lebih kecil daripada arteria ulnaris. Dibagi menjadi tiga
bagian.
Arteria Ulnaris, setelah dipercabangkan oleh arteri brachialis maka arteria ulnaris
berjalan oblique ke arah caudal, mencapai sisi ulnaris antebrachium, memberi
percabangan
sebagai
berikut.
Pada antebrachium, arteria recurrens ulnaris anterior, arteria recurrens posterior, arteria
interossea communis, rami musculares. Pada pergelangan tangan arteria interossea
anterior dan arteria interossea posterior. Pada manus arcus palmaris superficialis, ramus
palmaris profundus.
Sistema Venosum
Terdiri dari vena superficialis dan vena profunda. Vena superficialis terdiri dari vena
cephalica dan vena basilica. Pada fossa cubiti terdapat vena mediana cubiti. Vena profunda
berjalan bersama-sama dengan arteri bersangkutan.
2. Mekanisme Nyeri pada Ekstremitas
Nyeri pada ekstremitas disebabkan oleh banyak hal. Namun penyebab yang paling sering
adalah trauma atau fraktur pada daerah yang dilalui serabut saraf. Dapat juga karena
tendinitis maupun peradangan atau pembengkakan tendon yang menjepit nervus yang ada
di dekatnya. Apabila daerah yang dilalui serabut saraf mengalami tekanan yang
berlebihan, tidak menutup kemungkinan tekanan pada daerah nervus ulnar, nervus
radialis, maupun nervus medianus yang dapat disebabkan oleh beberapa cara. Dapat juga
bila jaringan ikat (penyambung) disekitar nervus menebal, atau adanya perubahan/variasi
dari struktur otot yang berada di sekitar nervus. Sebagai contoh, bila siku diposisikan
dengan keadaan tulang yang menekan, maka akan menekan nervus ulnaris pula. Bila
meletakkan lengan di atas meja dengan sisi bagian dalam siku yang melekat pada sisi
meja, lengan akan terasa nyeri akibat penekanan nervus ulnar ini, dan bila berlangsung
dalam jangka waktu yang lama, kekakuan dan nyeri akan persisten.
3. Hubungan Riwayat Fraktur dengan Kasus?
Fraktur suprakondilar yang dialami pasien pada masa anak-anak merupakan fraktur
supracondylar humer (transkondiler) yang berdasarkan pergeseran fragmen distal.
Dikenal dua tipe, yakni tipe posterior (tipe ekstensi yang merupakan 99% dari seluruh
jenis fraktur suprakondilar humeri dengan fragmen distal bergeser ke arah posterior) dan
tipe anterior (anti fleksi, yang fragmen distal bergeser ke arah anterior). Bila pada pasien
mengalami fraktur tipe ekstensi, maka kemungkinan untuk valgus deformitas yang
muncul dalam skenario setelah dewasa akan muncul, dan dengan demikian, akan mampu
menekan perjalanan dari nervus yang berada di sekitar daerah tersebut.
4. DD Kasus
Pada kasus, nyeri terjadi pada daerah siku kanan menjalar ke bagian bawah. Dari riwayat
penyakit diketahui bahwa penderita pernah mengalami fraktur supracondylar. Hal inilah
yang kemungkinannya menimbulkan nyeri.
Maka dengan penekanan nervus yang terlihat dengan gejala pada pasien, didapatkan
diagnosis banding sebagai berikut:
1. Carpal Tunnel Syndrome.
Atau disebut juga CTS/Sindrom terowongan Karpal. Sindrom ini terjadi pada
pergelangan tangan. Penyebab yang pasti umumnya tidak diketahui. Pada beberapa
kasus kelainan ini ditemukan bersama dengan fraktur pergelangan tangan,
osteoarthritis, penyakit Paget Tulang, mieloma, akromegali, hipertiroidisme, penderita
diabetes, alkoholisme.
- Gambaran klinis : kelainan ini terutama ditemukan pada wanita berumur 40 60
tahun, bersifat bilateral sebesar 20 30% dan biasanya berlangsung 6 12 bulan.
Ditemukan rasa tebal, perih, dan tertusuk pada jari terutama pada bagian ujung
ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Gejala bertambah hebat pada malam hari,
pada saat bangun, pada waktu mengangkat tangan atau setelah mengerjakan
sesuatu seperti menjahit, mengetik. Gejala dapat bertambah berat pada masa
kehamilan. Bila kelainan sudah berlangsung lama, maka terdapat atrofi muskulus
abduktor pollicis brevis pada bagian penonjolan thenar disertai gangguan
-
sensibilitas.
Diagnosis : sebanyak setengah dari penderita memiliki gejala klinis yang ringan.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinik semata-mata, selain itu
diagnosis dapat ditegkkan dengan elektro diagnosis dengan pemeriksaan konduksi
saraf.
Pengobatan :
Konservatif
a. Pemberian obat-obatan seperti vitamin B12 untuk jangka waktu yang panjang
b. Pemakaian bidai pada lengan bawah
c. Injeksi lokal hidrokortison
Operatif :
Tindakan operatif yang dapat dilakukan berupa dekompresi dan pemotongan
retinaculum fleksor pada pergelangan tangan disertai dengan neurolis
eksterna/interna pada nervus medianus. Semua perdarahan kecil harus diligasi
agar tidak terjadi fibrosis di kemudian hari. Pada saat ini dengan kemajuan
teknologi pembedahan, tindakan operasi dapat dilakukan denga artroskopi
dan apabila tidak dilakukan tindakan sesegera mungkin maka kelainan akan bersifat secara
reversible.
Gambaran klinis : gambaran klinis yang biasa ditemukan yaitu penderita mengeluh
adanya rasa tebal dan nyeri di sekitar distribusi nervus ulnaris atau adanya gangguan
gerakan halus pada perjarian misalnya pada pemain musik. Pada pemeriksaan ditemukan
hlangnya persarafan sensoris nervus ulnaris pada sebagian jari kelingking dan sebagian
metakarpal serta terdapat artrofi dan kelemahan otot-otot yang dipersarafi nervus ulnaris
dan keadaan kulit yang dilewati oleh nerevus ulnaris menjadi kering. Pemeriksaan
tambahan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan elektrodiagnostik.
Gambar daerah pada manus yang dipersarafi oleh Nervus ulnaris
Pengobatan : Tindakan operatif biasanya merupakan jalan terbaik dengan pembebesan
atau transposisi nervus ulnaris pada tempat jepitan di pergelangan tangan .Setelah melewati
pergelangan tangan, nervus ulnaris berjalan secara superfisial melewati ligamentum karpal
transversa berjalan ke lateral os pisiform dan masuk ke dalam canalis Guyton. Setelah saraf
itu terbagi dalam dua bagian yaitu bagian superficialis dan bagian profunda di dalam kanal
dimana yang superficialis menginnervasi daerah kutaneus jari-jari tangan dan bagian
profunda memberikan inervasi motorik pada tiga otot hipothenar, muskulus interosseus dan
sebagian muskulus lumbrikalis dan muskuls abduktor pollicis. Dapat pula terjadi jepitan
pada daerah ini yang disebabkan oleh adanya ganglion pada aspek palmaris sendi karpal
yang menyebabkan tekanan pada cabang ini.
2. Radial Tunnel Syndrome
Cabang interosseus posterior dari nervus radialis berada dalam saluran antara muskulus
radialis dan muskulus brachioradialis. Nervus interossea posterior selanjutnya di belakang
dan sekitar leher dari radius di antara kedua kaput muskulus supinator. Jepitan nervus radialis
dapat terjadi sewaktu nervus interosseus posterior menuju supinator. Jepitan yang terjadi bisa
berupa pita yang menekan, ganglion, lipoma, atau fibroma pada daerah leher radius.
Neuropati radialis dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor mana mungkin terjadi
sendiri-sendiri atau secara bersamaan (multiple factors). Misalnya, suatu diabetes melitus
yang pada mulanya subklinis akan menjadi simptomatis sesudah adanya suatu trauma atau
kompresi yang mengenai saraf.
1. Trauma
Pada fraktur dan dislokasi, neuropati terjadi karena penekanan safar oleh fragmen
tulang, hematom, kallus yang berbentuk sesudah fraktur, atau karena peregangan
sarar akibat suatu dislokasi. Neuropati radialis sering terjadi pada fraktur kaput
humerus. Presis nervus radialis dapat terjadi akibat tidur dengan menggantungkan
lengan diatas sandaran kursi (Saturday night palsy), atau tidur dengan kepala diatas
lengan atas. Akibat penekanan pada waktu saraf ini menembus septum
intermuskularis lateralis. Pada tempat mana saraf ini terletak agak superfisial dan
menempel pada tulang (Dyck 1987). Disamping itu trauma pada waktu olah raga,
kerja, pemakain kruk, atau posisi tangan pada waktu operasi dapat menyebabkan
terjadinya parese NR.
2. Infeksi.
Dapat terjadi karena: sifilis, herpes zoster, lepres dan TBC. Bisa mengenai saraf atau
banyak saraf
3. Toksi.
Lebih spesifik mengenai nervus radialis adalah pada lead intoxication
4. Penyakit vaskuler
5. Neoplasma
Lesi penyebab neuropati radialis dapat mengenai saraf disepanjang perjalanannya.
Gejala yang timbul dipengaruhi oleh lokasi lesi.
A. Pada level lengan atas lesi pada n.radialis dapat terjadi pada aksila, pada waktu
melilit humerus di musculoradialis groove, atau sewaktu berjalan superfisial pada sisi
lateral lenga atas. Menyebabkan parese semua otot yang diper sarafinya yaitu triseps,
ekstensor pergelangan tangan, ekstensor jari dan brakhioradialis, dan disertai defisit
sensorik pada daerah yang dipersarafi yaitu sisi lateral-dorsal tangan, ibu jari, jari
telunjuk dan jari tengah. Lesi pada aksila dapat disebabkan kompresi oleh kruk,
dislokasi sendi bahu, fraktur humerus dan luka tembus (Dejong 1979, Dyck 1975,
Patten 1980).
B. Lesi neuropati radialis
Lesi neuropati radialis sewaktu melilit humerus atau sewaktu berjalan seperfisial
pada aspek lateral lengan atas, sering akibat kelamaan menggantung lengan diatas
sandaran kursi (Saturday nigth palsy), akibat tertekannya lengan karena posisi yang
tidak tepat selama anestesi atau tidur, penggunaan tomiket yang tidak benar atau
akibat
iritasi
dan
kompresi
oleh
kallus
sesudah
fraktur
tulang.
Gejalanya:
- tidak dapat ekstensi siku karena parese triseps
- tidak dapat fleksi siku pada posisi lengan bawah antara pronasi dan supinasi
-
C. Lesi pada bagian saraf yang berjalan antara septum intermuskularis lateralis dan
tempat dimana n.interosseus posterior menembus m.supinator mengakibatkan jari
yang dipersarafi oleh nerpus ini.
Gejalanya:
-
Kompresi akibat kompartemen yagn menyempit baik oleh karen penyakit lokal maupun
Pada pemeriksaan radiologi, bila ditemukan osteofit (dapat karena pasien sebelumnya
menderita osteoarthritis) maupun gambaran yang lebih jelas terhadap fraktur yang sebelumnya
terjadi pada masa kanak-kanak. Terlebih ditemukan keluhan berupa valgus deformiotas
sehingga akan memudahkan menegakkan diagnosis. Pada pemeriksaan siondroma jebakan
dapat dengan
- Tes Tinel = dapat pada pemeriksaan narvus medianus dengan melakukan penekanan
pada pertengahan ligamentum carpi transversum (volare). Tinels test postif jika timbul
nyeri yang berarti terdapat penjepitan saraf. Pada pemeriksaan nervus ulnaris,
penekanan dilakukan pada sulcus nervi ulnaris yatu di bagian posterior epicondylus
medialis humeri. Jika positif jebakan nervus ulnaris, akan terasa nyeri yang hebat dan
menjalar sepanjang perjalanan nervus ulnaris. Pada pemriksaan Jebakan nervus radialis,
-
paseien yang menderita carpal Tunnel Syndrome, akan terasa nyeri yang sangat hebat.
Pemeriksaan gangguan sensibilitas = yakni dengan pemeriksaan sensibilitas dari daerah
yang dipersarafi oleh nervus medianus, ervus radialis. Dan nervus ulnaris. Adanya
kekurang sensitifan pada pemeriksaan (dapat dengan menkan menggunakan benda
DAFTAR PUSTAKA
Rasjad, Chairuddin, Prof.Ph.D. 2000. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar : Bintang
Lamumpatue.
Japardi, Iskandar. 2004. Neuropati Radialis. Universitas Sumetra Utara: Bagian Bedah, Fakultas
Kedokteran.
American
Society
for
Surgey
of
Hand.
2006.
Cubital
Tunnel
Syndrome.
http://www.assh.org/AM/Template.cfm?
Section=Hand_Conditions&Template=/CustomSource/HandMap.cfm. Accesed on 28th May,
2008.
American Academic of Orthopaedic Surgeons (AAOS) . 2000. Ulnar Nerve Entrapment.
http://www.hss.edu/index.htm.
Accesed
0n
Michael
1996-2008.
Cubital
Bermant,
MD.
28th
Tunnel
May
Syndrome
2008.
.
SKENARIO
Seorang wanita pekerja, 38 tahun, datang ke Poliklinik Saraf dengan keluhan
nyeri dan kelemahan pada ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan, dialami sejak 3
bulan yang lalu, dirasakan makin lama makin berat. Keluhan ini disertai dengan
rasa kram pada jari-jari tersebut terutama pada malam hari, tidak ada riwayat
trauma dan infeksi.
Key word
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Kram
Trauma (medis)
Infeksi
Saraf
Pertanyaan
1) Jelaskan topografi innervasi ekstremitas atas!
2) Jelaskan mekanisme nyeri pada kelemahan ibu jari dan jari telunjuk tangan
kanan!
3) Bagaimana mekanisme pada kram dan mengapa terjadi pada malam hari?
4) Apa defferensial diagnosis dari kasus tersebut? (penyebab, hubungan penyakit
5)
6)
7)
8)
9)
Jawaban
1. Innervasi nervus yang berkaitan dengan skenario
Nervus Medianus
a.
lateralis ] dari fasciculus lateralis dan radix inferior [ radix medialis ] dari fasciculus
medialis, berada di sebelah lateral arteria axillaris. Dibentuk oleh serabut-serabut
saraf yang berpusat pada medulla spinalis segmental C 5 Thoracal 1.
Sepanjang
profundus
dan
m.pronator
quadratus.
Cabang
ini
berakhir
pada
dengan
nervus
cutaneus
antebrachii
lateralis.
Pada
daerah
Nervus Radialis
Nervus radialis adalah cabang terbesar dari pleksus brakhialis. Mulai pada tepi
bawah muskulus pektorialis minor sbg lanjutan dari trunkus posterior pleksus
brakhialis.
Berasal
dari
radiks
spinalis
servikalis
sampai
VIII.
Sesudah
meninggalkan aksila, saraf ini melilit pada lekukan spiral (musculospiral groove)
pada humerus dan menempel erat pada tulang bersama cabang profunda dari
arteri brakhialis. Setelah mencapai septum intermuskularis lateralis sedikit dibawah
insersio muskulus deltoideus, pada tempat ini dengan landasan tulang humerus,
saraf ini dapat diraba. Pada fossa antekubiti, pada bagian depan bawah lengan atas
setinggi kondilus lateralis humerus, saraf ini membagi diri dalam 2 cabang terminal
yaitu:
a. cabang motoris profundus (nervus interosseus posterior)
b. cabang kutaneus superfisialis
Percabangan ini biasanya terletak pada bagian proksimal lengan bawah,
tetapi dapat bervariasi dalam jarak 4 sampai 4,5 cm dibawah epikondilus lateralis.
N. interosseus posterior menembus muskulus supinator untuk mencapai sisi
posterior lengan bawah dan memberi persarafan motorik
Cabang kutaneus mencapai superfisial kira-kira 10 cm diatas pergelangan
tangan. Turun sepanjang sisi lateral lengan bawah dan berakhir dengan memberi
persarafan sensorik kekulit dorsum tangan, ibu jari, telunjuk danjari tengah (Dyck
1975, Dejong 1979, Chusid 1988). Nervus radialis pada lengan atas, memberi
persarafan motorik untuk:
a.
b. m. ekstensor digitorum; ekstensor ruas jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan
kelingking
c. m.ekstensor digiti minime; ekstensor ruas kelingking dan tangan
d. m.ekstensor karpi ulnaris; ekstensor ulnar tangan
e. m.abduktor pollicis longus; abduktor ibu jari dan ekstensor radial tangan
f. m.ekstensor pollicis brevis dan longus; ekstensor ibu jari dan ekstensor radial
tangan
g. m.ekstensor indicis; ekstensor telujnuk dan tangan
Fungsi utama dari nervus radialis ini adalah untuk ekstensi sensi siku,
pergelangan tangan dan jari (Dyck 1987, Chusid 1988).Cabang sensorik nervus
radialis biasanya mempersarafi sisi posterior lengan atas, lengan bawah, tangan
dan jari jari kecuali kelingking dan sisi ulnar jari manis, tetapi karena ada
anstomosis dan persarafan yang tumpang tindih, maka distribusi sensoriknys ini
sulit ditentukan. Jika ada terdapat maksimal pada daerah dorsum ibu jari dan
telunjuk (Dejong 1979, Gilroy 1992, Dyck 1987).
2. Mekanisme Nyeri Dan Kelemahan Ibu Jari Dan Telunjuk Yang Terjadi
akan
ditransmisikan
menuju
neuron
susunan
saraf
pusat
yang
berhubungan dengan nyeri. Tahap pertama transmisi adalah konduksi impuls dari
neuron aferen primer ke konus dorsalis medula spinalis, pada konu dorsalis ini
neuron aferen primer bersinap dengan neuron susunan saraf pusat. Dari sini
jaringan neuron tersebut akan naik ke atas di medula spinalis menuju batang otak
dan talamus. Selanjutnya terjadi hubungan timbal balik antara talamus dengan
pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang mengurusi respons persepsi dan afektif
yang berhubungan dengan nyeri. Tetapi rangsangan nosiseptiptif tidak selalu
menimbulkan persepsi nyeri dan sebaliknya persepsi nyeri bisa terjadi tanpa
stimulasi
nosiseptifptif.
Terdapat
proses
medulasi
sinyal
yang
mampu
mempengaruhi proses nyeri tersebut, tempat modulasi sinyal yang paling diketahui
adalah pada kornu dorsalis medula spinalis. Proses terakhir adalah persepsi, dimana
pesan nyeri di relai menuju ke otak dan menghasilkan pengalaman yang tidak
menyenangkan.
CNS akan halhal yang berpotensial membahayakan. Sangat banyak dalam tubuh
manusia, serabut-serabut afferentnya terdiri dari:
A delta fibres, yaitu serabut saraf dengan selaput myelin yang tipis.
C fibres, serabut saraf tanpa myelin.
Nociceptor sangat peka tehadap rangsang kimia (chemical stimuli). Pada
tubuh kita terdapat algesic chemical substance seperti: Bradykinine, potassium
ion, sorotonin, prostaglandin dan lain-lain. Subtansi P, suatu neuropeptide yang
dilepas dan ujung-ujung saraf tepi nosiseptif tipe C, mengakibatkan peningkatan
mikrosirkulasi
local,
ekstravasasi
plasma.
Phenomena
ini
disebut
sebagai
transversum
yang
mengakibatkan
menurunnya
kecepatan
konduksi
Noxious jaringan nocireceptor potensial aksi -> neuron sistem saraf pusat
yang berhubungan dengan nyeri konduksi impuls dari neuron aferen primer ke
korna dorsalis medulla spinalis neuron aferen bersinapssis dengan sistem saraf
pusat -> dari jaringan, neuron naik ke medulla spinalis menuju batang otak dan
thalamus -> hubungan timbal balik neuron di otak modulasi sinyal
persepsi pesan nyeri di otak rasa tidak enak.
3. Mekanisme Kram
Kram merupakan kontraksi otot yang memendek atau kontraksi sekumpulan
otot yang terjadi secara mendadak dan singkat, yang biasanya menimbulkan nyeri.
Terjadinya hiperaktivits matorneuron aksi potensial, otot meningkat, spasma otot,
penuruna ATP, penimbunan ion Ca, mencegah relaksasi.
Nyeri
1. terlalu banyak pergerakan. Inflamasi, udem mengakibatkan penekana pada
N.medianus, penyempiatan ligamentum carpalis transversum.
2. terlalu
banyak
pergerakan
memicu
pembebasan
tendon,
mengaklibatkan
4. Diferensial Diagnosis
Berdasarkan kata kunci yang terdapat dalam skenario, maka diambil beberapa
diferensial diagnosis yaitu :
Definisi
Sindrome ini merupakan neuropati tekanan terhadap nervus medianus di
dalam terowongan carpal pada pergelangan tangan tepatnya di bawah fleksor
retinaculum. Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan
di mana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui
oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk
dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk
oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament)
yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut . Setiap
perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada
struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus .
Etiologi
Karena adanya jebakan pada N.Medianus atau adanya trauma. Pada sebagian
kasus, etiologinya tidak diketahui, misalnya pada penderita dengan usia lanjut.
Terjadi karena penekanan saraf sensorik di terowongan pergelangan tangan
(karpal). Saraf nervus medianus atau saraf tengah masuk telapak. tangan antara
tendon fleksor dan retinakulum fleksor. Rongga kecil ini adalah kanalis karpal
(carpal tunnel. Penyempitan oleh lemak atau cairan di sekelilingnya menekan saraf
nervus medianus. Muncullah kesemutan. Bisa terjadi akibat komplikasi kehamilan,
obesitas, rematik.
Epidemiologi
STK adalah entrapment neuropathy yang paling sering dijumpai 1.5-11.
Nervus medianus mengalami tekanan pada saat berjalan melalui terowongan karpal
di pergelangan tangan menuju ke tangan. Penyakit ini biasanya timbul pada usia
pertengahan. Wanita lebih banyak menderita penyakit ini daripada pria. Umumnya
pada keadaan awal bersifat unilateral tetapi kemudian bisa juga bilateral. Biasanya
lebih berat pada tangan yang dominan. Pada beberapa keadaan tertentu, misalnya
pada kehamilan, prevalensinya sedikit bertambah.
Patogenesis
Ada beberapa hipotesa mengenai patogenese dari STK. Sebagian besar
penulis berpendapat bahwa faktor mekanik clan vaskular memegang peranan
penting dalam terjadinya STK. Umumnya STK terjadi secara kronis di mana terjadi
penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus
medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian
tekanan intrafsikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti
yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang
akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran
protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana
keluhan nyeri dan sembab yang timbul terutama pada malam/pagi hari akan
berkurang
Setelah tangan yang terlibat digerak-gerakkan atau diurut (mungkin akibat
terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah). Apabila kondisi ini terus
berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lamakelamaan
safar
menjadi
atrofi
dan
digantikan
oleh
jaringan
ikat
yang
lagi
berlanjutnya
oleh
peninggian
gangguan
aliran
tekanan
darah.
intrafasikuler
Selanjutnya
yang
terjadi
menyebabkan
vasodilatasi
yang
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Penyakit
kolagen
vaskular
artritis
reumatoid,
polimialgia
reumatika,
Degeneratif: osteoartritis.
9.
Gejala
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja .Gangguan
motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa
parestesia kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik
(tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari walaupun kadang-kadang dirasakan
mengenai seluruh jari-jari. Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam
hari. Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada
malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini
umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakkan
tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri
juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila
penyakit berlanjut, rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan
yang semakin sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang rasa nyeri dapat
terasa sampai ke lengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas
di daerah distal pergelangan tangan. Dapat pula dijumpai pembengkakan dan
kekakuan pada jari-jari, tangan dan pergelangan tangan terutama di pagi hari.
Gejala ini akan berkurang setelah penderita mulai mempergunakan tangannya.
Hipesetesia dapat dijumpai pada daerah yang impuls sensoriknya diinervasi oleh
nervus medianus.
A. Pronator Teres Sindrome
Defenisi
Sindroma Pronator teres merupakan suatu sindroma jepitan saraf medianus
yang terjadi pada cabang nervus medianus sewaktu melewati kepala pronator teres
di daerah sendi siku.
Gambaran Klinis
b.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisis
Pengobatan
1.
Konservatif
Pemakaian bidai
2. Operatif
Tindakan Operatif yang dilakkan berupa dekompresi atau pembebasan sarf diantara
dua kepala dari pronator teres disertai dengan neurolisis pada nervus menianus.
Semua pendarahan kecil harus diligasi agar tidak terjadi fibrosis dikemudian hari.
Pada saat ini dengan kemajuan pebedahan tindakan operasi dapat dilakukan
dengan atroskpi untuk membebaskan semua jepitan.
(5,8)
Terjadi karena saraf radial yang masuk ke terowongan di antara otot lengan
bawah tertekan otot. Umumnya disebabkan kontraksi lengan bawah yang terlalu
kuat, misalnya untuk mengayun sesuatu. Para petenis sering mengalami hal ini.
Gejalanya, rasa nyeri di punggung lengan bawah persis di bawah siku.
Kadang nyeri terasa juga di pergelangan tangan. Gejala kesemutan atau baal
biasanya nyaris tidak ada. Jari-jari kemungkinan besar tidak bisa dibuka. Dokter
biasanya menyarankan menghentikan aktivitas tangan.
Radial Tunnel Syndrome terjadi ketika nervus radialis terjebak pada saat
melalui tunnel (terowongan) di dekat siku. Gejala dari sindrom tunnel radialis sangat
mirip dengan gejala pada tennis elbow (lateral epicondilitis). Dan sangat minim tes
bantuan yang dapat mendiagnosis pasti untuk sindrom tunnel radialis.
Nervus
radialis
mulai
berjalan
pada
samping
leher,
dimana
saraf
meninggalkan tulang belakang. Saraf pusat keluar melalui saluran kecil diantara
vertebra. Saluran itu disebut neural foramina. Saraf tersebut kemudian bercabang
menjadi 3 yang akan mengalir menuju tangan. Salah satu saraf tersebut adalah
nervus radialis. Saraf melalui bagian belakang dari lengan bawah.
Etiologi
Rasa nyeri disebabkan oleh penekanan pada nervus radialis. Terdapat
beberapa tempat sepanjang persaran n.radialis yang dapat mengakibatkan nyeri
pada saraf. Jika tunnel berukuran sangat kecil, itu dapat mengakibatkan terjebaknya
saraf dan enimbulkan nyeri.
Gejala Klinis
Mirip dengan gejala pada tennis elbow. Pada tennis elbow nyeri disebabkan
oleh sindrom tunnel radial yang bermula di dekat lateral epikondilus.
Diagnosis
Kadang sulit untuk mendiagnosis sindrom tunnel radial. Banyak kasus yang mirip
dengan tennis elbow. Tes tidak selalu membantu membedakan antara dua keadaan
tersebut. Dokter harus melakukan anamnesis dan menanyakan riwayat kesehatan
yang menyangkut perasaan nyeri, aktivitas, dan sakit pada bagian siku. Kemudian
dilakukan pemeriksaan fisis untuk mencari pusat nyeri. Nyeri yang timbul terkadng
disertai dengan suhu yang hangat dan menjalar. Pusat nyeri dapat menjelaskan
apakah penderita mengalami sindrom tunnel radial atau tennis elbow.
Gambaran klinis dan penyebabnya
Gejala : kramp-kramp, nyeri, baal,
parestesia (kesemutan) pada
permukaan flexor jari-jari.
Kramp-kramp pd ibu jari, telunjuk, jari tengah, lat.jari manis, kelingking
jarang terlibat
Nyeri : tumpul, intermittent pd jari-jari yang sama, kdg-kdg menyebar ke
proximal (siku, bahu) mirip nyeri akibat HNP/PDI.
Nyeri dibangkitkan oleh pekerjaan kasar yg banyak menggunakan otot flexor
tangan (mencuci pakaian, mengepel, mencabut rumput, menyapu).
Nyeri terutama malam hari, membangunkan tidur
Nyeri berkurang dengan mengibas-ngibaskan tangan.
2.
khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan
dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa STK adalah :
a.
jari-jarinya.
Bila
keluhan
berkurang
atau
menghilang
akan
menyokong diagnosa STK. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai
pada penyakit Raynaud.
b.
penulis
berpendapat
bahwa
tes
ini
sangat
sensitif
untuk
c.
d.
Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa hila timbul parestesia atau nyeri
pada daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
Kecepatan Hantar Saraf(KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada
yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency)
memanjang,
menunjukkan
adanya
gangguan
pada
konduksi
safar
di
pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten
motorik.
3. Pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat
apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto palos leher berguna
untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan MRI
dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi.
5. Pemeriksaan laboratorium.
Bila etiologi STK belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa
adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
seperti kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.
Terapi
Selain ditujukan langsung terhadap STK, terapi juga harus diberikan terhadap
keadaan atau penyakit lain yang mendasari terjadinya STK. Oleh karena itu
sebaiknya terapi STK dibagi atas 2 kelompok, yaitu :
Terapi langsung terhadap STK
a. Terapi konservatif.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
b. Terapi operatif.
Tindakan operasi pacta STK disebut neurolisis nervus medianus pada
pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pacta kasus yang tidak mengalami
perbaikan dengan terapi konservatif atau hila terjadi gangguan sensorik yang berat
atau adanya atrofi otot-otot thenar. Pada STK bilateral biasanya operasi pertama
dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan
operasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan
hila terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi
relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang persisten.
Biasanya tindakan operasi STK dilakukan secara terbuka dengan anestesi
lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara endoskopik.
Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini dengan
jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan
ini lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada safar Beberapa
penyebab STK seperti adanya massa atau anomali maupun tenosinovitis pacta
terowongan karpal lebih baik dioperasi secara terbuka
2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari STK.
Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya STK harus ditanggulangi,
sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan STK kembali. Pada keadaan di
mana STK terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan penyesuaian
ataupun pencegahan.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya STK atau
mencegah kekambuhannya antara lain:
Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral
Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh
tangan
dan
jari-jari
untuk
menggenggam
sebuah
benda,
jangan
hanya
carpal
pada
pergelangan
tangan
tepatnya
di
bawah
fleksor
a. Gangguan Sensorik :
- Ada parestesia
- Jari terasa terkena aliran listrik
- Kramp-kramp pd ibu jari, telunjuk, jari tengah, lat.jari manis, kelingking jarang
terlibat
b. Gangguan Motorik :
- Penderita mengeluh pada jari-jari
- Kelemahan pada tangan
safar
menjadi
atrofi
dan
digantikan
oleh
jaringan
ikat
yang
lagi
berlanjutnya
oleh
peninggian
gangguan
aliran
tekanan
darah.
intrafasikuler
Selanjutnya
yang
terjadi
menyebabkan
vasodilatasi
yang
c. Gejala menetap :
- Suntik infiltrasi korticosteroid + anastetik, 3-5 kali interval 1 mg + NSAID
d. Operasi
a. Non-farmako
:
- Istirahat
- Hipoterapi
b. Farmako :
- Suntikan infiltrasi korticosteroid, NSAID, suplementasi vitamin B6 dan B2.
c. Operasi
Pencegahannya berupa :
1.
2.
Jangan menempatkan keyboard pada posisi yang lebih atas atau lebih dibawah
4.
5.
Kesimpulan
Nervus medianus, ketika melaui terowongan carpal (Carpal Tunnel)
dipergelangan
tangan.
Manifestasi
dari
sindroma
ini
adalah
nyeri
&
tunnel
syndrome
antara
lain
permasalahan
kapasitas
fisik
berupa
Referensi
Sylvia A.price.patofisiologi konsep klinis penyakit .edisi 6
Priguna Sidharta, DR. Neurologi klinik dasar
Atlas sobotta ekstremitas atas.
Mahar mardjono, DR. Neurologi klinik dasar
Ganong, W.F., 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22, Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Ramelan . dr. Penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi carpal Tunnel syndrom
dengan modalitas ultrasound dan Terapi latihan. Surabaya.
KASUS
Skenario 3:
Seorang laki-laki berumur 39 tahun dengan keluhan nyeri pada bokong yang
menjalar ke bagian posterolateral paha, tungkai bawah, dan tumit. Hal ini dirasakan
sejak lima hari yang lalu setelah penderita mengangkat barang berat di kantor.
Nyeri ini bertambah berat bila penderita duduk dan berkurang bila penderita berdiri
atau berjalan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunan sensoris pada sisi
lateral tungkai bawah dan kaki serta tiga jari lateral kaki kanan. Reflex Achilles juga
menurun.
A.
B.
Kata Kunci
1.
Laki-laki 39 tahun
2.
Nyeri pada bokong yang menjalar
3.
Nyeri sejak 5 hari lalu
4.
Setelah mengangkat barang berat
5.
Bertambah berat saat duduk
6.
Berkurang saat duduk atau berjalan
7.
Penurunan sensoris
8.
Reflex Achilles menurun
Kata Sulit
Reflex Achilles
Reflex Achilles adalah fleksi telapak kaki yang disebabkan oleh kontraksi otot
Pertanyaan
1. Jelaskan anatomi os.vertebralis!
2. Jelaskan topografi innervasi extremitas inferior!
3.Bagaimana hubungan antara aktivitas penderita (mengangkat barang berat)
dengan timbulnya gejala-gejala pada skenario?
4.Bagaimana mekanisme nyeri akibat sindrom jebakan pada kasus tersebut?
5. Mengapa terjadi nyeri pada bokong dan menjalar ke bagian posterolateral
paha, tungkai bawah, dan tumit!
6. Mengapa nyeri bertambah berat saat duduk dan berkurang saat berdiri atau
berjalan?
7. Mengapa terjadi penurunan sensoris pada sisi lateral tungkai bawah dan kaki
serta 3 jari lateral kaki kanan?
8. Mengapa reflex Achilles menurun!
9. Apa differential diagnosis pada kasus tersebut!
10. Apa jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan!
11. Bagaimana penatalaksanannya!
D.
1.
Jawaban
Anatomi os.vertebralis, yaitu
Kolumna vertebalis terdiri dari serangkaian sendi di antara korpus vertebra
sakroiliaka. Ligamentum longitudinale dan diskus intervertebra menyatukan korpuskorpus vertebra yang berdekatan. Ligamentum longitudinal anterior, suatu jaringan
ikat berbentuk pita yang lebar dan lebar, berjalan secara longitudinal di depan
korpus vertebra dan diskus intervertebra serta berfusi dengan periosteum dan
anulus fibrosus. Di dalam kanalis vertebralis di aspek posterior korpus vertebrae
dan diskus intervertebra terletak ligamentum longitudinale posterior.
Di antara dua korpus vertebrae yang berdekatan, dari vertebra servikalis II
(C2) sampai ke vertebra sakralis terdapat diskus intervertebra. Diskus ini
membentuk suatu sendi fibrokartilaginosa yang tangguh di antara korpus vertebra.
Diskus antarvertebrae terdiri dari dua bagian utama, yaitu nukleus pulposus
di
bagian tengah dan anulus fibrosus yang mengelilinginya. Diskus dipisahkan dari
tulang di atas dan di bawah oleh dua lempeng tulang rawan hialin yang tipis.
Nukleus pulposus adalah bagian sentral semigelatinosa diskus, struktur ini
mengandung berkas-berkas serat kolagenosa, sel jaringan ikat, dan sel tulang
rawan. Bahan ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock absorber) antara korpus
vertebrae yang berdekatan dan juga berperan penting dalam pertukaran cairan
antara diskus dan kapiler.
Anulus fibrosus terdiri dari cincin-cincin fibrosa konsentrik yang mengelilingi
nukleus pulposus. Fungsi anulus fibrosus adlah agar dapat terjadi gerakan antara
korpus-korpus vertebra (karena struktur serat seperti spiral), menahan nukleus
pulposus, dan sebagai peredam kejut. Dengan demikian, anulus fibrosus berfungsi
serupa dengan simpai di sekitar tong air atau sebagai suatu pegas kumparan,
menarik korpus vertebra agar menyatu melawan resistensi elastik nukleus pulposus
sedangkan nukleus pulposus berfungsi sebagai bantalan peluru antara dua korpus
vertebra.
Diskus
intervertebra
membentuk
sekitar
seperempat
dari
panjang
keseluruhan kolumna vertebralis. Diskus paling tipis terdapat di regio torakal dan
yang paling tebal terdapat di regio lumbalis. Seiring dengan bertambahnya usia,
kandungan air diskus berkurang dan diskus menjadi lebih tipis.
2.
ramus anterior nervus spinalis thoracalis XII, plexus lumbalis dan plexus sacralis.
a.
Ramus anterior nervus spinalis thoracalis XII
Saraf-saraf pada regio glutea berasal dari ramus anterior nervus spinalis
thoracalis XII. Kulit regio glutea dipersarafi oleh ramus cutaneus nervus intercostalis
XII, ramus cutaneus lateralis nervus iliohypogastrici, nervi clunium superiores, nervi
clunium medii, nervi clunium inferiores mediales, dan nervi clunium inferiores
laterales.
b.
Plexus lumbalis
Plexus lumbalis dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis L1-L4, seringkali
juga turut dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis thoracalis XII. Plexus ini
berada pada dinding dorsal cavum abdominis, ditutupi oleh m.psoas major. Dari
plexus ini dipercabangkan: n.iliohypogastricus, n.ilioinguinalis, n.genitofemoralis,
n.cutaneus
femoris
lateralis,
n.obturatorius,
dan
n.femoralis.
Percabangan-
seluruh otot pada crus dan pedis, serta seluruh persendian pada extremitas inferior.
Nervus ischidicus berasal dari medulla spinalis L4-S3 berjalan melalui foramen
infrapiriormis, berada di sebelah lateral n.cutaneus femoris posterior, berjalan
descendens di sebelah dorsal m.rotator triceps, di sebelah dorsal m.quadratus
femoris, di sebelah ventral m.gluteus maximus, di sebelah dorsal m.adductor
magnus, di sebelah ventral caput longum m.biceps femoris, selanjutnya berada di
antara m.biceps femoris dan m.semimembranosus, masuk ke dalam fossa poplitea,
lalu saraf ini bercabang dua menjadi n.tibialis dan n.peronaeus communis. Rami
musculares dipercabangkan untuk mempersarafi m.biceps femoris caput longum,
m.semitendinosus,
m.semimembranosus,
dan
m.adductor
magnus.
Rami
Mekanisme nyeri akibat sindrom jebakan pada kasus tersebut, yaitu: Nyeri
jarang
sekali
pada
daerah
torakal.
Nukleus
terdiri
dari
megamolekul
proteoglikan yang dapat menyerap air sampai sekitar 250% dari beratnya. Sampai
dekade ke tiga, gel dari nukleus pulposus hanya mengandung 90% air, dan akan
menyusut terus sampai dekade ke empat menjadi kira-kira 65%. Nutrisi dari anulus
fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air dan molekul-molekul kecil yang
melintasi tepian vertebra. Hanya bagian luar dari anulus yang menerima suplai
darah dari ruang epidural. Pada trauma yang berulang menyebabkan robekan
serat-serat anulus baik secara melingkar maupun radial. Beberapa robekan anular
dapat menyebabkan pemisahan lempengan,
nutrisi dan hidrasi nukleus. Perpaduan robekan secara melingkar dan radial
menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari anulus lingkaran ke ruang
epidural dan menyebabkan iritasi ataupun kompresi akar saraf.
5.
Nyeri terjadi pada bokong dan menjalar ke bagian posterolateral paha, tungkai
bawah, dan tumit karena pada kasus ini terjadi penekanan n.ischiadicus akibat
herniasi nukleus pulposus di mana saraf ini mempersarafi regio cruralis dan pedis
serta otot-otot bagian di bagian dorsal regio femoris, seluruh otot pada crus dan
pedis, serta seluruh persendian pada extremitas inferior.
6.
Nyeri bertambah berat saat duduk dan berkurang saat berdiri atau berjalan
menunjukkan adanya suatu herniasi diskus. Nyeri bertambah berat saat duduk
karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi di atas suatu diskus
protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan
meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer
effect). Selain itu, terjadi penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu
kompresi pada saraf spinal.
7.
Penurunan sensoris terjadi pada sisi lateral tungkai bawah dan kaki serta 3 jari
lateral kaki kanan. Gangguan sensorik yang terjadi sesuai dengan dermatoma
persarafan sensorik yang terkena. Pada kasus ini
8.
motor neuron (LMN). Reflex Achilles menurun karena otot-otot yang membentuk
tendo
Achilles
yakni
m.triceps
surae
(m.gastrocnemius
caput
mediale,
akibat robeknya anulus fibrosus yang disebabkan oleh trauma berulang pada
diskus
intervertebralis.
Prosesnya
dimulai
dari
mengeringnya
nukleus
menebal, sehingga harus menopang beban yang lebih berat dan mengalami
degenerasi. Diskus yang mengalami dehidrasi ini lama-kelamaan akan
menipis dan menjadi rapuh. Pada umumnya herniasi dari nukleus pulposus,
atau ke luarnya "bubur" ini terjadi akibat cedera fleksi, walaupun sebagian
penderita tidak menyadari adanya trauma sebelumnya dan tidak mengetahui
faktor pencetusnya.
b.
Spondilolisis
Spondilolisis adalah suatu defek berupa jaringan fibrosa yang terjadi
pada lamina atau arkus neuralis vertebra. Penyebabnya tidak diketahui.
Diketahui terdapat faktor herediter. Tetapi, diduga diakibatkan oleh fraktur
stres atau merupakan suatu fraktur akibat cedera. Spondilolisis sering terjadi
pada vertebra lumbal bawah 85% pada vertebra Lumbal 5 dan 15% pada
vertebra Lumbal 4. Spondilolisis terjadi pada bagian terlemah dari arkus
neuralis yaitu pada ismus yang sempit (pars interartikularis) antara prosesus
artikularis superior dan inferior. Insidens meningkat dengan bertambahnya
usia. Banyak ditemukan pada masa pertumbuhan dan ditemukan pada 10%
orang dewasa. Nyeri timbul bila terjadi regangan pada jaringan fibrosa akibat
trauma atau strain kronik, biasanya asimptomatik. Pada pemeriksaan
ditemukan Spasme otot ringan, gangguan pergerakan tulang belakang, dan
tidak ditemukan kelainan motorik atau sensorik. Pengobatan yang dapat
dilakukan, yaitu istirahat, mengurangi aktivitas, pada nyeri kronik dapat
digunakan brace lumbosakral, bila sudut > 40 pada anak, dipasang brace,
bila sudut > 60 pada orang dewasa, dilakukan koreksi dengan operasi dan
dilakukan fusi.
c.
Spondilolistesis
Spondilolistesis
adalah
spondilolisis
bilateral.
Terapi
pada
spondilolistesis, yaitu terapi konservatif seperti bedrest, fisioterapi, obatobatan (NSAID dan pelemas otot), dan latihan tulang belakang serta terapi
operatif yakni fusi tulang belakang bila pergeseran lebih dari 50%.
d.
Meralgia Paresthetica
Meralgia paresthetica adalah suatu kondisi yang ditandai oleh
perasaan baal, nyeri, dan terbakar pada bagian luar paha. Penyebab meralgia
paresthetica adalah penekanan dari nervus cutaneus femoralis lateral yang
mensuplai sensasi pada permukaan kulit kaki bagian atas.
Pemeriksaan radiologi
1) Foto Polos
2)
Foto dengan kontras, yaitu:
a)
Mielografi
b)
Radikulografi
c)
Diskografi
3)
MRI
4)
Scanning dengan radioisotop
b.
Pemeriksaan laboratorium
1)
Pemeriksaan urin
2)
Pemeriksaan darah:
a)
Laju endap darah
b)
Hitung jenis
11. Penatalaksanannya, yaitu:
a.
Konservatif
1) Fase Akut, yaitu bedrest, tidur memakai alas keras, injeksi epidural
dengan prokain 0,5% , memakai jaket plaster, dan traksi.
2)
Fase subakut dan khronik, yaitu fisioterapi, latihan tulang belakang
korset dan penyangga, dan traksi lumbal intermiten.
b.
Operatif
Penatalaksanaan dengan operasi dilakukan apabila terapi konservatif tidak
berhasil atau telah terjadi:
1)
Kelainan pada kauda ekuina
2)
Analgesia pelana pada bokong dan perineum
3)
Kelemahan otot progresif
4)
Skiatika dengan gejala neurologik menetap lebih dari 6 minggu
5)
Lesi dengan kelainan bawaan atau spondilolistesis hebat
E.
nyeri extremitas.
Mengetahui penatalaksanaan penyakit-penyakit yang menyebabkan nyeri
extremitas.
F. Informasi Baru
1. Beberapa manifestasi klinis kompres radiks, yaitu:
a.
Kompres radiks L5
b. Prolapsed intervertebral disc, yaitu nukleus berpindah tetapi masih tetap dalam
lingkaran anulus fibrosus.
c.
Ekstruded intervertebral disc, yaitu nukleus keluar dari anulus fibrosus dan
berada di bawah ligamen longitudinalis posterior.
d.
menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan
nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini
dengan mengangkat tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi (stright leg
rising). Modifikasi-modifikasi tanda laseque yang lain semua dianggap positif bila
menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara laseque yang menimbulkan nyeri pada
tungkai kontra lateral merupakan tanda kemungkinan herniasi diskus.
Tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri
makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga
dengan tanda laseque kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang
terbaik untuk suatu HNP, yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara
operatif terbukti menderita HNP dan pada hernia yang besar dan lengkap tanda ini
malahan positif pada 96,8% pasien.
Adanya tanda Laseque lebih menandakan adanya lesi pada L4-5 atau L5-S1
daripada herniasi lain yang lebih tinggi (L1-4), dimana tes ini hanya positif pada
73,3% penderita. Harus diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia
dan tidak begitu sering dijumpai pada penderita yang tua dibandingkan dengan
yang muda (<30 tahun). Karena tanda Laseque tidak patognomonis untuk suatu
HNP, maka bila tidak dijumpai pada seseorang yang umurnya kurang dari 30 tahun
dengan sangat mungkin akan menyingkirkan diagnosis HNP.
a.
b.
4. Tergantung triger sehingga dapat menyebabkan daya mekanik yang berat pada
diskus seperti mengangkat beban berat dengan posisi yang tidak benar, menarik
beban yang berat maka hernia nukleus pulposus dapat terjadi ke berbagai arah:
1. Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior, hal ini tidak mengakibatkanya
munculnya gejala yang berat kecuali nyeri.
2. Bila menonjolnya nukleus ke arah dorsal medial maka dapat menimbulkan
penekanan medulla spinalis dengan akibatnya gangguan fungsi motorik
maupun sensorik pada ektremitas, begitu pula gangguan miksi dan defekasi
yang bersifat UMN.
3. Bila menonjolnya ke arah lateral atau dorsal lateral, maka hal ini dapat
menyebabkan tertekannya radiks saraf tepi yang keluar dari sana dan
menyebabkan gejala neuralgia radikuler.
4. Kadangkala protrusi nukleus terjadi ke atas atau ke bawah masuk ke dalam
korpus vertebral dan disebut dengan nodus Schmorl.
G. Analisis Informasi
Pada kasus, Seorang laki-laki berumur 39 tahun dengan keluhan nyeri pada
bokong yang menjalar ke bagian posterolateral paha, tungkai bawah, dan tumit. Hal
ini dirasakan sejak lima hari yang lalu setelah penderita mengangkat barang berat
di kantor. Nyeri ini bertambah berat bila penderita duduk dan berkurang bila
penderita berdiri atau berjalan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunan
sensoris pada sisi lateral tungkai bawah dan kaki serta tiga jari lateral kaki kanan.
Reflex Achilles juga menurun. Berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh
penderita dalam pasien, maka dapat dianalisis sebagai berikut:
39
Gejal
a
Setelah
Nyeri
mengan
bokong
th
gkat
menjalar
barang
posterolat
berat
eral extr.
Nyeri
Sensori
Reflex
sisi
Achilles
s
duduk,
berdiri
lateral
ext
bawah,
DD
bawah
kaki,3
jari
jalan
lateral
Herniasi
Nukleus
Spondilolisis
Spondilolistesis
Pulposus
Meralgia
Paresthetica
Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, maka dapat ditetapkan bahwa
Differensial Diagnosis utama adalah Herniasi Nukleus Pulposus (HNP). Herniasi
Nukleus Pulposus memiliki manifestasi klinis yang sesuai dengan skenario, yaitu
nyeri pada bokong yang menjalar ke bagian posterolateral paha, tungkai bawah,
dan tumit. Nyeri bertambah berat bila duduk dan berkurang bila berdiri atau
berjalan. Terdapat penurunan sensoris pada sisi lateral tungkai bawah dan kaki
serta tiga jari lateral kaki. Reflex Achilles juga menurun. Namun, dalam penetapan
diagnosis tetap harus dilakukan pemeriksaan penunjang karena manifestasi klinis
yang diberikan skenario sangatlah umum. Untuk mengetahui apakah pasien
tersebut menderita Herniasi Nukleus Pulposus atau tidak, dapat dilakukan
pemeriksaan radiologi.
Pada pasien ini faktor yang menjadi resiko dari penyebab terjadinya low back
pain karena hernia nukleus pulposus adalah faktor pemakaian yang terlalu banyak,
karena sejalan dengan usia yang sudah berumur pertengahan. Selain hal ini
penderita juga sering mengangkat beban berat yang akan memberikan trauma
berulang secara berkepanjangan pada struktur tulang belakang.
Penderita didiagnosis sebagai Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) Lumbal 5 Sakral 1 (L5-S1) yang menekan radiks saraf S1 dengan manifestasi iskialgia
unilateral didasarkan atas gejala pada scenario, yaitu penurunan sensoris pada sisi
lateral tungkai bawah dan kaki serta tiga jari lateral kaki, reflex Achilles menurun,
memberat terutama bila berjalan, dan berkurang bila berdiri atau berjalan. Disertai
nyeri radikuler sepanjang nervus iskiadikus dextra (nyeri pada bokong yang
menjalar ke bagian posterolateral paha, tungkai bawah, dan tumit) sejak lima hari
sebelum masuk rumah sakit (MRS).
Gejala yang dirasakan oleh penderita bersifat unilateral menunjukkan bahwa
herniasi nucleus pulposus ke arah posterolateral. Herniasi diskus antara L5 dan S1
lebih mempengaruhi akar saraf S1 daripada L5 karena akar saraf di daerah lumbal
miring ke bawah sewaktu keluar melalui foramen saraf.
Pada kasus ini, kemungkinan besar terjadi kompresi saraf sacral 1 (S1)
dibandingkan kompresi saraf lumbal 5 (L5). Kompresi saraf S1 menyebabkan
penurunan sensoris pada bagian lateral tungkai bawah sampai ke jari lateral dan
terdapat penurunan reflex Achilles. Hal ini sesuai dengan gejala yang dialami oleh
penderita yakni penurunan sensoris pada sisi lateral tungkai bawah dan kaki serta
tiga jari lateral kaki dan refleks Achilles menurun. Sedangkan kompresi saraf L5
menyebabkan penurunan sensoris pada bagian lateral tungkai bawah sampai ke
jari medial (ibu jari) serta tidak terdapat penurunan reflex Achilles tetapi penurunan
reflex patella dan tarsal.
Spondilitis dan spondilolistesis tidak dapat dijadikan sebagai diagnosis utama
karena pada spondilitis dan spondilolistesis tidak terdapat penurunan sensoris dan
motorik. Hal tersebut tidak sesuai dengan gejala yang ditunjukkan oleh penderita
dalam scenario. Selain itu, spondilitis dan spondilolistesis lebih banyak terjadi pada
masa pertumbuhan. Jadi, kemungkinannya sangat kecil.