Anda di halaman 1dari 15

SKENARIO 3

Laki – laki umur 36 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri utama
pada daerah siku kanan menjalar ke lengan bawah yang dirasakan sejak 9
bulan lalu. Keadaan ini dirasakan semakin bertambah berat terutama bila
penderita memflexikan sikunya. Ada riwayat fraktur supracondylar pada
waktu umur 5 tahun. Pada siku kanan terlihat valgus deformitas, gangguan
sensoris pada ujung jari kelingking. Atrophy otot pada web space I.

Kata Sulit
1. Fraktur supracondylar : Pemecahan, khususnya tulang / pemecahan atau rupture
pada bagian supracondylar (terletak di atas condylus)
2. Valgus : Angulasi secara imajiner yang tidak ada hubungannya dengan
lingkaran imajiner dimana penderita ditempatkan
3. Deformitas : Kelainan bentuk secara anatomi, dimana struktur tulang kita
berubah dari bentuk yang seharusnya
4. Gangguan sensoris : Gangguan terhadap keadaan individu terhadap kesadaran
atau kejernihan mentalnya
5. Atrophy : Pengurusan, pengecilan ukuran suatu sel, jaringan, organ atau bagian
tubuh
6. Web space I :
Web : Jaringan atau membrane
Space : daerah yang di batasi / rongga

Kata / Kalimat Kunci


1. Laki – laki umur (36 tahun)
2. Nyeri siku kanan, menjalar sampai kebawah (sejak 9 bulan lalu)
3. Nyeri bertambah bila memfleksikan siku
4. Riwayat fraktur supracondylar usia (5 tahun
5. Valgus deformitas (siku kanan)
6. Gangguan sensoris pada ujung jari kelingking
7. Atrophy otot Web Space
Pertanyaan
1. Jelaskan struktur Anatomi pada extremitas superior!
2. Jelaskan Mekanisme nyeri extremitas yang berkaitan dengan skenario?
3. Jelaskan penyebab terjadinya sindrom jebakan!
4. Sebutkan penyakit-penyakit apa saja yang bisa menyebabkan rasa nyeri pada
extremitas superior?
5. Bagaimana hubungan riwayat fraktur dengan kasus dari skenario?
6. Jelaskan langkah-langkah diagnosis dari skenario tersebut!
7. Bagaimana Diagnosis Sementara (DS) dari skenario?
8. Bagaimana Diagnosis Banding dari skenario?
9. Jelaskan etiologi dan epidemologi Diagnosis Sementara (DS)!
10. Jelaskan patomekanisme diagnosis sementara!
11. Bagaimana penatalaksaan dari skenario tersebut?
12. Jelaskan komplikasi dan prognosis dari skenario tersebut!

Jawaban
1. STRUKTUR ANATOMI PADA EXTREMITAS SUPERIOR
a. N. AXILLARIS
 Bersandar pada collum chirurgicum humeri
 Terdiri dari r. superficialis dan r. profundus
 Difossa axillaris, lewat fissura axillaris lateralis (bersama a.
circumflexa humeri posterior)
 r. superfiicialis ke m. teres minor dan m. deltoideus
 r. profundus beri cabang N.CUT.BRACHII LATERALIS, untuk kulit
regio deltoideus
b. N. MUSCULOCUTANEUS
 Dari fossa axillaris, tembus m.coracobrachialis
 Ke antara m.biceps brachii dengan m.brachialis
 Innervasi motoris untuk m.coracobrahialis, m.brachialis & m.biceps
brachii
 Tembus fascia brachii di lateral m.biceps brachii, sebagai
n.cut.antebrachii , ke lateral sisi antebrachium untuk kulit sisi lateral.
regio antebrachium

c. N. ULNARIS
 Tinggalkan fossa axillaris ke sisi medial brachium (ikut a.brachialis)
 Di caudal brachium didorsal epicondylus med.humeri di dalam sulcus
n.ulnaris (dapat di palpasi) ke antebrachium
 Tidak ada cabang dan innervasi pada brachium
 Diprofunda m.flexor carpi ulnaris
 Innervasi motoris m.flexor carpi ulnaris & m.flexor digitorum prof
 Pertengahan antebrahium, 2 cabang cutaneus sbg : r.palmaris &
r.dorsalis
d. N. RADIALIS
 Dari fossa axillaris ke sulcus spiralis (sulcus n.radialis) pada brachium
bersama A.profunda brachii
 Ke antebrachium, diprofunda m.brachioradialis
 Pada brachium beri cab. ke:
o m.triceps brachii
o m.brachioradialis
o m.anconeus
o m.ext.carpi radialis longus et brevis
o N.CUT.BRACHII POST
o N.CUT.ANTEBRACHII POST
o ramus articularis (untuk art.cubiti)
 Pada antebrachium, di ventral epicondylus lateral humeri bercabang .
ramus superficialis & ramus profundus

e. N. MEDIANUS
 Dari fossa axillaris ke brachium di medial a.brachialis sampai pada
fossa cubiti
 Tidak ada cabang innervasi n.medianus pada brachium
 Tembus ,m.pronator teres diprofunda m.flexor dig.sublimis
(superficialis)
 Pada pergelangan tangan, berada dalam canalis carpi bersama tendo
otot-otot flexoren

Cabang Nervus Medianus


 RR.MUSCULARES, untuk semua otot superf.ventral antebrachium
(kec.m.fl.carpi ulnaris dan m.fl. digitorum profundus sisi medial)
 N.INTEROSSEUS ANTERIOR, untuk semua otot profunda ventral
antebrachium
 RAMUS CUTANEUS PALMARIS, cabang dipergelangan tangan,
untuk innervasi kulit regio thenar
 Berakhir membentuk 3 nn.digitalis palmaris (volaris) communis,
setelah keluar dari canalis carpi nn.digitalis palmaris (volaris) propria
Sumber:
 Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 5th ed. Singapore : Saunders;2006.
 Tim Anatomi UNHAS.2014.Buku Ajar Biomedik 1.Makassar: FK UNHAS.

2. MEKANISME NYERI EXTREMITAS


Mekanisme nyeri dimulai dari stimulus nocereceptor oleh stimulus noxious
pada jaringan, yang kemudian akan mengakibatkan stimulasi nocereceptor di
mana di sini stimulus noxious tersebut akan diubah menjadi potensial aksi.
Proses ini disebut transduksi atau aktivasi reseptor. Selanjutnya potensial aksi
tersebut akan ditransmisikan menuju neuron susunan saraf pusat yang
berhubungan dengan nyeri. Tahap pertama transmisi adalah konduksi impuls
dari neuron aferen primer ke kornu dorsalis medulla spinalis, pada kornu
dorsalis ini neuron aferen primer bersinap dengan neuron susunan saraf pusat.
Dari sini jaringan neuron tersebut akan naik ke atas medulla spinalis menuju
batang otak dan thalamus selanjutnya terjadi hubungan timbal balik antara
thalamus dan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang mengurusi respon
persepsi dan afektif yang berhubungan dengan nyeri. Terdapat proses modulasi
sinyal yang mampu mempengaruhi proses nyeri tersebut tempat modulasi sinyal
yang paling diketahui adalah pada kornu dorsalis medulla spinalis. Setelah itu,
timbullah persepsi di mana pesan nyeri menuju ke otak dan menghasilkan
pengalaman yang tidak menyenangkan.
Stimulasi mosiceptor ini merupakan akibat dari pembebasan berbagai
mediator biokimiawi selama proses inflamasi terjadi.
Selain nyeri karena inflamasi, nyeri pada sendi dapat pula disebabkan karena
adanya osteofit, bakteri, dan adanya fibrilasi tulang rawan.
Sebenarnya nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh. Nyeri menjadi
sinyal bahwa terdapat kerusakan pada tubuh. Misalnya bertopang dagu dengan
tangan kiri dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan aliran darah ke
kulit tangan kiri berkurang sehingga terjadi kerusakan jaringan setempat
(iskemia) dan timbul rasa nyeri akibat penekanan dagu. Maka kita akan berganti
tangan kanan atau berganti posisi. Seandainya kita tidak merasakan nyeri maka
kerusakan jaringan akan bertambah luas dan dapat berakibat kematian jaringan.
(sumber: Sherwood, Lauralee.2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta :
EGC)

3. PENYEBAB TERJADINYA SINDROMA JEBAKAN


Sindroma jebakan (entrapment syndrome) adalah kondisi di mana saraf
melewati ruang terbatas ditekan dan menimbulkan gejala penekanan saraf tepi.
Pada sebagian kasus etiologinya tidak diketahui, terutama pada penderita lanjut
usia Pada kasus yang lain etiologi dapat berupa :
a. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,
misalnya HMSN ( hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
b. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom, Sprain pergelangan tangan.
Trauma langsung terhadap pergelangan tangan.
c. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
yang berulang-ulang.
d. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.
e. Metabolik: amiloidosis, gout.
f. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus,
hipotiroidi, kehamilan.
g. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.
h. Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika,
skleroderma, lupus eritematosus sistemik.
i. Degeneratif: osteoartritis.
j. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis,
hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.
Ada beberapa hipotesa mengenai patogenesa dari sindrom jebakan.
Sebagian besar penulis beranggapan lokasi nervus terkompresi secara mekanis
dalam terowongan fibrosa atau fibrosa osseous, seperti pada Sindrom Carpal
Tunnel dan Ulnaris Neuropati di terowongan cubiti. Kasus lain disebabkan
nervus cedera karena kompresi kronik langsung. Dalam kasus lain angulasi atau
peregangan paksa dapat menyebabkan kerusakan mekanis saraf, seperti
Neurogenik Thorax Sindrom.
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan
motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya
beruparasa nyeri, mati rasa, geli, paresthia dan kelemahan otot.
(sumber: John, D.E. Entrapment Neuropathies. Montana USA : Department Of
Neurosciences Deaconess Billings Clinic)

4. PENYAKIT-PENYAKIT APA SAJA YANG BISA MENYEBABKAN


RASA NYERI PADA EXTREMITAS SUPERIOR
a. Carpal tunnel syndrom
b. Syndrom canalis radialis
c. Syndrom tunnel cubiti
d. Pronator tunnel sindrom

(Sumber: Suarjana, I Nyoman. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Interna Publishing)

5. HUBUNGAN RIWAYAT FRAKTUR


Fraktur suprcondylar yang dialami pasien pada masa anak – anak merupakan
fraktur supracondylar humer (transkondiler) yang berdasarkan pergeseran
fragmen distal. Dikenal dua tipe, yakni tipe posterior (tipe ekstensi yang
merupakan 99% dari seluruh jenis fraktur supracondilar humeri dengan fragmen
distal bergeser ke arah posterior). Bila pada pasien mengalami fraktur tipe
ekstensi, maka kemungkinan akan valgus deformitas yang muncul dalam
skenario setelah dewasa akan muncul, dengan demikian, akan mampu menekan
perjalanan dari nervus yang berada di sekitar daerah tersebut.
(Sumber: Suarjana, I Nyoman. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Interna Publishing)

6. LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSIS
a. Anamnesis
1) Riwayat penyakit sekarang :
 dibagian mana nyerinya
 Sejak kapan merasakan nyeri
 Rasanya seperti apa
 Faktor apa yang memperingan keluhan
 Faktor apa yang memperberat keluhan
2) Riwayat penyakit dahulu
3) Riwayat penyakit keluarga
4) Riwayat sosial dan ekonomi (kebiasaan)

b. Pemeriksaan Fisik
1) Atrophy ringan pada aminensia thenar sebelumnya didahului oleh
fasikulasi
2) Tinnel’s Sing (-)
Melakukan ketukan pada pertengahan ligamnetum carpi transversum
utuk tes jebakan n. Medianus. Melakukan penekanan pada sulcus yaitu
dibagian posterior epicondylus medialis humeri (sulcus n. Ulnaris) dan
pada Guyon’ Canal untuk mengetes jebakan pada n. Ulnaris.
Tes ini mendukung diagnosis bila timbul parestensia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
3) Phalent’ Test (+)
Melakukan hiperfleksi pada pergelangan tangan dengan
mempertemukan kedua punggung tangan (dorsum manus)
4) Gangguan sensibilitas.
Pasien diminta untuk menutup mata kemudian memeriksa sensibilitas
pada daerah-daerah yang dilewati nervus ulnaris.
5) Kecepatan hantar saraf tepi terhambat

c. Pemeriksaan Penunjang
1) Electrophysiological test
2) Nerve conduction test

(Sumber: Tim Pengajar Muskuloskeletal UNHAS. 2015. Pelatihan Keterampilan


Teknik Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Makassar: FK UNHAS)

7. DIAGNOSIS SEMENTARA
Cubital Tunnel Syndrome
Cubital Tunnel Syndrome Atau disebut juga dengan Jepitan saraf ulnaris
pada bagian Siku. Cubital tunnel syndrome adalah kondisi yang menyebabkan
saraf ulnaris yang berada di siku terjepit. Nervus ulnaris masuk ke dalam
kompartemen ekstensor dari lengan atau melalui septum intermuskularis ulnaris
pada insersi muskulus deltoideus. Selanjutnya saraf ini berada di belakang
epikondilus medialis humerus dan mencapai kompartemen fleksor pada lengan
bawah dan berjalan di antara olekranon dan kaput epikondilus dari fleksor karpi
ulnaris.
Jepitan pada sendi diku ini juga disebut neuritis ulnar, pada daerah ini
biasanya disebabkan oleh adanya tekaan di bagian belakang epikondilus
lateralis.
Pada anak-anak biasanya disebabkan oleh karena valgus pada sendi siku
serta fraktur kondilus lateralis humeri dan pada orang dewasa karena oleh
karena adanay penyempitan atau traksi yang berulang-ulang. Penyempitan dapat
terjadi oleh adanya osteoartritis atau osteofit pada cekungan nervus ulnaris.
Pada kedua keadaan ini, saraf mengalami fibrosis dan apabila tidak dilakukan
tindakan sesegera mungkin maka kelainan akan bersifat secara reversible.
Gambaran klinis : gambaran klinis yang biasa ditemukan yaitu
penderita mengeluh adanya rasa tebal dan nyeri di sekitar distribusi nervus
ulnaris atau adanya gangguan gerakan halus pada perjarian misalnya pada
pemain musik. Pada pemeriksaan ditemukan hlangnya persarafan sensoris
nervus ulnaris pada sebagian jari kelingking dan sebagian metakarpal serta
terdapat artrofi dan kelemahan otot-otot yang dipersarafi nervus ulnaris dan
keadaan kulit yang dilewati oleh nerevus ulnaris menjadi kering. Pemeriksaan
tambahan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan elektrodiagnostik.
Pengobatan : tindakan operatif biasanya merupakan jalan terbaik
dengan pembesaran atau transposisi nervus ulnaris pada tempat jepitan di
pergelangan tangan. Setelah melewati pergelangan tangan, nervus ulnaris
berjalan secara superfisial melewati ligamentum karpal transversa berjalan ke
lateral os pisifrom dan masuk kedalam kanalis.
(Sumber: Marko M. Pecina, Andrew D. Markiewitz, Jelena Krmpotic-Nemanic.
Penerbit : CRC PRESS)
8. DIAGNOSIS DIFERENSIAL (DD)

Kriteria CTS Cub.TS


Laki-laki 36 tahun + +
Nyeri menjalar ke lengan bawah - +
Dirasa sejak 9 bulan + +
Riwayat fraktur supracondylar - +
Valgus deformitas - +
Gangguan sensoris kelingking - +
Atrophy web space 1 + +

Pada kasus, nyeri terjadi pada daerah siku kanan menjalar ke bagian
bawah. Dari riwayat penyakit diketahui bahwa penderita pernah mengalami
fraktur supracondylar. Hal inilah yang kemungkinannya menimbulkan nyeri.
Maka dengan penekanan nervus yang terlihat dengan gejala pada pasien,
didapatkan diagnosis banding sebagai berikut

Carpal Tunnel Syndrome


Carpal Tunnel Syndrome atau disebut juga CTS/Sindrom terowongan
Karpal. Sindrom ini terjadi pada pergelangan tangan. Penyebab yang pasti
umumnya tidak diketahui. Pada beberapa kasus kelainan ini ditemukan bersama
dengan fraktur pergelangan tangan, osteoarthritis, penyakit Paget Tulang,
mieloma, akromegali, hipertiroidisme, penderita diabetes, alkoholisme.
Gambaran klinis : kelainan ini terutama ditemukan pada wanita
berumur 40 – 60 tahun, bersifat bilateral sebesar 20 – 30% dan biasanya
berlangsung 6 – 12 bulan. Ditemukan rasa tebal, perih, dan tertusuk pada
jari terutama pada bagian ujung ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Gejala
bertambah hebat pada malam hari, pada saat bangun, pada waktu
mengangkat tangan atau setelah mengerjakan sesuatu seperti menjahit,
mengetik. Gejala dapat bertambah berat pada masa kehamilan. Bila
kelainan sudah berlangsung lama, maka terdapat atrofi muskulus abduktor
pollicis brevis pada bagian penonjolan thenar disertai gangguan sensibilitas.
Diagnosis : sebanyak setengah dari penderita memiliki gejala klinis
yang ringan. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinik
semata-mata, selain itu diagnosis dapat ditegkkan dengan elektro diagnosis
dengan pemeriksaan konduksi saraf.
Pengobatan :
1. Konservatif :
1. Pemberian obat-obatan seperti vitamin B12 untuk jangka waktu yang
panjang
2. Pemakaian bidai pada lengan bawah
3. Injeksi lokal hidrokortison
2. Operatif : Tindakan operatif yang dapat dilakukan berupa dekompresi dan
pemotongan retinaculum fleksor pada pergelangan tangan disertai dengan
neurolis eksterna/interna pada nervus medianus. Semua perdarahan kecil
harus diligasi agar tidak terjadi fibrosis di kemudian hari. Pada saat ini
dengan kemajuan teknologi pembedahan, tindakan operasi dapat dilakukan
denga artroskopi untuk membebaskan semua jepitan.
(Sumber: Marko M. Pecina, Andrew D. Markiewitz, Jelena Krmpotic-Nemanic.
Penerbit : CRC PRESS)

9. ETIOLOGI DAN EPIDEMOLOGI DIAGNOSIS SEMENTARA (Cubital


Tunnel Syndrome)
a. Etiologi
Pada anak – anak biasanya disebabkan oleh karena valgus pada sendi siku
karena fraktur kondilus lateralis pada orang dewasa kerana adanya
penyempitan / fraksi yang berulang – ulang. Penyempitan dapat terjadi oleh
adanya osteo. Artrihtis atau osteosit pada cekungan n.ulnaris. pada kedua
tekanan ini saraf mengalami fibrosis
Dan apabila tidak dilakukan tindakan sesegera mungkin maka kelainan
akan bersifat secara revesible
b. Epidemiologi
 Siku paling sering mengalami karena terjadi penekanan pada n.ulnaris
 Cubital tunnel syndrom merupakan penyakit neuropati terbanyak kedua
didunia
 Cubital tunnel syndrom menyerang lebih banyak laki – laki daripada
perempuan karena laki – laki banyak aktivitasnya.
(Sumber: Marko M. Pecina, Andrew D. Markiewitz, Jelena Krmpotic-Nemanic.
Penerbit : CRC PRESS)

10. PATOMEKANISME DIAGNOSIS SEMENTARA (Cubital Tunnel


Syndrome)
Cubital tunnel syndrome atau disebut juga dengan jepitan saraf ulnaris
pada bagian siku. Cubital tunnel syndrome adalah kondisi yang menyebabkan
saraf ulnaris yang berada di siku terjepit. Nervus ulnaris masuk kedalam
kompartemen ekstensor dari lengan atau melalui septum intermuskularis ulnaris
pada insersi muskulus deltoideus.
Selanjutnya saraf ini berada di belakang epikondilus medialis humerus
dan mencapai kompartemen fleksor pada lengan bawah dan berjalan diantara
olekranon dan kaput epikondilus dari fleksor karpi ulnaris. Jepitan pada sendi
siku ini juga di sebut neuritis ulnar, pada daerah ini biasanya disebabkan oleh
adanya tekanan dibagian belakang epikondilus lateralis.
(Sumber: Marko M. Pecina, Andrew D. Markiewitz, Jelena Krmpotic-Nemanic.
Penerbit : CRC PRESS)

11. PENATALAKSAAN
a. Konservatif
1) Obat anti inflamasi non steroid (NSAID)
2) Vit.B6 100 mg/hari, masih kontroversi
3) Membatasi aktivitas pasa siku, bila perlu mengunakan elbow pada
selama aktivitas untuk melindungi tekanan pada saraf.
b. Bedah ( tindakan operasi)
1) Ulnar,nervus transpusition: membentuk terowongan paru pada otot
flexor
2) Dekompresi ulnar: dengan memotong salah satu pada cubital tunnel
untuk membuka terowongan dan mengurangi tekanan pada nervus
3) Medial epicondeltomi: dapat membantu n.ulnaris didalam dan diluar
cubital tunnel
Sumber:
 Sukandar, Elin Yulinah, et al. 2013. ISO Farmakoterapi, Buku 1. Jakarta: PT ISFI
Penerbitan.
 Apley, A. Graham, Louis Solomon. 2013. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem
Apley edisi VII. Jakarta: WidyaMedika.

12. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS


a. Komplikasi
Sindrom cubital berat atau kronis bisa menyebabkan otot menyusut
(atrophy). Kecenderungan menjadi kelumpuhan ulnar secara lambat,
bertahun-tahun setelah cedera yang menyebabkan pasien menyadari
kelemahan pada tangannya, dengan mati rasa dan perasaan geli pada jari-
jari sisi ulnar. Deformitas itu sendiri tidak membutuhkan pengobatan, tetapi
untuk kelumpuhan ulnar tadi saraf harus ditransposisikan ke depan siku.
b. Prognosis
Pada kasus Cubital Tunnel Sindrom ringan, dengan terapi konservatif
umumnya prognosis baik. Bila keadaan tidak membaik dengan terapi
konservatif maka tindakan operasi harus dilakukan . Secara umum
prognosis operasi juga baik, tetapi karena operasi hanya dilakukan pada
penderita yang sudah lama menderita Cubital Tunnel Sindrom
penyembuhan post operatifnya bertahap.

(sumber: Apley, A. Graham, Louis Solomon. 2013. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem
Apley edisi VII. Jakarta: WidyaMedika).
DAFTAR PUSTAKA

Apley, A. Graham, Louis Solomon. 2013. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley
edisi VII. Jakarta: WidyaMedika

John, D.E. Entrapment Neuropathies. Montana USA : Department Of Neurosciences


Deaconess Billings Clinic

Marko M. Pecina, Andrew D. Markiewitz, Jelena Krmpotic-Nemanic. Penerbit : CRC


PRESS

Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 5th ed. Singapore : Saunders;2006

Suarjana, I Nyoman. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing

Sherwood, Lauralee.2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC

Sukandar, Elin Yulinah, et al. 2013. ISO Farmakoterapi, Buku 1. Jakarta: PT ISFI
Penerbitan.

Tim Anatomi UNHAS.2014.Buku Ajar Biomedik 1.Makassar: FK UNHAS.

Tim Pengajar Muskuloskeletal UNHAS. 2015. Pelatihan Keterampilan Teknik Anamnesis


dan Pemeriksaan Fisik. Makassar: FK UNHAS

Anda mungkin juga menyukai