Anda di halaman 1dari 7

Nama : Vivi Aggraini

NIM : 04011281823103
Kelas : Alpha 2018

Learning Issue Histologi Tendon Achilles


Makroskopis Tendon Achilles

Gambar 1.1: Letak Tendon Achilles

Tendo Achilles adalah jaringan ikat berwarna putih berbentuk tali atau pita yang
merupakan ujung otot gastrocnemius melekat pada tulang calcaneus pada regio pes.
(Sobotta). Tendon tersebut berfungsi untuk melekatkan otot Gastrocnemius dengan otot
soleus ke salah satu tulang penyusun pergelangan kaki, yaitu Calcaneus. Tendon achilles
berasal gabungan dari tiga otot yaitu gastronemius, soleus, dan otot plantaris kaki. Tendon
achilles adalah tendon yang tertebal dan terkuat pada tubuh manusia yang panjangnya 15 cm,
dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian stukturnya mengumpul dan melekat pada
bagian tengah belakang tulang calcaneus. Tendon bertindak sebagai transduser dari gaya yang
dihasilkan oleh kontraksi ototterhadap tulang. yang dimulai dari pertengahan tungkai bawah.
(Buku Teks Histologi)
Fungsi tendon diantaranya adalah membawa kekuatan tarik tendon dari otot ke
tulang- tulang, membawa pasukan kompresi ketika membungkus tulang seperti katrol,
menekuk dan meregangkan semua sendi dan otot untuk menahan tulang. Tanpa tendon, otot-
otot hanya akan menjadi sekumpulan besar di satu bidang dan tidak akan bisa bergerak,
karena tendon yang menghubungkan otot dengan tulang.

Mikroskopis Tendon Achilles

Tendon adalah pita jaringan fibrosa yang fleksibel terletak di bagian belakang
pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis dengan tulang tumit. Tendon adalah
struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang. Otot rangka dalam tubuh
bertanggung jawab untuk menggerakkan tulang, sehingga memungkinkan untuk berjalan,
melompat, angkat, dan bergerak dalam banyak cara. Ketika otot kontraksi, hal itu menarik
pada tulang menyebabkan gerakan ini. Struktur yang memancarkan kekuatan kontraksi otot
ke tulang disebut tendon. (Buku Teks Histologi)
Tendon bertindak sebagai transduser dari gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot
terhadap tulang. Kolagen merupakan 70% dari berat kering tendo. Sekitar 95% dari kolagen
tendo adalah kolagen tipe-I, dengan jumlah elastin yang sangat kecil. Elastin dapat menjalani
tekanan sebesar 200% sebelum rusak. Jika elastin ada pada tendon dalam proporsi yang
besar, maka akan ada penurunan dalam besarnya gaya yang ditransmisikan ke tulang.
Fibril kolagen terikat ke fesikula, mengandung pembuluh darah dan pembuluh
limfatik serta saraf. Fasikula-fasikula tergabung bersama, dikelilingi oleh epitenon, dan
membentuk struktur kasar dari tendon, yang kemudian tertutup oleh paratenon, terpisah dari
epitenon oleh lapisan tipis cairan untuk memungkinkan pergerakan tendon dengan
mengurangi gesekan.

Gambar 1.2: Struktur Tendon


Meskipun tendon Achilles normal hampir seluruhnya terdiri dari kolagen tipe-I,
tendon Achilles yang putus juga berisi proporsi besar dari kolagen tipe-III. Fibroblast dari
tendon Achilles yang putus menghasilkan baik kolagen tipe-I dan tipe-III pada kultur.
Kolagen tipe- III kurang tahan terhadap kekuatan tarikan dan arena itu dapat mempengaruhi
putusnya tendon secara spontan. Tendon Achilles normal menunjukkan pengaturan selular
yang terorganisir dengan baik, sangat berbeda dengan tendon yang putus. Tenosit, yang
merupakan fibroblast khusus, muncul pada potongan longitudinal. Pengaturan yang baik ini
disebabkan oleh sekresi kolagen secara sentrifugal yang seragam disekitar kolom tenosit,
yang menghasilkan baik komponen fibriler dan nonfibriler dari matriks eksraseluler dan juga
dapat menyerap kembali serat-serat kolagen. (Buku Teks Histologi)
Tendo Achilles hampir seluruhnya terdiri dari kolagen tipe 1, tendo Achilles yang
putus juga berisi proporsi besar dari kolagen tipe 3. Fibroblast menghasilkan kolagen.
Kolagen 3 kurang tahan terhadap kekuatan tarikan. Karena itu dapat mempengaruhi putusnya
tendon secara spontan.
 Kolagen tipe 1: sering ditemukan pada jaringan ikat dewasa, tulang, gigi, dan sementum
 Kolagen tipe 3: di temukan pada awal perkembangan beberapa jenis jaringan ikat, saat
dewasa terdapat pada jaringan retikuler.
Gambar 1.3: Histologi Tendon Achilles
Struktur terbesar dalam skema di atas adalah tendon atau Ligamentum atau tendon
kemudian dipecah menjadi entitas yang lebih kecil disebut fasciles (lembaran).Lembaran
berisi fibril dasar ligamentum atau tendon, dan fibroblas, yang merupakan sel-sel biologis
yang menghasilkan ligamen atau tendon.Ada karakterisitik struktural pada tingkat ini yang
memainkan peran penting dalam mekanisme ligamen atau tendon, yaitu crimp dari fibril.
Crimp merupakan struktur bergelombang dari fibril, dan ia akan memberikan kontribusi
signifikan terhadap hubungan stress regangan nonlinear untuk ligamen dan tendon.

Tendon
1. Tendon mengandung kolagen tipe I
2. Tendon mengandung matriks proteoglycan
3. Tendon mengandung fibroblast yang tersusun secara parallel

Fungsi dasar
1. Tendon membawa kekuatan tarik dari otot ke tulang
2. Tendon membawa kekuatan tekan ketika membungkus tulang seperti katrol

Struktur
1. Kolagen (70% dari berat kering tendon)
2. Glycine (±33%)
3. Proline (±15%)
4. Hydroxyproline (±15%)

Blood Supply
1. Pembuluh darah di perimysium (meliputi tendon)
2. Pada periosteol insertion
3. Jaringan sekitarnya

1. Kolagen
Kolagen merupakan suatu famili protein yang mengalami seleksi selama evolusi
untuk melaksanakan beberapa fungsi (khususnya fungsi struktural). Berbagai serat, lembaran,
dan jaringan yang terbuat dari kolagen semuanya sangat kuat dan tahan terhadap geseran
normal serta kekuatan merobek. Kolagen merupakan elemen kunci dari semua jaringan ikat,
serta membran basal epitel dan lamina eksternal dari otot dan sel saraf.
Serabut kolagen tipe I adalah struktur tipis panjang dengan diameter yang berkisar
dari 20 sampai 90 nm dan panjangnya dapat mencapai beberapa mikrometer. Subunit kolagen
seperti batang berdekatan dari serabut yang terhubung oleh 67 nm, dengan celah kecil (regio
lakunar) antara ujung mereka. Struktur ini menghasilkan karakteristik dari kolagen tipe I
terlihat oleh mikroskop elektron: striasi melintang dengan periodisitas biasa. Pada kolagen
tipe I serat-seratnya bergabung membentuk berkas besar, serat kolagen yang sangat kuat
dibundel dengan menghubungkan kolagen dan proteoglikan.
Jika terdapat dalam jumlah besar (misalnya di tendo atau regio sklera mata), kolagen
terlihat putih. Orientasi subunit di kolagen yang sangat teratur tersebut membuat kolagen
bersifat birefringen dengan mikroskop polarisasi.
Pembaruan dan pergantian kolagen pada jaringan ikat normal umumnya merupakan
proses yang sangat lambat. Pada beberapa organ, seperti tendo dan ligamen, kolagen bersifat
sangat stabil, sedangkan di organ lain, seperti ligamen periodontal, laju pergantian kolagen
sangat tinggi.(Junquiera’s Basic Histology Text and Atlas ED. 14)

2. Proteoglikan
Proteoglikan terdiri atas inti protein tempat perlekatan kovalen berbagai GAG sulfasi
yang baru disebutkan. Seperti glikoprotein, proteoglikan disintesis pada RER, menjadi matur
di Golgi dan disekresi dari sel melalui eksositosis. Tidak seperti glikoprotein, beberapa
proteoglikan, terutama seperti agrekan komponen kartilago utama, mengandung massa yang
lebih besar dari rantai polisakarida dari polipeptida. Perbedaan struktural utama antara
proteoglikan dan glikoprotein tampak pada. Proteoglikan dapat dibedakan karena
keanekaragamannya, yang dihasilkan sebagian oleh enzimatik diferensiasi di kompleks
Golgi. Sebuah regio dari ECM tertentu dapat mengandung beberapa jenis inti protein yang
berbeda, dan masing-masing memiliki berbagai glikosaminoglikan dengan panjang dan
komposisi yang berbeda-beda. Sebuah proteoglikan kecil, dekorin, memiliki beberapa sisi
rantai GAG dan mengikat serabut kolagen tipe I. Proteoglikan permukaan sel seperti sindecan
memiliki inti transmembran.( Junquiera’s Basic Histology Text and Atlas ED. 14)

3. Fibroblas
Fibroblas merupakan sel yang paling banyak terdapat di jaringan ikat dan bertugas
menyintesis komponen matriks ekstrasel. Fibroblas menyintesis kebanyakan komponen
jaringan ikat ECM, termasuk protein, seperti kolagen dan elastin, yang membentuk serat
kolagen, retikular, dan elastin, serta glikosaminoglikan, proteoglikan, dan glikoprotein
substansi dasar. Seperti dijelaskan kemudian, sebagian besar komponen ECM disekresikan
mengalami modifikasi lebih jauh di luar sel sebelum perakitan sebagai matriks.( Junquiera’s
Basic Histology Text and Atlas ED. 14)

Tendo dan ligmen adalah contoh yang paling umum untuk jaringan ikat padat kolagen
regular, struktur silindris panjang ini melekatkan komponen sistem muskuloskeleton. Karena
banyaknya kolagen, tendon tampak berwarna putih dan tidak dapat diregangkan. Jaringan
ikat terdiri atas himpitan berkas-berkas kolagen yang sejajar, dan dipisahkan oleh sedikit
substansi dasar antarsel. Fibrositnya mengandung inti panjang yang sejajar terhadap serat dan
sedikit lipatan sitoplasma yang meliputi bagian berkas kolagen. Sitoplasma fibrosit ini jarang
terlihat dengan pilasan H&E tidak hanya karena jumlahnya yang sedikit, tetapi juga karena
terpulas dengan warna yang sama seperti seratnya. Sejumlah ligamen, seperti ligamenta flava
kolumnar vertebrae, juga mengandung sejumlah besar berkas serat elastin yang sejajar.
Berkas kolagen tendon memiliki ukuran yang bervariasi dan diselubungi oleh jaringan ikat
longgar yang mengandung pembuluh darah dan seraf. Namun, secara keseluruhan tendon
kurang mendapati pendarahan dan perbaikan tendon yang rusak berjalan sangat lambat. Pada
tendo tertentu, selubung ini terdiri atas dua lapisan, dan keduanya dilapisi sel-sel sinovial
gepeng yang berasal dari mesenkim, mengandung cairan kental (mirip dengan cairan sendi
sinovial) yang terdiri atas air, protein, hialuronal, dan GAG lainnya.(Junquiera’s Basic
Histology Text and Atlas ED. 14)

Etiologi Ruptur Tendon Achilles


Ruptur tendo achilles dapat terjadi saat dorsofleksi pasif secara tiba tiba saat kontraksi
maksimal pada otot betis. Dalam beberapa kasus putusnya tendo Achilles terjadi pada tendo
yang kurang menerima aliran darah. Biasanya ruptur tendo Achilles lebih sering terjadi pada
laki-laki dibandingkan pada wanita. Faktor-faktor penyebab lainnya adalah :
A.Faktor internal
1. Tendo dapat melemah bergantung pada bertambahnya usia (Relatif pada usia 30-50 tahun)
2. Riwayat ruptur tendon achilles sebelumnya
3. Pengguanaan kortikosteroid dan fluorokuinolon dapat meningkatkan kejadian ruptur.
Flourokuinolon menurunkan transkripsi decorin, penurunan decorin menyebabkan perubahan
pada arsitektur tendon, sifat biomekanik dan menghasilkan peningkatan kerapuhan
4. Flexibilitas otot yang rendah (gastrocnemius nya rapat)
5. Berkurangnya ruang gerak sendi (dorsofleksi yang terbatas)

B.Faktor eksternal
1. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton, tenis,
basket dan sepak bola ataupun olahraga berat lainnya
2. Perubahan/pergantian alas kaki (alas kaki bertumit rendah/ tumit tinggi)
3. Kondisi alas kaki yang buruk (ukuran tumit yang tidak sesuai, pelebaran sisi sepatu,
berkurangnya fleksibilitas kaki)
4. Terlalu banyak tiarap (meningkatnya beban pada kompleks gastrocnemius/soleus untuk
menelentangkan kaki dan jemari kaki dengan bebas)

Penyebab lainnya juga bisa karena penyakit tertentu seperti arthritis dan diabetes,
obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat meningkatkan risiko
pecah, cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga
badminton,tenis, basket dan sepak bola ataupun olahraga berat lainnya, trauma benda tajam
atau tumpul pada bawah betis, dan obesitas.
Faktor risiko yang berhubungan dengan ruptur tendon Achilles diantaranya adalah :
1. Atlet rekreasi (prajurit akhir pekan)
2. Relatif pada usia tua (30-50 thn)
3. Riwayat ruptur tendon achilles sebelumnya
4. Pengguanaan kortikosteroid dan fluorokuinolon. Flourokuinolon menurunkan transkripsi
decorin, penurunan decorinmenyebabkan perubahan pada arsitektur tendon, sifat biomekanik
dan menghasilkanpeningkatan kerapuhan.
5. Perubahan mendadak dalam pelatihan, intensitas, atau tingkat aktivitas
6. Partisipasi dalam aktivitas baru yang berat

Patofisiologis Ruptur Tendon Achilles


Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung
(overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang
berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles
(otot pada kunci paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas
otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak. Dapat
pula karena latar belakang degenerasi tendon. (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi)
Robekan dapat menjadi akut atau kronik, dengan pengulangan trauma minor. Pada
spektrum ringan akhir dapat menjadi peritendonitis.
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat batasan di fibril
kolagen. Stress tensil menyebabkan hilangnya konfigurasi bergelombang ini, hal ini yang
menyebabka pada daerah jari kaki adanya kurva tegangan-regangan. Saat serat kolagen rusak,
tendon merespons secara linear untuk meningkatkan beban tendon. Jika renggangan yang di
tempatkan pada tendon tetap kurang dari 4 persen- yaitu batas beban fisiologi secara umum
serat kembali ke konfigurasi asli mereka pada penghapusan beban. Pada tingkat ketegangan
antara 4-8 persen, serat kolagen mulai meluncur melewati 1 sama lain karena jalinan antar
molekul rusak. Pada tingkat tegangan lebih besar dari 8 persen terjadi rupture secara
makroskopik karena kegagalan tarikan oleh karena kegagalan pergeseran fibriller dan
interfibriller.( Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi)
Daftar Pustaka

Mescher, Anthony L. 1996. Junquiera’s Basic Histology Text and Atlas ED. 14. New York :
Mc.Graw Hill Education

Sudoyo, AW,dkk.2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. edisi IV, Jilid III,FKUI. Jakarta

Tambajong J,Wonodirekso S.1996.Buku Teks Histologi. Jakarta : EGC (Indonesia)

Atlas Anatomy Manusia Sobotta Jilid 2

Anda mungkin juga menyukai