Anda di halaman 1dari 13

TUGAS STASE FORENSIK

KEDOKTERAN GIGI UNSRI

“Metode Penentuan Usia dalam Odontologi Forensik”

Disusun Oleh:

Aisyah Nurmawati
NIM.04074822225012

Dosen Pmbimbing:
drg. Ibnu Adjiedarmo, Sp.KGA
AKBP dr. Mansuri, Sp.KF
IPTU Chairul Anwar, S.H
IPDA dr. Irma Yanti, Sp.S
IPDA Matsuri, S.H, M.H

BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT
BIDDOKKES POLDA SUMSEL FAKULTAS KEDOKTERAN

RS BHAYANGKARA PALEMBANG UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Metode Penentuan Usia (0 Bulan s/d 5 Tahun)

dalam Odontologi Forensik

A. Definisi

Ilmu kedokteran forensik merupakan cabang ilmu yang mempelajari penerapan

ilmu kedokteran dalam penegakan keadilan. Forensik berasal dari Bahasa latin

Forensis yang berarti “dari luar” dan serumpun dengan kata Forum yang berarti

“tempat umum” adalah bidang pengetahuan yang digunakan untuk membantu proses

penerapan ilmu atau sains. Ilmu forensik tidak hanya mempelajari tentang

kedokteran forensik namun ada banyak cabang ilmu forensik salah satunya yaitu

ilmu odontologi forensik.1

Ilmu kedokteran gigi forensik atau yang disebut juga dengan istilah forensic

dentistry dan odontology forensic adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik,

namun telah dianggap sebagai bidang sendiri seiring dengan perkembangan dan

spesifitasnya. Kedokteran gigi forensik adalah metode untuk menentukan identitas

seseorang dengan tahapan proses yang meliputi pengumpulan, pemeriksaan, dan

pemaparan dari benda bukti berupa gigi yang telah ditemukan (Panchbhai, 2011).2

Menurut Keizer Neilsen (1970; dikutip dalam Cameron dan Sims 1974), odontologi

forensik adalah: “Cabang kedokteran gigi – Demi kepentingan keadilan- menangani

penanganan dan pemeriksaan bukti gigi yang tepat serta evaluasi dan penyajian

temuan gigi yang tepat”.3 Odontologi forensik, atau kedokteran gigi forensik,

merupakan cabang ilmu kedokteran gigi yang mempunyai penerapan hukum.

(Shields et al, 1990) menyatakan bahwa Odontologi forensik terutama digunakan

dalam identifikasi postmortem, yaitu memanfaatkan gigi untuk mengidentifikasi

individu mati karena berbagai alasan yang tidak dapat dikenali secara visual. Alasan-
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT
BIDDOKKES POLDA SUMSEL FAKULTAS KEDOKTERAN

RS BHAYANGKARA PALEMBANG UNIVERSITAS SRIWIJAYA

alasan ini termasuk kematian traumatis (misalnya kecelakaan lalu lintas, bencana

udara) atau jangka waktu yang lama sejak kematian (di mana tubuh berada dalam

berbagai tahap pembusukan). Gigi memiliki morfologi yang beraneka ragam dan

kompleks, tahan terhadap keadaan seputar kematian yang tidak wajar dan tahan

terhadap perubahan waktu setelah kematian.4 Oleh karena itu, gigi memainkan peran

penting dalam identifikasi forensik.

Identifikasi dapat dilakukan baik pada orang hidup maupun pada jenazah.

Identifikasi dalam ilmu odontologi forensik dalam hal ini dapat membantu dalam

menentukan jenis kelamin, ras, dan usia. Identifikasi pada pemeriksaan gigi dapat

meliputi.:2,3

• Identifikasi ras korban maupun pelaku melalui gigi geligi.

• Identifikasi jenis kelamin korban melalui gigi geligi ataupun tulang rahang.

• Identifikasi usia korban melalui gigi desidui, gigi campuran dan gigi tetap.

• Identifikasi korban melalui kebiasaan menggunakan gigi.

• Identifikasi korban melalui pulpa.

• Identifikasi korban melalui gigi palsu yanh dipakai.

B. Identifikasi Usia melalui Pemeriksaan Gigi

Usia merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting sepanjang

kehidupan manusia, merupakan satuan waktu yang mengukur lamanya keberadaan

suatu benda atau mahluk baik yang hidup maupun yang mati. Estimasi usia dapat

menjadikan identifikasi korban lebih sederhana dengan mengelompokkan usia

korban. Menentukan estimasi usia sangat penting dalam Kedokteran Gigi Forensik

meiiliki berbagai kegunaan yaitu untuk membantu pencarian korban yang tidak
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT
BIDDOKKES POLDA SUMSEL FAKULTAS KEDOKTERAN

RS BHAYANGKARA PALEMBANG UNIVERSITAS SRIWIJAYA

dikenal, menentukan saat kematian, untuk menegakkan berapa usia yang

sesungguhnya dan juga menenentukan berapa usia kronologis individu tidak

diketahui catatan kelahirannya (Macha dkk ,2017).5

Jaringan gigi dapat memenuhi syarat untuk dapat dijadikan sarana identifikasi

individu melalui penentua usia, karena mempunyai sifat2 sebagai berikut:5

1. Derajat individualitas yang sangat tinggi.

Karena orang yang mempunyai morfologi gigi yang sama adalah satu dibanding

satu perdua triliun. Pola erupsi terdapat pada geligi susu 20 buah dan 32 buah

pada gigi pemanaen pad setiap individu.5

2. Derajat kekuatan dan ketahanan sangat tinggi.

Kuat terhadap trauma mekanis , termis, kimiawi dan proses pembusukan. Dapat

bertahan dalam pemanasan secara langsung dengan suhu sekitar 1000% F atau

500% Celcius (Loomis dkk,2018).5

C. Klasifikasi Metode Estimasi Usia Gigi

Metode estimasi usia gigi dapat diklasifikasikan secara luas berdasarkan teknik yang

digunakan untuk penentuan dan usia. Metode penilaian usia dapat diklasifikasikan

menjadi:6,7

a. Berdasarkan perkembangan gigi geligi.

- Metode yang diterapkan pada pembentukan gigi geligi.6,7

- Metode untuk gigi dewasa yang sudah terbentuk sempurna.6,7


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT
BIDDOKKES POLDA SUMSEL FAKULTAS KEDOKTERAN

RS BHAYANGKARA PALEMBANG UNIVERSITAS SRIWIJAYA

b. Berdasarkan teknik investigasi.

- Klinis atau visual:

Pengamatan visual didasarkan pada urutan atau tahap erupsi gigi dan

perubahan fungsi yang ditimbulkan seperti atrisi, perubahan warna yang

merupakan indikator penuaan.6,7

- Radiografi:

Dapat digunakan untuk mengetahui tahap perkembangan gigi. Metode ini

adalah metode yang paling umum digunakan karena dapat membantu dalam

menentukan usia dalam rentang waktu yang lama.6,7

- Histologis:

Metode ini memerlukan preparasi jaringan untuk pemeriksaan mikroskopis

secara rinci, hal ini dapat menentukan tahap perkembangan gigi secara akurat.

Metode ini lebih tepat untuk situasi postmortem. Hal ini juga penting dalam

memperkirakan usia awal perkembangan gigi.6,7

- Analisis fisika atau kimia:

Analisis fisika dan kimia jaringan keras gigi dapat menentukan perubahan

kadar ion seiring bertambahnya usia. Metode ini tidak terlalu bermanfaat bagi

ahli odontology forensik dan perkembangan di masa mendatang mungkin

dapat memberikan sarana tambahan untuk mengumpulkan bukti yang bernilai

dalam konteks kedokteran gigi.6,7


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT
BIDDOKKES POLDA SUMSEL FAKULTAS KEDOKTERAN

RS BHAYANGKARA PALEMBANG UNIVERSITAS SRIWIJAYA

D. Metode yang digunakan dalam Estimasi Usia

Estimasi usia dengan menggunkan gigi geligi dapat dikelompokkan menjadi tiga

tahap: 6,7

1. Estimasi usia pada masa anak prenatal, neonatal, dan early postnatal.

2. Estimasi usia pada anak-anak dan remaja .

3. Estimasi usia pada orang dewasa.

E. Estimasi usia pada masa anak prenatal, neonatal, dan early postnatal.

Benih gigi sulung mulang terbentuk pada usia tujuh minggu In Utero (UI), dan

pembentukan enamel semua gigi sulung biasanya selesai pada tahun pertama.

Diantara gigi permanen, gigi molar pertama menunjukkan pembentukan germinal

pertama kali pada usia 3,5 bulan IU. Penentuan usia selama perkembangan gigi dapat

diperoleh dengan akurasi “ plus atau minus 1 tahun” dan pada awal periode ini,

pemeriksaan mikroskopis gigi dapat memberikan usia dengan akurasi “plus atau

minus beberapa hari”. alam kasus periode Prenatal, natal dan neonatal, metode

histologis digunakan untuk menilai tahap perkembangan gigi selama periode

pramineralisasi. Mineralisasi gigi sulung dimulai dari dua hingga empat bulan di

dalam rahim. Beberapa metode histologis dapat mendeteksi mineralisasi dini 12

minggu sebelum terdeteksi pada radiografi. 6,7

Penilaian Usia dari Garis Neonatal: 'Garis neonatal' dianggap sebagai

indikator kelahiran. Garis neonatal terdapat pada email dan dentin gigi sulung dan

gigi geraham pertama permanen yang menunjukkan perkembangan selama masa

transisi antara lingkungan intrauterin dan ekstra uterus. Jadi garis neonatal dapat
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT
BIDDOKKES POLDA SUMSEL FAKULTAS KEDOKTERAN

RS BHAYANGKARA PALEMBANG UNIVERSITAS SRIWIJAYA

digunakan untuk menilai jumlah pembentukan email gigi sebelum dan sesudah

melahirkan.6

Table 1. Urutan erupsi gigi ini dapat bervariasi tetapi memiliki karateristik

Urutan gigi primer Dimulainya Mahkota Waktu erupsi Akar


berdasarkan waktu kalsifikasi (bulan terbentuk (bulan) (bulan) terbentuk
erupsi di uterus) (tahun)
Insisivus Sentral 3-4 2-3 6-8 1-2
Mandibula
Insisivus sentral maksila 3-4 2 7-10 1-2

Insisivus lateral maksila 4 2-3 8-11 2

Insisivus lateral 4 3 8-13 1-2


mandibula
Molar 1 maksila 4 6 12-15 2-3
Molar 1 mandibula 4 6 12-16 2-3
Caninus maksila 4-5 9 16-19 3

Caninus mandibula 4-5 9 17-20 3


Molar 2 mandibula 5 10 20-26 3
Molar 2 maksila 5 11 25-28 3

F. Metode Penentuan Usia Melalui Pemeriksaan Radiografi Panoramik


1. Metode Al Qahtani

Estimasi usia metode Al Qahtani ditemukan oleh Al Qahtani pada tahun

2008. Metode ini digunakan dengan cara membandingkan gambar radiografi

panoramik dengan atlas kalsifikasi dan erupsi gigi geligi yang disusun oleh Al

Qahtani. Metode Al Qahtani menilai gigi sulung dan permanen regio kanan

rahang atas dan bawah dan penilaian didasarkan pada proses kalsifikasi, resorpsi

akar dan erupsi gigi. Rentang usia pada Atlas Al Qahtani yaitu mulai dari usia

28 minggu intrauteri hingga 23 tahun. Pada beberapa usia, terdapat simbol yang
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT
BIDDOKKES POLDA SUMSEL FAKULTAS KEDOKTERAN

RS BHAYANGKARA PALEMBANG UNIVERSITAS SRIWIJAYA

menunjukkan deviasi usia dari estimasi usia yang didapatkan(AlQahtani et al.,

2010).5

Gambar 1. Atlas perkembangan dan pertumbuhan gigi geligi oleh Al Qahtani

2. Metode Schour-Massler

Pada tahun 1941 , Schour dan Massler memperkenalkan sebuah grafik

yang menunjukkan perkembangan dan proses erupsi gigi geligi manusia. Schour

dan Massler mempelajari perkembangan gigi geligi sulung dan permanen dan

dibagi menjadi 21 tahapan perkembangan gigi geligi mulai dari usia 5 bulan intra

uteri hingga 21 tahun. American Dental Association (ADA) secara periodik

melakukan pembaharuan pada diagram tersebut dan kemudia diterbitkan pada

tahun 1982. Metode Schour dan Massler digunakan dengan cara

membandingkan tahap perkembangan gigi pada foto panoramik dengan diagram


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT
BIDDOKKES POLDA SUMSEL FAKULTAS KEDOKTERAN

RS BHAYANGKARA PALEMBANG UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Schour dan Massler. Gambar 10 menunjukkan pembagian tahapan

perkembangan gigi oleh Schour-Massler (Ebrahim et al., 2014).5

Gambar 2. Diagram perkembangan gigi geligi metode Schour-Massler

3. Metode Blenkin Dan Taylor

Pada tahun 2012, Blenkin dan Taylor mengadakan penelitian dengan

menggunakan 204 sampel OPG pria dan wanita di negara Australia. Penelitian

ini merupakan perkembangan dari metode terdahulu yang dilakukan oleh Schour

dan Massler (1951) dan Ubelaker (1978). Metode Blenkin dan Taylor

memisahkan atlas erupsi gigi antara pria dan wanita dan atlas tersebut dapat

digunakan untuk prenatal hingga usia 25 tahun. Metode ini didasarkan pada

proses kalsifikasi, resorpsi akar dan erupsi gigi (Blenkin and Taylor, 2012).5
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT
BIDDOKKES POLDA SUMSEL FAKULTAS KEDOKTERAN

RS BHAYANGKARA PALEMBANG UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Gambar 3. Metode Blenkin Dan Taylor


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT
BIDDOKKES POLDA SUMSEL FAKULTAS KEDOKTERAN

RS BHAYANGKARA PALEMBANG UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Contoh Kasus:

Pencocokan gambaran radiografi dengan table gambar metode Al-Qahtani

Kesimpulan:

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, metode Al Qahtani memperhatikan gigi

sulung dan permanen maksila dan mandibula regio kanan. Berdasarkan atlas Al Qathtani,

didapatkan estimasi usia ± 5.5 tahun.


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT
BIDDOKKES POLDA SUMSEL FAKULTAS KEDOKTERAN

RS BHAYANGKARA PALEMBANG UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Palembang, 15 November 2023

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing

(drg. Ibnu Adjiedarmo, Sp.KGA) (AKBP dr. Mansuri, Sp.KF)

Pamin Diklit Pamin Yanwat Paur YanDokpol

(IPDA Matsuri, S.H, M.H) (IPDA dr. Irma Yanti. Sp.S) (IPTU Chairul Anwar, S.H)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT
BIDDOKKES POLDA SUMSEL FAKULTAS KEDOKTERAN

RS BHAYANGKARA PALEMBANG UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Referensi:

1. Alfanie I, Nirmalasari N, Arizal MH. Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal.


2017. Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2. Sukmana IB, Rijaldi F. Buku Ajar Kedokteran Gigi Forensik. 2022. Banjarbaru:
Banyubening Cipta Sejahtera.
3. Adams C, Carabott R, Evans S. Forensic Odontology An Essential Guide. 2014.
Willey.
4. Manjunatha BS. Textboo of Dental Anatomy and Oral Physiology Including
Occlusion and Forensic Odontology. New Delhi: Jaypee.
5. Ruth Mieke SMA. Estimasi Usia dalam Odontologi Forensik. 2022. Jakarta: EGC.
6. Nayak DS, Gorge R, Shenoy A, Shivathasundaram B. Age Estimation in Forensic
Dentistry- A Review. IJSR. 2014; 4(3): 333-38.
7. Kotecha SD. Dental Age Estimation in Childern: a Review. Forensic Res Criminol
Int J. 2016; 3(1): 264-67.

Anda mungkin juga menyukai