Gambar 2.1 Atlas tahap perkembangan gigi oleh Schour dan Maseler2
Gambar 2.1 (lanjutan) Atlas tahap perkembangan gigi oleh Schour dan Masseler2
2. Metode Al-Qahtani
5. Metode Demirjian
6. Metode Cameriere
7. Metode Kvaal
Metode klinis
Metode histologi
Atrisi
Penggunaan gigi setiap hari membuat gigi mengalami keausan yang sesuai
dengan bertambahnya usia.
Sekunder dentin
Sejalan dengan adanya atrisi, maka di dalam ruang pulpa akan dibentuk
sekunder dentin untuk melindungi gigi, sehingga semakin bertambah usia
maka sekunder dentin akan semakin tebal.
Ginggival attachment
Pertambahan usia juga ditandai dengan besarnya jarak antara perlekatan gusi
dan gigi.
Sement sekunder
Ketebalan semen sangat berhubungan dengan usia. Dengan bertambahnya usia
ketebalan sement pada ujung akar gigi juga semakin bertambah.
Setiap parameter diatas diberi skala berbeda (dari 1-3) dan dengan
dengan hasil bagus (r = 0,979) rasio yang tinggi pada D/L rasio banyak ditemukan
pada usia muda dan menurun akibat pertambahan usia dan perubahan lingkungan.4
Pada tahun 1990 Ritz et al. melaporkan adanya asam aspartat pada dentin
untuk menentukan usia pada orang yang telah meninggal, berdasarkan hal tersebut
metode ini dapat menyediakan informasi yang lebih akurat tentang penentuan usia
dibandingkan dengan parameter yang lain.4
Untuk penentuan usia digunakan persamaan linier sebagai berikut :
Ln (1 + D/L) / (1 D/L) = 2k (aspartat)t + konstanta
K : first order kinetik
t : actual age
Gigi yang digunakan dalam kasus ini adalah gigi seri tengah bagian bawah dan
premolar pertama. Mereka menemukan perkiraan umur yang lebih baik dari fraksi
total asam amino dengan membagi menjadi fraksi kolagen yang tidak larut dan fraksi
peptide. Dibandingkan dengan total asam amino, fraksi kolagen yang tidak larut dan
fraksi peptide yang terlarut, mempunyai konsentrasi glutamine dan asam aspartat
yang lebih tinggi.4
Akurasi dan ketepatan hasil yang didapat dari prakiraan usia berdasarkan gigi
bergantung dari pemilihan metode yang paling sesuai dengan keadaan masing-masing
kasus.1
Kategori usia individu juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode
prakiraan usia. Pada individu usia prenatal hanya dapat dilakukan pemeriksaan
radiografis dengan melihat tahap pembentukan dan perkembangan gigi sulung karena
pada usia tersebut hanya gigi sulung yang sedang berkembang dan belum erupsi yang
dapat dinilai. Metode yang dapat diaplikasikan adalah metode atlas Schour and
Masseler, atlas Alqahtani, atlas Blenkin-Taylor, dan diagram Gustafson dan Koch.
Pada individu usia prenatal yang hidup, prakiraan usia dilakukan dengan pemeriksaan
ultrasonography (USG) pada fetus, sedangkan pada individu mati dengan
pemeriksaan radiografi ekstraoral panoramik. Pada individu dengan kategori usia
anak dan remaja dimana sedang terjadi pertumbuhan dan perkembangan, metode yang
paling sesuai adalah secara klinis dengan menghitung jumlah gigi sulung yang sudah
erupsi pada usia 6 bulan sampai 2,5 tahun. Pemeriksaan radiografis melalui metode
atlas dan diagram Gustafson dan Koch sesuai untuk diaplikasikan pada usia
pertumbuhan dan perkembangan gigi sulung dan permanen pada usia 6 bulan sampai
16 tahun. Antara usia 3-16 tahun, dapat digunakan metode scoring Demirjian dan
metode apikal terbuka oleh Cameriere. Pada usia 17-23 tahun, metode perkembangan
gigi molar ketiga oleh Harris dan Nortje dapat diaplikasikan. Metode penilaian
volume gigi permanen dapat digunakan pada individu usia 6 tahun sampai dewasa.
Pemeriksaan biokimiawi dengan rasemisasi asam aspartat juga dapat digunakan pada
kelompok usia anak sampai remaja apabila gigi diekstraksi pada individu hidup
maupun mati.1
Kategori usia dewasa (21 tahun keatas) dimana telah terjadi perubahan
struktur gigi, metode prakiraan usia individu yang sesuai adalah dengan pemeriksaan
histologis dengan melihat perubahan struktur gigi oleh Gustafson ataupun Johanson,
dan pemeriksaan secara biokimiawi dengan rasemisasi asam aspartat apabila gigi
dapat diekstraksi atau pada individu mati. Pada individu hidup, pemeriksaan yang
sesuai adalah pemeriksaan radiografis dengan penilaian volume gigi oleh Drusini
maupun Kvaal karena pada usia tersebut sudah terjadi perubahan pada volume gigi
permanen, dan metode klinis dengan melihat pola dan derajat atrisi gigi oleh Miles.
Pertimbangan lainnya dalam pemilihan metode prakiraan yang sesuai adalah jumlah
individu yang akan diidentifikasi dan jenis kasus yang terjadi (tunggal atau bencana
massal). Pada kasus tunggal dimana hanya satu individu yang akan diidentifikasi,
maka dapat dilakukan beberapa metode pemeriksaan sekaligus karena cukupnya
waktu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Pada kasus bencana masal dimana
individu yang akan diidentifikasi dalam jumlah banyak, maka harus dipilih satu
metode yang paling sesuai dan memungkinkan dengan waktu yang tersedia.1
Apabila pada individu yang akan diidentifikasi tidak ada gigi yang tersisa atau
tersedia, maka dapat dilakukan metode prakiraan usia lainnya berdasarkan skeletal
seperti melalui derajat penutupan sutura, bersatunya epifisis dengan diafisis pada
tulang panjang, osifikasi tulang pipa, morfologi simfisis pubis, morfologi aurikularis
pubis yang disesuaikan dengan skeletal yang ditemukan.1
Identifikasi usia korban (janin) dari benih gigi
A.
Perkembangan janin dan benih gigi
Identifikasi umur dari benih gigi haruslah melalui janin, menurut
Perdanakusuma (1984), terdapat beberapa kemungkinan usia janin yaitu:5
Dalam arti janin pada umurnya, yakni sejak berusia dua, tiga atau empat
minggu sampai dengan 40 minggu
Dalam arti embrio murni, yaitu sejak pembuahan sampai dengan akhir minggu
ke-8 usia janin
Dalam arti embrio lanjutan, yaitu sejak janin berusia 9 minggu sampai
mendekati 16 minggu
Dalam arti fetus murni, yaitu saat janin mulai berusia 16 minggu
o Pada bulan pertama kehidupan intra-uterin, diameter ovum masih
sekitar 0,625 cm
o Akhir bulan ke-2, diameter ovum sekitar 1,875 cm,jari dan kepala bisa
dikenali,bagian leher belum terbentuk
o Pada bulan ke-3, perkembangan janin sudah mulai lengkap dan
panjangnya sekitar 7,5-10 cm, leher sudah terbentuk, anggota gerak
sudah terbentuk, jari kaki dan tangan juga sudah terlihat
o Pada akhir bulan ke-4 panjang ubun ubun sampai pantat kira kira 10
cm, wajah melebar
o Akhir bulan ke-5 panjang ubub ubun kira kira 13 cm, panjang janin
sekitar 22,8 cm, berat janin kurang dari 500 gram
o Pada bulan ke-6, ukuran janin sekitar 25-27,5 cm
o Pada bulan ke-7 ukuran janin sekitar 35 cm, pusta penulangan terlihat
pada tulang talus, kelopak mata tidak lagi berlekatan
o Pada bulan ke-8 ukuran janin sekitar 40 cm, bagian paling akhir dari
tulang sacrum telah menunjukan adanya pusat penulangan, bulu bulu
pada seluruh tubuh, vulva telah terbuka, kuku telah muncul
o Pada bulan ke-9 kepala mempunyai lingkaran yang terbesar dari semua
bagian tubuh, ukuran janin kira kira 50 cm, berat janin 3000-3500
gram
Periode proliferasi
Periode ini terjadi kira kira 6 minggu sebelum lahir, untuk gigi susu sampai
dengan 3 atau 4 bulan
Periode klasifikasi
Mula mula terlihat pada pembentukan crypt terus berlanjut hingga periode
erupsi berakhir pada gigi desidui.
B.
mula terbentuknya benih gigi sampai dengan penutupan foramen apical gigi.
Schour dan Massler tahun 1941, telah membuat diagram gambar perkiraan
usia waktu erupsi gigi-geligi yang berdasarkan terjadinya proses klasifikasi
gigi susu dan gigi tetap, formasi pembentukan mahkota gigi susu dan gigi
tetap serta formasi pembentukan akar gigi susu dan gigi tetap.
Menurut Logan dan Kronfeld, bahwa permulaan erupsi gigi sampai dengan
umur 8 tahun. Pada periode erupsi harus mengingat order of eruption. Periode
erupsi ini sangat bervariasi, tergantung dari berbagai faktor, yaitu:
o Faktor pertumbuhan memanjang dari gigi
o Faktor multiplikasi dari jaringan pulpa
o Faktor deposisi dari lapisan baru jaringan semen
o Faktor pertumbuhan jaringan tulang rahang
formasi gigi tetap mahkota gigi insisif sentral dan lateral rahang atas maupun rahang
bawah.5
Identifikasi umur korban melalui gigi tetap
Identifikasi ini dimulai pada umur 13 tahun sampai dengan 21 tahun menurut
periode erupsi, tetapi ada metode lain.
molar
ketiga
formasi
mencapai
cervical
sedangkan
pada
Daftar Pustaka
1. Putri AS, Nehemia B, Soedarsono N. Prakiraan usia individu melalui
pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensic kedokteran gigi. Jakarta. Jurnal
PDGI. 2013;62(3):55-63
Bernard.
Simpsons Forensic
Medicine
eleventh
edition
indentification of living and dead. New York : Oxford University. P 32-5 ;2001
4. Eckert WG. 1997. Forensic Odontology. In: Introduction to Forensic Sciences.
2ndedition. CRC Press. Boca Raton.
5. Lukman D. 2006. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Jilid 1. Jakarta:
Sagung Seto