Oleh:
Rizky Ayu Wirdaningsih (K1A1 11 017)
Abdul Rahim (K1A1 12 072)
Musdah Mulya (K1A1 13 087)
Pembimbing:
drg. Mulyati
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas dalam
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen pembimbing kami
yang telah membimbing dalam penulisan makalah ini. Demikian, semoga laporan
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
D. Manfaat 3
FORENSIK
B. Metode Nolla 12
C. Metode Demirjian 13
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang secara geografis rawan bencana alam, seperti tanah
logsor, gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami, dan banjir. Selain faktor alam, bencana
juga disebabkan oleh faktor manusia, misalnya bom Bali adalah contoh bencana yang
disebabkan oleh factor manusia .berbagai kejadian tersebut menyebabkan banyak korban
jiwa.1
Berbagai kejadian yang memakan banyak korban jiwa, membuat kegiatan identifikasi
korban bencana massal (Disaster Victim Identivication) menjadi kegiatan yang penting dan
dilaksanakan hampir pada setiap kejadian yang menimbulkan korban jiwa dalam jumlah
yang banyak. Tujuan utama pemeriksaan identifikasi korban bencana massal adalah untuk
atau mati, berdasarkan ciri-ciri yang khas yang terdapat pada orang tersebut.
visual, pengenalan barang milik pribadi, sidik jari, karakteristik gigi hingga
gigi dengan bentuk yang jelas dengan demikian di dalam rongga mulut
terdapat berbagai variasi keadaan gigi yaitu baik rusak, ditambal, dicabut, gigi
4
Gigi mempunyai peran dibidang kedokteran gigi forensik, yaitu dalam proses
identifikasi individu. Gigi dapat digunakan untuk menentukan identitas seseorang yang
meninggal karena kecelakaan, kejahatan, ataupun karena bencana alam karena gigi
merupakan material biologis yang paling tahan terhadap perubahan lingkungan. Dari semua
jaringan keras pada tubuh manusia, gigi memiliki kelebihan yaitu stabil dan tidak mudah
individu tidak diketahui karena identitas asli tidak ada ataupun adanya indikasi
perubahan fisik yang konstan sehingga setiap tahap dari proses perubahan
skeletal dan gigi. Kematangan skeletal sebagai media prakiraan usia memiliki
tertentu dengan simpangan baku usia yang besar. Sedangkan gigi sebagai
dapat memprakirakan usia pada individu usia pranatal sampai usia dewasa.
B. Rumusan Masalah
5
1. Bagaimana memperkirakan usia dengan gigi geligi?
C. Tujuan
D. Manfaat
2. Sebagai informasi tambahan bagi penulis lain dengan bidang yang relevan
BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA
bunuh diri maupun kejadian lainnya. Gigi dinilai sangat penting, berbeda
halnya dengan jaringan lunak. Jaringan lunak seperti sidik jari dan DNA
gigi.4
sehingga dapat digunakan sebagai indikator prakiraan usia individu dari sejak
gigi sebagai indikator prakiraan usia lebih dikendalikan oleh faktor genetik
dengan tulang atau bagian tubuh lain. Selain itu, gigi merupakan struktur
tubuh yang paling keras dan resisten terhadap pengaruh eksternal, serta
7
menjadi sisa rangka. Gigi dapat menyediakan informasi mengenai identitas
usia, jenis kasus (tunggal atau bencana massal), kondisi gigi dan jaringan
korban yang mengalami pembusukan, identifikasi melalui sidik jari akan sulit
dilakukan maka dapat digantikan dengan pemeriksaan gigi geligi karena gigi
bersifat lebih tahan lama dalam proses pembusukan.8 Gigi digunakan sebagai
media yang bermanfaat dalam identifikasi identitas korban dan prakiraan usia
berikut:
orang yang sama giginya adalah satu per dua triliun. Adanya pola erupsi
20 gigi susu dan 32 gigi tetap serta adanya perlakukan khusus misalnya
8
2. Tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi dikendalikan oleh faktor
dibandingkan dengan tulang atau bagian tubuh lain yang pertumbuhan dan
kerusakan yang tinggi, hal ini terjadi karena struktur gigi mengandung
dekomposisi.6
2 kemungkinan, yaitu :
1. Memperoleh informasi melalui data gigi dan mulut untuk membatasi atau
umur, jenis kelamin, ras, golongan darah, bentuk wajah, dan DNA.
2. Mencari ciri-ciri yang merupakan tanda khusus pada korban tersebut. Ciri-
ciri demikian antara lain misalnya ada gigi yang dibungkus logam, ada
sejumlah gigi yang ompong atau patah, atau lubang pada bagian depan
9
Metode identifikasi identitas dengan sarana gigi salah satunya adalah
korban) dan data antemortem (data gigi sebelumnya yang pernah dibuat
tersebut. Apabila hasil dari perbandingan itu sama, maka hasil identifkasi
tersebut positif yang artinya korban yang diperiksa tersebut sama dengan
antemortem gigi korban merupakan syarat utama yang harus ada. Data
3. Cetakan gigi.
bawah sumpah.
10
Data-data antemortem tersebut bisa didapatkan melalui:
2. Puskesmas.
korban mati dapat dilakukan dengan semua jenis metode karena pada korban
mati dapat dilakukan ekstraksi gigi. Pada korban mati dipilih metode
Pada korban kategori usia anak dan remaja , metode yang paling sesuai adalah
1. Klinis
mulut dan perubahan morfologis pada struktur gigi karena fungsi seperti
11
tentang perkembangan dan usia seseorang, yaitu dengan menggunakan
metode Gustafson.7,8
2. Radiografis
maturitas mahkota dan akar yang berbeda dari kriteria pembentukan gigi.
gigi dari saat sebelum kalsifikasi gigi sampai apeks gigi ditutup. Mulai
erupsi dari gigi ke dalam mulut dan pematangan apeks dapat dinilai.7,9
3. Histologis
Dalam tahap prenatal hingga 6 bulan, gambar dentin dan enamel tidak
4. Biokimia
12
Metode biokimia adalah metode yang berbasis pada rasemisasi asam
amino. Rasemisasi asam amino ini merupakan reaksi perintah awal yang
relatif cepat dalam jaringan hidup pada metabolisme yang lambat. Asam
biokimiawi ini hanya dapat digunakan apabila gigi dapat diekstraksi atau
pada individu yang telah mati. Metode yang digunakan adalah metode
Helfman dan Bada yang fokus pada resemisasi asam amino dan korelasi
signifikan antara usia dan rasio D-aspartat/L aspartat di enamel dan dentin
koronal. Selain itu juga menggunakan metode Ritz dkk yang membuat
individu.7
BAB III
13
METODE ESTIMASI USIA DALAM ODONTOLOGI FORENSIK
Estimasi usia dental pada anak-anak dan remaja didasarkan pada saat
waktu erupsi gigi ke rongga mulut dan kalsifikasi gigi. Metode Schour-
Massler Pada tahun 1941, Schour and Massler meneliti perkembangan gigi
telah memperbarui grafik ini dan menerbitkannya pada tahun 1982, sehingga
pada radiografi dengan standar yang telah dibuat Schour-Massler. Pada grafik
Schour Massler yang di bagi atas tahapan pada gigi desidui, gigi bercampur,
B. Metode Nolla
14
Metode Nolla membagi periode kalsifikasi gigi permanen menjadi 10
foramen apical gigi. Pembentukan crypte hingga penutupan apeks akar gigi
yang dapat dilihat pada foto radiografi disebut tingkat 1, dan selanjutnya
sampai penutupan apeks akar gigi adalah tingkat 10. Masing-masing tahapan
juga diberinilai skor. Dengan foto panoramic cukup menggunakan satu sisi
dengan mengabaikan geraham 3, gigi permanen rahang atas dan rahang bawah
berbeda.1
C. Metode Demirjian
15
Demirjian merekomendasikan bahwa sistem penilaian kematangan
usia dental ini adalah alat ukur yang valid untuk penggunaan secara universal,
perkembangan gigi tidak akan jauh berbeda pada populasi yang berbeda,
sehingga skor kematangan usia dental ini akan sama pada populasi yang
dapat digunakan pada gigi mandibula sebelah kanan, tetapi jika kehilangan
gigi secara bilateral maka metode Demirjian tidak dapat digunakan untuk
estimasi usia kronologis karena skor kematangan usia dental tidak dapat
diketahui.13
Tahapan Keterangan
A Untuk gigi akar tunggal maupun lebih, tahap kalsifikasi gigi dimulai
dari bagian tertinggi dari crypt
B Ujung cusp yang mengalami kalsifikasi menyatu, dan mulai
menunjukkan pola permukaan oklusal
C a. Pembentukan email selesai pada permukaan oklusal. Tampak
perluasan dan pertemuan pada bagian servikal gigi
b. Mulai terlihat deposit dentinal
c. Pola kamar pulpa tampak berbentuk garis pada batas oklusal
D a. Pembentukan mahkota gigi selesai dan terjadi perluasan menuju
cemento-enamel junction
b. Tepi atas kamar pulpa pada gigi yang berakar tunggal menunjukkan
batas yang jelas dan proyeksi tanduk pulpa memberi gambaran seperti
payung serta berbentuk trapezium pada gigi molar
c. Akar gigi mulai terbentuk
E Gigi berakar tunggal
a. Dinding kamar pulpa tampak sebagai garis lurus yang
kontuinitasnya terputus akibat adanya tanduk pulpa
b. Panjang akar gigi kurang dari mahkota gigi
Gigi molar
a. Inisiasi pembentukan bifurkasi akar
b. Panjang akar gigi kurang dari mahkota gigi
F Gigi berakar tunggal
a. Dinding kamar pulpa tampak menyerupai segitiga sama kaki dan
16
ujung akar seperti corong
b. Panjang akar sama atau lebih panjang dari tinggi mahkota
Gigi molar
a. Kalsifikasi pada bifurkasi mengalami perluasan, bentuk akar lebih
nyata dan ujung akar tampak seperti corong
b. Panjang akar sama atau lebih dari tinggi mahkota
G Dinding saluran akar tampak sejajar, namun ujung apikal masih
terbuka
H Ujung apikal sudah tertutup
DAFTAR PUSTAKA
17
1. Apriyono DK, Metode Penentuan Usia Melalui Gigi dalam Proses Identifikasi
3. Tandaju CF, Siwu J, dan Bernart S. 2017. Gambaran pemeriksaan gigi untuk
Jurnal e-GiGi.
Lampung. Majority
8. Herschaft EE, Alder ME, Ord DK, Raymond DR, Smith ES, eds. Manual of
9. Senn DR, Weems RA, eds. Manual of Forensic Odontology. America. CRC
18
10. Ebrahim E, Rao PK, Chatra L, Shenai P, Veena KM, Prabhu RV, et al. Dental
Age Estimation Using Schour and Massler Method in South Indian Children.
11. Goltz RA. A Comparison of Four Methods of Dental Age Estimation and Age
Estimation from the Risser Sign of the Iliac Crest. Thesis. Michigan: Eastern
19