Anda di halaman 1dari 25

KLINIK RADIOLOGI FORENSIK II

Identifikasi Umur, Jenis Kelamin, Ras Dari Radiograf IO Periapikal


( Klinik 4 )

Disusun Oleh :
Chrisna Ardhya Medika (160821170001)
Nova Rosdiana (160821160002)
Fitri Angraini Nasution (160821160003)
Novi Kurniati (160821160004)
Jatu Rachel Keshena ( 160821160005)
Siska Damayanti (160821160006)

Pembimbing Tutorial
drg Ria N firman, MH.Kes, Sp.RKG (K)

PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu forensik merupakan sebuah penerapan dari berbagai ilmu pengetahuan
untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan yang penting untuk sebuah sistem hukum
yang terkait dengan tindak pidana. Namun disamping keterkaitannya dengan sistem
hukum, forensik umumnya lebih meliputi sesuatu metode yang bersifat ilmiah dan
juga aturan –aturan yang dibentuk dari fakta – fakta berbagai kejadian, untuk
melakukan pngenalan terhadap bukti – bukti fisik, seperti mayat dan sebagainya.
Berasal dari bahasa Yunani, yaitu Forensis, yang berarti debat atau perdebatan,
adalah bidang ilmu pengetahuan yang digunakan untuk membantu proses penegakan
keadilan melalui penerapan ilmu (sains). Dalam kelompok ilmu forensik antara lain
fisika forensik, kimia forensik, psikologi forensik, kedokteran forensik, toksikologi
forensik, komputer forensik, balistik forensik, metalurgi forensik, odontologi forensik
dan sebagainya.
Odontologi forensik adalah penggunaan ilmu kedoteran gigi terhadap hukum.
Kedokteran gigi forensik termasuk beberapa studi ilmiah, dimana sistem hukum dan
ilmu kedokteran gigi bertemu. Bidang kedokteran gigi ini melibatkan pengumpulan
dan interpretasi bukti dental dan bukti lain yang berhubungan dalam semua bidang
kriminalitas. Odontologi forensic ini didukung dengan teknik radiografi untuk
identifikasi.

Maksud dan tujuan :


1. Mengetahui teknik radiografi periapikal untuk odontogenik radioidentifikasi
2. Mengetahui kegunaan radiograf periapikal untuk radioidentifikasi
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 RUANG LINGKUP ODONTOGENIK FORENSIC


Penilaian perkembangan gigi untuk memprediksi umur pada individu hidup
memiliki sejarah yang panjang. Pada bidang sosiologi industri, keberadaan gigi molar
permanen pertama merupakan tanda bahwa sesorang anak telah berusia enam tahun
yang berarti anak tersebut dapat bekerja di pertambangan batu bara di abad ke 19
revolusi industri di Inggris. Belakangan ini, perkembangan gigi yang diamati secara
radiograf telah digunakan untuk memprediksi umur biologis anak yang tidak
memiliki dokumentasi kelahiran.1
Selain tujuan untuk mengetahui umur seseorang pada kasus tanpa dokumen
kelahiran, prakiraan umur seseorang juga diperlukan pada pemeriksaan forensik
karena identitas asli tidak ada ataupun adanya indikasi pemalsuan identitas. Umur
dapat diperkirakan karena bertambahnya usia seiring dengan meningkatnya tahap
pertumbuhan dan perkembangan struktur tubuh berupa perubahan fisik yang konstan
sehingga tiap tahun dari proses perubahan tersebut dapat dihubungkan dengan umur
seseorang. Prakiraan umur dapat dilakukan pada individu hidup ataupun mati pada
kasus pembunuhan, aborsi janin, ataupun bencanan massal. Khususnya pada bencana
massal, prakiraan umur dapat menjadikan identifikasi korban lebih sederhana dengan
mengelompokkan umur korban. Kasus hukum pidan atau perdata yang memerlukan
prakiraan umur pada individu hidup antara lain kasus pemalsuan usia
ketenagakerjaan, pernikahan, atlit, perwalian anak, keimigrasian, atau pemerkosaan.
Pembuktian hukum akan umur penting untuk menentukan apakah individu tersebut
masih dalam kategori anak atau sudah dewasa, berkaitan dengan adanya perbedaan
proses hukum atau peradilan pada anak dengan orang dewasa. Prakiraan umur juga
merupakan pembuktian yang berharga ketika akta kelahiran diragukan keasliannya.1
Federation Dentaire Internationale (FDI) menyatakan bahwa kedokteran gigi
forensik adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang berkaitan dengan perjanjian hukum
yang menangani dan memeriksa fakta dental berdasarkan evaluasi dan presentasi
temuan pada gigi geligi. Odontologi forensik meliputi pengumpulan dan interpretasi
rekam dental medik seseorang, identifikasi dan analisis pola gigitan pada obyek atau
tubuh korban serta estimasi umur seseorang berdasarkan perkembangan gigi atau
karakteristik lainnya. Kasus forensik modern bermula pada tahun 1897 dimana
identifikasi korban bencana alam dilakukan oleh dokter gigi.1 Odontologi forensik
telah digunakan selama beberapa tahun terakhir untuk mengidentifikasi korban
maupun tersangka pada kasus kekerasan, kriminal berencana ataupun bencana alam
massal. Dengan kata lain ilmu menganalisis gigi individu yang masih hidup ataupun
yang telah mati, khususnya identifikasi gigi dan estimasi umur.
Gigi adalah bagian dari tubuh yang paling sulit hancur dan mengalami
pergantian paling akhir pada struktur alami tubuh manusia. Gigi tidak hanya tetap
utuh pada mayat yang baru meninggal namun relatif tidak mengalami perubahan
selama ribuan tahun pada fosil manusia. Perkembangan dan kalsifikasi gigi lebih
banyak dikontrol oleh faktor gen dibanding perkembangan skeletal yang dipengaruhi
faktor lingkungan. Oleh karena itu gigi secara morfologis, histologis dan radiografis
dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai dan menentukan umur sesorang.
Beberapa penelitian mengenai penentuan umur sesorang berdasarkan gigi
geligi telah dipublikasikan. Saunders pada tahun 1837 adalah dokter gigi pertama
yang memberi informasi mengenai implikasi gigi dalam penentuan umur. Lacassagne
(1889) menjadi orang pertama yang menggunakan perubahan pada gigi geligi untuk
memperkirakan umur orang dewasa. Pada tahun 1925, Bodeckar menyatakan bahwa
penuaan menyebabkan perubahan yang bermakna pada struktur gigi (deposisi dentin),
sehingga gigi geligi dapat digunakan untuk memperkirakan umur seseorang.
Sejak tahun 1982, radiografi gigi geligi dinilai sebagai teknik yang mudah dan
tidak destruksi untuk digunakan sehari-hari dalam praktek kedokteran gigi. Gambaran
radiografi yang digunakan dalam proses estimasi umur merupakan salah satu alat
dasar identifikasi pada ilmu forensik. Foto radiografi dimanfaatkan untuk mengetahui
derajat pembentuksn struktur akar dan mahkota, tahapan erupsi dan relasi antara gigi
sulung dan permanen pada fase gigi bercampur.
Sejumlah peneliti memberi perhatian pada metode dan teknik memperkirakan
umur seseorang berdasarkan perubahan anatomis dan struktur gigi atau
membandingkan gambaran radiografi gigi geligi dengan diagram perkembangan gigi
yang telah ada. Gustafon (1950) adalah ilmuan pertama yang memperkenalkan
metode ilmiah dalam estimasi umur gigi. Ada enam karakteristik gigi yang menjadi
parameter utama dalam temuannya antara lain deposisi dentin sekunder, atrisi, resesi
gingiva, pembentukan sementum, resorpsi akar dan translusensi akar. Metode
Gustafon ini termasuk invasif karena memerlukan ekstraksi gigi. Kvaal, dkk (1995)
menilai deposisi dentin sekunder menggunakan radiografi gigi dan menemukan
adanya hubungan antara parameter terukur dan umur sampel.
Penggolongan Metode Estimasi Umur Melalui Gigi ada tiga kelompok besar
yaitu Estimasi Umur Anak-Anak, yang temasuk golongan ini adalah :
1. Atlas Teknik dikemukan oleh:
a) Schour and Massler ( 1941 ) 20 tahapan perkembangan gigi usia 4 bln - 21
tahun
b) Moorrees and colleagues ( 1963 ) mengemukakan maturasi gigi permanen
(maksila dan mandibula) dalam 14 tahapan
c) Gustafson and Koch ( 1974 ) perkembangan gigi dari mineralisasi,
pembentukan mahkota sempurna, erupsi, pembentukan akar sempurna
d) Anderson et al. ( 1976)
e) Willems (2001)
f) Bedasarkan perbedaan morfologi tahap mineralisasi semua gigi
2. Teknik skoring digunakan oleh:
a) Demirjian et al. ( 1973 ) 8 tahap (A-H) dari gigi kiri mandibula. Setelah
dilakukan uji secara statistik dapat menilai skor dari masing-masing 7 jenis gigi
dan dapat digunakan pada semua gender.
b) Demirjian and Goldstein ( 1976 )
c) Haavikko ( 1970 )
d) Willems et al. ( 2001 ) berdasarkan teknik demerjian namun dengan analisis
statistik yang berbeda
e) Chaillet et al. ( 2004 )
f) Nolla (1960) berdasarkan 10 tahapan perkembangan gigi pada semua gender
untuk populasi
3. Quantity parameters berdasarkan
Cameririe et al. (2006) penilaian 7 gigi tetap mandibula terhadap pembukaan dan
penutupan akar.
4. Metode Erupsi Gigi atau metode visual 20 gigi sulung erupsi pada saat bayi
berumur 5-32 bulan dengan pole erupsi i1, i2, m1, c, m2 pada kedua lengkung

Kelompok kedua adalah estimasi SubAdults, adalah Berdasarkan tahapan M3


yang dikemukan oleh: Demirjian et al. (1973), Harris and Nortje (1984), Köhler et al.
(1994), Kullman et al. (1992), Mesotten et al. (2002), Mincer et al. (1993), Moorrees
et al. (1963), Nortje (1983), Rai (2009) , Solari and Abramovitch (2002)
Kelompok ketiga adalah estimasa Adults (Dewasa) yang termasuk katagori
kelompok ini :
1. Gustafson’s Method (1950) mengukur perubahan fisiologis pada gigi seperti
atrisi pada oklusal, pembentukan dentin sekunder, hilangnya perpekatan
periodntal, aposisi sementum, resopsi apikal dan transparansi akar.
2. Metode Johanson’s (1971) sama dengan Gustafson namun memilih pada tahap
intermediate dari tingkat keparahan yang lebih dapat dipercaya.
3. Ral et al Method (2006) sama dengan Gustafson keuali untuk perlekatan epitel
4. Maple Methode (1978) berhubungan dengan metode lainnya menggunakan
analisis regresi
5. Bang and Ramm’s Method ( 1970 ) mengukur panjang daerah translusen di
apikal dlm mm
6. Solheim’s Method ( 1993) menggunakan rumus umur terhadap tipe gigi
7. Rai’s Method ( 2009 ) coronal displacement dari cementum yang terjadi pada
gigi yang impaksi
8. Prince and Ubelaker’s Method ( 2002) rumus spesifik untuk subpopulasi yang
berbeda yang terdiri dari wanita kulit hitam, laki-laki kulit hitam, laki-laki dan
wanita kulit putih.
9. Cementum Annulations Method memiliki estimasi umur yang lebih baik karena
lokasi yang unik pada prosesus alveolaris
10. Kvaal et al.’s Method ( 1995 ) mengukur ukuran pulpa pada radiograf periapikal
pada 6 tipe gigi (I centra, I lateral, P2). Estimasi umur tergantung dari gender dan
pemgukuran dari perbedaan rasio panjang dan lebar
11. Cameriere et al.’s Method (2007)

Selain tiga kelompok diatas terdapat juga Metode Combinasi dari Morfologi
dan Bentuk ( Biochemical Method of Age Estimation ( 2003 ) Othani et al
berdasarkan pada L-enantiomer yang berubah menjadi D-enantiomer pada enamel,
dentin, dan cementum, Central incisor: 756.63 x – 22.20, Lateral incisor: 780.70 x –
19.70) dan Metode Skeletal dalam Estimasi Umur (Greulich and Pyle’s Method
dengan penelitian yang sangat lama dan digunakan sampai saat ini yang terdapat pada
Todd’s atlas dari tulang-tulang bahu, siku, tangan, pinggul dan lutut pada anak-anak
Amerika Utara dengan cara membandingkan hasil foto sinar x dengan atlas,
Fishman’s Method ( 1982 ) evaluasi tahapan maturasi skeletal pada masing-masing
tangan secara radiografi, Age Estimation in the Clavicle digunakan pada orang yang
telah mencapai usia 18 tahun dengan mengevaluasi status ossifikasi dari medial
epifisis pada clavikula)
Umur Kronologis
Selain usia dental, perlu dibahas disini adalah umur kronologis yaitu umur
yang ditentukan melalui tanggal kelahiran dalam kurun periode waktu atau jumlah
tahun yang telah dilalui setelah kelahiran. Umur kronologis sejatinya dicatat dalam
sertifikat kelahiran rekammedik rumah sakit, database pemerintah dan sebagainya,
namun apabila dijumpai seseorang tanpa dokumen tersebut maka penetapan umur
menjadi hal yang penting. Umur kronologis adalah umur aktual seseorang. Hubungan
antara pertumbuhan dan umur kronologis kadang tidak sejalan sehingga konsep umur
biologis sering digunakan karena dapat mengekspresikan baik umur skeletal maupun
umur gigi.
Umur kronologis dapat diestimasi dengan menentukan umur fisiologis yaitu
umur dimana perkembangan sistem atau organ tubuh mencapai tahapan tertentu.
Diperlukan pengetahuan untuk mengetahui tahap perkembangan sistem dan organ
tubuh tersebut dan tentu saja dibutuhkan waktu untuk mencapai tiap tahapan
perkembangan agar sejalan dengan norma atau standar populasi. Tidak semua sistem
atau organ dapat digunakan dalam estimasi umur.
Beberapa sistem dan organ tubuh telah digunakan untuk memperkirakan umur
kronologis, mulai dari cara yang paling mudah dan tidak rumit (tinggi badan, berat
badan, karakteristik organ seksual sekunder), cara yang paling sulit dan rumit
(metode molekuler menggunakan biomarker), hingga cara yang menggunakan
metode sangat kompleks (perkembangan tulang dan gigi).
Metode dental untuk menentukan umur biologis seseorang lebih mudah
diterima dibanding metode lain. Metode ini kebanyakan berdasarkan atas prediksi
subyektif tahapan perkembangan gigi secara radiologi. Umur gigi dapat diekspresikan
menggunakan waktu erupsi gigi atau tahapan maturasi mineralisasinya. Beberapa
studi menyebutkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan molar ketiga dapat
ditentukan dengan mudah. Biasanya molar ketiga rahang bawah dapat
divisualisasikan secara radiografi pada umur 9 tahun. Kullman, dkk dalam Arkadani,
F., dkk 92007) memperlihatkan bahwa hanya molar ketiga yang dapat digunakan
dalam penentuan umur dimana umur perkembangan maksimum terjadi setelah umur
14 tahun.
Erupsi gigi dan tahap mineralisasinya telah digunakan dalam penentuan umur
gigi. Proses mineralisasi dinilai secara genetik sementara erupsi dipengaruhi oleh
kondisi sistemik misalnya gizi atau kondisi lokal.

2.2 GIGI SEBAGAI INDIKATOR ESTIMASI UMUR


Estimasi umur merupakan salah satu konsentrasi dalam kajian ilmu forensik
yang memiliki manfaat besar khususnya pada saat identifikasi korban suatu bencana,
kasus kriminal maupun kecelakaan. Beberapa metode dalam mengestimasi umur
seseorang telah digunakan dalam penelitian forensik dengan hasil yang berbeda-beda,
namun sebagian besar dari metode-metode tersebut hanta dapat digunakan pada
individu yang telah mati. Pada individu yang telah mati, estimasi umur misalnya
diterapkan pada saat identifikasi korban mati kasus pembunuhan, aborsi janin ataupun
bencan alam.
Gigi merupakan salah satu bagian dari tubuh yang umumnya dipakai untuk
mengestimasi umur karena keunggulannya dapat dipalikasikan pada individu dengan
umur prenatal hingga umur dewasa. Hal ini dikarenakan gigi mengalami perubahan
yang signifikan pada strukturnya seiring dengan bertambahnya umur. Selain itu,
struktur yang keras dan mengalami sedikit sekali perubahan biologis, serta cirinya
yang khas adalah alasan-alasan mengapa kemudian gigi sangat baik dijadikan sebagai
indikator estimasi umur.

2.2.1 Metode Morfologis


Metode morfologis merupakan metode estimasi umur yang membutuhkan
ekstraksi gigi dan preparasi jaringan serta pemeriksaan mikroskopik yang mendetail.
Pemeriksaan mikroskopik ini bertujuan untuk menentukan tahapan perkembangan
gigi geligi. Metode ini lebih cocok digunakan pada kasus post-mortem karena pada
individu yang masih hidup metode ini kemungkinan tidak diterima dengan alasan
etis, agama, budaya atau pendekatan ilmiah.
Beberapa metode morfologis yaitu antara lain metode johansen (1971), Dalitz
(1962), Solheim (1993) dan salah satu yang cukup banyak dikaji dan merupakan
metode pertama dari estimasi umur pada gigi yaitu metode Gutafson.
1. Metode Gutafson
Pada tahun 1950, Gosta Gostafson mengembangkan sebuah metode estimasi
umur berdasarkan perubahan morfologis dan histologis pada gigi geligi. Perubahan-
perubahan yang dimaksud antara lain : 1)atrisi bagian permukaan insisal atau oklusal
(A), 2)periodontitis/resesi gingiva (P), 3)deposisi dentin sekunder (S),
4)pembentukan sementum (C), 5)resorpsi akar (R), dan 6)translusensi akar (T). Untuk
mendapatkan nilai estimasi umur dengan Gutafson, maka setiap perubahan diberikan
skor 0-3 berdasarkan perubahan yang terjadi. Kekurangan dari metode ini adalah
tidak dapat digunakan pada individu yang masih hidup.
2. Metode Johnson
Metode Johansen merupakan modifikasi dari metode Gutafson. Metode ini
juga menggunakan 6 kategori yang sama seperti pada metode Gutafson, hanya saja
berbeda dalam pembagian skoring yaitu 0, 0.5, 1, 1.5, 2, 2.5, dan 3 yang merupakan
perubahan umur berdasarkan 7 tahapan yang berbeda. Rumus metode Johansen yaitu;
Umur =11.02 + (5.14 x A)+(2.3 x S) + (4.14 x P)+(3.71 x C)+(5.57 x R)+(8.89 x T)2.

2.2.2 Metode Biokimiawi


Metode biokimiawi merupakan metode yang berbasis pada rasemisasi asam
amino. Rasemisasi asam amino ini merupakan reaksi perintah awal yang dapat pulih
dan relatif cepat dalam jaringan hidup pada metabolisme yang lambat. Metode
biokimiawi ini hanya dapat digunakan apabila gigi dapat diekstraksi atau pada
individu yang telah mati. Beberapa contoh metode biokimiawi :
1. Metode Helfman dan Bada
Metode Helfman dan Bada ini merupakan metode yang dapat digunakan pada
kelompok umur anak sampai remaja apabila gigi diekstraksi baik individu hidup
maupun mati. Metode ini mnegukur rasio asam aspartat D/L pada gigi. Struktur gigi
yang diperiksa adalah dentin, enamel dan sementum.
2. Metode Ritz dkk.
Metode Ritz dkk. ini merupakan metode yang sedikit berbeda dari metode
Helfman dan Bada, karena metode ini dapat diaplikasikan pada individu yang masih
hidup tanpa adanya tindakan ekstraksi. Metode ini muncul karena kebutuhan akan
metode yang mampu mengestimasi umur dengan keunggulan tersebut. Penerapan
metode ini adalah dengan menggunakan rasemisasi pada spesimen biopsi dentin.

2.2.3 Metode Radiografis


Metode radiografik ini memiliki keunggulan karena dapat diaplikasikan pada
individu yang masih hidup dengan memberikan detail pengukuran gigi yang mudah
untuk dianalisis.
1. Pre-natal, Neonatal dan Post-natal
Secara radiografi, proses mineralisasi dari gigi sulung insisivus dimulai pada
minggu ke-16 intrauterine. Sebelum mineralisasi benih gigi dimulai, benih gigi akan
terlihat sebagai daerah radiolusen pada gambaran radiografi, selanjutnya radiografi
rahang bawah akan menggambarkan gigi sulung dalam berbagai tahap mineralisasi
sesuai umur prenatal janin.
Pada individu umur prenatal, pemeriksaan radiografik dilakukan dengan
melihat tahap pembentukan dan perkembangan gigi sulung karena pada umur
prenatal hanya gigi sulung yang sedang berkembang dan belum erupsi yang dapat
dinilai. Untuk individu umur prenatal yang hidup dilakukan pada fetus dengan
ultrasonography (USG). Sedangkan pada individu mati dilakukan pemeriksaan
radiografik ekstraorak panoramik.
Salah satu metode radiografik dalam mengestimasi umur prenatal adalah
tahapan Kraus dan jordan. Kraus dan Jordan meneliti mengenai perkembangan gigi
pada fetus dan mencatat kronologi dari tahapan awal pada pembentukan gigi sulung.
2. Anak-anak dan remaja
Estimasi umur pada anak-anak dan remaja adalah berdasarkan pada waktu
erupsi gigi dan kalsifikasi gigi. Analisis radiografi ini dilakukan apabilan anak sedang
pada perkembangan gigi, dan secara khusus pada saat tidak terdapatnya lagi
keterangan-keterangan lain yang dapat dijadikan sebagai indikator dalam
mengestimasi umur 9dengan rentang umur 6 bulan – 2,5 tahun).
Metode estimasi umur pada anak-anak dapat dikelompokkan ke dalam dua
kategori : Model atlas yaitu sebuah diagram yang menggambarkan struktur
perkembangan gigi yang berkaitan dengan pola erupsi; dan metode yang
membutuhkan beberapa bentuk tahapan inkremental dari perkembangan gigi. Kedua
metode tersebut mengandalkan foto panoramik dengan kualitas tinggi untuk
mengetahui perkembangan gigi. Diagram tersebut ditemukan oleh Schour dan
Msseler pada tahun 1941 dan dimodifikasi di tahun 1044 yang secara historikal
merupakan atlas estimasi umur yang paling banyak diteliti.
3. Dewasa
Secara klinis, perkembangan gigi permanen seluruhnya mencakup gigi molar
ketiga yaitu pada umur 17-21 tahun, yang mana estimasi umur dengan radiografik
semakin sulit. beberapa metode radiografik dalam estimasi umur berdasarkan kriteria
kelompok remaja, dan dewasa :
A. Teknik Demirjian pertama (1973)
Digunakan pada periode gigi bercampur, bila menggunakan teknik radiograf
periapikal lebih dari satu film, karena menghitung periode tumbuh kembang gigi
31,32,33,34,35,36,37 dan metodhe ini digunakan bila telah diketahui jenis kelaminya.
Periode pertumbuhan gigi menurut demerjian adalah :
1. Tip mahkota termineralisasi tapi belum bersatu.
2. Termineralisasi menyatu pada tip mahkota sehingga tampak morfologi
koronal .
3. Setengah Mahkota terbentuk; ruang pulpa dan deposisi dentinal terjadi.
4. Pembentukan mahkota selesai sampai cej atau dentinoenamel, ruang pulpa
berbentuk trapesium.
5. Formasi bifurkasi interradicular tampak. Panjang akar kurang dari panjang
mahkota.
6. Panjang akar setidaknya sama dengan panjang mahkota. ujung akar berbentuk
corong.
7. Dinding saluran akar terbentuk sejajar, tapi apeks terbuka.
8. Apikal akar tertutup, dan membran periodontal memiliki lebar bervariasi di
sekitar akar.
B. Methode Penilaian Volume Gigi
Estimasi umur pada orang dewasa dapat dengan melihat pengecilan pada ruang pulpa
meliputi deposisi dentin sekunder.
1) Metode Coronal Pulpa Cavity Index
Metode coronal pulp cavity index merupakan metode yang menghitung korelasi
antara reduksi ruang pulpa koronal dan umur kronologis. Pada metode ini yang
perlu dipertimbangkan hanya gigi premolar dan molar rahang bawah yang mana
gigi rahang bawah lebih terlihat dibandingkan rahang atas.
Rumus metode coronal pulp cavity index adalah :
Keterangan :
CL = panjang mahkota gigi
CPCH = panjang pulpa koronal

2) Metode pulp to tooth ratio by Kvaal


Kvaal dkk mengembangkan metode berdasarkan hubungan antara umur dan
ukuran pulpa. Pengukuran besar pulpa diambil dengan radiografi periapikal. Enam
gigi yang harus diperiksa yaitu insisivus sentral, insisivus lateral dan premolar kedua
pada rahang atas dan insisivus lateral, kaninus dan premolar pertama pada rahang
bawah. Rumus metode Kvaal adalah :
Umur = 129,8 – (316,4 x M) (6,8 x [W-L]

Keterangan rumus tersebut :


R = panjang pulpa ke akar
P = panjang pulpa ke gigi
T = panjang gigi ke akar
A = lebar pulpa ke akar pada CEJ
C = lebar pulpa ke akar di pertengahan akar
B = lebar pulpa ke akar pada titik tengah antara C dan A
M = rata-rata lebar rasio B dan C
L = rata-rata panjang rasio P dan R
C. Methode Modifikasi Geiser & Hunt 1955
Menggunakan tumbuh kembang gigi molar tiga sebagai acuan :

Methode ini dikombinasikan oleh dr Fahmi, dan dr yuti sebagai berikut:

Contoh kasus : Rontgen periapikal dibawah ini dari jenazah laki 2

Cara estimasi umur adalah


1. Berdasarkan tumbuh kembang molar tiga pada periode 5
2. Karena laki2 maka disubstitusikan dalam rumus :
0,04 (5)² + 1,05 (5) + 8,45 = 1 + 5,25 + 8,9 = 15,2 tahun
D. Methode Van Heerdeen
Perkembangan mesial Molar tiga menggunakan

Estimasi usia di tahap 2 kisaran umur 17,5 tahun

E. Estimasi usia berdasarkan radiografi perubahan kerangka :


1. Neonatal  rahang edentulous dengan ukuran orbit yang besar
2. Umur 1 tahun perpaduan simfisis garis tengah, perpaduan antara metopic suture
3. Umur 3 tahun  bagian kondilus dari occipital dengan squama
4. Umur 5 tahun  bagian kondilus dari tulang occipital dengan basiocciput
5. Umur 25 tahun  coronal, sagittal dan lambdoid suture mulai menutup. Sagital
suture pertama menutup
6. Umur 32-35 tahun  dekat foramen pariental dan kemudian bagian bregma
membulat
7. Umur 40 tahun  penyatuan coronal suture
8. Umur 45  penyatuan lamdoid suture
9. Umur 60  bagian squamous dari penyatuan tulang temporal dengan tulang
pariental

F. Derajat sudut mandibula berdasarkan umur:


Derajat sudut mandibula Umur
160–175 Masa bayi
150-160 1-3 tahun
125-140 6-12 tahun
120-130 15-17 tahun
90-125 18-21 tahun
95-115 30-40 tahun
Sudut tumpul < masa bayi Lebih dari 40 tahun

 Estimasi Umur dari ukuran frontal : ukuran, bentuk, simetris, garis anatomi,
jumlah, adanya septa, sel
 Sinus frontal tidak ada saat lahir dan berkembang dari umur 2-3 tahun 
Pengembangan lebih cepat pada masa puber, dan selesai dengan usia 20 tahun.
 Sudut mandibula merupakan perubahan pola memberikan gambaran jelas tentang
umur.
Perubahan skeletal dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan setiap individu :
Area Masa bayi Dewasa Usia tua
Pendek dan miring,
Ramus sudut tumpul dengan Lebih tumpul Sudut tumpul -140 °
body
Dipertengahan antara
Dekat dengan Dekat dengan
Foramen mental atas dan bawah
alveolus alveolus
margin
Levelnya lebih Leher membungkuk
Condilus Atas coronoid
rendah dari coronoid kebelakang
Pemilihan Metode :
• Syaratnya masa kanak-kanak dan remaja  pemeriksaan perkembangan gigi
dan skeletal.
• Kanak-kanak (0-14 tahun) dan Masa remaja (14-21 tahun)  mempengaruhi
jenis kelamin dan ras
2.3. Metode Skeletal Estimasi Usia
1. Metode Greulich and Pyle’s
 investigasi jangka panjang pertumbuhan dan perkembangan manusia
 W. W. Greulich dan S. I. Pyle di 1950, yang menggunakan kerangka tangan
dan pergelangan tangan, diterbitkan dalam dua edisi pada tahun 1951 dan
1959  Metode menilai umur tulang "rata-rata" dengan pencocokan tulang yg
disinar x dengan atlas standar
2. Metode Fishman’s Method ( 1982 )
Tahap kerangka masturasi masing - masing tangan / radiograf pergelangan tangan,
dengan parameter berikut:
a. MP 3: Garis tengah dari ruas jari ketiga; epifisis sama dengan diaphysis nya
b. Tahap S: Mineralisasi pertama tulang sesamoid ulner
c. MP 3Cap: Bagian tengah jari ketiga; menutup epifisis diafisisnya
d. MP 5Cap: diatas epifisis terlihat pada ruas jari tengah dari jari terakhir
e. DP 3u: Ujung distal jari ketiga, persatuan lengkap epiphyseal
f. MP 3u: Bagian tengah jari telunjuk ketiga, persatuan lengkap epiphyseal

2.4 Estimasi Umur di Klavikula


Untuk mengatasi kasus hukum medis perkiraan  apakah seseorang sudah
mencapai usia 18 tahun  berguna untuk mengevaluasi osifikasi epifisis medial
klavikula  karena semua sistem perkembangan mungkin sudah selesai
pertumbuhannya pada usia itu.
Empat tahap perkembangan klavikula meliputi : tahap 1: pusat
pengerasan tidak diperkuat, tahap 2: pusat pengerasan tulang, epiphyseal plate tidak
mengeras, tahap 3: epiphyseal plate sebagian terisi, tahap 4: epiphyseal plate terisi
penuh. Sementara Schmeling (2004) membagi tahap fusi epifisis total menjadi dua
tahap sebagai berikut:
tahap 5: epiphyseal plate terisi penuh, epiphyseal bekas luka terlihat, tahap 6:
epiphyseal plate terisi penuh, epiphyseal, bekas luka tidak lagi terlihat. Metode bebas
radiasi lainnya untuk mengevaluasi tahap osifikasi dari epifisis klavikula media 
ultrasonografi (Schulz et al 2008).
Klasifikasi dari ujung medis klavikula adalah sebagai berikut:
1. Tahap 1: Ujung medial klavikula di sudut yg tajam. Pusat tulang ossifikasi tidak
representable.
2. Tahap 2: Ujung medial klavikula dipisahkan dari pusat tulang osifikasi oleh celah
suara
3. Tahap 3: Baik celah ultrasound dengan pusat tulang osifikasi dan epiphyseal
sepenuhnya, epiphyseal plate dengan ujung lengkung cembung klavikula dapat
mewakili.
4. Tahap 4: Ujung medial klavikula dikoreksi.
Tahap osifikasi yang diamati adalah 17 tahun untuk tahap 2, 16 tahun untuk tahap 3,
dan 22 tahun untuk tahap 4

II.3 IDENTIFIKASI JENIS KELAMIN DARI RADIOGRAFI PERIAPIKAL


Determinasi jenis kelamin menjadi bagian yang penting dalam bidang
forensik, arkeologi, dan untuk kepentingan medikolegal yang lain. Bagian tubuh yang
biasa dipakai antara lain pelvis dan kranium karena ukuran dan morfologi terlihat
berbeda. Radiografi dapat membantu memberikan dimensi yang akurat untuk
determinasi jenis kelamin. Tulang rentan mengalami kerusakan misalnya dalam
kejadian bencana alam atau kebakaran sehingga mengurangi keakuratan identifikasi
jenis kelamin. Gigi lebih tahan terhadap kerusakan tersebut sehingga akurasi
determinasi jenis kelamin dengan gigi mencapai 76-92.5%. Beberapa penelitian
penelitian menyebutkan bahwa morfologi gigi kaninus cukup reliabel dalam
mendeteksi jenis kelamin.
Metode penelitian yang digunakan adalah sebanyak 120 subjek penelitian
berusia 20-30 tahun (60 pria dan 60 wanita). Secara klinis, dilakukan pengukuran
lebar mesialdistal gigi kaninus kiri mandibula (MD) dan jarak interkaninus mandibula
(ICD) pada pasien. Secara radiografis, diukur lebar MD pada radiograf periapikal dan
oklusal, jarak ICD pada radiograf oklusal, kemudian dihitung indeks kaninus (CI)
yang didapat dari rasio lebar MD dan ICD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yg signifikan (p < 0.05) antara pria dan wanita pada pengukuran
kaninus, baik secara klinis maupun radiografis. Tidak terdapat perbedaan yg
signifikan antara pengukuran secara klinis dan radiografis.
Pengukuran ICD Pengukuran MD

Pengukuran ICD Pengukuran MD

Dimorfisme seksual merupakan istilah yang mewakili karakteristik morfologi


yang membedakan antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan. Odontometri
dapat diaplikasikan untuk determinasi jenis kelamin. Dilihat dari ukuran, ukuran gigi
laki-laki lebih besar dibandingkan wanita. Hal ini dapat terjadi karena amelogenesis
gigi desidui dan permanen memakan waktu yang lebih warna. Gigi kaninus dipilih
dalam penelitian ini karena merupakan gigi yang paling jarang diekstraksi dan
mempunyai insidensi karies dan penyakit periodontal yang rendah. Lebar ICD
mempunyai hubungan yang signifikan dengan dimensi lebar rahang. Bentuk rahang
pria cenderung agak kotak dan lebih besar dibandingkan dengan wanita yang
mempunyai bentuk rahang lebih lancip/ pointed.

Selain methode diatas jurnal lain menyebutkan gigi memiliki ciri khas
individual. Gigi dapat dimanfaatkan untuk identifikasi gender dari ukuran gigi. Gigi
yang dapat dimanfaatkan adalah caninus yaitu dengan menggunakan radiograf
periapikal dan teknik Analisis – Garn and Lewis, Penelitian dilakukan dengan
menggunakan 40 subyek, yaitu 20 laki-laki dan 20 wanita. Kemudian dilakukan
pengukuran mesiodistal gigi caninus. Selanjutnya dilakukan analisis Garn dan Lewis
dan dilakukan analisis ANOVA.

Analisis – Garn and Lewis


𝑋𝑚
x 100
𝑋𝑓
Xm =rata-rata lebar kaninus pada pria
Xf = rata-rata lebar kaninus pada wanita

Hasil
Hasil penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut :
• Rata-rata lebar caninus pada pria daripada wanita
• Ukuran kaninus kanan lebih besar daripada kiri
• Lebar kaninus ≥ 7 mm menunjukkan gender pria
• Kaninus kiri memiliki signifikansi lebih tinggi dalam pengukuran

II.3 IDENTIFIKASI RAS DARI FOTO PERIAPIKAL

Ras Manusia berarti segolongan penduduk suatu daerah yang mempunyai


sifat-sifat keturunan tertentu berbeda dengan penduduk daerah lain.
A.L. Krober membagi ras di dunia menjadi:
1. Kaukasoid
2. Negroid
3. Mongoloid
KAUKASOID
Pada ras ini memiliki ciri-ciri :
• Permukaan lingual incicivus rata
• Lengkung rahang sempit
• Lengkung rahang v-shaped dan menyebabkan gigi berjejal
• Cusp carabelli pd mesiopalatal M1 atas permanen dan M2 desidui
• M2 permanen 4 cusp
• Ukuran buko-palatal gigi premolar kedua bawah sering ditemukan mengecil
dan ukuran mesio distal melebar
• Molar pertama rahang bawah lebih panjang dan bentuk tapered

NEGROID
Pada ras ini memiliki ciri-ciri :
• Gigi kecil dengan space, sering adanya midline diastema
• Supernumerary teeth
• P2 Rb memliki 2/3 cusp yang berbeda
• Premolar pertama bawah terdapat dua/tiga lingual cusp
• Gigi molar pertama bawah berbentuk segi empat dan kecil
• Maloklusi klas III dan Open Bite
• Impaksi M3 Jarang
• Bimaksilary protrusi
• Akar premolar pertama membelah/tiga akar
• Kadang kadang ditemui molar ke-empat
Mongoloid
Pada ras ini memiliki ciri-ciri :
• Gigi incicivus pertama berbentuk sekop
• Permukaan email seperti butiran mutiara
• Adanya kelebihan akar distal dan accessory cusp pada permukaan mesiobukal
pada gigi molar pertama bawah
• Molar pertama bawah berbentuk bulat dan lebih besar

 Pada gigi insisif lengkung rahang lebih besar dibanding kaukosoid


 Premolar turbecles pd bucal cusp biasa disebut Dens Evaginatus
 M3 RA 5 bilateral cusp
 Molar RB cusp distal lebih ke lingual dibanding kaukasoid
 Ukuran dan panjang akar mengecil semakin ke posterior
 Akar Extra distolingual M1 dan M3 RB
 Taurodism
 Perluasan kontur enamel Molar RB pada bukal, Cusp Carabelli jarang
BAB III
KESIMPULAN

1. Gigi sebagai identifikasi karena bagian terkuat dalam tubuh manusia sangat
tahan terhadap fluida eksternal, suhu sampai 1000º F, ledakan, dan kondisi
ekstrem lainnya, sebagian besar masyarakat pernah sakit gigi sehingga
memilik data ante ante mortem untuk di sinkronkan dengan data postmortem.
2. Radioidentifikasi menggunakan teknik intra oral periapikal bisa digunakan
estimasi umur, jenis kelamin dan ras

DAFTAR PUSTAKA
1. Syahamah Andi I. Skripsi : Estimasi Umur Kronologis Manusia Berdasarkan
Gambaran Foto Panoramik Gigi Menggunakan Metode Schour and Masseler.
2016. Universitas Hasanuddin. Makassar

2. Shahin KA, Chatra L, Shenai P. Journal of Forensic Radiology and Imaging


Dental and craniofacial imaging in forensics. J Forensic Radiol Imaging
[Internet].2013;1(2):56–62.A from: http://dx.doi.org/10.1016/j.jofri.2012.12.001

3. Rai B KJ. Evidence-Based Forensic Dentistry. Berlin; 2013.

4. Kapila R, Nagesh KS, R. Iyengar A, Mehkri S. Sexual Dimorphism in Human


Mandibular Canines: A Radiomorphometric Study in South Indian Population.
Journal of Dental Research, Dental Clinics, Dental Prospects. 2011;5(2):51-54.

5. Shivlal M Rawlani, Sudhir S Rawlani1, Rahul R Bhowate, Rakhi M Chandak2,


Monika Khubchandani3 , 2017, Racial Characteristics of Human Teeth

6. Nadendla LK, Paramkusam G, Pokala A, Devulapalli RV; Identification of gender


using radiomorphometric measurement of canines by discriminant of function
analysis Indian J Dent res; 2016; 27-31

Anda mungkin juga menyukai