Anda di halaman 1dari 16

Memahami dan Menjelaskan Penentuan Usia Berdasarkan Gigi

Gigi digunakaan sebagai media yang bermanfaat dalam prakiraan usia


karena berbagai keunggulannya. Gigi mengalami tahap pertumbuhan dan
perkembangan, serta perubahan degeneratif yang terjadi pada usia tertentu,
sehingga dapat digunakan sebagai indikator prakiraan usia individu dari sejak
usia intrauterin sampai usia dewasa. Tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi
sebagai indikator prakiraan usia lebih dikendalikan oleh faktor genetik
dibandingkan dengan faktor lingkungan seperti nutrisi dan sosioekonomi
Sehingga usia dental menunjukkan variasi yang lebih sedikit dibandingkan
dengan tulang atau bagian tubuh lain. Selain itu, gigi merupakan struktur tubuh
yang paling keras dan resisten terhadap pengaruh eksternal, serta mengalami
perubahan biologis yang paling sedikit sehingga dapat digunakan walaupun tubuh
telah mengalami dekomposisi, mutilasi, terbakar, ataupun menjadi sisa rangka.1
Gigi dapat menyediakan informasi mengenai identitas seorang individu
karena cirinya yang khas. Terdapat beberapa metode digunakan untuk
menentukan usia dari gigi yaitu metode klinis, radiografis, histologis, dan
biokimiawi. Pemilihan metode tersebut berdasarkan pertimbangan status individu
(hidup atau mati), kategori usia, jenis kasus (tunggal atau bencana massal),
kondisi gigi dan jaringan pendukung, lokasi kasus, ketersediaan fasilitas dan
peralatan penunjang, serta agama dan budaya yang dianut individu tersebut.
Berbagai metode prakiraan usia beserta cara pengaplikasiannya1:
Metode radiografi
1. Metode Schour dan Massler

Gambar 2.1 Atlas tahap perkembangan gigi oleh Schour dan Maseler2

Gambar 2.1 (lanjutan) Atlas tahap perkembangan gigi oleh Schour dan Masseler2

Tabel 2.3 Perkembangan gigi oleh Schour dan Masseler1

2. Metode Al-Qahtani

Gambar 2.2 Atlas klasifikasi dan erupsi gigi geligi Al-Qahtani

Tabel 2.4 Perkembangan gigi oleh al-Qahtani1

3. Metode Blenkin dan Taylor

Tabel 2.5 Perkembangan gigi oleh Blenkin dan Taylor1

4. Metode Gustafson dan Koch

Tabel 2.6 Perkembangan gigi oleh Gustafson dan Koch1

5. Metode Demirjian

Tabel 2.7 Perkembangan gigi oleh Demerjian1

6. Metode Cameriere

Tabel 2.8 Perkembangan gigi oleh Cameriere1

7. Metode Kvaal

Tabel 2.9 Perkembangan gigi oleh Kvaal1

Kvaal et all mengembangkan teknologi untuk menentukan perkiraan umur


menilai ukuran pulpa gigi dari gambaran radiografi periapikal dari tipe gigi : insisivus
sentral dan lateral maksila, kaninus, dan premolar pertama. Perkiraan umur
berdasarkan jenis kelamin dan perhitungan beberapa ratio panjang dan lebar pulpa
untuk mengimbangi pembesaran dan angulasi dari gambar gigi yang asli dengan
gambaran radiografi.3
Kvaal and Solheim juga mempresentasikan metode yang mengkombinasikan
teknik morfologi dan radiografi untuk menentukan perkiraan umur. Berdasarkan gigi
yang diukur, beberapa parameter yang dinilai : translusensi apical dalam mm (T),
retraksi ligamentum periodontal dalam mm (P), panjang pulpa yang diukur dari
gambar radiografi (PL), panjang akar gigi yang diukur dari permukaan mesial gambar
radiologi (RL), lebar pulpa pada daerah cementoenal junction pada gambar radiografi
(PWC), lebar akar pada daerah cementoenal junction pada gambar radiografi (RWC),
lebar pulpa pada daerah pertengahan akar (RWM), lebar akar pada daerah
pertengahan akar (RWM).3
8. Metode Drusini

Tabel 2.10 Perkembangan gigi oleh Drusini1

9. Metode Harris dan Nortje

Tabel 2.11 Perkembangan gigi oleh Harris dan Nortje1

Metode klinis

Tabel 2.12 Perhitungan jumlah gigi erupsi1

Tabel 2.13 Skema atrisi oleh Miles1

Metode histologi

Tabel 2.14 Perkembangan gigi oleh metode Gustaffson1

Penentuan umur berdasarkan tael Gustaffson pada umumnya bermanfaat


selama gigi masih dalam masa pertumbuhan. Untuk memperkirakan umur seseorang
setelah masa itu digunakan 6 metode, antara lain :

Atrisi
Penggunaan gigi setiap hari membuat gigi mengalami keausan yang sesuai
dengan bertambahnya usia.

Sekunder dentin

Sejalan dengan adanya atrisi, maka di dalam ruang pulpa akan dibentuk
sekunder dentin untuk melindungi gigi, sehingga semakin bertambah usia
maka sekunder dentin akan semakin tebal.

Ginggival attachment
Pertambahan usia juga ditandai dengan besarnya jarak antara perlekatan gusi
dan gigi.

Pembentukan foramen apikalis


Semakin lanjut usia, semakin kecil juga foramen apikalis.

Transparansi akar gigi


Semakin tua usia seseorang maka akar giginya semakin bening, hal ini
dipengaruhi oleh mineralisasi yang terjadi selama kehidupan.

Sement sekunder
Ketebalan semen sangat berhubungan dengan usia. Dengan bertambahnya usia
ketebalan sement pada ujung akar gigi juga semakin bertambah.
Setiap parameter diatas diberi skala berbeda (dari 1-3) dan dengan

menjumlahkan keenam parameter tersebut didapatkan perkiraan kronologi usia.3

Tabel 2.15 Perkembangan gigi oleh metode Johanson1

Metode Asam Aspartat


Hapusan asam aspartat telah digunakan untuk menentukan usia berdasarkan
pada terdapatnya bahan tersebut pada dentin manusia. Komponen protein terbanyak
pada tubuh manusia berbentuk L-amino Acid, D-amino acid yang ditemukan pada
tulang, gigi, otak dan lensa mata. D-amino acid dipercaya mempunyai proses
metabolisme yang lambat dan tiap bagiannya mempunyai laju pemecahan yang lebih
lambat dan mempunyai ratio dekomposisi yang lebih lambat juga. Asam aspartat
mempunyai kemampuan penghapusan paling tinggi dari semua asam amino.4
Pada 1976 Helfman dan Bada menggunakan informasi ini untuk mempelajari
perkiraan umur dengan membandingkan rasio D-Laspartat acid dengan 20 subyek

dengan hasil bagus (r = 0,979) rasio yang tinggi pada D/L rasio banyak ditemukan
pada usia muda dan menurun akibat pertambahan usia dan perubahan lingkungan.4
Pada tahun 1990 Ritz et al. melaporkan adanya asam aspartat pada dentin
untuk menentukan usia pada orang yang telah meninggal, berdasarkan hal tersebut
metode ini dapat menyediakan informasi yang lebih akurat tentang penentuan usia
dibandingkan dengan parameter yang lain.4
Untuk penentuan usia digunakan persamaan linier sebagai berikut :
Ln (1 + D/L) / (1 D/L) = 2k (aspartat)t + konstanta
K : first order kinetik
t : actual age
Gigi yang digunakan dalam kasus ini adalah gigi seri tengah bagian bawah dan
premolar pertama. Mereka menemukan perkiraan umur yang lebih baik dari fraksi
total asam amino dengan membagi menjadi fraksi kolagen yang tidak larut dan fraksi
peptide. Dibandingkan dengan total asam amino, fraksi kolagen yang tidak larut dan
fraksi peptide yang terlarut, mempunyai konsentrasi glutamine dan asam aspartat
yang lebih tinggi.4
Akurasi dan ketepatan hasil yang didapat dari prakiraan usia berdasarkan gigi
bergantung dari pemilihan metode yang paling sesuai dengan keadaan masing-masing
kasus.1
Kategori usia individu juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode
prakiraan usia. Pada individu usia prenatal hanya dapat dilakukan pemeriksaan
radiografis dengan melihat tahap pembentukan dan perkembangan gigi sulung karena
pada usia tersebut hanya gigi sulung yang sedang berkembang dan belum erupsi yang
dapat dinilai. Metode yang dapat diaplikasikan adalah metode atlas Schour and
Masseler, atlas Alqahtani, atlas Blenkin-Taylor, dan diagram Gustafson dan Koch.
Pada individu usia prenatal yang hidup, prakiraan usia dilakukan dengan pemeriksaan
ultrasonography (USG) pada fetus, sedangkan pada individu mati dengan
pemeriksaan radiografi ekstraoral panoramik. Pada individu dengan kategori usia
anak dan remaja dimana sedang terjadi pertumbuhan dan perkembangan, metode yang
paling sesuai adalah secara klinis dengan menghitung jumlah gigi sulung yang sudah
erupsi pada usia 6 bulan sampai 2,5 tahun. Pemeriksaan radiografis melalui metode
atlas dan diagram Gustafson dan Koch sesuai untuk diaplikasikan pada usia
pertumbuhan dan perkembangan gigi sulung dan permanen pada usia 6 bulan sampai
16 tahun. Antara usia 3-16 tahun, dapat digunakan metode scoring Demirjian dan
metode apikal terbuka oleh Cameriere. Pada usia 17-23 tahun, metode perkembangan
gigi molar ketiga oleh Harris dan Nortje dapat diaplikasikan. Metode penilaian

volume gigi permanen dapat digunakan pada individu usia 6 tahun sampai dewasa.
Pemeriksaan biokimiawi dengan rasemisasi asam aspartat juga dapat digunakan pada
kelompok usia anak sampai remaja apabila gigi diekstraksi pada individu hidup
maupun mati.1
Kategori usia dewasa (21 tahun keatas) dimana telah terjadi perubahan
struktur gigi, metode prakiraan usia individu yang sesuai adalah dengan pemeriksaan
histologis dengan melihat perubahan struktur gigi oleh Gustafson ataupun Johanson,
dan pemeriksaan secara biokimiawi dengan rasemisasi asam aspartat apabila gigi
dapat diekstraksi atau pada individu mati. Pada individu hidup, pemeriksaan yang
sesuai adalah pemeriksaan radiografis dengan penilaian volume gigi oleh Drusini
maupun Kvaal karena pada usia tersebut sudah terjadi perubahan pada volume gigi
permanen, dan metode klinis dengan melihat pola dan derajat atrisi gigi oleh Miles.
Pertimbangan lainnya dalam pemilihan metode prakiraan yang sesuai adalah jumlah
individu yang akan diidentifikasi dan jenis kasus yang terjadi (tunggal atau bencana
massal). Pada kasus tunggal dimana hanya satu individu yang akan diidentifikasi,
maka dapat dilakukan beberapa metode pemeriksaan sekaligus karena cukupnya
waktu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Pada kasus bencana masal dimana
individu yang akan diidentifikasi dalam jumlah banyak, maka harus dipilih satu
metode yang paling sesuai dan memungkinkan dengan waktu yang tersedia.1
Apabila pada individu yang akan diidentifikasi tidak ada gigi yang tersisa atau
tersedia, maka dapat dilakukan metode prakiraan usia lainnya berdasarkan skeletal
seperti melalui derajat penutupan sutura, bersatunya epifisis dengan diafisis pada
tulang panjang, osifikasi tulang pipa, morfologi simfisis pubis, morfologi aurikularis
pubis yang disesuaikan dengan skeletal yang ditemukan.1
Identifikasi usia korban (janin) dari benih gigi
A.
Perkembangan janin dan benih gigi
Identifikasi umur dari benih gigi haruslah melalui janin, menurut
Perdanakusuma (1984), terdapat beberapa kemungkinan usia janin yaitu:5

Dalam arti janin pada umurnya, yakni sejak berusia dua, tiga atau empat
minggu sampai dengan 40 minggu

Dalam arti embrio murni, yaitu sejak pembuahan sampai dengan akhir minggu
ke-8 usia janin

Dalam arti embrio lanjutan, yaitu sejak janin berusia 9 minggu sampai
mendekati 16 minggu

Dalam arti fetus murni, yaitu saat janin mulai berusia 16 minggu
o Pada bulan pertama kehidupan intra-uterin, diameter ovum masih
sekitar 0,625 cm
o Akhir bulan ke-2, diameter ovum sekitar 1,875 cm,jari dan kepala bisa
dikenali,bagian leher belum terbentuk
o Pada bulan ke-3, perkembangan janin sudah mulai lengkap dan
panjangnya sekitar 7,5-10 cm, leher sudah terbentuk, anggota gerak
sudah terbentuk, jari kaki dan tangan juga sudah terlihat
o Pada akhir bulan ke-4 panjang ubun ubun sampai pantat kira kira 10
cm, wajah melebar
o Akhir bulan ke-5 panjang ubub ubun kira kira 13 cm, panjang janin
sekitar 22,8 cm, berat janin kurang dari 500 gram
o Pada bulan ke-6, ukuran janin sekitar 25-27,5 cm
o Pada bulan ke-7 ukuran janin sekitar 35 cm, pusta penulangan terlihat
pada tulang talus, kelopak mata tidak lagi berlekatan
o Pada bulan ke-8 ukuran janin sekitar 40 cm, bagian paling akhir dari
tulang sacrum telah menunjukan adanya pusat penulangan, bulu bulu
pada seluruh tubuh, vulva telah terbuka, kuku telah muncul
o Pada bulan ke-9 kepala mempunyai lingkaran yang terbesar dari semua
bagian tubuh, ukuran janin kira kira 50 cm, berat janin 3000-3500
gram

Peride periode pertumbuhan gigi:5

Periode proliferasi
Periode ini terjadi kira kira 6 minggu sebelum lahir, untuk gigi susu sampai
dengan 3 atau 4 bulan

Periode formasi benih gigi


Dimulai dari puncak cusp dan insisal edge. Formasi ini terus berkembang
sesuai dengan periode proliferasi kearah serivikal, ke arah akar, berakhir di
foramen periapikal

Periode klasifikasi
Mula mula terlihat pada pembentukan crypt terus berlanjut hingga periode
erupsi berakhir pada gigi desidui.

B.

Interpretasi benih gigi pada janin


Teknik roentgen foto harus dilakukan demi memperoleh roentgenogram
rahang janin (fetus) yaitu dengan proyeksi true occlusal proyeksi dengan
menggunakan film oclusal tetapi kekuatan sinarnya separuh dari kekuatan sinar
dalam memproyeksi gigi sementara atau balita.5

Identifikasi umur korban melalui gigi sementara (Decidui)


Identifikasi umur korban melalui gigi sementara, dengan interpretasi
roentgenogram yang berdasarkan atas periode-periode pertumbuhan gigi antara lain
periode proliferasi, periode kalsifikasi, periode formasi, dan periode erupsi gigi.5
Periode erupsi, pada identifikasi perkiraan umur seseorang yang berdasarkan
periode-periode pertumbuhan gigi hendaknya mengingat beberapa faktor penunjang
berikut ini:5
Nolla tahun 1958, telah membagi periode-periode pertumbuhan gigi menjadi
sepuluh stadium, stadium-stadium ini dibuat berdasarkan pengamatan mula

mula terbentuknya benih gigi sampai dengan penutupan foramen apical gigi.
Schour dan Massler tahun 1941, telah membuat diagram gambar perkiraan
usia waktu erupsi gigi-geligi yang berdasarkan terjadinya proses klasifikasi
gigi susu dan gigi tetap, formasi pembentukan mahkota gigi susu dan gigi

tetap serta formasi pembentukan akar gigi susu dan gigi tetap.
Menurut Logan dan Kronfeld, bahwa permulaan erupsi gigi sampai dengan
umur 8 tahun. Pada periode erupsi harus mengingat order of eruption. Periode
erupsi ini sangat bervariasi, tergantung dari berbagai faktor, yaitu:
o Faktor pertumbuhan memanjang dari gigi
o Faktor multiplikasi dari jaringan pulpa
o Faktor deposisi dari lapisan baru jaringan semen
o Faktor pertumbuhan jaringan tulang rahang

Identifikasi umur korban melalui gigi campuran


Pembentukan gigi tetap di mulai pada usia balita 10 bulan sampai 12 bulanya
itu pembentukan crypt dari gigi tetap molar pertama dan insisif pertama. Bila pada
balita umur 12 bulan dimulailah pembentukan crypt gigi tetap molar kedua dan
klasifikasi formasi cusp gigi molar pertama. Apabila balita berumur 12 bulan maka
telah terjadi erupsi gigi molar pertama desidui atas dan bawah kemudian telah terjadi

formasi gigi tetap mahkota gigi insisif sentral dan lateral rahang atas maupun rahang
bawah.5
Identifikasi umur korban melalui gigi tetap
Identifikasi ini dimulai pada umur 13 tahun sampai dengan 21 tahun menurut
periode erupsi, tetapi ada metode lain.

Identifikasi umur melalui gigi tetap menurut periode erupsi


Identifikasi ini dengan menggunakan interpretasi roentgenogram mengenai
formasi, kalsifikasi, erupsi serta penutupan foramen apikal gigi.5
o
Interpretasi roentgenogram periapikal pada umur 13 tahun sebagai
berikut:
a)

Interpretasi roentgenogram periapikal seluruh rahang atas

anak umur 13 tahun memperlihatkan penutupan periapikal gigi yang telah


erupsi, gigi depan telah sempurna dengan gigi belakang hamper sempurna.
Gigi

molar

ketiga

formasi

mencapai

cervical

sedangkan

pada

rontgenogram proximal memperlihatkan interdigitasi gigitan antara cusp


b)

gigi atas dengan cusp gigi bawah telah terbentuk.


Interpretasi roentgenogram periapikal seluruh rahang
bawah anak umur 13 tahun memperlihatkan kalsifikasi akar seluruh gigi
telah sempurna sehingga formasi akar telah sempurna pula dengan

penutupan foramen apical telah sempurna.


Interpretasi roentgenogram periapikal gigi pada dewasa berumur
21 tahun
a)

Interpretasi roentgenogram periapikal seluruh rahang atas

pada dewasa umur 21 tahun memperlihatkan bahwa telah erupsi semua


gigi hanya gigi molar ketiga tetap penutupan foramen belum sempurna.
Sedangkan interpretasi roentgenogram proximal gigi belakang tetap
memperlihatkan interdigitasi seluruh gigi rahang atas dan bawah tetapi
gigi molar ketiga kiri atas hanya oklusal mahkota bagian mesial saja.5

Daftar Pustaka
1. Putri AS, Nehemia B, Soedarsono N. Prakiraan usia individu melalui
pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensic kedokteran gigi. Jakarta. Jurnal
PDGI. 2013;62(3):55-63

2. Ash, M. 1993. Wheeler's Dental Anatomy Physiology and Occlusion 7th ed


W.B.Saunders
3. Knight,

Bernard.

Simpsons Forensic

Medicine

eleventh

edition

indentification of living and dead. New York : Oxford University. P 32-5 ;2001
4. Eckert WG. 1997. Forensic Odontology. In: Introduction to Forensic Sciences.
2ndedition. CRC Press. Boca Raton.
5. Lukman D. 2006. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Jilid 1. Jakarta:
Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai