160821170001
Universitas Padjadjaran
Bandung
2018
BASIS CRANII
Struktur Kepala
Tengkorak dibentuk oleh gabungan beberapa tulang. Masing – masing tulang (kecuali
mandibula) disatukan pada sutura. Sutura dibentuk oleh selapis tipis jaringan fibrosa yang mengunci
pinggiran tulang yang bergerigi. Sutura mengalami osifikasi setelah umur 35 tahun. Pada atap
tengkorak, permukaan dalam dan luar dibentuk oleh tulang padat dengan lapisan spongiosa yang
disebut diploe terletak di antaranya. Terdapat variasi yang cukup besar pada ketebalan tulang
tengkorak antar – individu. Tengkorak paling tebal pada tempat yang tidak dilindungi oleh otot.1
a. Os frontale di depan
b. Os parietale kiri dan kanan
c. Os occipital di belakang1
a. Gigi rahang atas cekungan palatum durum, yang dibentuk oleh processus palatines maxilla
di bagian depan dan sebagian os palatines di bagian belakang
b. Arcus zygomaticus dibentuk terutama oleh os zygomaticus, dengan penonjolan maxilla di
bagian depan dan os temporal di bagian yang lain di belakang
c. Fossa infratemporalis ruang di antara arcus zygomaticus dan kubah tengkorak
d. Bagian dari os sphenoidale
e. Bagian os temporal mencakup processus mastoideus, processus styloideus, dan canalis
caroticus (yang dilalui arteria carotis internus)
f. Os occipital mengelilingi foramen magnum
g. Foramen magnum yang dilalui oleh medulla spinalis, dan arteria vertebralis
h. Condylus occypitalis di setiap sisi foramen magnum untuk articulatio atlantoocipitalis
(vertebra cervicalis I)
i. Beberapa foramen untuk pembuluh darah dan saraf1
Fossa cranii posterior merupakan fossa yang terbesar dan terdalam dibentuk dari :
Struktur Otak
Otak
Otak adalah massa besar jaringan saraf yang terletak di dalam cranium (tengkorak). Otak
terdiri atas neuron serta sel neuroglia penyokong. Otak adalah tempat reflex berintegrasi untuk
mempertahankan lingkungan internal. Otak juga merupakan sumber beberapa hormone dan tempat
integrasi semua informasi sensorik. Otak menerima sekitar 15% curah jantung. Sel otak memerlukan
glukosa untuk metabolism energy dan produksi ATP. Sistem saraf pusat dalam otak dibagi menjadi
otak depan (forebrain), otak tengah (midbrain) , dan otak belakang (hindbrain), dan medulla spinalis.
Otak tengah dan otak belakang membentuk batang otak.2
Otak depan
Otak depan mencakup diensefalon, yang terletak di pusat otak, dengan hemisfer serebri kiri
dan kanan. Bagian luar hemisfer serebri disebut korteks serebri. Hemisfer serebri dihubungkan
melalui fisura longitudinalis oleh berkas akson, yang salah satunya adalah korpus kalosum.
Diensefalon mencakup epitalamus, thalamus, subtalamus, dan hipotalamus.2
Korteks Serebri
Korteks serebri diatur secara horizontal berdasarkan fungsi dan secara vertical menjadi
lapisan – lapisan. Lapisan vertical secara jelas digambarkan dan diulang di seluruh korteks. Korteks
serebri adalah bagian otak yang paling maju dan bertanggung jawab untuk memahami lingkungan
dan memulai pikiran dan perilaku yang berorientasi tujuan. Korteks disebut substansia grisea (gray
matter) karena lebih banyaknya badan sel saraf dibandingkan dengan akson neuron, yang cenderung
tampak putih. Bagian lain dari korteks serebri, yang disebut lobus, melaksanakan fungsi yang
berbeda. Beberapa bagian korteks serebri berfungsi sebagai area sensorik primer dan secara langsung
menerima stimulus sensorik yang datang. Area ini dibatasi oleh area sensorik sekunder yang
membantu menginterpretasikan stimulus sensorik. Area asosiasi lainnya menerima informasi dari
area sensorik primer dan sekunder, dan dari tempat lain di otak korteks dan subkorteks. Area asosiasi
memungkinkan gerakan yang kompleks, interpretasi dan pembentukan bahasa, serta respons yang
tepat terhadap teman, musuh, dan orang asing. Lobus korteks diperlihatkan pada gambar 7 dan fungsi
lobus pada tabel 1.2
1. Lobus frontalis mencakup bagian korteks serebri di depan sulkus sentralis (fisura atau
lekukan) dan di atas sulkus lateralis. Bagian ini mengandung area motorik dan premotorik.
Area broca terletak di lobus frontalis kiri dan mengontrol pembentukan (atau artikulasi)
bicara. Banyak area asosiasi di lobus frontalis menerima informasi dari seluruh otak dan
menggabungkan informasi tersebut menjadi pikiran, rencana, dan perilaku. Lobus frontalis
bertanggung jawab untuk perilaku bertujuan, pembuatan keputusan moral, dan pemikiran
yang kompleks. Lobus frontalis juga memodifikasi (membatasi) dorongan emotional yang
dihasilkan pada sistem limbil dan refleks vegetative batang otak.
Batang sel di area motorik primer lobus frontalis mengirimkan tonjolan akson ke medulla
spinalis yang sebagian besar berjalan dalam jalur yang disebut sebagai traktus kortikospinalis.
Pada traktus kortikospinalis, neuron motorik menyebrang ke sisi yang berlawanan, informasi
motorik dari sisi kiri korteks serebri disalurkan ke sisi kanan medulla spinalis dan mengontrol
gerakan motorik sisi kanan tubuh dan sebaliknya. Akson lain dari area motorik berjalan di
jaras ekstrapiramidal. Serabut ini mengontrol gerakan motorik halus dan berjalan di luar jaras
kortikospinal ke medulla spinalis.
2. Lobis parietal area korteks yang terletak di belakang sulkus sentralis, di atas fisura
lateralis, dan meluas ke belakang sampai fisura parieto oksipitalis. Lobus parietalis menerima
input sensorik untuk sentuhan dan nyeri. Sel lobus parietalis bekerja sebagai area asosiasi
sekunder untuk menginterpretasikan stimulus yang datang. Lobus parietalis mengirim
informasi sensorik ke banyak area lain di otak, termaksud area asosiasi motorik dan visual di
sebelahnya.
3. Lobus oksipitalis lobus posterior korteks serebri. Lobus ini terletak di sebelah posterior
lobus parietalis dan di atas fisura parieto oksipitalis, yang memisahkan serebelum. Lobus ini
berisi korteks visual dan area asosiasi visual. Lobus oksipitalis menerima informasi yang
berasal sebagai signal di retina.
4. Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebri yang meluas ke bawah dari fisura
latelalis dan ke belakang sampai fisura parieto oksipitali. Lobus temporalis adalah area
asosiasi primer untuk informasi pendengaran dan mencakup area Wernicke, tempat bahasa
diinterpretasikan. Lobus ini juga terlibat dalam interpretasi baud an penting untuk
pembentukan dan penyimpanan memori. Hipokampus adalah sebagian dari lobus
temporalis.2
1. Talamus menerima semua informasi sensorik yang datang (kecuali bau) dan secara
berturut – turut menyampaikan informasi tersebut melalui berbagai traktur aferen ke bagian
lain korteks serebri. Serabut desenden dari korteks serebri juga berjalan ke bawah menuju
thalamus. Fungsi korteks serebri bergantung pada penyampaian thalamus. Thalamus juga
merupakan bagian dari sistem aktivasi reticular (reticular activating system, RAS), suatu
kelompok neuron yang luas yang penting dalam membuat individu terjaga. Thalamus
menerima informasi nyeri dan menyampaikannya ke korteks serebri.
2. Hopothalamus membentuk dasar diensefalon. Hipothalamus merupakan organ saraf dan
endokrin penting yang bertanggung jawab untuk mempertahankan homeostasis (kestabilan
lingkungan internal). Hipothalamus mengintegrasikan dan mengarahkan informasi mengenai
suhu, rasa lapar, aktivitas sistem saraf otonom, dan status emosi. Hipothalamus juga mengatur
kadar beberapa hormone termasuk hormone hopofisis.
3. Ganglia basalis pulau substansia grisera yang terletak dalam di diensefalon pada kedua
sisi thalamus dan otak tengah bagian atas yang memproses dan memengaruhi informasi di
jaras saraf ekstrapiramidal. Ganglia basalis penting untuk mengontrol gerakan yang sangat
terampil yang memerlukan pola dan kecepatan respons tanpa pemikiran yang disengaja.
Kecepatan gerakan seorang pemain baseball dan keanggunan seorang ballerina memerlukan
kontrol ganglia basalis yang signifikan.2
Sistem Limbik
Sistem limbic adalah kelompok difus neuron dari area yang berbeda di otak. Neuron di sistem
limbik meliputi serabut dari semua lobus otak depan dan hubungan yang luas dari hypothalamus dan
thalamus. Area otak tengah dan otak belakang juga mengirimkan proyeksi yang membentuk sistem
limbic. Hipokampus dianggap sebagai bagian sistem limbic dan berperan penting dalam memberi
kode dan mengonsolidasi memori. Amigdala, yang juga dianggap sebagai bagian sistem limbic,
terlibat dalam pembentukan emosi, agresi, dan perilaku seksual. Belajar dan perilaku juga
dipengaruhi oleh beberapa struktur sistem limbic dan hubungan.2
Batang Otak
Batang otak tersusun dari pons, medulla oblongata, dan mesensefalon (otak tengah). Di
batang otak terdapat sel yang mengontrol fungsi sistem kardiovaskular dan pernafasan. Neuron
berjalan melalui batang otak dan membawa informasi motorik ked an dari korteks serebri sehingga
mengontrol keseimbangan. 10 dari 12 saraf cranial yang mengontrol fungsi motorik dan sensorik
mata, wajah, lidah, dan leher, keluar dari batang otak. Fungsi sekresi dan motorik saluran
gastrointestinal dan fungsi sensorik pendengaran dan pengecapan juga dikontrok oleh saraf cranial. 2
Formasio Retikularis
Berjalan melalui batang otak adalah jaringan yang terdiri atas banyak neuron kecil bercabang,
yang disebut formasio retikularis. Neuron ini mencakup jaras asenden dan desenden, yang beberapa
di antaranya berkumpul membentuk pusat yang mengontril refleks menelan, muntah, serta refleks
pernafasan dan kardiovaskular. Formasio retikularis juga sangat penting untuk keadaan terjaga dan
diperlukan untuk memfokuskan perhatian. Fungsi formasio retikularis sangat penting untuk
kehidupan.2
Serebelum
Serebelum berada di otak belakang sebelah posterior batang otak. Serebelum membantu
mempertahankan keseimbangan dan bertanggung jawab untuk respon otot rangka halus sehingga
menghasilkan gerakkan voluntter yang baik dan terarah. Serebelum mengontrol gerakan cepat dan
berulang yang diperlukan untuk aktivitas seperti mengetik, bermain piano, dan mengendarai sepeda.2
Saraf Kranial
FRAFKTUR CRANIUM
Langkah 1:
- Nilai SCALP Tampak/tidak kelainan
S Skin
C Connective Tissue
A Aponeurosis sub galeal
L Loose of aerolar tissue
P Pericranium
- Nilai tulang tengkorak
Tab eksterna – Diploe – Tabule Interna (perdarahan biasanya terjadi pada tab eksterna cepal
hematoma)
- Lihatlah apakah ada fraktur atau tidak
Fraktur Linier
o Tampak terlihat garis radiolusen linear di daerah parietal
o Jika fragmen fraktur overlap bisa terlihat suatu garis dengan densitas tinggi
o Fraktur tampak lebih lusen pada vasa dan sutura, arah tidak teratur
Gambar 10. Fraktur Cranium Linear
Fraktur Impresi
o Tampak satu atau dua garis sejajar dengan densitas tinggi pada tulang cranium disertai
kerusakan jaringan di bawahnya
Fraktur Stellata
o Tampak fraktur radier, menyebar dan berpusat pada satu titik
Gambar 12 Fraktur Cranium Stellata
Fraktur Diastasis
o Tampak pelebaran atau pembukaan sutura
Langkah 4:
- Nilailah sella turcica
- Lihat apakah ada pelebaran, destruksi (jika ada kemungkinan itu adalah tanda metastase tumor),
pendalaman dan juga klassifikasi
Gambar 16 Sella Turcica
Langkah 5:
- Lihat air fluid level di sinus (sinus sphenoid dan frontalis)
- Biasanya dilakukan untuk menilai apakah terjadi fraktur basis cranii dimana ada gambaran air
fluid level terutama pada sinus sphenoid
AFL Sinus
Sphenoid
Gambar 18 Os Cranium
PATOFISIOLOGI
Cedera pada basis cranii dapat dibedakan menjadi burst fracture dan bending fracture
o Fraktur bending disebabkan trauma langsungdan tepat kearah tengkorak. Yang
akan menghasilkan depresi tulang pada sisi yang terkena impact dengan ciri
fraktur kominutif atau perforasi.
o Fraktur burst disebabkan oleh benda yang permukaannya luas dan trauma tidak
langsung ke tulang tengkorak. Kekuatan yang dihasilkan diteransmisikan dan
di daerah yang tulangnya tipis, karena ealstisitas yang minimal menyebabkan
kerusakan.
Gambar . (a)fokus trauma menyebabkan
pembentukan fisura primer pada sisi tulang yang
berlawanan (b)dampak diarea yang luas pada
tulang menyebabkan kompresi dan akhirnya terjadi
burst fraktur
DIAGNOSA
Gejala klinis
Hematoma pada kelopak mata dapat itmbul akibat cedera pada cedera
kraniofasial atau pada atap orbita. Kelainan ini dapat timbul unlateral atau bilateral
dan juga berwarna biru pada tahap awal. Pembengkakan dapat mengnggu
pembukaan kelopak mata.
Kelopak mata dibagi oleh septum orbita, yang memungkinkan lokalisasi
cedera diwilayah orbita. Cedera kraniofasial mengakibat terlihatnya hematoma
ventral yang hanya terdapat pada septum orbita, yang mana dapat dilihat segera
setelah trauma.
Cedera dari basis cranii memperlihatkan hematoma pada dorsal dan ventral
ke esptum orbita, karena semakin panjang jarak kekelopak mata, hematoma ini
dapat diamati segera setelah cedera terjadi.
Jika udara masuk ke apparatus kelopak mata dari hidung dan sinus paranasal
(misalnya pada cedera atap sinus ethmoid, yang meluas ke orbita roof), dapat
menyebabkan emfisema pada kelopak mata. Hal ini dapat didentifikasi dengan
adanya krepitasi.
Seiferth Sign
Seiferth sign adalah hematoma submucosal yang terlihat pada atap faring
yang dapat terjadi dengan fraktur yang melibatkan sinus sphenoid atau ethmoid
posterior. Fleksibel endoskopi digunakan untuk mengevaluasinya.
Gangguan Penciuman
CSF Rhinorea
Kebocoran cairan serebrospinal dapat terjadi sebagai trauma cedera primer
maupun sekunder (beberapa minggu hingga bulan setelah trauma). Rinorea cairan
serebrospinal dapat terjadi hanya jika ada fistula cairan serebrospinal (terdapat
hubungan antara ruang intrakranial dan ruang udara di tulang wajah.
Kebocoran cairan serebrospinal dapat didiagnosis dengan menggunakan
endoskopi, tes imunologi, contras radiografi atau dengan metode dye.
CSF otore
Pneumocephalus
Pneumochepalus yaitu adanya udara diintrakranial. Penigkatan tekanan
dihidung dan sinus paranasal meyebabkan udara bocor melalui defect pada basis
cranii yang akan mengakibatkan adanya udara di epidural,subdural/subarachnoid
maupun intracerebral.
Meningitis
Meningitis terjadi dalam hitungan jam atau hari setelah cedera. Hal ini
disebabkan oleh infeksi keventrikel. Tanda-tanda khas dari meningitis adalah
mengantuk, leher kaku, kernig atau lasgue sign positif.
Laboratorium
Dasar metode untuk mendeteksi adanya basilar skull injuri disertai dengan
kebocoran CSF yaitu sebagai berikut:
Glukosa/Protein Analisis
Metode Dye
Metode dye menggunakan pewarna intratekal untuk mengamati
ekstravasasi kedalam hidung dan sinus paranasal sebagai bukti adanya kebocoran
CSF. Metode yang sering digunakan meliputi pewarnaan sodium fluorescein dan
CSF skintigrafi, yang keduanya digunakan terutama unutk medteksi kebocoran
CSF.
Standar saat ini dalam mendiagnosis fraktur yang dicurigai sebagai fraktur
basis cranii anterior adalah dengan menggunakan computer tomography (CT).
Gambar diambil di axial (sinus frontal dan dinding lateral sinus sphenoid) dan
koronal (plate cribriform dan atap ethmoid).
Radiografi konvensional harus dibatasi penggunaannya sebagai alat
skreening untuk fraktur. Untuk CT imaging dan evaluasi fraktur basis cranii
anterior akibat pergeseran osseous, kenaikan antara setidaknya 2mm untuk
memastikan visualisasi; untuk pencitraan sinus sphenoid, kenaikan antara irisan
haru 4 mm.
Gambar. (a)fraktu disisi kanan basis kranii (b)fraktur disisi kiri basis cranii
(c)terlihat kebocoran iotrolan disinus paranasal
Pasien yang menderita cedera kepala dan memiliki resiko berikut harus
dilakukan immobilisasi leher, seperti:
o GCS < 15 pada penilaian awal oleh tenaga kesehatan profesional
o Parestesia di ekstremitas
15) harus dinilai segera, dan pasien dengan GCS kurang dari atau sama dengan
8 harus lebih awal ditangani untuk segera dirawat oleh tenaga profesional
dalam memberikan pengelolaan jalan napas dan membantu resusitasi serta
dilakukan pemeriksaan radiologi.
Fokus utama dari penilaian gawat darurat pada pasien dengan cedera kepala
adalah adanya resiko cedera otak dan fraktur cervikal .
Semua pasien dengan cedera kepala harus segera dinilai oleh tenaga terlatih
maksimal dalam 15 menit setelah tiba di Rumah Sakit. Selanjutnya dilakukan
dengan menetapkan apakah pasien tersebut memiliki resiko tinggi atau rendah
cedera otak dan atau fraktur servikal dengan menggunakan pemeriksaan klinis
dan pencitraan (kepala dan servikal).
Pada pasien yang dianggap berisiko tinggi untuk cedera otak dan atau
fraktur servikal, pemeriksaan harus diperluas keseluruh pemeriksaan klinis dan
permintaan CT-scan kepala dan atau servikal.
Pasien yang telah menjalani pemeriksaan awal, dan dianggap memiliki
resiko rendah untuk menderita cedera otak dan atau fraktur servikal, harus
diperiksa kembali dalam waktu 1 jam setelahnya.
Nyeri harus dikelola secara efektif karena dapat menyebabkan kenaikan
tekanan intrakranial. Bidai anggota badan yang fraktur sangat membantu,
kateterisasi juga akan mengurangi iritabilitas. Analgetik hanya boleh diberikan
di bawah pengawasan dokter.
o Insufisiensi ventilasi yang dinilai dari analisa gas darah: hipoksemia (PaO2
o Respirasi irreguler
Cairan intravena
Cairan intravena diberikan untuk resusitasi dan menjaga agar penderita tetap
normovolemia. Konsep dehidrasi yang diperkenalkan pada masa lalu, sekarang jauh
lebih merugikan dibanding faedahnya terhadap penderita. Walaupun demikian,
jangan memberikan cairan yang berlebihan. Secara khusus ditekankan, jangan
memberikan cairan hipotonis. Pemberian cairan glukose dapat menyebabkan
hiperglisemia, yang sudah diketahui berbahaya bagi otak yang mengalami cedera.
Oleh karena itu cairan yang dianjurkan adalah garam normal
atau ringer laktat untuk resusitasi pemeriksaan kadara sodium harus dilakukan
dengan hati-hati. Hiponatremia berhubungan dengan edema otak, harus dicegah
atau diterapi dengan agresif.
Hiperventilasi
Manitol
Furosemida
Obat ini digunakan untuk menurunkan tekanan intrakranial. Diuresis dapat
ditingkatkan dengan kjombinasi kedua onat ini. Dosis yang diberikan antara 0,3-
0,5 mg/kg berat badan intravena.
Antikonvulsan
Epilepsi pasca trauma terjadi pada 5% dari semua penderita yang masuk rumah
sakit dengan cidera kepala tertutup dan 15% pada cidera kepala berat. Tiga faktor
utama yang berhubungan dengan terjadinya epilepsi. 9
o Kejang yang timbul pada minggu pertama
o Pendarahan intraserebral
o Fraktur depresi
Operatif
a. Pertimbangan umum
a. Perhatian umum
a. Modalitas pengobatan
Kesimpulan
Otak adalah bagian tubuh yang tepenting dalam tubuh, oleh karena itu otak dilapisi oleh
tengkorak yang sangat kuat untuk melindunginya. Otak memiliki fungsi – fungsi yang sangat
penting dalam tubuh, salah satunya adalah dalam mengkoordinasikan seluruh bagian tubuh.
Reticular Activating System (RAS) adalah bagian dari sistem otak yang mengontrol kesadaran
dari tubuh kita. Adanya fraktur pada basis cranii yang dialami oleh pengemudi dalam khasus yang
mengakibatkan pengemudi tersebut tidak sadarkan diri bisa disebabkan oleh adanya gangguan
pada RAS sehingga pengemudi tersebut tidak sadarkan diri.
36
Daftar Pustaka
37