prakiraan usia melalui pemeriksaan klinis gigi geligi sudah pernah dilakukan oleh
pada gigi geligi dengan bertambahnya usia, yaitu atrisi, periodontosis, pembentukkan
diakar. Metode identifikasi usia berdasarkan tahap kalsifikasi gigi secara radiograf
dilakukan oleh Demirjian (1973). Penelitian mengenai prakiraan usia melalui rasemisasi
asam aspartat sudah pernah dilakukan oleh Helfman & Bada (1976) dan dilanjutkan
oleh Yekkala (2006). Ubelaker (1978) menentukan prakiraan usia melalui tahap erupsi
gigi secara radiograf. Penelitian mengenai prakiraan usia dengan memperhatikan dentin
sekunder secara histologis sudah dilakukan oleh Solheim (1992). Sedangkan Murray
(2002) membuktikan bahwa densitas sel odontoblas, sel subodontoblas, dan sel
fibroblas berhubungan dengan usia kronologis manusia. Selain itu, Drusini (2005)
melakukan penelitian dengan menggunakan teknik Tooth Coronal Index (TCI) dengan
radiograf panoramik untuk memprakirakan usia. Metode prakiraan usia melalui tahap
ukuran ruang pulpa dipublikasikan oleh singaraju (2009). Penelitian ini menggunakan
potongan melintang gigi yang tipis. Prinsip dasar pemikiran dari penerapan metode ini
adalah bahwa gigi yang sudah melewati masa pertumbuhan dan perkembangan akan
Seperti dapat dilihat pada gambar 2.4 dan keterangannya pada tabel 2.1, skor tiap
perubahan dijumlah sehingga didapatkan skor akumulasi yang nantinya akan dikaitkan
dengan usia. Menurut Gustafson, bertambahnya jumlah skor akumulasi berkaitan dengan
meningkatnya usia dan memungkinkan untuk menarik garis regresi dari hubungan antara
usia dan skor. Hubungan antara usia dan skor diproyeksikan kedalam grafik yang sudah
dibuat oleh Gustafson. Jika skor akumulasi sudah didapat, maka estimasi usia dapat terlihat
pada grafik.
Gigi mencerminkan usia histologis atau fisiologis individu. Salah satu fitur yang
paling jelas dari penuaan adalah pengurangan ukuran ruang pulpa, disebabkan oleh sekresi
Penelitian kualitatif pada sel pulpa telah menunjukkan bahwa perubahan yang
berkaitan dengan usia terjadi di dalam komponen sel pulpa (Moxham et al.,1998). Penelitian
kuantitatif pada sel pulpa melaporkan bahwa terjadi penurunan jumlah total sel pulpa 50%
pada pria usia 20-70 tahun. Sedangkan, penelitian pada tikus telah ditemukan kehilangan
75% dari sel pulpa dan kehilangan 21% dari odontoblasts pada tikus yang lebih tua
dibandingkan dengan tikus muda. Murray (2002) telah membuktikan bahwa terjadi
penurunan densitas sel odontoblas dan sel subodontoblas. Sedangkan, sel fibroblas
menunjukkan peningkatan yang tidak terlalu signifikan seiring dengan bertambahnya usia.
Laporan-laporan ini memberikan informasi bahwa terjadi perubahan dalam populasi sel
diagnostik yang ingin diperoleh. Teknik radiografi intra maupun ekstra oral, baik dengan
perangkat konvensional maupun digital antara lain adalah radiografi periapikal, panoramik,
oklusal, lateral sefalometri, tomografi, Dental Computed Tomography (Dental CT), baik dua
dimensi seperti dental scan maupun 3D CBCT, Magnetic Resonance Imaging (MRI),
yang umum digunakan adalah radiografi periapikal, panoramik, oklusal, dan lateral
dengan struktur tulang muka lainnya yang berdekatan. Dari radiograf panoramik dapat
diperoleh informasi mengenai gigi geligi dan keadaan tulang rahang secara menyeluruh.
Namun demikian, hal penting yang sangat perlu diketahui dan diingat oleh klinisi adalah
dengan 25%, bergantung pada letak obyek terhadap bidang gambar (focal trough).