Anda di halaman 1dari 75

A.

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SARAF PUSAT


1. Cerebrum
Serebrum (cerebrum) adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari atas dua
hemisfer serebri (hemisphere cerebri) dan dihubungan oleh massa subtansia alba yang di
sebut korpus kolosum (corpus calosum) dan empat lobus yaitu, lobus frontal (terletak di
depan sulcus pusat sentralis), lobus pariental terletak di belakang sulcus pusat dan di atas
sulcus lateral, lobus oksipital terletak di bawah sulcus parieto-oksipital dan lobus
temporal terletak di bawah sulcus lateral. Hemisfer di pisahkan oleh suatu celah dalam
yaitu fisura longitudinalis serebri, di mana ke dalamnya terjulur flax cerebri.
Lapisan permukaan hemisfer di sebut korteks (kortex) disusun oleh subtansia
grisca. Subtansia grisca terdapat pada bagian luar dinding serebrum bagian dalam. Pada
prinsipnya komposisi subtansia grisca yang terbentuk dari badan-badan sel saraf
memenuhi korteks serebri, nukleus, dan basal ganglia. Subtansia alba terdiri atas sel-sel
saraf yang menghubungkan bagian-bagian otak yang lain. Sebagian besar hemisfer
serebri (telensefalon-telencephalon) berisi jaringan sistem saraf pusat (SSP). Area inilah
yang mengontrol fungsi motorik tertinggi, yaitu fungsi idividu dan intelegensi.
a. Lobus Frontal
Lobus frontal merupakan lobus terbesar yang mencakup bagian dari korteks
serebrum bagian depan, yaitu dari sulcus sentralis (suatu fisura atau jalur) dan di dasar
sulcus lateralis. Area Broca terletak di lubos frontalis dn mengontrol ekspresi bicara.
Area asosiasi di lobus frontalis menerima informasi dari seluruh otak dan
menggabungkan informasi-informasi tersebut menjadi pikiran, rencana, dan perilaku.
Area ini mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian, dan menahan
diri.

b. Lobus Parietal-lobus sensori


Lobus parientalis adalah daerah korteks yang terletak di belakang sulcus sentralis,
di atas fisura lateralis dan meluas ke belakang ke fisura parieto-oksipitalis. Area ini
menginterprestasikan sensasi. Sensasi yang tidak berpengaruh adalah bau. Lobus
parietal mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
Kerusakan pada daerah ini menyebabkan sindrom hemineglect.
c. Lobus Temporal
Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke bawah dari
fisura lateralis dan ke sebelah postarior dari fisura parieto-oksipitalis. Berfungsi
mengintegrasikan sensasi pengecap, penghidu, pendengaran,dan sebagai tempat
penyimpanan memori.
d. Lobus oksipital
Terletak di sebelah posterior dari lobus parientalis dan di atas fisura parieto-oksipitalis
yang memisahkannya dari serebelum. Lobus ini adalah pusat asosiasi visual utama.
Bagian ini bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan, yaitu menerima
informasi yang berasal dari retina mata.

e. Korpus kalosum
Korpus kalosum adalah kumpulan serat-serat saraf tepi. Korpus kalosum
menghubungkan kedua hemisfer otak dan bertanggung jawab dalam transmisi
informasi dari salah satu sisi otak ke bagian lain. Informasi ini meliputi sensorik
memori dan belajar menggunakan alat gerak kiri. Beberapa orang yang dominan
menggunakan tangan kiri mempunyai bagian serebri kiri dengan kemampuan lebih
pada bicara, bahasa, aritmatika dan fungsi analisis.
Daerah hemisfer yang tidak dominan bertanggung jawab dalam kemampuan geometrik,
penglihatan serta membuat pola dan fungsi musikal. Basal ganglia terdiri atas sejumlah
nukleus dan terletak di bagian terdalam hemisfer serebri, bertanggung jawab
mengontrol gerakan halus tubuh, kedua tangan dan ektremitas bagian bawah. Contoh,
menulis.

Cairan Serehrospinal
Cairan serebrospinal merupakan cairan yang bersih dan tidak berwarna dengan
berat jenis 1,007, diproduksi di dalam ventrikel dan bersikulasi di sekitar otak dan
medulla spinalis melalui sistem ventricular. Cairan serebrospinalis berfungsi sebagai
bantalan untuk jaringan lunak otak dan medula spinalis, juga berperan sebagai media
pertukaran nutrien dan zat buangan antara darah dan otak sarta medula spenalis.
Pada ventrikel, terdapat empat bagian. Ventrikel lateral kanan, kiri, ventrikel
ketiga dan keempat. Kedua ventrikal lateral keluar ke ventrikel ketiga pada foramen
antara ventricular dan foamen Montro. Ventrikel ketiga dan keempat berhubungan
melalui saluran Sylvius. Ventrike.keempat menyuplai cairan Serehrospinal ke ruang
subarachnoid dan turun ke medulla spinalis pada permukaan daerah dorsal.
CSS diperoduksi di dalam plekses koroid pada ventrikel lateral ketiga dan
keempat. Secara organic dan nonorganic, kandungan CSS sama dengan plasma, tetapi
mempunyai perbedaan konsentrasi. CSS mengandung protein, glukosa dan klorida;
juga mengandung immunoglobulin. Secara normal, CSS mempunyai sedikit sel-sel
darah putih dan tidak mengandung sel darah merah. CSS kembali ke otak dan
kemudian disirkulasi mengitari otak, di mana diabsorbsi melalui villi arknoid.

2. Otak Kecil (Cerebellum)


Otak kecil (cerebellum) terletak di bagian belakang kepala. Otak kecil ini
menggantung di belakang pons. Cerebellum berfungsi untuk mengatur koordinasi
gerakan. Seseorang yang mengalami gangguan fungsi cerebellum akan mengalami
kesulitan untuk menggerakkan tangannya sendiri dari posisi lurus ke depan
untukmenyentuh hidungnyajuga tidak dapat melakukan gerakan berulang seperti
menyisir rambut, ototnya terasa lemah dan tangan gemetar (tremor). Permukaan otak
kedl juga berlekuk-lekuk, tetapi dengan pola yang berbeda daripada otak besar. Jika pada
cerebrum lekukan itu dinamakan gyri & sulci, pada cerebellum lipatannya dinamakan
folia. Keberadaan lipatan ini juga memperluas permukaan lapisan kulit cerebellum yang
banyak mengandung sel saraf.
Serebelum terletak melingkupi syetem sensorik dan motorik utama dibatang otak.
Serebelum dihubungkan dengan batang otak kedua sisinya oleh pedunkulus superior
(prakilum konjungtivum), pedumkulus medialis (rakiumkontis) dan pendunkulu sinverior
(kurkusrestiformis). Vermis (bagian tengah otak kecil) yang terletak dimedial, dan
hermisfer serebelum yang terletak dilateral berlipat-lipat dan memiliki fisura yang lebih
luas dari pada korteksselebri; berat sebelumya 10% dari berat korteks selebri tetapi luas
permukaanya sekitar 75% dari korteks selebri.
a. Struktur Cerebelum
Cerebellum terdiri dari lapisan substanti agrisea di bagian luar yang disebut cortex
dan lapisan substantia alba di bagian dalam.
1) Struktur Cortex Cerebelli
Certexcerebelli dapat diumpamakan sebagai sebuah lembaran besar berlipat-lipat
dan terletak pada bidang koronal atau transversal.Setiap lipatan atau folium terdiri
dari inti substantia alba dan di atasnya ditutupi oleh substantia grisea.
Substantia grisea cortex di seluruh cerebellum memiliki struktur yang sama.
Substantia ini dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Lapisan luar ( molekuler )
Terdiri dari dua tipe neuron: sel stellatum yang terletak di sebelah luar dan
sel basket yang terletak di sebelah dalam.
b) Lapisan tengah (lapisan sel purkinje)
Sel purkinje adalah neuron Golgi tipe I yang besar. Berbentuk seperti botol
dan tersusun dalam satu lapis.
c) Lapisan dalam (lapisansel granular)
Lapisan granular dipadati oleh sel-sel kecil dengan inti berwarna gelap serta
sedikit sitoplasma.

2) Substantia Alba
Terdapat sedikit substantia Alba di dalam vermis dan bentuknya menyerupai
batang dan cabang pohon arbor vitae. Banyak terdapat substantia alba pada
masing-masing hemispherium cerebeli. Substantia alba dibentuk oleh tiga
kelompok serabut:
a) Serabu tintrinsik tidak meninggalkan cerebellum, tetapi menghubungkan
berbagai regio organ yang berbeda.
b) Serabut aferen membentuk sebagaian besar substantia alba dan berjalan
menuju kortex cerebelli.
c) Serabut eferen outflow cerebellum dan dimulai dari akson-akson selpurkinje
kortex cerebelli.

b. Fungsi cellebelum
1) Fungsi cellebelum bertanggung jawab untuk mengkoordinasi dan
mengendalikan ketepatan gerakan otot dengan baik. Bagian ini memastikan
bahwa gerakan yang di cetuskan suatu tempat di sistem saraf pusat berlangsung
dengan halusbukan mendadak dan terorganisasi.
2) Cerebelum juga berfungsi untuk mempertahankan postur
3) Bagian ini juga membantu mempertahankan ekuilibrium (keseimbangan) tubuh.
Informasi sesorik dari telinga dalam dibawa kelabu cellebelum.

3. Batang Otak (Truncus Serebri)


Batang otak dibentuk oleh medulla oblongata, pons, dan mesencephalon serta
menempati Fossa crania posterior di dalam tengkorak. Bentuknya seperti batang dan
menghubungkan medulla spinalis yang sempit dengan prosencephalon yang luas.
Batang otak mempunyai tiga fungsi utama:
a. Berfungsi sebagai penyalur tractus asendens dan desendens yang menghubungkan
medulla spinalis dengan berbagai pusat yang lebih tinggi di prosencephalon.
b. Mengandung pusat-pusat refleks penting yang mengatur control system respirasi
dan kardiovaskular juga berhubungan dengan kendali tingkat kesadaran.
c. Mengandung nuclei penting saraf cranial III sampai XII.
Batang otak terdiri dari:
a. Diensephalon
Diensephalon hampir seluruhnya tersembunyi di bawah permukaan otak.
Terdiri atas thalamus dorsal dan hypothalamus di ventral. Thalamus adalah massa
substantia grisea yang besar, terletak dikiri-kanan ventriculus tertius. Merupakan
stasiun perantara besar untuk jaras sensoris aferen yang menuju cortex cerebri.
Hypothalamus membentuk bagian bawah dinding lateral dan dasar ventriculus
tertius. Struktur berikut ini terdapat pada dasar ventriculus tertius, dari depan ke
belakang: Chiasma opticum, tuber cinereum, dan infundibulum, corpora
mammilaria, dan substantia perforate posterior

Fungsi hypothalamus :
1) Memproduksi antidiuretic hormone (ADH) dan oksitosin, hormone ini akan
disimpan dikelenjar hipofisis posterior. ADH memungkinkan ginjal
mereabsorpsi air kembali ke darah sehingga mempertahankan volume darah.
Oksitosin menyebabkan persalinan dan pelahiran.
2) Menghasilkan releasing hormones (juga disebut releasing factors) yang
merangsang sekresi hormone oleh kelenjar hipofisis anterior. Hipotalamus
menghasilkan growth hormone releasing hormone (GHRH), yang merangsang
kelenjar hipofisis anterior untuk menyekresi growth hormone (GH).
3) Mengatur suhu tubuh dengan memicu respons, seperti berkeringat pada suhu
hangat atau menggigil dalam lingkungan dingin.
4) Mengatur asupan makanan: hipotalamus di percaya merespons perubahan kadar.
5) Nutrien darah atau bahan kimia yang disekresi sel lemak. Ketika kadar nutrisi
darah rendah, kita merasa lapar, lalu makan. Ini akan menaikkan kadar nutrien
darah dan menimbulkan rasa penuh atau kenyang, dan kita berhenti makan.
6) Mengintegrasi fungsi system saraf otonom, yang pada gilirannya mengatur
aktivitas organ, seperti jantung, pembuluh darah, dan usus.
7) Merangsang respon organ visceral selama berada dalam kondisi emosional.
Ketika kita marah, frekuensi jantung biasanya meningkat.ketika malu, sering
kali wajah memerah. Ini merupakan vasodilatasi kulit wajah. Respon ini di
sebabkan oleh system saraf otonom ketika hipotalamus mempersepsikan
perubahan status emosional. Dasar neurologis emosi kita tidaklah dimengerti
dengan baik, dan respons viseral emosi merupakan sesuatu yang tidak dapat
dikontrol oleh sebagai besar dari kita.
8) Mengatur ritme tubuh, seperti sekresi hormon, siklus tidur, perubahan mood
atau kesiagaan mental. Hal ini biasanya disebut jam biologis kita, ritme seperti
irama sirkadian, yang berarti “seharian”.Jika anda pernah terjaga selama 24 jam.
Anda akan mengetahui betapa hal ini membuat kita disorientasi, sampai jam
biologis hipotalamus diatur kembali.

b. Otak Tengah (Mesensephalon)


Otak tengah adalah bagian sempit otak yang berjalan melewati incisura
tentori dan menghubungkan otak depan dengan otak belakang. Otak tengah terdiri
atas dua belahan lateral yang disebut pedunculus cerebri: masing-masing dibagi
menjadi pars anterior atau crus cerebri, dan pars posterior atau tegmentum, oleh
sabuk substantia grisea berpigmen, yaitu substantia nigra. Rongga sempit otak
tengah adalah aqueductus cerebri, yang menghubungkan ventriculus tertius dan
quartus. Tectum adalah bagian otak tengah posterior terhadap aqueductus cerebri:
memiliki empat tonjolan kecil, yaitu dua colliculus superior dan dua colliculus
inferior. Colliculus ini terletak dianatara cerebellum dan hemisphere cerebri.
Corpus pinealis adalah struktur kelenjar kecil yang terletak di antara colliculus
superior. Melekat melalui suatu tangkai pada dinding posterior ventriculus tertius.
Lekuk kecil pada ventriculus, disebut recessus pinealis, meluas ke dalam basis
tangkai. Corpus pinealis ini seringkali mengalami perkapuran pada usia pertengahan,
dengan demikian dapat terlihat pada radiografi. Fungsi Mesensephalon untuk
menjaga kepala tetap tegak dan mempertahankan keseimbangan atau ekuilibrium
karena otak tengah juga terlibat dengan apa yang dinamakan refleks tegak.

c. Pons Varoli
Pons terletak pada permukaan anterior cerebellum, di bawah otak tengah dan
di atas medulla oblongata. Terutama terdiri atas serabut-serabut saraf yang
menghubungkan kedua belahan cerebellum. Juga mengandung serabut asendens dan
desendens yang menghubungkan otak depan, otak tengah dan medulla spinalis.
Beberapa sel saraf di dalam pons berfungsi sebagai stasiun perantara, sementara
yang lain membentuk nucleus saraf kranialis.

d. Medula Oblongata
Medula oblongata berbentuk kerucut, mengbungkus pons dengan medulla
spinalis. Fissura mediana ventralis terdapat pada permukaan anterior medulla, dan
pada tiap sisinya terdapat pembesaran yang disebut pyramis. Pyramis ini terdiri atas
berkas-berkas serabut saraf yang berasal dari sel-sel saraf besar dalam gyrus
precentralis cortex cerebri. Pyramis ini mengecil ke bawah, dan di sinilah sebagian
besar serabut desendens menyeberang ke kontra lateral, membentuk decussatio
pyramidum. Fungsi medulla oblongata sebagai berikut.
Berkaitan dengan apa yang kita piker vital (seperti pada “tanda-tanda vital”).
Medula berisi pusat jantung yang mengatur frekuensi jantung, pusat vasomotor yang
mengatur diameter pembuluh darah dan juga tekanan darah, serta pusat pernapasan
yang mengatur pernapasan. Anda dapat melihat mengapa sebuah cedera yang
meretakan tulang oksipital dapat cepat berakibat fatal-kita tidak dapat bertahan hidup
tanpa medula. Di medula juga terdapat pusat refleks untuk batuk, bersin, menelan, dan
muntah.

4. Maningen (Selaput Pembungkus Otak)


Komposisi meningen berupa jaringan selaput penghubung yang melindungi,
mendukung dan memelihara otak. Lapisan pelindung otak terdiri dari rangka bagian
luar dan tiga lapisan jaringan ikat yang disebut mininges. Lapisan meningeal terdiri
dari:
a. Dura Mater (lapisan Luar)
Lapisan paling luar; menutup otak dan ,medulla spinalis. Sifat Dura Mater Liat,
tebal, tidak elastik berupa serabut dan berwarna abu-abu.
Bagian pemisah; falx serebri yang memisahkan kedua Hemisfer dibagian
Longitudinal dan Tentorium, yang merupakan lipatan dari Dura yang membentuk
jaringan – jaringan membrane yang kuat. Jaringan ini mendukung Hemisfer dan
memisahkan Hemisfer dengan bagian Bawah Otak (Fossa Posterior). Jika tekanan
di dalam otak Rongga otak meningkat, jaringan otak tertekan kearah tentorium
atau berpindah kebawah, keadaan ini disebut Herniasi.

b. Arakhnoid (lapisan Tengah)


Merupakan membrane bagian tengah; membrane yang bersifat tipis dan
lembut, ini menyerupai sarang laba-laba oleh karena itu disebut Arakhnoid.
Membran ini berwarna putih karena tidak dialiri darah. Pada dinding arakhoid
terdapat Pleksus Khoroid, yang bertanggung jawab memproduksi cairan
Serebrospinal (CSS). Membran yang mempunyai bentuk seperti jari tangan ini
disebut Arakhnoid villi, yang mengabsorpsi cairan serebrospinal (CSS). Pada usia
dewasa normal, CSS diprosuksi 500 ml perhari, tetapi 150 ml diabsorpsi oleh
Villi. Villi mengabsorpsi CSS juga pada saat darah masuk ke dalam system
(akibat trauma, pecahnya aneurisma, stroke, dll) dan yang mengakibatkan
sumbatan. Bila Villi Arakhnoid tersumbat (peningkatan ukuran ventrikel) dapat
menyebabkan Hidrosefalus.
c. Pia-Matter (Lapisan Dalam)
Membran yang paling dalam berupa dinding yang tipis, transparan, yang
menutupi otak dan meluas kesetiap lapisan daerah otak.
Sebuah vertebra berisi sebagian medula spinalis dan selaput-selaputnya: duramater-
arakhnoid dan piamater spinalis.
Selaput pelindung otak: duramater-arakhnoid-piamater
5. Sumsum Tulang Belakang (Medula Spinalis)
Medula Spinalis.korda jaringan yang saraf terbungkus dalam kolumna vertebrata yang
memanjang dari medulla batang otak sampai ke area vertebrata lumbal pertama
disebut medulla spinalis.
a. Fungsi Medula Spinalis
1) Medula spinalis mengendalikan berbagai aktifitas reflexs dalam tubuh.
2) Bagian ini menstransmisi impuls dari otak melalui traktus asenden dan
desenden.

b. Struktur Umum Medula Spinalis


1) Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih.walaupun
diameter medulla spinalis bervariasi, diameter struktur ini biasanya sekitar
ukuran jari kelingking, panjang rata-rata 42cm(17 inci).Tebal 2cm (0,8
inci).Berhenti tumbuh pada usia sekitar 4-5 tahun.
2) Dua pembesaran, pembesaran lumba dan servika, menandai sisi keluar saraf
spinal besar yang mensuplai lengan dan tungkai.
3) Tiga puluh satu pasang saraf spinal keluar dari area urutan korda melalui
foramina intervetebral.
4) Korda berakhir di tengah bawah vertebra lumbal pertama atau kedua
saraf spinal bagian bawah yang keluar sebelum ujung korda mengarah kebawah
disebut korda ekulna muncul dari kolumna spinalis pada foramina intervetebral
lumbal dan sacral yang tepat.
(a) Konus medularis (Terminalis) adalah ujung kaudal korda
(b) Filum terminal adalah perpanjangan fibrosa pla mater yang melekat.
Medulla spinalis terletak di dalam rongga ruas-ruas tulang belakang. Sumsum
tulang belakang merupakan lanjutan dari medula oblongata sambungan keduanya
berupa Pons. Medulla spinalis memanjang sepanjang tulang punggung. Tepatnya
dari atlas (cervis paling atas) sampai ruas tulang pinggang kedua (canalis
centralis vertebrae).

c. Sumsum tulang belakang berfungsi


1) sebagai pusat gerak reflex
2) penghantar impuls sensorik dari kulit atau otot ke otak
3) membawa impuls motorik dari otak ke efektor.
Di dalam tulang punggung terdapat sumsum punggung dan cairan
serebrospinal. Pada potongan melintang bentuk sumsum tulang belakang tampak dua
bagian yaitu bagian luar berwarna putih sedang bagian dalamnya berwarna abu-abu.
Bagian luar sumsum tulang belakang berwarna putih karena mengandung dendrit dan
akson dan berbentuk seperti tiang, sedangkan bagian dalam berwarna abu-abu
berbentuk seperti sayap kupu atau huruf H. Sayap (huruf H), yang mengarah ke perut
disebut sayap ventral dan banyak mengandung neuron motorik dengan akson menuju
ke efektor.

Sedangkan sayap yang mengarah ke punggung disebut sayap dorsal, mengandung


badan neuron sensorik. Dari akar/sayap ventral dan Akar/sayap dorsal itulah jalur
syaraf dari Pusat syaraf maupun efektor dan reseptor bisa kita tentukan.
d. jalur Impuls Tulang Belakang Sadar dan Refleks
Jika arah rangsang dari reseptor mau dibawa ke pusat secara sadar jalurnya
Reseptor - syaraf sensorik - Akar dorsal sumsum spinalis - medula spinalis -
medula oblongata - otak - medula oblongata - medula spinalis - akar ventral -
syaraf motorik - effektor
Jika Refleks tulang belakang ya langsung tanpa pusat otak jalurnya: Reseptor -
syaraf sensorik - akar dorsal - medula spinalis - akar ventral - syaraf motorik -
effektor.

e. Syaraf Tak Sadar Tulang Belakang


Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun
dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam
sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis
yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada
pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung
ganglion disebut urat saraf post ganglion. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas
sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.
Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi
ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang
belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra
ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion
yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu. Fungsi sistem
saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf
parasimpatik terdiri dari keseluruhan “nervus vagus” bersama cabang-cabangnya
ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung
1) Mengecilkan pupil
2) Menstimulasi aliran ludah
3) Memperlambat denyut jantung
4) Membesarkan bronkus
5) Menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
6) Mengerutkan kantung kemih
7) Memperbesar pupil
8) Menghambat aliran ludah
9) Mempercepat denyut jantung
10) Mengecilkan bronkus
11) Menghambat sekresi kelenjar pencernaan
12) Menghambat kontraksi kandung kemih

Jadi Sumsum tulang belakang itu, Pada penampang melintang sumsum tulang
belakang tampak bagian luar berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk
kupu-kupu dan berwarna kelabu (subtansia grisea). Pada penampang melintang
sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut
akar dorsal dan sayap bawah disebut akar ventral. Impuls sensori dari reseptor
dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui akar dorsal dan impuls motor
keluar dari sumsum tulang belakang melalui akar ventral menuju efektor.
Pada akar dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang
akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf
motor. Pada bagian putih terdapat serabut saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf
membentuk saraf (urat saraf). Urat saraf yang membawa impuls ke otak merupakan
saluran asenden dan yang membawa impuls yang berupa perintah dari otak
merupakan saluran desenden.

Gerak reflex Gerak reflek merupakan gerak yang tidak disadari yang terjadi secara
cepat dan spontan. Gerak reflex merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh,
dari rangsang yang membahayakan. Urut-urutan jalannya impuls pada gerak reflex
sebagai berikut:
Impuls - reseptor - sel syaraf sensorik - sumsum tulang belakang - sel syaraf motorik -
efektor (otot). Jarak terpendek yang dilalui impuls untuk gerak reflex disebut
lengkung reflex. Berdasarkan reaksi saat terjadi gerak reflex, gerak reflex dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. Gerak refleks tunggal Gerak refleks yang melibatkan satu efektor. Tangan yang
terkena api rokok, segera ditarik menjauhi api rokok.
b. Gerak refleks kompleks Gerak refleks yang melibatkan banyak efektor. Tangan
yang terkena api rokok, segera ditarik menjauhi api rokok sambil berteriak. Ada
pula respons yang terjadi dengan cepat dan tidak disadari, disebut juga refleks yang
dipelajari. Seperti gerakan seorang karate ketika tiba-tiba menghadapi bahaya.
Reaksi spontan jika seseorang ditanya 4 x 5.

Berdasarkan tempat neuron konektornya, gerak refleks dibedakan atas:


a. Refleks spinalis Gerak spontan yang terjadi jika neuron konektornya berada di
sumsum tulang belakang. Contoh gerakan kaki menghindar dari paku.
b. Refleks kranialis Gerakan yang terjadi jika neuron konektornya berada di dalam
otak. Contoh gerakan kedip mata, dan gerakan menutup mata saat terkena cahaya
yang terlalu kuat secara tiba-tiba.

B. SISTEM SARAF TEPI


Sistem saraf Tepi
(Perifer)

Sistem Saraf Sistem saraf


Autonom Somatik

Sistem Saraf Sistem sarat Urat Sarat Otak


Urat Sarat
Simpatik Parasimpatik (sarat kranial)
sumsum Tulang
Belakang (saraf
Spinal(sarat
kranial)
1. Pengertian Sistem Saraf Tepi (Perifer)

Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang menghubungkan semua bagian
tubuh dengan sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi terdiri atas reseptor sensorik dan
efektor motorik. Reseptor sensorik terletak pada organ, bertugas mendeteksi perubahan
lingkungan luar atau dalam tubuh, serta mengkomunikasikannya pada sistem saraf pusat
melalui saraf sensorik aferen.

2. Fungsi Sistem Saraf


Menurut (Reece, 2004) secara umum system saraf mempunyai tiga fungsi, yang
saling tumpang tindih. Input sensoris, integrasi, dan output motorik.
a. Input adalah penghantar atau konduksi sinyal sari reseptor sensoris, misalnya sel-
sel pendeteksi cahaya di mata ke pusat integrasi.
b. Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang berasal dari stimulasi
reseptor sensorik oleh lingkungan, kemudian dihubungkan oleh respon tubuh
yang sesuai. Sebagian besar integrasi dilakukan dalam system saraf pusat yaitu
otak dan sumsum tulang belakang.
c. Output motoris adalah penghantar sinyal dari pusat integrasi yaitu system saraf
pusat ke sel-sel efektor. Saraf yang menghubungkan sinyal motoris dan sensoris
anatar system saraf pusat dan bagian tubuh lain secara bersamaan disebut system
saraf tepi.

3. Pembagian Sistem Saraf Tepi


a. Sistem Saraf Autonom
Sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang mengatur kerja jaringan dan
organ tubuh yang tidak disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita.
Jaringan dan organ tubuh diatur oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah
dan jantung. Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem
saraf parasimpatik (Wilson, 2005).

b. Sistem saraf simpatik


Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf
preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem
saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum
tulang belakang yang mempunyai aktivitas perangsangan. Sistem saraf simpatik
terlibat dalam aktivitas yang berhubungan dengan pengeluaran energi. (Wilson,
2005).

c. Sistem saraf parasimpatik


Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena
saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Susunan saraf
parasimpatik berupa jaring-jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion
yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang
dikuasai oleh susunan saraf simpatik.
Sistem saraf parasimpatik berkaitan dengan pertahanan tubuh dan
perbaikan sumber-sumber tubuh dan memiliki fungsi yang berkebalikan dengan
fungsi sistem saraf simpatik. Saraf Parasimpatik, yaitu sistem saraf yang
mendukung aktivitas tubuh yang berkaitan dengan peningkatan penyimpanan
energi dalam tubuh. (Wilson, 2005). Adapun fungsi dari sistem simpatik dan
sistem parasimpatik adalah:
d. Sistem saraf Somatik
Sistem saraf somatik merupakan sistem saraf yang kerjanya berlangsung
secara sadar atau diperintah oleh otak yang kemudian akan membawa pesan ke
otot-otot dan kelenjar-kelenjar diseluruh tubuh. Sistem saraf sadar disusun oleh
serabut saraf otak (saraf kranial) yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak dan
serabut saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal) yaitu saraf-saraf yang keluar
dari sumsum tulang belakang (Sloane, 2003).

e. Serabut saraf otak (Kranial)


Menurut (Sloane, 2003) serabut saraf otak (saraf kranial) ada 12 pasang yang
terdiri dari:
1) Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor I, II, VIII.
2) Lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor III, IV, VI, XI, XII.
3) Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor V, VII, IX.
Serabut saraf otak (saraf kranial) ini memiliki fungsi masing-masing,
fungsinya tergantung dai saraf yang mana sehingga akan muncul kerja dari
masing-masing saraf tersebut.
Adapun fungsinya sebagai berikut :

1) Saraf Kranial I (Olfactorius)


Saraf Kranial I (olfactorius) merupakan saraf sensorik. Berfungsi untuk
penciuman, sensori menerima rangsang dari hidung, dan menghantarkannya
ke otak untuk diproses sebagai sensasi bau II.

Mekanisme: sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan


olfaktorius. Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya
berasal dari membran mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari
tulang etmoidal untuk bersinaps di bulbus olfaktorius, dan dari sinilah traktus
olfaktorius berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus temporal
bagian medial sisi yang sama.

2) Saraf Kranial II (Opticus)


Saraf Kranial II (Opticus) adalah saraf sensorik. Berfungsi untuk
penglihatan, input refleks focusing, dan konstriksi pupil di limbic, sensori
menerima rangsang dari mata, serta menghantarkannya ke otak untuk diproses
sebagai persepsi visual III. Mekanisme: saraf optikus merupakan saraf sensorik
murni yang dimulai di retina. Serabut-serabut saraf ini, ini melewati foramen
optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung dengan saraf dari sisi lainnya
pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum, Serabut-serabut dari
lapangan visual temporal (separuh bagian nasal retina) menyilang kiasma,
sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak menyilang.

Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang berasal dari kiasma optikum


berakhir di kolikulus superior, dimana terjadi hubungan dengan kedua nuklei
saraf okulomotorius. Sisa serabut yang meninggalkan kiasma berhubungan
dengan penglihatan dan berjalan di dalam traktus optikus menuju korpus
genikulatum lateralis. Dari sini serabut-serabut yang berasal dari radiasio
optika melewati bagian posterior kapsula interna dan berakhir di korteks visual
lobus oksipital. Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri
sehingga serabut-serabut untuk kuadran bawah melalui lobus parietal
sedangkan untuk kuadaran atas melalui lobus temporal. Akibat dari dekusasio
serabut-serabut tersebut pada kiasma optikum serabut-serabut yang berasal
dari lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan
sebaliknya.

3) Saraf Kranial III (Okulomotorius)


Saraf Kranial III (Okulomotorius) adalah saraf motorik. Berfungsi: pergerakan
bola mata elevasi alis, konstriksi pupil, dan memfokuskan lensa. Saraf ini
mengontrol sebagian besar gerakan mata, konstriksi pupil, dan
mempertahankan terbukanya kelopak mata.

4) Saraf Kranial IV (Trochearis)


Sasar kranial IV (Trochlearis) adalah saraf motorik. Berfungsi sebagai
pergerakan bola mata ke bawah.

5) Saraf Kranial V (Trigeminus)


Saraf Kranial V (Trigeminus) adalah saraf motorik dan saraf sensorik. Terbagi
atas:
a) Saraf optalmik adalah saraf sensorik. Berfungsi: input dari kornea, rongga
hidung bagian atas, kulit kepala bagian frontal, dahi, bagian atas alis,
konjungtiva kelenjar air mata.
b) Saraf maksilari adalah saraf sensorik. Berfungsi: input dari dagu, bibir atas,
gigi atas, mukosa rongga hidung, palatum, faring.
c) Saraf mandibular adalah saraf motorik dan sensorik. Berfungsi: sensorik
untuk input dari lidah (bukan pengecapan), gigi bawah, kulit di bawah
dagu; motorik untuk mengunyah.

6) Saraf Kranial VI (Abdusen)


Saraf Kranial VI (Abdusen) adalah saraf motorik. Berfungsi : pergerakan mata
ke lateral.

7) Saraf Kranial VII (Fasialis)


Saraf Kranial VII (Fasialis) adalah saraf motorik dan sensorik. Berfungsi:
sensorik untuk menerima rangsang dari bagian anterior lidah untuk diproses di
otak sebagai sensasi rasa; motorik untuk mengendalikan otot wajah untuk
menciptakan ekspresi wajah.
Mekanisme: saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik
fungsi motorik berasal dari nukleus motorik yang terletak pada bagian
ventrolateral dari tegmentum pontin bawah dekat medulla oblongata.
Fungsi sensorik berasal dari nukleus sensorik yang muncul bersama
nukleus motorik dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam
kanalis akustikus interna. Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot
ekspresi wajah yang terdiri dari otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot
oksipital, otot frontal, otot stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus
posterior, dan otot platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi pengecapan
bagian anterior lidah.

8) Saraf Kranial VIII (Vestibulocochlearis)


Saraf Kranial VIII (Vestibulocochlearis) adalah saraf sensorik. Berfungsi:
vestibular untuk keseimbangan, sedangkan cochlearis untuk pendengaran.
Mekanisme: saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen, yaitu serabut-
serabut sensorik (aferen) yang mengurusi pendengaran dan vestibuler yang
mengandung serabut-serabut sensorik (aferen) yang mengurusi keseimbangan.
Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan berjalan
menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus
genikulatum medial, dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis.
Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis
semisirkularis dan bergabung dengan serabut-serabut auditorik di dalam
kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons, serabut
vestibutor berjalan menyebar melewati batang dan serebelum.

9) Saraf Kranial IX (Glossofaringeus)


Saraf Kranial IX (Glossofaringeus) adalah saraf motorik dan sensorik.
Berfungsi motorik untuk membantu menelan; sensorik untuk menerima
rangsang dari bagian posterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi
rasa.
Mekanisme: saraf glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan
asesorius pada waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf
glosofaringeus mempunyai dua ganglion, yaitu ganglion intrakranialis superior
dan ekstrakranialis inferior. Setelah melewati foramen, saraf berlanjut antara
arteri karotis interna dan vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di antara
otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi
mukosa faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah.

10) Saraf Kranial X (Vagus)


Saraf Kranial X (vagus) adalah saraf motorik dan sensorik. Berfungsi sensori
untuk menerima rangsang dari organ dalam; motorik untuk mengendalikan
organ-organ dalam XI.
Mekanisme: nervus vagus meninggalkan anterolateral bagian atas medula
oblongata sebagai rangkaian dalam jalur oliva dan pedunculus serebelaris
inferior. Serabut saraf meninggalkan tengkorak melalui foramen jugulare.
Nervus vagus memiliki dua ganglia sensorik, yaitu ganglia superior dan
ganglio inferior. Nervus vagus kanan dan kiri akan masuk rongaa toraks dan
berjalan di posterior radix paru kanan untuk ikut membentuk plexus
pulmonalis. Selanjutnya, nervus fagus berjalan ke permukaan posterior
esofagus dan ikut membentuk plexus esogafus. Nervus fagus kanan kemudian
akan didistrubusikan ke permukaan posterior gaster melalui cabang celiaca
yang besar ke duodenum, hepar, ginjal, dan usus halus serta usus besar sampai
sepertiga kolon transversum.

11) Saraf Kranial XI (Aksesorius)


Saraf Kranial XI (Aksesorius) adalah saraf motorik. Berfungsi motorik
untuk mengendalikan pergerakan kepal. Saraf ini dilengkapi saraf asesoris,
yaitu saraf motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan bagian
atas otot trapezius. Otot sternokleidomastoideus yang berfungsi memutar
kepala ke samping dan otot trapezius memutar skapula bila lengan diangkat ke
atas.
Mekanisme: nervus asesoris merupakan saraf motorik yang dibentuk oleh
gabungan radix cranialis dan radix spinalis. Radix spinalis berasal dari C1-C5
dan masuk ke dalam tengkorak melalui foramen magnum, bersatu dengan
saraf kranial membentuk nervus asesoris. Nervus asesoris ini kemudian keluar
dari tengkorak melalui foramen jugulare dan kembali terpisah, saraf spinalnya
akan menuju otot sternocleidomastoid dan trapezius di leher yang berfungsi
untuk menggerakkan leher dan kepala, sedangkan saraf kranialnya akan
bersatu dengan vagus melakukan fungsi motorik brakial di faring, laring, dan
palate.

12) Saraf Kranial XII (Hipoglosus)


Saraf Kranial XII (Hipoglosus) adalah saraf motorik. Berfungsi: pergerakan
lidah saat bicara dan mengunyah.

f. Serabut sumsum tulang belakang (saraf spinal)


Sistem saraf sumsum spinalis merupakan sistem saraf yang berpusat pada
medula spinali (sumsum tulang belakang) yang berjumlah 31 pasang saraf yang
terbagi sepanjang medula spinalis dan bergabung (sensorik-motorik). Tiap saraf
memiliki komponen motorik dan sensorik masing-masing dibagian anterior dan
posterior medula, dan 2 serabut saraf tersebut berjalan bersama-sama
meninggalkan medula. berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang
dibedakan atas 8 pasang saraf leher (saraf cercical C1-C8), 12 pasang saraf
punggung (saraf thorax T1-T12), 5 pasang saraf pinggang (saraf lumbar L1-
L5),saraf pinggul (saraf sacral (S1-S5), dan satu saraf ekor (coccygeal). 31
pasang saraf medula spinalis, seperti tercantum pada tabel berikut

Jumlah Medula spinalis Menuju


daerah
7 pasang Serviks Kulit kepala, leher dan otot
tangan
12 pasang Punggung Organ-organ dalam
5 pasang Lumbal/pinggang Paha
5 pasang Sakral/kelangkang Otot betis, kaki dan jari kaki
1 pasang Koksigeal Sekitar tulang ekor
g. Sel Saraf Berdasarkan Bentuk dan Fungsinya
Menurut (Gibson, 2002) sel sara berdasarkan bentuk dan fungsinya terbagi atas 3
jenis, yaitu sel saraf sensorik, sel saraf motorik dan sel saraf penghubung.
1) Sel saraf sensorik (neuron aferen)
Sel saraf sensorik merupakan jalur saraf yang menyalurkan rangsang
dari ujung-ujung saraf diseluruh otak atau sel saraf yang menghantarkan
informasi dari reseptor sensorik pada tubuh menuju sistem saraf
pusat.Bentuknya berbeda dari neuron aferen dan interneuron, di ujung
perifernya terdapat reseptor sensorik yang menghasilkan potensial aksi sebagai
respon terhadap rangsangan spesifik.
Sel saraf ini menghantarkan impuls(pesan) dari reseptor ke sistem saraf
pusat, dendritnya berhubungan dengan reseptor (penerima rangsangan) dan
ujung aksonnya berhubungan dengan sel saraf asosiasi. Klasifikasi reseptor
sensoris menurut jenis stimulusnya, yaitu:
a) Mekanoreseptor mendeteksi stimulus mekanis seperti nyeri, suara, dan raba.
b) Termoreseptor mendeteksi perubahan temperatur seperti panas dan dingin.
c) Nosiseptor mendeteksi kerusakan jaringan baik fisik maupun mekanik
seperi nyeri.
d) Elektromaknetik reseptor mendeteksi cahaya yang masuk ke mata seperti
warna dan cahaya.
e) Khemoreseptor mendeteksi pengecapan, penciuman, kadar O2 dan CO2.
2) Sel saraf motorik
Sel saraf motorik merupakan jalur saraf yang menyalurkan rangsang dari
otak menuju ujung-ujung saraf atau sel saraf yang menghantarkan informasi
dari sistem saraf pusat menuju otot / kelenjar.
Sel saraf ini mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot/skelet
yang hasilnya berupa tanggapan terhadap rangsangan. Badan sel saraf berada
di sistem saraf pusat dan dendritnya berhubungan dengan akson sel saraf
asosiasi dan aksonnya berhubungan dengan efektor (bagian motoris yang
menghantarkan sinyal ke otot/skelet).
Aktivitas sistem motoris tergantung dari aktivitas neuron motoris pada
medula spinalis. Input yang masuk ke neuron motorik menyebabkan 3
kegiatan dasar motorik yaitu:
a) Aktivitas volunter (di bawah kemauan)
b) Penyesuaian posisi untuk suatu gerakan tubuh yang stabil
c) Koordinasi kerja dari berbagai otot untuk membuat gerakan yang tepat
dan mulus.

3) Sel saraf penghubung / intermedit / asosiasi (interneuron)


Sel sarang penghubung merupakan penghubung sel saraf yang satu
dengan sel saraf yang lain. Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan
motorik atau menyampaikan informasi ke interneuron lainnya. Beberapa
interneuron dalam otak terkait dengan fungsi berfikir, belajar, dan mengingat.
Sel saraf ini terbagi 2, yaitu:
a) Sel saraf ajustor yaitu menghubungkan sel saraf sensoris dan motoris
b) Sel saraf konektor yaitu untuk menghubungkan neuron yang satu dengan
neuron yang lainnya.

C. Kondisi Patologis yang Mempengaruhi Body Alignment (kesejajaran tubuh) dan


Mobilisasi
1. Kelainan postur tubuh
a. Tortikolis
Tortikolis terjadi karena trauma persalinan pada kepala letak sungsang. Bila
dilakukan traksi pada kepala untuk melahirkan anak, dapat terjadi cedera
m.sternokleidomastoideus yang menimbulkan hematoma sehingga terjadi
pemendekan atot akibat fibrosis. cedera m.sternokleidomastoideus ini dapat terjadi
pada setiap metode ekstraksi anak.
Gambaran klinis:
Kepala miring karena m.sternokleidomastoideus memendek, dan teraba seperti tali
yang kaku. Bila dibiarkan muka akan menjadi asimetri, tulang belakang akan
skoliosis untuk mengimbangi miringnya vertebra servikalis, dan tengkorak pun akan
asimetri.
Tata laksana:
Bila dijumpai pada bayi, fisioterapi diberikan setiap hari berupa masase disertai
peregangan dengan harapan otot dapat memanjang. Bila fisioterapi tidak berhasil
dilakukan operasi untuk memperpanjang m.sternokleidomastoid. fisioterapi
diteruskan lagi pasca bedah agar tidak kambuh lagi.
Tortikolis muskuler:
Etiologi Tortikolis muskuler tidak diketahui. Walaupun demikian, 40%
berhubungan dengan kesulitan pada waktu kelahiran, misalnya anak letak sungsang.
Sering didapati pembengkakan otot kleidomastoideus atau kaput obstipum (miring)
sampai asimetri yang menyolok. Bengkak di sternomastoid berbentuk tumor local dan
terdiri atas fibrosis dan hipotrofi serabut otot. Secara perlahan lahan kelainan ini akan
hilang, tetapi bersamaan dengan itu, terjadi kontraktur otot sternokleidomastoideus
dan terjadilah kortikolis. Deformitas pada waktu lahir kecil, makin lama deformitas
makin besar. Akibatnya, kepala akan berputar atau fleksi ke lateral menuju ke arah
yang terkena dan terputar ke bagian yang berlawanan. Kontraktur ini akan
menghalangi pemanjangan otot, sedangkan tulang servikal tumbuh dan gagal
menahan pertumbuhan, akibatnya otot relative menjadi pendek, dan bentuk wajah
muka menjadi asimetris. Akhirnya terjadi hipoplasia wajah muka di sebelah, dengan
plagiosefali (kepala miring karena tidak simetri) karena penyatuan sutura tulang
kepala kiri dan kanan berlainan. Dua puluh persen dari anak dengan kortikolis juga
menyandang dislokasi sendi panggul bawaan. (Wim de jong & R. Sjamsuhidajat,
2005)
b. Skoliosis
Skoliosis adalah pelengkungan tulang belakang. Kelainana ini dapat terjadi
akibat deformitas struktuural kolumna vertebralis yang ada sejak lahir (congenital)
atau dapat timbul akibat penyakit neuromuskuler misalnya cerebral palsy atau distrofi
otot. Sebagian skoliosis structural dapat timbul tanpa sebab jelas (idiopatik) atau
karena postur yang buruk. skoliosis menyebabkan deformitas dan kadang-kadang
nyeri. Apabila keadaan ini tidak diatasi, maka fungsi pernapasan dan jantung dapat
terganggu.
Gambaran klinis:
1) Kelainan penampakan normal vertebra yaitu konkaf-konveks-konkaf yang terlihat
menurun dari bahu ke bokong.
2) Menonjolnya iga di sisi konveks.
3) Tinggi Krista iliaka yang tidak sama. Hal ini dapat menyebabkan satu tungkai lebih
pendek daripada tungkai lainnya.
4) Asimetri rongga toraks dan persambungan yang tidak sesuai dari vertebra spinalis
akan tampak apabila individu membungkuk.
Penatalaksanaan:
Skoliosis postural dapat diobati dengan latihan pasif dan aktif. Dapat dipasang
penahan eksternal untuk meningkatkan kepatuhan dan kecepatan pemulihan.
Skoliosis struktural dapat diobati dengan intervensi bedah. Intervensi tersebut dapat
berupa penempatan sebuah batang fleksibel di punggung untuk membalikkan
lengkungan kolumna vertebralis. Pada kasus-kasus yang parah dapat dilakukan fusi
(penggabungan) spina di tingkat yang berbeda untuk memperbaiki deformitas.
c. Lordosis
Kurva anterior pada spinal lumbal yang melengkung berlebihan. Penyebabnya adlah
kondisi congenital, kondisi temporer (mis kehamilan)
Penatalaksanaan; latihan peregangan spinal (berdasarkan penyebab).
d. Kifosis
Peningkatan kelengkungan pada kurva spinal torakal. Penyebabnya adlah kondisi
congenital, penyakit tulang/ricket, dan tuberculosis spinal.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal, menggunakan papan
tempat tidur, memakai brace/jaket, penggabungan spinal (berdasarkan penyebab dan
tingkat keparahan).
e. Kifolordosis
Kombinasi dari kifosis dan lordosis. Penyebabnya adalah kondisi congenital.
Penatalaksanaan: sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan lordosis
(berdasarkan penyebab)
f. Kifoskoliosis
Tidak normalnya kurva spinal anteroposterior dan lateral. Penyebabnya adalah
kondisi congenital
Penatalaksanaan: imobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat
keparahan).
g. Footdrop
Plantarfleksi, ketidakmampuan menekuk kaki karena kerusakan saraf peroneal.
Penyebabnya adalah kondisi congenital, trauma, posisi imobilisasi yang tidak baik.
Penatalaksanaan: tidak ada (tidak dapat dikoreksi) dicegah melalui terapi fisik
h. Pigeon toes
Rotasi dalam kaki depan, biasa pada bayi penyebabnya adalah kondisi congenital dan
kebiasaan.
penatalaksanaan: pertumbuhan, menggunakan sepatu terbalik. ( potter perry. 2006.
Fundamental keperawatan ed 2. Jakarta: EGC.)
i. Clubfoot
Deskripsi : 95% deviasi medial dan plantarfleksi kaki (equinivarus)
5% deviasi lateral dan dorsifleksi (calcaneivalgus).
Penyebab : Kondisi congenital
Penatalaksanaan : Gips, pembidaian seperti Denis browne splint, dan operasi
(tergantung tingkat deformitas).
j. Bowlegs (genu varum)
Deskripsi: Satu atau dua kaki bengkok keluar pada lutut, kondisi ini normal sampai
usia 2-3 tahun.
Penyebab: Kondisi congenital, penyakit tulang/ricket .
Penatalaksanaan: Memperlambat kurva jika tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan.
Dengan penyakit tulang meningkat vitamin D, kalsium dan fosfor.
k. Knock-knee (genu valgum)
Deskripsi: kurva yang masuk kedalam sehingga lutut rapat jika seseorang berjalan.
Penyebab: Kondisi congenital, penyakit tulang/ ricket. Penatalaksanaan: Knee braces,
operasi jika tidak dapat diperbaiki.
l. Dysplasia pinggul congenital
Deskripsi: Ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan abduksi pinggul dan kadang-
kadangkontraktur adduksi (kaput femur tidak bersambung dengan asetabulum karena
abnormal kedangkalan asetabulum)
Penyebab : Kondisi congenital (biasanya dengan kelahiran sungsang).
Penatalaksanaan : Mempertahankan abduksi paha yang terus menerus sehingga kaput
femur menekan kebagian tengah asetabulum, bebat abduksi, gips, dan pembedahan.
Secara umum, penatalaksanaan yang bisa diberikan untuk pasien dengan kelainan
postur tubuh adalah sebagai berikut. (Aziz alimul, 2009)
1) Pertahankan postur tubuh yang tepat dengan pengaturan posisi yang tepat
2) Perbaiki postur tubuh pada tingkat optimal dengan melatih duduk, berdiri, atau
tidur secara optimal
3) Kurangi cedera akibat postur tubuh yang tidak tepat denagn membantu pasien
melakukan aktivitas sehari- hari.
4) Kurangi beban otot denagn cara meletakkan alat dekat denagn pasien dan bantu
kegiatan yang menimbulkan beban berat.
5) Cegah komplikasi akibat postur tubuh yang tidak tepat.

2. Gangguan Perkembangan Otot


a. Distrofi otot
Distrofi otot mengacu pada berbagai penyakit yang ditandai oleh
berkurangnya otot. Gangguan ini tidak disebabkan oleh kelainan saraf, hormone
atau aliran darah. Semua distrofi otot adalah gangguan herediter yang melibatkan
cacat enzimatik atau metabolic. Karena kecatatan tersebut, sel-sel otot mati dan
difagositosis oleh sel-sel system peradangan yang menyebabkan terbentuknya
jaringan parut dan hilangnya fungsi otot.

Distrofi otot duchenne

Bentuk tersering distrofi otot adalah distrofi otot duchenne, suatu penyakit terkait-
seks yang diwariskan melalui kromosom X dan hampir selalu terdapat pada pria.
Pada sekitar 50% kasus, penyakit ini jelas memperlihatkan riwayat keluarga dan
diturunkan dari ibu kepada anak laki-lakinya. Lima puluh persen lainnya muncul
secara spontan akibat mutasi pada kromosom X sebelum atau selama konsepsi.
Karena pria hanya memiliki 1 kromosom X maka gen defektif yang menyebabkan
penyakit tidak dikompensaasi oleh gen sehat pada kromosom X yang lain.
1) Penyebab distrofi otot duchenne
Distrofi otot duchenne terjadi akibat cacat pada gen yang menghasilkan protein
distrofin. Distrofin penting untuk memelihara membran sel otot. Tanpa distrofin,
sel-sel otot melemah, dan mati.
Kelemahan sel-sel otot dimulai di daerah panggul pada anak berusia 2 atau 3
tahun. Kelemahan tersebut kemudian menyebar ke tungkai dan bagian atas tubuh
dalam 3-5 tahun. Sewaktu sel-sel otot mati, terbentuk jaringan parut dan sel-sel
lemak yang menggantikan sel-sel yang mati sehingga otot (terutama otot betis)
tampak kuat dan berisi (disebut pseudohipertropi). Akhirnya,kerangka mulai
mengalami deformitas dan anak semakin sulit bergerak dan akhirnya hanya
menggunakan kursi roda. Otot jantung sering terkena dan sekitar 50% pasien
mengidap gagal jantung. Disfungsi otot polos dapat menyebabkan gangguan
saluran cerna. selain itu, mungkin terdapat sedikit retardasi mental kematian
biasanya terjadi akibat komplikasi pernapasan atau jantung pada usia 20-aan atau
lebih dini.
2) Gambaran klinis
a) Balita tampak canggung, ayunan langkah terguncang-guncang, dan sering
jatuh
b) Berjalan dengana jari-jari kaki karena kelemahan tibia anterior
c) Penurunan reflek tendon dalam
d) Pseudohipertropi otot betis
e) Imobilitas dan terpaku ke kursi roda pada usia remaja
f) Tulang belakang melengkung (kifoskoliosis) akibat melemahnya otot-otot
postur.
g) Infeksi pernafasan berulang akibat ketidakmampuan mengembangkan partu
secara maksimum.
3) Perangkat diagnostik
a) Kadar enzim otot keratin fosfokinase (CPK) da;lam serum meningkat, bahkan
sebelum gejala muncul. CPK dapat meningkat pada wanita pembawa sifat ini
yang asimtomatik
b) Biopsy otot akan memperlihatkan kematian sel, jaringan parut, dan infiltrasi
lemak.
c) Pemeriksaan elektromiografi (pengukuran sinyal listrik di otot) akan
memperlihatkan penurunan aktivitas.
d) Karena gen untuk distrofin telah berhasil diidentifikasi, maka akan dapat
dilakukan pemeriksaan pranikah untuk mengetahui kemungkinan munculnya
penyakit.
4) Komplikasi
Kegagalan nafas atau jantung dan kematian
5) Penatalaksanaan
a) Olahraga yang tidak berat dianjurkan untuk mempertahankan mobilitas dan
fungsi selama mungkin
b) Penelitian-penelitian eksperimental berupa penyuntikan intramuskulus
distrofin, atau gen untuk distrofin, sekarang dilakukan pada hewan percobaan.
Insersi gen akan dapat dilakukan melalui virus yang telah direkayasa secara
genetis untuk membawa gen yang tepat ke dalam sel otot penjamu
c) Sekarang sedang dilakukan penelitian-penelitian eksperimental dimana sel-sel
otot imatur sehat diambil dari para ayah pasien distrofi otot dan disuntikkan ke
dalam otot putra mereka. Pada saat ini masih belum jelas apakah terjadi
perbaikan bermakna pada fungsi otot para pasien tersebut.
b. Atrofi
Atrofi adalah penurunan ukuran suatu sel atau jaringan. Atrofi suatu otot dapat
terjadi akibat tidak digunakannya otot atau terjadi pemutusan saraf yang mempersarafi
otot tersebut. Pada atrofi otot, ukuran myofibril berkurang. Walaupun tidak benar-
benar mengalami atrofi, kepadatan tulang dapat berkurang akibat tidak digunakannya
tulang tersebut atau adanya penyakit atau defisiensi metabolik.
3. Kerusakan system saraf pusat
a. Penyakit Parkinson
Adalah gangguan otak progresif yang ditandai oleh degenerasi neuron-neuron
penghasil dopamine yang terletak dalam di hemisfer serebrum di suatu bagian yang
disebut ganglion basal. Awitan penyakit biasanya pada decade ke enam dan ketujuh
kehidupan.
Dopamine bekerja sebagia neurotransmitter inhibitorik di proyeksi-proyeksi
saraf yang berjalan dari ganglion basal ke seluruh otak. Dopamine biasanya berada
dalam keseimbangan dengan neurotransmitter eksitatorik asetilkolin. Tanpa
dopamine, korteks serebrum, ganglion basal, dan thalamus akan mengalami
perangsangan berlebihan oleh asetilkolin dan menimbulkan tonus otot berlebihan
yang ditandai oleh tremor dna rigiditas. Tonus otot-otot wajah yang terfiksasi seperti
memperlihatkan tidak adanya responsivitas emosi, walaupun biasanya pasien
Parkinson tidak mengalami gangguan emosi atau kognitif.
1) Penyebab
Penyebab penyakit Parkinson tidak diketahui. Tampaknya tidak terdapat factor
genetic. Pada beberapa penelitian, diisyaratkan adanya peran virus dan toksin dalam
penyakit ini.

2) Gambaran klinis
a) Tremor pada saat istirahat
b) Mengeluarkan air liur dan disfagia (kesulitan menelan)
c) Ayunan langkah terseret-seret
d) Rigiditas dan kekakuan otot
e) Akinesia, yang dijelaskan sebagai kemiskinan gerakan, termasuk gerakan-
gerakan yang melibatkan ekspresi wajah dan gerakan volunteer lainnya.
f) Hilangnya reflex-refleks postural sehingga terjadi kehilangan keseimbangan
dan kecendrungan membungkuk.

3) Komplikasi
penyakit Parkinson stadium lanjut dapat berkaitan dengan demensia
4) penatalaksanaan:
a) Dapat diberikan obat-obat dopaminergik (L.dopa) atau obat antikolinergik
untuk mengurangi gejala
b) Pada beberapa penelitian,transplantasi sel-sel ganglion basal atau medulla
adrenal (tempat lain pembentukan dopamine) dari janin ke otak pasien
pengidap Parkinson memberikan hasil yang baik.
b. Penyakit huntungton
Penyakit huntungton adalah penyakit degenerative ganglion basal dan korteks
serebrum yang jarang dijumpai. Penyakit ini diturunkan melalui gen sebagai suatu
kelainan dominan-otosom, yang tampaknya disebabkan oleh ekspansi suatu kodon
berulang yang terletak di kromosom empat. Awitan penyakit biasanya terjadi pada
decade keempat atau kelima kehidupan.
Pada degenerasi ganglion basal dan korteks serebrum, beberapa
neurotransmitter lenyap. Banyak dari komplikasi penyakit ini terjadi akibat hilangnya
neurotransmitter inhibitorik asam gama-aminobutirat (gamma amminobutyric acid,
GABA). Juga tampak terjadi kelainan pembentukan energy oleh mitokondria neuron.
Gerakan-gerakan khas yang dijumpai pada pasien penyakit Huntington antara
lain adalah gerakan menyentak involunter yang mencolok disebut korea. Gerakan-
gerakan abnormal ini dapat terjadi diseluruh tubuh dan menyebabkan kelelahan fisik.
Pasien penyakit Huntington mengalami penurunan progresif fungsi mental yang
akhirnya menyebabkan demensia. Kematian biasanya dating dalam 10mtahun.
1) Gambaran klinis:
a) Korea
b) Demensia progresif
2) Perangkat diagnostic
Identifikasi gen penyebab penyakit Huntington dapat mendiagnosis adanya sifat
ini secara prenatal atau sebelum awitan gejala pada orang dewasa.
3) Penatalaksanaan
Saat ini belum ada pengobatan untuk penyakit Huntington. Katena dapat
dilakukan identifikasi genetic pada orang-orang asimtomatik yang mungkin
terjangkit penyakit ini, maka perlu dilakukan konsultasi bagi mereka baik yang
memilih untuk mengetahui status mereka maupun bagi mereka ysng memilih
untuk tidak mengetahuinya. Penyakit lainnya adalah sklerosis multiple, sklerosis
lateral amiotropik (SLA), miastenia gravis, dll. (J. Corwin, Elizabeth, 2001).

4. Trauma langsung pada system muskoloskeletal


a. Kontusio
Kontusio adalah cedera pada jaringan lunak, diakibatkan oleh kekerasan
tumpul ( mis: pukulan, tendangan, atau jatuh). Terputusnya banyak pembuluh darah
kecil yang terjadi mengakibatkan perdarahan ke jaringan lunak ( ekimosis, memar).
Hematoma terjadi bila perdarahan cukup banyak sampai terjadi timbunan darah.
Gejala local (nyeri, bengkak, dan perubahan warna) dapat denagn mudah dikontrol
dengan pemberian kompres dingin intermiten. Kebanyakan kontusi akan hilang
dalam 1-2 minggu.
b. Dislokasi sendi
Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang
membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. Secara kasar “tulang lepas dari
sendi”.
1) Subluksasi adalah dislokasi parsial permukaan persendian.
2) Dislokasi traumatic adalah kedaruratan ortopedi, karena struktur sendi yang
terlibat, pasokan darah, dan saraf rusak susunannya dan mengalami stress berat.
Bila dislokasi tidak ditangani segera, dapat terjadi kematian jaringan akibat
anoksia dan hilangnya pasokan darah) dan paralisis saraf.
Dislokasi dapat:
1) Congenital
2) Spontan atau patologik
3) Traumatik
Tanda dan gejala dislokasi traumatic menurut smeltzer (2001), di antaranya:
1) Nyeri
2) Perubahan kontur sendi
3) Perubahan panjang ekstrimitas
4) Kehilangan mobilitas normal
5) Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi.

c. Fraktur tulang
Adalah terputusnya tulang. Istilah-istilah yang digunakan untuk menjelaskan
berbagai jenis fraktur tulang antara lain adalah:
1) Fraktur komplit
Fraktur yang mengenai suatu tulang secara keseluruhan
2) Fraktur inkomplit
Fraktur yang meluas secara parsial pada suatu tulang
3) Fraktur sederhana (tertutup)
Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit
4) Fraktur coumpound (terbuka)
Fraktur yang menyebabkan robeknya kulit
Penyebab fraktur tulang adalah:
Patah tulang paling sering disebabkan oleh trauma, terutama pada anak-
anak dan dewasa muda. Apabila tulang melemah, patah dapat terjadi hanya akibat
trauma minimal atau tekanan ringan. Hal ini disebut fraktur patologis. Fraktur ini
sering terjadi pada orang tua yang mengidap osteoporosis, atau penderita tumor,
infeksi, atau penyakit lain.
Fraktur stress dapat terjadi pada tulang normal akibat stress tingkat rendah
yang berkepanjangan atau berulang. Fraktur stress (fatigue fraktur) biasanya
terjadi akibat peningkatan drastic tingkat latihan pada seorang atlit, atau pada
permulaan aktivitas fisik baru. Karena kekuatan otot meningkat secara lebih cepat
dibandingkan kekuatan tulang, maka individu dapat merasa mampu berprestasi
melebihi tingkat sebelumnya walaupun tulang-tulang mereka mungkin tidak
dapat menunjang peningkatan tekanan. Fraktur stress biasanya terjadi pada
mereka yang menjalani olahraga daya tahan, misalnya lari jarak jauh. Fraktur
stress dapat terjadi pada tulang yang lemah akibat peningkatan ringan aktivitas.
Hal ini disebut fraktur insufisiensi.
Efek dari fraktur tulang menurut J. Corwin, Elizabeth (2001), sewaktu
tulang patah, maka sel-sel tulang mati. Perdarahan biasanya terjadi disekitar
tempat patah dan ke dalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut. Jaringan
lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan hebat timbul
setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan
peningkatan aliran darah ke tempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-
sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk bekuan fibrin (hematom fraktur)
dan berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas
segera terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut kalus. Bekuan
fibrin direabsorpsi dan sel-sel tulang baru secara perlahan mengalami remodeling
untuk membentuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan kalus dan secara
perlahan mengalami klisifikasi. Penyembuhan memerlukan waktu beberapa
minggu sampai beberapa bulan. Penyembuhan dapat terganggu atau terhambat
apabila hematom fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk atau
apabila sel-sel tulang baru rusak selama proses klasifikasi dan pengerasan.
Manifestasi klinis menurut smeltzer&Bare (2001) diantaranya:
1) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi.
2) Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah.
3) Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
4) Saat ekstrimitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang.
5) Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur.
Penatalaksanaan menurut Corwin, Elizabeth (2001):
1) Fraktur harus segera diimobilisasi agar hematom fraktur dapat terbentuk dan
untuk memperkecil kerusakan
2) Penyambungan kembali tulang (reduksi) penting dilakukan agr posisi dan
rentang gerak pulih.
3) Perlu dilakukan imobilisasi jangka panjang setelah reduksi agar kalus dan
tulang baru dapat terbentuk.biasanya digunakan dengan gips atau
penggunaan belat.

d. Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu penyakit tulang metabolic yang ditandai oleh
reduksi kepadatan tulang sehingga mudah terjadi patah tulang. Osteoporosis terjadi
sewaktu kecepatan absorbs tulang melebihi kecepatan pembentukan tulang. Tulang
yang dibentuk normal, namun jumlahnya terlalu sedikit sehingga tulang menjadi
lemah. Semua tulang dapat mengalami osteoporosis, walaupun osteoporosis biasanya
timbul di tulang panggul, paha, pergelangan tangan dan kolumna vertebralis.
1) Penyebab osteoporosis
Kecepatan pembentukan tulang berkurang secara progresif seiring dengan
penuaan seseorang, yang dimulai pada usia sekitar 30 atau 40. Apabila tulang
semakin padat sebelum usia tersebut, semakin kecil kemungkinan timbul
osteoporosis. Pada orang-orang yang beruasia 70-an atau 80-an osteoporosis adalah
penyakit yang sering ditemukan.
Timbulnya osteoporosis pada wanita berusia lanjut tampaknya terutama
disebabkan oleh turunnya kadar estrogen pascamenoupaus. Estrogen merangsang
aktivitas osteoblas dan menghambat efek stimulasi hormone paratiroid pada
osteoklas. Dengan demikian, berkurangnya estrogen menyebabkan pergeseran kea
rah aktivitas osteoblas. Wanita kurus dan wanita yang merokok lebih rentan terhadap
osteoporosis karena sebelum menopaus tulang mereka kurang padat dibandingkan
tulang wanita gemuk yang tidak merokok. Pria berusia lanjut lebih kecil risikonya
mengalami osteoporosis karena mereka biasanya memiliki tulang yang lebih padat
(sekitar 30% lebih padat) daripada wanita dan kadar testosterone tetap tinggi sampai
usia mencapai 80-an.
Untuk pria maupun wanita, penurunan aktivitas fisik ikut berperan
menimbulkan osteoporosis. Bahkan pria atau wanita yang sangat tua pun dapat
secara bermakna meningkatkan kepadatan tulang-tulang mereka dengan melakukan
olahraga beban tingkat sedang.
2) Gambaran klinis
a) Osteoporosis mungkin tidak memberikan gejala klinis sampai terjadi patah
tulang. Nyeri dan deformitas biasanya menyertai patah tulang.
b) Dapat melemah dan kolapnya korpus vertebra, tinggi seseorang dapat
berkurang atau timbul kifosis dan individu menjadi bungkuk (kadang-kadang
disebut dowager’s hump).

3) Perangkat diagnostik
a) Pemeriksaan sinar-X terhadap tulang memperlihatkan penurunan ketebalan
tulang.
b) CT scan densitas tulang dapat memberikan gambaran akurat mengenai tingkat
massa tulang dan menentukan kecepatan penipisan tulang.
4) Komplikasi
Fraktur tulang panggul, pergelangan tangan, kolumna vertebralis, dan paha.
5) Penatalaksanaan
a) Pencegahan osteoporosis dimulai sejak masa anak-anak dan remaja kebiasaan
berolahraga dan nutrisi yang adekuat untuk memperkuat tulang
b) Olahraga beban, bahkan pada usia sangat lanjut (>85 tahun), telah dibuktikan
dapat meningkatkan kepadatan tulang dan massa otot, dan memperbaiki daya
tahan fisik dan keseimbangan
c) Terapi estrogen-progesteron pengganti selama dan setelah menopaus dapat
mengurangi pembentukan osteoporosis pada wanita. Kontraindikasi terapi
penggantian estrogen adalah riwayat kanker payudara pada individu atau
keluarga atau riwayat mengidap pembentukan bekuan darah.
d) Terapi testosterone dapat mengurangi osteoporosis pria
e) Suplemen kalsium dan vitamin D melalui makanan dapat merangsang
pembentukan osteoporosis baik pada pria maupun wanita.
f) Merokok harus dihindari.

e. Penyakit Paget
Penyakit paget adalah suatu gangguan tulang yang ditandai oleh pola
remodeling tulang yang dipercepat. Timbul episode-episode fraktur tulang yang
cepat diikuti oleh periode pembentukan tulang yang singkat. Tulang baru berukuran
tebal dan kasar dan akhirnya menyebabkan deformitas structural dan kelemahan.
Aliran darah ke tulang yang dipengaruhi oleh [penyakit Paget akan meningkat untuk
memenuhi kebutuhan metabolik yang tinggi. Tulang-tulang panjang dan tulang
cranium, vertebra dan panggul adalah tulang yang paling sering terkena. Penyakit
Paget biasanya dijumpai pada orang berusia lebih dari 70 tahun. Penyebab penyakit
tidak diketahui. (J. Corwin, Elizabeth, 2001)
1) Gambaran klinis
c) Perubahan bentuk tengkorak disertai nyeri kepala, kelainan pendengaran, dan
kadang-kadanga kemunduran mental.
d) Nyeri pada tulang panjang, tulang belakang, atau panggul.
e) Fraktur patologik tulang.
2) Perangkat diagnostic
a) Pemeriksaan sinar –X memperlihatkan deformitas tulang dan akan menunjang
diagnosis klinis
b) Peningkatan kadar fosfatase alkali serum akan menunjang diagnosis
c) Biospsi tulang akan menyingkirkan infeksi dan tumor.
3) Komplikasi
a) Gagal jantung dapat terjadi akibat tingginya kebutuhan aliran darah ke tulang-
tulang yang mengalami remodeling (gagal jantung high output)
b) Gagal pernapasan dapat terjadi apabila tulang-tulang toraks terkena dan
mengalami deformitas
c) Penyakit paget adalah factor resiko untuk sarcoma (kanker tulang), mungkin
berkaitan dengan tingginya kecepatan siklus sel yang terjadi pada penyakit ini.
4) Penatalaksanaan
a) Kalsitonin dapat diberikan untuk mengurangi kecepatan penguraian tulang
b) Obat-obat anti-inflamasi dapat mengurangi nyeri yang berkaitan dengan
deformitas tulang. Obat-obat akan menurtunkan peradangan yang menyertai
penguraian sel-sel. Cara menyembuhkan penyakit ini tidak diketahui.
Contoh penatalaksanaan pada pasien gangguan muskuloskeletal pada pasien
fraktur;
a) Peredaan nyeri
Nyeri dan nyeri tekan kemungkinan akan dirasakan pada fraktur dan
kerusakan jaringan lunak, spasme otot terjadi sebagai respon terhadap cedera dan
immobilisasi. Upaya pengontrilan nyeri dapat berupa membidai dan menyangga
daerah yang cedera , melakukan perubahan posisi dengan perlahan, meninggikan
ekstremitas yang cedera setinggi jantung, memberikan kompres es bila perlu,
memantau pembengkakan dan status neurovaskuler, memberikan analgetik sesuai
ketentuan seawal mungkin pasien merasakan nyeri, menganjurkan tehnikrelaksasi.
b) Peningkatan mobilitas
Mobilitas pasien dapat terganggu karena nyeri, pembengkakan dan alat
immobilisasi (missal : bidai, gips, traksi). Ekstremitas yang bengkak ditinggikan
dan disokong secukupnya dengan tangan dan bantal. Gerakan dalam batas-bats
immobilitas terapeutik selalu dianjurkan. Bila alat bantu (missal : tongkat, walker,
kursi roda) harus digunakan pada pasca operasi, pasien dianjurkan untuk berlatih
menggunakannya sebelum operasi, agar mereka bias menggunakannya dengan
aman dan memungkinkan mobilitas mandiri lebih awal.
c) Mengurangi kecemasan
Sebelum pembedahan dilakukan, pasien harus diberi informasi mengenai
prosedur, tujuan dan implikasinya. Berbincang dengan pasien mengenai apa yang
akan dikerjakan, dan mengapa, dapat mengurangi ketakutan.Kunjungan perawat
yang sering akan mengurangi perasaan isolasi. Keluarga dan kerabat dianjurkan
untuk sering mengunjungi untu alasan yang sama
d) Memelihara integritas kulit
Kaji terjadinya kerusakan kulit : Abrasi kulit, titik nyeri gips, keluarnya
pus, sensasi iritasi. Ajarkan pasien mengenai tanda dan gejala kerusakan
kulit.Tekanan akibat gips dan peralatan dapat mengakibatkan kerusakan kulit.
e) Menghindari trauma/mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur
Pertahankan tirah baring/ekstremitas sesuai indikasi. Berikan sokongan
sendi diatas dan di bawah fraktur bila bergerak atau membalik. Letakan papan di
bawah tempat tidur atau tempatkan pasien pada tempat tidur ortopedik. Kaji ulang
foto.
f) Menghindari Infeksi
Infeksi merupakan resiko pada setiap pembedahan. Infeksi merupakan
perhatian khusus terutama pada pasien pascaoperasi orthopedic karena tingginya
resiko osteomielitis. Antibiotik sistemik profilaksis sering diberikan selama
perioperatif dan segera pad periode pasca operasi. Saat mengganti balutan tehnik
aseptic sangat penting. Perawat memantau tanda vital, menginspeksi luka, dan
mencatat sifat cairan yang keluar.

5. Contoh Mobilisasi pada Pasien Pasca Operasi Seksio Sesarea


a. Tahap-Tahap Mobilisasi Dini
mobilisasi dini dilakukan secara bertahap (Kasdu, 2003)
Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi seksio sesarea:
1) 6 jam pertama ibu post SC.
Istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah
menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar
pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk
dan menggeser kaki.
2) 6-10 jam,
ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis
dan trombo emboli.
3) Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk.
4) Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan

6. Pelaksanaan Mobilisasi Dini


a. Hari ke 1
1) Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam
setelah penderita / ibu sadar
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin
setelah sadar.
b. Hari ke 2
1) Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu
menghembuskannya disertai batuk- batuk kecil yang gunanya untuk
melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri
ibu/penderita bahwa ia mulai pulih.
2) Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk
3) Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah
melahirkan dianjurkanbelajar duduk selama sehari.
c. Hari ke 3 sampai 5
1) belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah operasi.
2) Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat
membantu penyembuhan ibu.

D. Osteon (Tulang Keras)


1. Skema tulang
a. Susunan Kerangka
1) Tulang kepala
a) Tengkorak otak 8 buah
b) Tengkorak wajah 14 buah
c) Tulang telinga 6 buah
d) Tulang lidak 1 buah
2) Kerangka dad 25 buah
3) Tulang belakang dan tulang panggul 26 buah
4) Tulang anggota gerak atas 64 buah
5) Tulang anggota gerak bawah 62 buah
b. Bagian-bagian yang sering terdapat pada tulang:
1) Foramen, suatu lubang tempat pembuluh darah, saraf, dan ligamentum
(misalnya pada tulang kepala belakang yang disebut foramen oksipital).
2) Fosa, suatu lekukan didalam atau pada permukaan tulang (misalnya pada
skapula yang disebut fosa supraskapula).
3) Prosesus, suatu tonjolan atau taju (misalnya terdapat pada ruas tulang
belakang yang disebut prosesus spinosus).
4) Kondilus taju yang bentuknya bundar merupakan benjolan.
5) Tuberkulum : tonjolan kecil.
6) Tuberositas : tonjolan besar.
7) Trokanter : tonjolan besar, pada umumnya tonjolan ini pada tulang paha
(femur).
8) Krista pinggir atau tepi tulang (misalnya pada tulang ilium yang disebut
krista iliaka.
9) Spina tonjolan tulang yang bentuknya agak runcing (misalnya pada tulang
ilium yang disebut spina iliaka).
10) Kaput (kepala tulang) bagian ujung yang bentuknya bundar (misalnya pada
tulang paha yang disebut kaput femoris).
c. Tulang Tengkorak
1) Tengkorak Otak

a) Kubah Tenggkorak
(1) Os frontal (tulang dahi)
(2) Os parietal (tulang ubun-ubun)
(3) Os oksipital (tulang belakang kepala)
(4) Os temporal (tulang samping tengkorak)
b) Dasar Tenggkorak
(1) Os sfenoidal (tulang baji)
(2) Os etmoid (tulang tapis)
c) Samping tengkorak
(1) Spongeosa (tulang karang)
(2) Petrusum (tulang keras)
2) Tengkorak Wajah
a) Bagian Hidung
(1) Os lakrimal (tulang air mata)
(2) Os konka nasal (tulang karang hidung)
(3) Os nasal (tulang nasal)
(4) Septum nasal (tulang sekat rongga hidung)
b) Bagian Rahang
(1) Os maksilaris (tulang rahang atas)
(2) Os mandibularis (tulang rahang bawah)
(3) Os zigomatikum (tulang pipi)
(4) Os palatum (tulang langit-langit) ; palatum durum (tulang langit-langit
keras) dan palatum mole (tulang langit-langit lunak).
(5) Os hyoid (tulang lidah)

3) Kolumna vertebralis (tulang belakang)


a) Vertebrata servikalis (7 ruas)
(1) Ruas pertama : tulang atlas
(2) Ruas kedua : aksis
(3) Ruas ketujuh : vertebrata prominans
b) Vertebrata torakalis (12 ruas)
(1) Badan ruas
(2) Lengkung ruas : pros. spinosus dan pros. Transverses
c) Vertebrata lumbalis (5 ruas)
Ruas kelima (promontorium)
d) Vertebrata sakralis (5 ruas)
Lubang kecil (foramen sakralis)
e) Vertabrata kogsigialis (4 ruas)
(1) Menjadi satu buah tulang
(2) Persendian dengan tulang sacrum

4) Kerangka dada
a) Os sternum (tulang dada)
(1) Manubrium sterni
(2) Korpus sterni
(3) Prosesus xifoid
b) Os Kosta (tulang iga)
(1) Kosta vera (tulang iga sejati)
(2) Kosta spuria (tulang iga tak sejati)
(3) Kosta fluitante (tulang iga melayang)

5) Kerangka Panggul
a) Os Ileum (tulang usus)
(1) Fosa iliaka
(2) Spina iliaka
(3) Krista iliaka
b) Os Pubis (tulang kemaluan)
(1) Simfisi pubis
(2) Tuberkel pubis
c) Os Iskhi (tulang duduk)
(1) Tuberositas iskhiadikum
(2) Foramen obturatum
(3) Asetabulum

6) Anggota gerak atas


a) Os Scapula (tulang selangka)
(1) Prosesus korakois
(2) Fosa supraskapula
(3) Fosa infraskapula
(4) Kavum glenoid
b) Os Klavikula (tulang belikat)
(1) Akromion
(2) Ekstermitas sternalis
(3) Ekstermitas akrominalis
c) Humerus (tulang lengan)
(1) Kaput humeri (kepala sendi)
(2) Kolumna humeri (lekukan pada tulang)
(3) Tuberkel mayor dan minor
(4) Fosa olekrani (lekukan belakang)
(5) Fosa koronoid (lekukan depan)
(6) Kapitulum
(7) Epikondilus lateralis
d) Os Ulna (tulang hasta)
(1) Prosesus lateralis
(2) Prosesus stiloid
e) Os Radius (tulang pengumpil)
(1) Kaput radialis
(2) Tuberositas radialis
f) Os Karpalia (tulang pergelangan tangan)
Baris Pertama (bagian proksimal):
(1) Os navikulur (tulang bentuk kapal)
(2) Os lunatum (tulang bentuk bulan sabit)
(3) Os triquetrum (tulang bentuk segitiga)
(4) Os fisiformis (tulang bentuk kacang)
Baris kedua (bagian distal):
(1) Multangulum mayus (segi banyak)
(2) Multangulum minus (segi banyak)
(3) Os kapitatum (tulang berkepala)
(4) Os hamatum (tulang berkait)
g) Os Metakarpalia (tulang telapak tangan)
(1) 5 ruas tulang
(2) Bersendi dengan jari tangan
h) Os Falangus (tulang jari tangan)
(1) 14 ruas tulang dibentuk dalam 5 baris tulang
(2) Membentuk persendian dengan tulang telapak tangan dan sendi
masing-masing jari.

7) Anggota Gerak Bawah


a) Os femoris (tl.paha)
(1) Kaput femoris
(2) Kolumna femoris
(3) Trokanter mayor
(4) Trokanter minor
(5) Kandilus medialis
(6) Kandilus lateralis
b) Patella (tempurung lutut)
c) Tibia (tl.kering)
(1) Prosesus interkondiloid
(2) Fosa interkondiloid
(3) Maleolus medialis
(4) Tuberositas tibia fibula (tl.betis)
(5) Maleolus lateralis
(6) Prosesus stiloid

d) Tarsalia (pergelangan kaki)


(1) Talus
(2) Kalkaneus
(3) Navikular
(4) Koboidea
(5) Kunaiformi : lateralis; intermedialis; medialis

e) Metatarsus (telapak kaki) ; 5 ruas tulang pendek


f) Falang (jari kaki)
(1) 14 ruas tulang pendek
(2) Membentuk 5 baris tulang
(3) Sesamoid pada ruas jari pertama

2. Kerangka Dada
a. Os Sternum (tulang dada)
1) Manubrium sterni: Bagian tulang dada sebelah atas yang membentuk
persendian dengan tulang selangka (klavikula) dan tulang iga.

2) Korpus sterni: Bagian yang terbesar dari tulang dada dan membentuk
persendian dengan tulang-tulang iga.
3) Prosesus xifoid: BBagian ujung dari tulang dada dan pada bayi masih
berbentuk tulang rawan.
b. Os Kosta (tl.iga)
1) Kosta vera (tulang iga sejati): Banyaknya 7 pasang, berhubungan langsung
dengan tulang dada dengan perantaraan persendian.
2) Kosta spuria (tulang iga tidak sejati): Banyaknya 3 pasang, berhungan dengan
tulang dada dengan perantara tlang rawan dari tulang iga sejati ke-7.
3) Kosta fluitante (tulang iga melayang) : Banyaknya 2 pasang, tidak mempunyai
hubungan dengan tulang dada.
c. Tulang Belakang (Kolumna Vetebralis)
Bentuk dari tiap-tiap ruas tulang belakang pada umumnya sama, hanya ada
perbedaan sedikit bergantung pada kerja yang ditanganinya. Ruas-ruas ini terdiri
atas beberapa bagian:
1) Badan ruas, merupakan bagian yang terbesar, bentuknya tebal dan kuat
terletak disebelah depan.
2) Lengkung ruas, bagian yang melingkari dan melindungi lubang ruas tulang
belakang, terletak disebelah belakang dan pada bagian ini terdapat beberapa
tonjolan yaitu:
a) Prosesus spinosus/taju duri, terdapat ditengah lengkung ruas, menonjol
kebelakang.
b) Prosesus transversum/taju sayap, terdapat dikiri dan kanan lengkung ruas.
c) Prosesus artikularis/taju penyendi, membentuk persendian dengan ruas
tulang belakang.
Bagian-bagian dari ruas tulang belakang:
a) Vertebrata servikalis (tulang leher) terdiri dari 7 ruas, mempunyai badan
ruas kecil dan lubang ruasnya besar.
b) Vertebrata torakalis (tulang punggung) terdiri dari 12 ruas. Badan ruasnya
besar dan kuat, taju durinya panjang dan melengkung.
c) Vertebrata lumbalis (tulang pinggang) terdiri dari 5 ruas. Badan ruasnya
besar, tebal dan kuat, taju durinya agak picak.
d) Vertebrata sakralis (tulang kelangka) terdiri dari 5 ruas.
e) Vertebrata kogsigialis (tulang ekor) terdiri dari 4 ruas.

3. Kerangka anggota Gerak Atas


Kerangka anggota gerak atas dikaitkan dengan kerangka badan dengan
perantaraan gelang bahu yang terdiri dari scapula dan klavikula. Tulang-tulang yang
membentuk kerangka lengan antara lain : gelang bahu (scapula dan klavikula),
humerus, ulna dan radius, karpalia, metakarpalia dan falangus.
a. Gelang bahu
Gelang bahu yaitu persendian yang menghubungkan lengan dengan badan.
Pergelangan ini mempunyai mangkok sendi yang tidak sempurna oleh karena
bagian belakangnya terbuka.bagian ini dibentuk oleh dua buah tulang, yaitu:
1) Skapula (tulang belikat)
Scapula terdapat dibagian punggung sebelah luar atas, mempunyai tulang iga
I sampai iga VIII, bentuknya hampir segitiga. Disebelah atasnya mempunyai
bagian yang disebut spina scapula. Sebelah atas dan bawah spina scapula
terdapat dataran melekuk yang disebut fosa supraskapula (sebelah atas) dan fosa
infraskapula (sebelah bawah). Ujung dari spina skapuladibagian bahu
membentuk taju yang disebut akromion dan berhubungan dengan
klavikuladengan perantara persendian. Disebelah bawah medial dari akromion
terdapat sebuah taju menyerupai paruh burung gagak yang disebut dengan
prosesus karakoid. Disebelah bawahnya terdapat lekukan tempat kepala sendi
yang disebut kavum genoid.
2) Klavikula (tulang selangka)
Klavikula, bentuknya panjang, sedikit bengkokk hamper menyerupai huruf
S. Bagian yang berhubungan dengan sternum disebut ekstremitas sternalis, dan
bagian yang berhubungan dengan akromion disebut ekskremitas akrominalis.
b. Humerus (tulang pangkal lengan)
Humerus mempunyai tulang panjang seperti tongkat. Bagian yang
mempunyai hubungan dengan bahu bentuknya bundar membentuk kepala sendi
yang disebut kaput humeri. Pada kaput humeri ini terdapat tonjolan yang disebut
kolumna humeri. Pada bagian bawah terdapat taju (kapitulum, epikondilus lateralis
dan epikondilus medialis). Disamping itu juga mempunyai lekukan yang disebut
fosa koronoid (bagian depan) dan fosa olekrani (bagian belakang).

c. Ulna
Ulna ( tulang hasta ), yaitu tulang bawah yang lengkungnya sejajar dengan tulang
jari kelingking arah ke siku mempunyai tajuk yang disebut prosesus olekrani,
gunanya ialah tempat melekatkan otot dan menjaga agar siku tidak membengkok
ke belakang.
d. Radius
Radius (tulang pengumpil), letaknya bagian leteral, sejajar dengan ibu jari. Di
bagian yang berhubungan dengan humerus dataran sendinya berbentuk bundar
yang memungkinkan lengan bawah dapat berputar atas telengkup.

4. Karpalia
Karpalia (tulang pergelangan tangan ) derdiri dari delapan tulang tersusun dalam dua
baris:
a. Bagian proksimal meliputi: os navikular (tulang bentuk kepala), Os lunatum
(tulang berbentuk bulat sabit), Os triquetrum (tulang berbentuk segitiga), Os
fisiformis (tulang berbentuk kacang).
b. Bagian distal meliputi: Os multangulum mavus (tulang besar bersegi banyak), Os
multangulum minus (tulang kecil segi banyak), Os kapitalum (tulang berkepala),
Os hamatum (tulang berkait).
c. Metakarpalia
Metakarpalia (tulang telapak tangan) terdiri dari tulang pipa pendek, banyaknya 5
buah setiap batang, mempunyai dua ujung yang bersendi tengah tulang karpalia
dan bersendi dengan palangus atau tulang jari.
d. Falangus
Falangus (tulang jari tengah) juga terdiri dari tulang pipa pendek yang banyaknya
14 buah dibentuk dalam 5 bagian tulang yang berhubungan dengan metakarpalia
perantaraan persendian.
5. Gelang Panggul
Gelang panggul atau tulang pelvis adalah penghubung antara badan dan anggota
bawah. Gelang panggul terdiri dari :
a. Os Ileum (tulang usus)
b. Os pubis (tulang kemaluan)
c. Os iskhi (tulang duduk)

6. Kerangka Anggota Gerak Bawah


Tulang ekstermitas atau anggota gerak bawah dikaitkan pada batang tubuh
dengan perantaraan tulang panggul, terdiri dari 31 pasang tulang koksa (tlag pangkal
paha), femur (tulang paha), tibia (tlg kering), fibla (tlg betis), patela (tempurung lutut),
tarsalia (tulang pangkal), metatarsalia (tlg telapak kaki),, falang (ruas jari kaki).
a. Os koksa
Tulang koksa atau tulang pangkal paha turut membentuk gelang panggul.
Letaknya disetiap sisi dan di depan bersatu dengan simfisis kubis dan membentuk
sebagian besar tulang pelvis.
b. Os femur
Os femur merupakan tulang pipa terpanjang dan yang terbesar yang
berhubungan dengan asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput
femoris. Disebelah atas dan dibawah dari kolumna femoris terdapat taju yang
disebut trokenter mayor dan trokanter minor.
Os tibialis dan fibularis merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah
tulang paha yang membentuk persendian lutut dengan os femur. Os tibia
bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal melekat pada os fibula, pada bagian
ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang
disebut os maleolus medialis.
c. Os tarsalia
Os tarsalia (tulang pangkal kaki) dihubungkan dengan tungkai bawah oleh sendi
pergelangan kaki. Terdiri dari tulang-tulang kecil yang banyaknya 5 buah yaitu:
1) Talus (tulang loncat)
2) Kalkaneus ( tulang tumit)
3) Navikular (tulang bentuk kapal)
4) Os kuboideum (tulang bentuk dadu)
5) Kunaiformi (3 buah): kunaiformi lateralis, intermedialis dan medialis.
d. Metatarsalia
Metatarsalia (tulang telapak kaki) terdiri dari tulang-tulang pendek yang
banyaknya 5 buah, yang masing-masing berhubungan dengan tarsus dan falangus
dengan perantaraan persendian.
e. Falangus
Falangus atau ruas jari kaki merupakan tulang-tulang pipa pendek yang
masing-masing terdiri atas tiga ruas kecuali ibu jari banyaknya 2 ruas.

7. Fungsi Tulang
Fungsi tulang terbagi 2 yaitu umum dan khusus.
a. Fungsi tulang secara umum
1) Formasi kerangka: Tulang–tulang membentuk rangka tubuh untuk
menentukan bentuk dan ukuran tubuh, tulang–tulang menyokong struktur
tubuh yang lain.
2) Formasi sendi: Tulang–tulang membentuk persendian yang bergerak dan tidak
bergerak tergantung dari kebutuhan fungsional, sendi yang bergerak
menghasilkan bermacam–macam pergerakan.
3) Perlengketan otot: Tulang–tulang menyediakan permukaan untuk tempat
melekatnya otot, tendo dan ligamentum untuk melaksanakan pekerjaannya.
4) Sebagai pengungkit: Untuk bermacam–macam aktivitas selama pergerakan.
5) Menyokong berat badan: Memelihara sikap tegak tubuh manusia dan menahan
gaya tarikan dan gaya tekanan yang terjadi pada tulang, dapat menjadi kaku
dan menjadi lentur.
6) Proteksi: Tulang membentuk rongga yang mengandung dan melindungi
struktur yang halus seperti otak, medula spinalis, jantung, paru -paru, alat- alat
dalam perut dan panggul.
7) Hemopoiesis: Sumsum tulang tempat pembentukan sel – sel darah, terjadinya
pembentukan sel-sel darah sebagian besar pada sumsum tulang merah.
8) Fungsi imunologi: Limfosit “B” dan makrofag di bentuk dalam sistem
retikuloendotel sumsum tulang. Limfosit B diubah menjadi sel- sel plasma
membentuk antibody guna keperluan kekebalan kimiawi, sedangkan makrofag
merupakan fagositotik.
9) Penyimpanan kalsium : Tulang mengandung 97% kalsium yang terdapat
dalam tubuh baik dalam bentuk anorganik maupun garam – garam terutama
kalsium fosfat. Sebagian besar fosfor di simpan dalam tulang dan kalsium di
lepas dalam darah bila di butuhkan.
b. Fungsi tulang secara khusus
1) Sinus – sinus paranasalis dapat menimbulkan nada khusus pada suara
2) Email gigi di khususkan untuk memotong, menggigit dan menggilas makanan,
email merupakan struktur yang terkuat dari tubuh manusia
3) Tulang–tulang kecil telinga dalam mengonduksi gelombang suara untuk fungsi
pendengaran
4) Panggul wanita di khususkan untuk memudahkan proses kelahiran bayi.

E. Anatomi dan Fisiologi Tulang Rawan (Kartilago)


1. Pengertian Tulang Rawan (Kartilago)
Tulang rawan adalah jaringan yang tidak mempunyai vaskuler yang terletak di sendi
dan toraks, trakea, laring, hidung, dan telinga. Tulang rawan tersusun atas sel-sel
tulang rawan yang disebut kondrosit, ruang antar sel tulang rawan banyak
mengandung zat perekat dan sedikit zat kapur, bersifat lentur.

2. Fungsi Tulang Rawan


a. Menyangga jaringan lunak
b. Peredam benturan dan daerah pergeseran bagi sendi
c. Memudahkan pergerakan tulang
d. Penting untuk perkembangan dan pertumbuhan tulang-tulang panjang, baik
sebelum maupun sesudah lahir.

3. Jenis-Jenis Tulang Rawan


a. Tulang rawan hialin
Bentuk tulang rawan yang paling umum dijumpai & dipelajari dari ketiga bentuk.
Karakteristiknya segar berwarna bening seperti kaca, mengandung serat-serat
kolagen & kondrosit. Tempat-tempatnya pada laring, trakea, bronkus, ujung-
ujung tulang panjang, tulang rusuk bagian depan, cuping hidung, dan rangka
janin.

Gambar tulang rawan hialin:

Tulang rawan hialin pada tulang rusuk:


b. Tulang rawan elastis
Tulang yang mengandung sejumlah besar serabut elastis berwarna kuning, tulang
ini disebut juga tulang rawan elastis kuning. Karakteristiknya dalam keadaan
segar tampak berwarna kuning karena banyak mengandung serat elastin, bersifat
lebih keruh dibandingkan tulang rawan hialin. Tempat-tempatnya pada epiglotis,
tuba eustachius(dauntelinga), dan laring.Gambar tulangrawan elastis pada telinga:

c. Tulang rawan fibrosa


Tulang yang terbentuk oleh berkas-berkas serabut dengan sel tulang rawan
tersusun diantara berkas-berkas tersebut dan dijumpai di tempat yang
memerlukan kekuatan besar. Karakteristiknya terdiri atas berkas-berkas jaringan
ikat padat kolagen dan diantaranya terdapat daerah-daerah kecil dengan matriks
tulang rawan hialin dengan lakuna serta sel-sel di dalamnya. Tempat-tempatnya
di diskus intervertebralis perlekatan beberapa ligamen pada permukaan tulang
rawan, dan simfisis pubis. Fibrokartilago pada intervertebralis & Gambar
fibrokartilago pada perlekatan tulang:
F. Anatomi Fisiologi Otot
1. Jenis–Jenis Otot
a. Otot skelet (lurik, volunter)
Yaitu otot yang menimbulkan pergerakan pada rangka, tulang rawan, atau otot ;
dikendalikan oleh sistem saraf pusat, serat menunjukkan garis-garis melintang. Otot
lurik umumnya melekat pada tulang sebagai daging.
b. Otot tidak bergaris (polos, involunter)
Otot ini ditemukan di dinding visera dan pembuluh darah, dikendalikan melalui
sistem saraf autonom, serat tidak menunjukkan garis melintang.
c. Otot jantung
Otot ini hanya terdapat pada jantung.

2. Otot Kerangka Tubuh


a. Otot kepala
Otot bagian ini dibagi menjadi 5:
1) Otot pundak kepala: fungsinya sebagian kecil membentuk gales aponeurotika
disebut juga muskulus oksipitifrontalis, dibagi menjadi 2:
a) Muskulus frontalis, fungsinya mengerutkan dahi dan menarik dahi mata.
b) Oksipitalis terletak di bagian belakang, fungsinya menarik kulit ke
belakang.
b. Otot wajah terbagi atas:
1) Otot mata (muskulus rektus okuli) dan otot bola mata sebanyak 4 buah
2) Muskulus oblikus okuli /otot bola mata sebanyak 2 buah, fungsinya memutar
mata
3) Muskulus orbikularis okuli/ otot lingkar mata terdapat disekeliling mata,
fungsinya sebagai penutup mata atau otot sfingter mata
4) Muskulus levator palpebra superior terdapat pada kelopak mata. Fungsinya
menarik, mengangakat kelopak mata atas pada waktu membuka mata.
c. Otot mulut/bibir dan pipi, terbagi atas:
1) Muskulus triangularis dan muskulus orbikularis oris/otot sudut mulut,
fungsinya menarik sudut mulut ke bawah.
2) Muskulus quadratus labii superior, otot bibir atas mempunyai origo pinggir
lekuk mata menuju bibir atas dan hidung.
3) Muskulus quadratus labii inferior, terdapat pada dagu merupakan kelanjutan
pada otot leher. Fungsinya menarik bibir ke bawah atau membentuk mimik
muka ke bawah.
4) Muskolus buksinator, membentuk dinding samping rongga mulut. Origo pada
taju mandibula dan insersi muskulus orbikularis oris. Fungsinya untuk
menahan makanan waktu mengunyah.
5) Muskulus zigomatikus/otot pipi, fungsinya untuk mengangkat dagu mulut ke
atas waktu senyum.
d. Otot pengunyah/otot yang bekerja waktu mengunyah , terbagi atas:
1) Muskulus maseter, fungsinya mengangkat rahang bawah pada waktu mulut
terbuka.
2) Muskulus temporalis fungsinya menarik rahang bawah ke atas dan ke
belakang.
3) Muskulus pterigoid internus dan eksternus , fungsinya menarik rahang ke
bawah ke depan.
e. Otot lidah sangat berguna dalam membantu pancaindra untuk mengunyah
terbagi atas:
1) Muskulus genioglosus, fungsinya mendorong lidah ke depan.
2) Muskulus stiloglosus, fungsinya menarik lidah ke atas dan ke belakang.

f. Otot leher
Bagian otot ini terbagi 3, yaitu:
1) Muskulus platisma, terdapat di samping leher menutupi sampai bagian dada.
berfungsi menekan mandibula, menarik bibir ke bawah dan mengerutkan kulit
bibir.
2) Muskulus sternokleidomastoid disamping kiri kanan leher ada suatu tendo
sangat kuat. Fungsinya menarik kepala ke samping, ke kiri, dan ke kanan,
memutar kepala dan kalau keduannya bekerja sama merupakan fleksi kepala
ke depan disamping itu sebagai alat bantu pernafasan.
3) Muskulus longisimus kapitis, terdiri dari splenius dan semispinalis kapitis.
Ketiga otot ini terdapat di belakang leher, terbentang dari belakang kepala ke
prosesus spinalis korakoid. Fungsinya untuk menarik kepala belakang dan
menggelengkan kepala.

g. Otot bahu
Otot bahu hanya meliputi sebuah sendi saja dan membungkus tulang pangkal
lengan dan tulang belikat akromion yang teraba dari luar.
1) M. Deltoid (otot segitiga), otot ini membentuk lengkung bahu dan berpangkal
di bagian sisi tulang selangka ujung bahu, balung tulang belikat dan diafise
tulang pangkal lengan. Di antara otot ini dan taju besar tulang pangkal lengan
terdapat kandung lendir. Fungsinya mengangkat lengan sampai mendatar.
2) M. Subskapularis (otot depan tulang belikat) otot ini mulai dari bagian depan
tulang belikat, menuju taju kecil tulang pangkal lengan, d bawah uratnya
terdapat kandung lendir. Fungsinya menengahkan dn memutar tulang humerus
ke dalam.
3) M. Supraspinatus (otot atas balung tulang belikat). Otot ini berpangkal dilekuk
sebelah atas menuju ke taju besar tulang pangkal lengan.fungsinya
mengangkat lengan.
4) M. Infraspinatus (otot bawah balung tulang belikat). Otot ini berpangkal
dilekuk sebelah bawah balung tulang belikat dan menuju ke taju besar tulang
pangkal lengan. Fungsinya memutar lengan keluar.
5) M.teres mayor (otot lengan bulat besar). Otot ini berpangkal di siku bawah
tulang belikat dan menuju ke taju kecil tulang pangkal lengan. Di antar otot
lengan bulat kecil dan otot lengan lengan bulat besar terdapat kepala yang
panjang dari muskulus triseps brakii. Fungsinya bisa memutar lengan ke
dalam.
6) M. Teres minor (otot lengan belikat kecil). Otot ini berpangkal disiku sebelah
luar tulang belikat dan menuju ke taju besar tulang pangkal. Fungsinya
memutar lengan ke luar.
h. Otot dada
1) Otot dada besar (muskulus pektoralis mayor). Pangkalnya terdapat diujung
tengah selangka, tulang dada dan rawan iga. Fungsinya dapat memutar lengan
kedalam dan menengahkan lengan., menarik lengan melalui dada, merapatkan
lengan kedalam.
2) Otot dada kecil (muskulus pektoralis minor).terdapat dibawah otot dada besar,
berpangkal di iga III,IV, dan V menuju ke prosesus korakoid. Fungsinya
menaikkan tulang belikat dan menekan bahu.
3) Otot bawah selangka (muskulus sublavikula). Terdapat diantar tulang selangka
dan ujung iga I, bagian dada atas sebelah bawah os klavikula. Fungsinya
menentapkan tulang selangka disendi sebelah tulang dada dan menekan sendi
bahu ke bawah dan kedepan.
4) Otot gergaji depan (muskulus seratus anterior). Berpangkal di iga I sampai IX
dan menuju ke sisi tengah tulang belikat, tetapi yang terbanyak menuju ke
bawah.
5) Otot dada sejati yaitu otot-otot sela iga luar dan otot sels-sela iga dalam.
Fungsinya mengangkat dan menurunkan iga waktu bernapas. Otot dada bagian
dalam disebut juga otot dada sejati, yaitu dada yang membantu perapasan
terdirir dari;
a) Muskulus interkostalis eksternal dan internal terdapat diantara tulang-
tulang iga. Fungsinya mengangkat dan menurunkan tulang iga ke atas dan
ke bawah pada waktu bernapas.
b) Muskulus diafragmatikus, merupakan alat istimewa yang ditengahnya
mempunyai aponeurosis yang disebut sentrum tendineum. Bentuknya
melengkung ke atas mengahadap ke rongga toraks, mempunyai lobang
tempat lalu aorta vena kava dan esofagus. Fungsinya menjadi batas antara
rongga dada dan rongga perut. Kontraksi dan relaksasinya memperkecil
serta memperbesar rongga dada waktu bernapas.

i. Otot perut
1) Muskulus abdominis inetrnal (dinding perut). Garis di tengah dinding perut
dinamakan linea alba, otot sebelah luar (muskulus abdominis ekternal). Otot
yang tebal dinamakan aponeurosis, memebentuk kandung otot yang terdapat
disebelah kiri dan kanan linea itu.
2) Lapisan sebelah luar sekali dibentuk otot miring luar (muskulus obliqus
eksternus abdominasi). Berpangkal pada iga V yang bawah sekali. Serabut
ototnya yang sebelah belakang menuju ke tepi tulang panggul (krista iliaka).
Serabut yang depan menuju linea alba. Serabut yang tengah membentuk ikat
yang terbentang dari spina iliaka anterior superior ke simfisis.
3) Lapisan kedua dibawah otot dibentuk oleh otot perut dalam ( M.obliqua
internus abdominis). Serabut miring menuju ke ats dan ke tengah .
Aponeurosis terbagi 2 dan ikut membentuk kandung otot perut lurus mulai
dari pedang rawan iga III dibawah dan menuju ke simfisis. Otot ini
mempunyai 4 urat melintang.
4) Muskulus transversus abdominis, merupakan xifoid menuju artikule ke kosta
III terus ke simfisis. Otot ini membentuk 4 buah urat yang bentuknya
melintang dibungkus oleh muskulus rektus abdominis otot vagina
Otot yang masuk ke dalam formasi bagian bawah dinding perut atau dinding
abdominal posterior:
a) Muskulus psoas, terletak di belakang difragma bagian bawah mediastinum,
berhubungan dengan quadratus lumborum di dalamnya terdapat arteri,
vena dan kelenjar limfe.
b) Muskulus iliakus terdapat pada sisi tulang ilium, sebelah belakang
berfungsi menopang sekum, dan sebelah depan menyentuh kolon
desenden.
j. Otot punggung
1) Otot yang menggerakkan lengan
a) Trapezius (otot kerudung). Terdapat di semua ruas-ruas tulang punggung.
Berpangkal di tulang kepala belakang. Fungsinya mengangkat dan
menarik sendi bahu. Bagian atas menarik skapula ke bagian medial dan
yang bawah menarik ke bagian lateral.
b) Muskulus latisimus dorsi (otot punggung lebar), berpangkal pada ruas
tulang punggung yang kelima dari bawah fasia lumboid, tepi tulang
punggung dan iga III dibawah, gunanya menutupi ketiak bagian belakang,
menengahkan dan memutar tulang pangkal lengan kedalam.
c) Muskulus rumboid (otot belah ketupat)., berpangkal dari taju duri , dari
tulang leher V, ruas tulang punggung V, disini menuju ke pinggir tengah
tulang belikat. Gunanya menggerakkan tulang belikat ke atas dan ke
tengah.
2) Otot antara ruang tulang belakang dan iga
Otot yang bekerja menggerakkan tulang iga atau otot bantu pernafasan terdiri
dari 2 otot, yaitu:
a) Muskulus Seratus posterior inferior atau otot gergaji belakang bawah.
Terletak dibawah otot punggung lebar, berpanggal di fasia lumbodorsalis
dan menuju ke iga V dari bawa. Gunanya menarik tulang iga ke bawah
pada waktu berbafas.
b) Musklus seratus posterior, terletak di bawah otot belah ketupat dan
berpangkal di ruas tulang leher ke enam dan ke tujuh dari ruas tulang
pubnggung yang ke 2. Gunanya menrik tulang iga ke atas waktu inspirasi.
3) Otot punggung sejati
a) Muskulus interspinalis tranversi dan muskulus semispinalis, terdapat
antara kiri kanan prosesus tranversus dan prosesus spina. Fungsinya untuk
sikap dan pergerakan tulang belakang
b) Muskulus sakrospinalis (muskulus eroktor spina) terlatak di samping ruas
tulang belakang kiri dan kanan. Fungsinya memelihara dan menjaga
kedudukan kolumna vertebra dan pergerakan dari ruas tulang belakang
c) Muskulus quadratus lumborum, terletak anatara krista iliaka dan os kosta,
terdiri dari dua lapisan; fleksi dari vertebra lumbalis dan diamping itu juga
merupakan dinding bagian belakang rongga perut.
4) Otot pangkal legan
a) Otot-otot ketul atau fleksor
(1) Muskulus bisep braki (otot lengan berkepala dua) otot ini meliputi dua
buah sedi dan mempunya dua buah kepala (kaput). Kepala yang
panjang melekat di dalam sendi bahu, kepala yang pendek melekatnya
di sebelah luar dan yang kedua di sebelah dalam. Otot itu kebawah
menuju ke tulang pengumpil. Di bawah urat nya terdapat kandung
lendir. Fungsi nya membengkokkan lenga bawah siku meratakan hasta
dan mengangkat lengan.
(2) Muskulus brakialis (otot lengan dalam) Otot ini berpangkal di bawah
otot segi tiga di tulang pangkal lengan dan menuju taju di pangkal
tulang hasta funsinya membengkokkan lengan bawah siku.
(3) Muskulus korakobrakialis otot ini berpanglal di prosesus korakoid dan
menuju ke tulang pangkal lengan. Funginya mengangkat lengan.
b) Otot-otot kedang (ekstensor)
Muskulus triseps braki (oto lengan berkepala tiga)
(1) Kepala berpangkal di sebelah belakang tulang pagkal lengan dan
menuju ke bawah kemudian bersatu dengan yang lain
(2) Kepala dalam dimulai di sebelah dalam tulang pangkal lengan.
(3) Kepala panjang dimulai pada tulang dibawah sendi dan ketiganya
mempunyai sebelah urat yang melekat di olekrani.
c) Otot-otot sekitar panggul
Otot ini berasal dari tulang panggul atau kolumna vertebralis menuju ke
pangkal paha.
(1) Sebelah depan bagian dalam dari panggul terdapat:
(a) Muskulus psoas mayor. Terbentang dari prosesus tranfersi
lumbalis menuju trokantel minor dan iliakus.
(b) Muskulus iliakus, berasal dari fosa iliaka menuju trokanter minor.
(c) sMuskulus psoas minor yang terletak di muka psoas manyor.
Ketiga otot ini di sebut juga otot iliopsoas, fungsinya mengangkat
dan memutar tungkai ke bagian luar.
(2) Sebelah belakang bagian luar terdapat
(a) Muskulus gluteos maksimus merupakan otot yang terbesar yang
terdapat di sebelah luar panggul membentuk bokong. Fungsinya,
antagonis dari iliopsoas yaitu rotasi fleksi dan endorotasi femur
(b) Muskulus gluteos medius dan minimus, terdapat dibagian belakang
sendi panggul dibawah gluteos maksimus. Fungsinya, abduksi dan
endorotasi dari femur dan bagian medius eksorotasi femor.

G. Anatomi dan Fisiologi Sendi dan Tendon


1. Pengertian Sendi
Sendi adalah tempat pertemuan antara dua tulang atau lebih. Tulang-tulang ini
dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen,
tendon, fasia, atau otot.
a. Fungsi Sendi
Fungsi utama sendi adalah untuk memberikan gerakan fleksibel dalam tubuh.
Fungsi system skeletal:
1) Memberi struktur dan bentuk tubuh
2) Mendukung jaringan sekitarnya (otot dan tendon)
3) Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru dan jaringan lunak)
4) Membantu pergerakan melalui pergerakan otot dan pembentukan sendi.
5) Membentuk sel-sel darah dalam sumsum tulang merah
6) Sebagai tempat penyimpanan garam mineral, seperti kalsium dan fosfor
b. Tipe-Tipe Sendi
1) Sendi Fibrosa (Sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Sendi ini tidak memiliki lapisan
tulang rawan, dan tulang yang satu dengan tulang lainnya dihubungkan oleh
jaringan ikat fibrosa.
Terdapat 2 tipe sendi fibrosa :
a) Sutura, diantara tulang-tulang tengkorak.
b) Sindesmosis, yang terdiri dari suatu membran interoseous atau suatu ligamen
diantara tulang.
Serat-serat ini memungkinkan sedikit gerakan tetapi bukan merupakan gerakan
sejati. Perlekatan tulang tibia dan fibula bagian distal adalah contoh sendi fibrosa.
2) Sendi Kartilaginosa (Amfiartrodial)
Merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak. Sendi ini ujung-ujung tulangnya
dibungkus oleh tulang rawan hialin, disokong oleh ligamen dan hanya dapat
sedikit bergerak. Ada 2 tipe sendi kartilaginosa:
a) Sinkondrosis adalah sendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh
tulang rawan hialin. Contoh: sendi-sendi kostokondral.
b) Simfisis adalah sendi yang tulang-tulangnya memiliki satu hubungan
fibrokartilago antara tulang selapis tipis rawan hialin yang menyelimuti
permukaan sendi. Contoh: simfisis pubis dan sendi-sendi pada tulang
punggung.
3) Sendi Sinovial (Diartrodial)
Merupakan sendi yang dapat digerakkan dengan bebas. Sendi ini memiliki
rongga sendi dan permukaan sendi dilapisi rawan hialin. Rongga sendi
mengandung cairan sinovial, yang memberi nutrisi pada tulang rawan sendi yang
tidak mengandung pembuluh darah dan keseluruhan sendi tersebut dikelilingi
kapsul fibrosa yang di lapisi membran sinovial. Membran sinovial ini melapisi
seluruh interior sendi, kecuali ujung-ujung tulang, meniscus, dan diskus. Tulang-
tulang sendi sinovial juga dihubungkan oleh sejumlah ligamen dan sejumlah
gerakan selalu bisa di hasilkan pada sendi sinovial meskipun terbatas, misalnya
gerakan luncur antara sendi-sendi metacarpal.
Ada beberapa jenis sendi sinovial, yaitu:
a) Sendi peluru, yaitu memungkinkan gerakan bebas penuh. Misalnya:
persendian panggul dan bahu.
b) Sendi engsel, yaitu memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah.
Contoh: siku dan lutut.
c) Sendi pelana (sendi pelana dua sumbu), yaitu memungkinkan gerakan pada
dua bidang yang saling tegak lurus. Contoh : sendi pada dasar ibu jari.
d) Sendi pivot, yaitu memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas seperti
memutar pegangan pintu. Contoh: sendi antara radius dan ulna.
e) Sendi peluncur, yaitu memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah. Contoh:
sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan tangan.
4) Bagian-Bagian pada Sendi
a) Kapsul Sendi
Terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang
terbentuk dari jaringan ikat dengan pembuluh darah yang banyak, dan sinovium,
yang membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus
tendon-tendon yang melintasi sendi. Sinovium tidak meluas melampaui
permukaan sendi, tetapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan sendi secara
penuh. Lapisan-lapisan bursa di seluruh persendian membentuk sinovium.
Periosteum tidak melewati kapsul sendi.
b) Sinovium
Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi
permukaan sendi. Cairan synovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak
berwarna atau berwarna kekuningan. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi
normal relative kecil (1-3 ml). Hitung sel darah putih pada cairan ini normalnya
kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah sel-sel mononuklear. Asam
hialuronidase adalah senyawa yang bertanggung jawab atas viskositas cairan
synovial dan di sintesis oleh sel-sel pembungkus synovial. Bagian cair dari cairan
synovial diperkirakan berasal dari transudat plasma. Cairan synovial juga
bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi.
c) Kartilago Hialin
Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung beban tubuh
pada sendi sinovial. Rawan ini memegang peranan penting dalam membagi beban
tubuh. Rawan sendi tersusun dari sedikit sel dan sejumlah besar zat-zat dasar yang
terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang dihasilkan oleh sel-sel rawan.
Proteoglikan yang ditemukan pada rawan sendi sangat hidrofilik, sehingga
memungkinkan rawan tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu sendi
menerima beban yang berat.
d) Kartilago Sendi
Kartilago sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran darah, limfe dan
persarafan. Oksigen dan bahan-bahan lain untuk metabolisme dibawa oleh cairan
sendi yang membasahi rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen dan
pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau ketika usia bertambah.
Beberapa kolagen baru pada tahap ini mulai membentuk kolagen tipe satu yang
lebih fibrosa. Proteoglikan dapat kehilangan sebagian kemampuan hidrofiliknya.
Perubahan-perubahan ini berarti rawan akan kehilangan kemampuannya untuk
menahan kerusakan bila diberi beban berat.
Sendi dilumasi oleh cairan synovial dan oleh perubahan-perubahan
hidrostatik yang terjadi pada cairan interstisial rawan. Tekanan yang terjadi pada
rawan akan mengakibatkan pergeseran cairan kebagian yang kurang mendapat
tekanan. Sejalan dengan pergeseran sendi ke depan, cairan yang bergerak ini juga
bergeser ke depan mendahului beban. Cairan kemudian akan bergerak ke
belakang kembali ke bagian rawan ketika tekanan berkurang. Kartilago sendi dan
tulang-tulang yang membentuk sendi normalnya terpisah selama gerakan selaput
cairan ini. Selama terdapat cukup selaput atau cairan, rawan tidak dapat aus
meskipun dipakai terlalu banyak.
e) Aliran Darah ke Sendi
Aliran darah ke sendi banyak yang menuju ke sinovium. Pembuluh darah
mulai masuk melalui tulang subkondral pada tingkat tepi kapsul. Jaringan kapiler
sangat tebal di bagian sinoviumyang menempel langsung pada ruang sendi. Hal
ini memungkinkan bahan-bahan di dalam plasma berdifusi dengan mudah ke
dalam ruang sendi. Proses peradangan dapat sangat menonjol di sinovium, karena
di daerah tersebut banyak mendapat aliran darah, disamping itu juga terdapat
banyak sel mast dan sel lain dan zat kimia yang secara dinamis berinteraksi untuk
merangsang dan memperkuat respons.

f) Saraf-Saraf pada Sendi


Saraf-saraf otonom dan sensorik tersebar luas pada ligament, kapsul sendi,
dan sinovium. Saraf-saraf ini berfungsi untuk memberikan sensitivitas pada
struktur-struktur ini terhadap posisi dan pergerakan. Ujung-ujung saraf pada
kapsul, ligamen, dan pembuluh darah adventisia sangat sensitif terhadap
peregangan dan perputaran. Nyeri yang timbul dari kapsul sendi atau sinovium
cenderung difus atau tidak terlokalisasi. Sendi dipersarafi oleh saraf-saraf perifer
yang menyeberangi sendi. Ini berarti nyeri dari satu sendi mungkin dapat
dirasakan pada sendi lainnya, misalnya : nyeri pada sendi panggul dapat dirasakan
sebagai nyeri lutut.

g) Gerakan pada Sendi


(1) Fleksi adalah gerakan yang memperkecil sudut antara 2 tulang atau 2
bagian tubuh, seperti saat menekuk siku (menggerakkan lengan kea rah
depan). Menekuk lutut (menggerakkan tungkai kea rah belakang) atau
menekuk torso kearah samping.
(a) Dorsofleksi yaitu gerakan menekuk telapak kaki di pergelangan kearah
depan (meninggikan bagian dorsal kaki).
(b) Plantar fleksi yaitu gerakan meluruskan telapak kaki pada pergelangan
kaki.
(2) Ekstensi adalah gerakan yang memperbesar sudut antara dua tulang atau
dua bagian tubuh.
(a) Ekstensi bagian tubuh kembali ke posisi anatomis, seperti gerak
meluruskan persendian pada siku dan lutut setelah fleksi.
(b) Hiperekstensi mengacu pada gerakan yang memperbesar sudut pada
bagian-bagian tubuh melebihi 180º, seperti gerakan menekuk torso atau
kepala kea rah belakang.
(3) Abduksi adalah gerakan bagian tubuh menjauhi garis tengah tubuh, seperti
saat lengan berabduksi.
(4) Aduksi adalah gerakan bagian tubuh saat kembali ke aksis utama tubuh atau
aksis longitudinal tungkai.
(5) Rotasi adalah gerakan tulang yang berputar di sekitar aksis pusat tulang itu
sendiri tanpa mengalami dislokasi lateral, seperti saat menggelengkan
kepala untuk menyatakan tidak.
(a) Pronasi adalah rotasi medial lengan bawah dalam posisi anatomis, yang
mengakibatkan telapak tangan menghadap ke belakang.
(b) Supinasi adalah rotasi lateral lengan bawah, yang mengakibatkan
telapak tangan menghadap ke depan.
(6) Sirkumduksi adalah kombinasi dari semua gerakan angular dan berputar
untuk membuat ruang membentuk kerucut, seperti saat mengayunkan
lengan membentuk putaran. Gerakan seperti ini dapat berlangsung pada
persendian panggul, bahu, trunkus, pergelangan tangan, dan persendian
lutut.
(7) Inversi adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan telapak
kaki menghadap ke dalam atau ke arah medial.
(8) Eversi adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan telapak
kaki menghadap ke arah luar. Gerak inversi dan eversi pada kaki sangat
berguna untuk berjalan di atas daerah yang rusak dan berbatu.
(9) Protraksi adalah memajukan bagian tubuh, seperti saat menonjolkan rahang
bawah ke depan.
(10) Retraksi adalah gerakan menarik bagian tubuh ke arah belakang, seperti
meretraksi mandibula, atau meretraksi girdel pektoral untuk
membusungkan dada.
(11) Elevasi adalah pergerakan struktur ke arah superior, seperti saat
mengatupkan mulut atau mengangkat bahu.
(12) Depresi adalah menggerakkkan suatu struktur kea rah inferior, seperti saat
membuka mulut.
5) Klasifikasi Sendi Berdasarkan Tempat/Letak
a) Sendi-Sendi Kepala
(1) Sendi temporomandibular, antara tulang temporal dan kepala mandibula,
adlah satu-satunya sendi kepala yang bisa bergerak dan uniknya gerakan
bisa terjadi pada tiga bidang: ke atas dank e bawah, ke depan dan ke
belakang, dan dari sisi ke sisi.
(2) Fontanela anterior, merupakan fontanela terbesar dan terletak pada
pertemuan dua tulang parietal dengan tulang frontal.
(3) Fontanela posterior, terdapat pada pertemuan tulang parietal dengan tulang
oksipital.
b) Sendi Batang Tubuh
Terdapat sejumlah sendi diantara semua vertebra dari servikal kedua
sampai sekrum. Sendi kartilaginosa terdapat diantara badan vertebra, dan sensi
synovial diantara lengkung vertebra. Ligamen longitudinal anterior dan
posterior membentang dari ujung atas kolumna spinalis sampai sekrum dan
berfungsi memperkuat kolumna. Ligamen yang lain terletak diantara lengkung
vertebra. Di antara tulang iga dan vertebra terdapat sendi kostovertebral yang
memungkinkan gerakan meluncur.
c) Sendi Ekstermitas Atas
Sendi sternoklavikular dibentuk oleh ujung sternal klavikula, manubrium
sterni, dan tulang rawan iga pertama. Sendi ini memungkinkan gerakan
meluncur pada klavikula.
Sendi akromioklavikular bterletak diantara ujung akromial klavikula dan
akromion scapula dan biasanya berhubungan dengan gerakan bahu.
Sendi bahu adalah sendi bola dan mangkuk dan merupakan sendi yang
paling bebas gerakannya pada tubuh manusia. Sendi ini dibentuk oleh kepala
humerus yang masuk ke dalam mangkuk glenoid yang kecil dan dangkal.
Permukaan sendi ini dilapisi tulang rawan dan mangkuk glenoid diperbesar
dan diperdalam oleh suatu batas firokartilago (labrum glenoid) yang
melingkari mangkuk tersebut. Tulang-tulang dihubungkan oleh kapsul
ligamentosa yang longgar untuk memberi lingkup gerak yang luas, tetapi otot-
otot yang kuat akan mempertahankan tulang pada posisinya. Tendon panjang
otot bisep berfungsi sebagai ligament intrakapsuler.tendon ini berjalan melalui
alur bisipital ke dalam rongga sendi dan cenderung mempertahankan
permukaan sendi pada posisi normalnya.
Sendi siku adalah kombinasi sendi pelana (antara humerus dengan
radius dan ulna) dan sendi pivot (antara radius dan ulna). Terdapat ligamen
yang kuat di antara ketiga tulang tersebut dan sebuah ligament sirkular yang
mempertahankan kepala radius pada ceruk radial ulna. Ujung bawah radius
juga membentuk sendi pivot dengan ulna.
Sendi pergelangan tangan dibentuk oleh ujung bawah radius dengan tulang-
tulang skafoid, lunatum, dan triquetrum. Bersama dengan sendi-sendi diantara
tulang karpalia, dapat dilakukan gerakan fleksi, ekstensi, aduksi, abduksi, dan
sirkumduksi.
Sendi-sendi metakarpofalangeus juga dapat melakukan semua gerakan seperti
sendi pergelangan tangan, tetapi sendi-sendi interfalangeus merupakan sendi
pelana dan hanya memberi gerakan fleksi dan ekstensi.
d) Sendi Ekstermitas Bawah
(1) Sendi sakroiliaka merupakan sendi sinovial yang memungkinkan sedikit
gerakan rotasi ketika batang tubuh melakukan fleksi dan ekstensi.
(2) Simfisis pubis merupakan sendi tulang rawan yang sangat sedikit
gerakannya.
(3) Sendi pinggul (pangkal paha) merupakan sendi bola dan mangkuk yang
dibentuk oleh kepala femur yang masuk ke dalam asetabulum yang
berbentuk mangkuk.
(4) Sendi lutut merupakan sendi terbesar pada tubuh manusia yang merupakan
gabungan dari sebuah sendi kondilar yang terjadi antar kondilus femur dan
tibia dan sebuah sendi plana antara patela dan femur. Gerakan sendi lutut
yang terutama adalah fleksi dan ekstensi.
(5) Sendi tibiofibular atas merupakan sendi plana sinovial yang memungkinkan
sedikit gerakan meluncur sedangkan pada ujung bawah kedua tulang
tersebut sedikit rotasi fibula ketika sendi pergelangan kaki bergerak.
(6) Sendi pergelangan kaki merupakan sendi plana yang dibentuk oleh tibia,
fibula, dan talus. Gerakan sendi ini adalah fleksi dan ekstensi yang disebut
dorsifleksi(mengangkat kaki) dan fleksi plantar (mengangkat tumit).
6) Patofisiologi Sendi
a) Keseleo / Terkilir / Sprained

Terkilir atau keseleo adalah gangguan sendi akibat gerakan pada sendi yang
tidak biasa, dipaksakan atau bergerak secara tiba-tiba. Umumnya kesleo bisa
menyebabkan rasa yang sangat sakit dan bengkak pada bagian yang keseleo.

b) Dislokasi / Dislocation
Dislokasi adalah gangguan pada sendi seseorang di mana terjadi
pergeseran dari kedudukan awal.

c) Artritis / Arthritis
Artritis adalah radang sendi yang memberikan rasa sakit dan terkadang
terjadi perubahan posisi tulang. Salah satu contoh artritis yang terkenal adalah
rematik.
d) Ankilosis / Ankylosis
Ankilosis adalah gangguan pada sendi di menyababkan sendi tidak dapat
digerakkan di mana ujung-ujung antar tulang serasa bersatu.

2. Anatomi dan Fisiologi Tendon


a. Pengertian
Hampir semua otot rangka menempel pada tulang. Otot-otot volunter melekat
pada tulang, tulang rawan, ligamen, kulit, atau otot lain melalui struktur fibrosa
disebut tendon atau apeneurosis. (Wetson R. 2002). Berikut beberapa pendapat
mengenai tendon:
1) Tendon adalah jaringan ikat fibrosa (tidak elastis) yang tebal dan berwarna
putih yang menghubungkan otot rangka dengan tulang. (Potter & Perry, A. G.
2006).
2) Tendon adalah sebuah pita jaringan ikat yang melekat pada otot dan ujung
yang lain berinsensi ke dalam tulang (Gibson Jhon).
3) Tendon adalah ikatan jaringan fibrosa yang padat yang merupakan ujung dari
otot dan menempel kepada tulang.
b. Anatomi dan fisiologi
Sebagian besar otot ujungnya melekat pada tulang. Beberapa melekat pada
strustur lain, pada tulang rawan atau kulit. Origa otot merupakan titik yang lebih
berfiksasi pada perlekatannya. Insersio otot biasanya merupakan bagian yang
bergerak, kadang-kadang untuk kerja yang berbeda aturan ini terbalik. Perlekatan
pada tulang berupa:
1) Serat otot yang berjalan ke dalam periosteum: tulang di bawahnya licin. Misalnya
bagian depan femur
a) Campuran serat otot dan jaringan fibrosa: tulang di bawahnya kasar.
Misalnya linea aspera pada bagian belakang femur.
b) Tendon: tulang dapat tertarik ke luar pada tuberkulum atau penonjolan besar.
Misalnya tuberkulum biceps pada radius untuk melekatnya otot biceps.
Selaput tendon berbentuk selubung dari jaringan ikat yang menyelubungi
tendon tertentu, terutama pada pergelangan tangan dan tumit. Selubung ini
bersambung dengan membran synovia yang menjamin pelumasan sehingga mudah
bergerak. Tendon memiliki sedikit elastisitas yaitu: (a) memungkinkan massa otot
yang besar untuk mengonsentrasikan kekuatannya pada satu daerah tulang yang relatif
kecil. (b) memungkinkan beberapa tendon melalui beberapa ruang yang kecil,
misalnya tendon otot lengan bawah ketika lewat bagian depan dan bagian belakang
pergelangan tangan. (c) memiliki fungsi protektif dan suportif disekitar sendi. Urat
otot (tendon) tersusun dari jaringan ikat dan bersifat keras serta liat. Berdasarkan cara
melekatnya pada tulang, tendon dibedakan sebagai berikut ini:
a) Origo (origin = asal) merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak
berubah kedudukannya ketika otot berkontraksi.
b) Insersio (Insertian = sisipan), merupakan tendon yang melekat pada tulang yang
bergerak ketika otot berkontraksi. (Arisno D. Yusa & sutresna N 2006)
Tendon Achilles atau tendo calcaneus adalah tendon pada bagian belakang tungkai
bawah. Ia berfungsi untuk melekatkan otot gastrocnemius dan otot soleus ke salah
satu tulang penyusun pergelangan kaki, calcaneus.
Tendon Achilles berasal gabungan dari tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus,
dan otot plantaris kaki. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki.
Tendon Achilles adalah tendon tertebal dan terkuat pada badan manusia. Panjangnya
sekitar 15 sentimeter, dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya
kian mengumpul dan melekat pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus.

Berbeda dengan gelendong otot, yang terletak di dalam perut otot, organ
tendon golgi terletak di tendon otot, tempat organ ini dapat berespons terhadap
perubahan tegangan, bukan panjang otot. Karena sejumlah faktor menentukan
tegangan yang terbentuk di otot keseluruhan sewaktu kontraksi (misalnya,
frekuensi rangsangan atau panjang otot pada awal kontraksi) maka sistem kontrol
motorik perlu diberi tahu tentang regangan yang sebenarnya tercapai sehingga
dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian jika diperlukan.
Organ tendon golgi terdiri dari ujung-ujung serat aferen yang teranyam di
dalam berkas serat jaringan ikat yang membentuk tendon. Ketika serat otot
ekstrafusal berkontraksi, tarikan yang terjadi pada tenon menegncangkan berkas
jaringan ikat, yang pada gilirannya meningkatkan tegangan yang terjadi di tulang
tempat tendon melekat. Pada prosesnya, ujung reseptor aferen organ golgi
teregang, menyebabkan serat aferen melepaskan muatan; frekuensi lepas muatan
berbanding lurus dengan regangan yang terbentuk. Informasi aferen ini dikirim ke
otak untuk diproses. Banyak dari informasi ini digunakan secara bawah sadar
untuk mengeksekusi aktifitas motorik dengan mulus, tetapi tidak seperti informasi
aferen dari gelendong otot, informasi aferen dari organ tendon golgi mencapai
tingkat kesadaran. Anda merasakan tegangan dalam suatu otot tetapi bukan
panjangnya.
Para ilmuwan semula berpikir bahwa organ tendon golgi memici suatu
refleks spinal protektif yang mencegah kontraksi lebih lanjut dn menimbulkan
relaksasi refleks mendadak ketika tegangan otot terlalu besar, sehingga
membantu mencegah kerusakan otot atau tendon oleh kontraksi otot yang
berlebihaan dan menimbulkan tegangan besar. Namun, para ilmuwan kini
percaya bahwa reseptor ini adalah sensor murni dan tidak memicu refleks apapun.
Tampaknya terdapat mekanisme lain yang belum diketahui yang berperan
menghambat kontraksi lebih lanjut dan mencegah kerusakan akibat tegangan.
c. Penyusun tendon otot
1) Pada otot paralel fasikulus tersusun paralel terhadap aksus longitudinal dan
berujung pada satu tendon pipih yang menyerupai pita seperti pada otot
Sartorius.
2) Pada otot paniform, fasikulus tersusun seperti kumpulan bulu disepanjang sisi
tendon otot. Otot foniform memiliki kontraksi yang sangat kuat karena seluruh
daya yang dimiliki miofibers dikonsentrasikan pada tendon.
3) Pada otot unipeniform, semua fasikulus berada disalah satu sisi tendon, seperti
pada otot semi membranosa.
4) Otot bepeniform, memiliki fasikulus yang menyatu dikedua sisi tendon seperti
pada otot rektus tungkal
5) Otot multipenifirm, memiliki fesikulus yang menyatu pada banyak tendon,
seperti pada otot deltoideus (Sloane E. 2004)
Fungsi tendon adalah untuk menghubungkan berbagai organ tubuh seperti otot
dengan tulang-tulang, tulang dengan tulang, juga memberikan perlindungan
terhadap organ tubuh.

H. Persarafan Tulang, Otot dan Sendi


1. Persarafan Tulang
Vaskularisasi dan persarafan tulang arteri memasuki tulang dari
periosteum, selaput jaringan ikat berserabut yang meliputi tulang. Arteri periostal masuk
dibanyak tempat dan mendarahi substantia compacta, arteri ini bertanggung jawab untuk
nutrisinya. Maka tulang yang periosteumnya disingkirkan akan mati. Di dekat
pertengahan diafisis satu arteria nutrien menembus substantia compacta secara miring
dan mendarahi substantia spongiosa dan sumsum tulang. Arteri metafiseal dan epifiseal
mendarahi ujung tulang.Vena mengiringi arteri, dan banyak vena besar meninggakan
tulang melalui foramen di dekat ujung artikular tulang.Tulang yang bersumsum tulang
merah, memiliki vena yang besar. Pembuluh limfe sangat banyak terdapat dalam
periosteum.
Saraf mengikuti pembuluh darah yang memasuki tulang. Periosteum amat kaya akan
saraf sensoris yang disebut saraf periostal, beberapa diantara saraf itu mengandung
serabut untuk rasa sakit. Saraf ini terutama peka terhadap robekan, atau tegangan, dan ini
dapat menjelaskan mengapa rasa sakit pada fraktur terasa amat hebat. Di dalam tulang
saraf vasomotoris menyebabkan penyempitan atau pelebaran pembuluh darah.
a. Persarafan Pada Ekstermitas Atas
1) Nervus Kutaneus Antebrakii Posterior: mensarafi kulit posterior lengan bawah
2) Nervus Interoseus Posterior: Menembus os.radius dan mensarafi m.supinator
3) Ramus Supervasialis N.Radialis: Mensarafi dorsum tangan dan lateral 3 ½ jari.
4) Nervus Aksilaris
Tipe: saraf motoris dan sensoris
Tempat: dari serabut posterior pleksus brakialis
Perjalanan: melewati rongga kuadrangularis
Kelainan: trauma pergeseran kaput humerus ke arah bawah akibat dislokasi
bahu,akibatnya hilang fungsi m.deltoid dan pengecilan otot ini secara cepat.
5) Nervus Radialis
Tipe: campuran sensoris dan motoris
Tempat: sambungan dari serabut posterior pleksus brakialis
Kelainan: trauma akibat fraktur korpus humeri yang menyebabkan kerusakan
n.radialis pada sutura spiralis akibatnya hilangnya semua fungsi ekstensor
lengan bawah (wristdrop) contoh lumpuh pada pergelangan tangan
6) Nervus Muskulokutaneus
Tipe: campuran sensoris dan motoris
Tempat: berasal dari serabut lateral pleksus brakialis,ketika menembus fasia
profunda tepat di bawah siku akan menjadi nervus kutaneus antebrakii
posterior yang mensarafi lengan bawah bagian lateral sampai pergelangan.

7) Nervus Medianus
Tipe: campuran sensoris dan motoris
Tempat: penyatuan 2 radiks dari serabut medial dan lateral di sebelah lateral
a.aksilaris dan aksila.
Kelainan: penekanan seperti sindrom kanalis karpi akibatnya pengecilan otot-
otot,seperti pengecilan pada otot jempol.

8) Nervus Ulnaris
Tipe: campuran sensoris dan motoris
Tempat: dari serabut medial pleksus brakialis.
Kelainan: trauma akibat fraktur pada epikondilus medialis atau pada
pergelangan tangan akibat laserasi.contoh nya kelumpuhan pada jari manis
dan kelingking.
Pada telapak tangan
1) Nervus Kutaneus Palmaris
2) Nervus Digitalis Palmaris

Osteologi Ekstermitas Bawah


1) Nervus fibularis: pada fibula
2) Nervus fibularis superfisialis: pada fibula,merupakan cabang dari n.fibularis
3) Nervus profunda: fibula,merupakan cabang dari n.fibularis
4) Nervus femoralis: pada tulang femur,terletak tepat di lateral selubung femoralis
5) Nervus tibialis: pada tulang tibia
6) Nervus iskiadikus: rami primer anterior
7) Nervus fibularis komunis: cabang dari n. iskiadikus
Pada kaki:
1) Nervus plantaris medialis
2) Nervus planntaris lateralis
Pada tengkorak
a. Fosa kranialis anterior
Persarafan:
1) Dalam pars kribriformis (n.olfaktorius)
2) Kanalis optikus (n. Optikus)
b. Fosa kranialis media
Persarafan:
1) Fisura orbitalis superior ( cabang frontalis,lakrimalis,dan nasosiliaris dari
n.trigeminus,n okulomotorius,n troklearis, dan n abdusens )
2) Foramen rotundum (cabang maxilaris dari n.trigeminus)
3) Foramen ovale (cabang mandibularis dari n.trigeminus)
c. Fosa kranialis posterior
1) Foramen magnum (n aksesorius spinalis)
2) Meatus auditorius interna (n fasialis dan n. Vestibulokkoklearis)
3) Foramen jugularis ( n.glosofaringeus, n. Vagus, dan n. Aksesorius)
4) Kanalis hipoglusus ( n. Hipoglusus)
d. Tulang wajah
1) Supraorbital ( n. Supraorbitalis)
2) Infraorbital ( n. Infraorbitalis )
3) Mentalis (n. Mentalis )
4) Foramina fosa insisivus ( n. Nasopalatimus)

2. Persarafan Pada Otot


Otot adalah sebuah mesin yang yang merubah suatu ide dari otak menjadi sebuah
gerakan. Perubahan ini membutuhkan energi yang besar. Bila tidak ada otot, maka tidak
akan ada yang dapat kita lakukan. Menurut letaknya otot kerangka tubuh terdiri atas:
a. Otot kepala, terbagi atas 5 bagian:
1) Otot pundak kepala (M. Occipitofrontalis), terbagi dua yaitu:
a) M.Frontalis,
b) M.oksipitus
2) Otot wajah terdiri dari :
a) M.rektus oculi
b) M.oblicus oculi
c) M.orbicularis oculi
d) M.levator palpebra superior
Otot-otot diatas disarafi oleh N.facialis yang berjalan kedepan didalam
substansi glandula parotidea.N.facialis merupakan saraf untuk arcus pharyngeus
kedua dan mempersarafi semua otot-otot ekspresi wajah. Saraf ini tidak
mempersarafi kulit, tetapi cabang-cabangnya berhubungan dengan n.trigeminus.
diyakini bahwa serabut-serabut proprioseptif otot-otot wajah meninggalkan n.facialis
melalui cabang-cabang communicans ini dan berjalan ke susunan saraf pusat melalui
n.trigeminus.
3) Otot mulut, bibir, pipi, terbagi atas:
a) M.triangularis dan m.orbikularis orisinil
Disarafi oleh Ramus buccalis dan mandibularis yang merupakan cabang
terminal dari n.facialis. Ramus buccalis muncul dari pinggir anterior glandula di
bawah ductus parotideus dan mempersarafi M.buccinator dan otot-otot bibir atas
serta nares. Ramus mandibularis muncul dari pinggir anterior glandula dan
mempersarafi otot-otot bibir bawah.
(1) M.kuadratus labii superior
(2) M.kuadratus labii inferior
(3) M.buksinator dan m.zigomaticus.
Semua musculus juga disarafi oleh n.facialis.
b) Otot pengunyah:
(1) M.maseter
(2) M.temporalis
(3) M.pterigoid
Disarafi oleh Ramus mandibularis dan n.trigeminus. N.trigeminus mengandung
serabut sensoris dan motoris dan merupakan saraf otak yang terbesar. Saraf ini
menyuplai serabut sensoris untuk kulit kepala, wajah, mulut, gigi geligi, rongga
hidung dan sinus paranasalis dan memberikan serabut motoris ke otot-otot
pengunyah.
c) Otot lidah:
(1)M.genioglosus
(2)M.stiloglosus
Disarafi oleh n.hypoglosus. N.hypoglosus berjalan turun di dalam selubung
carotis. Sesampainya di pinggir bawah venter posterior m.digatricus, saraf ini
membelok ke depan, menyilang lengkung arteria lingualis, tepat di atas ujung cornu
majus ossis hyoidei. Kemudian saraf berjalan ke depan pada permukaan lateral
m.hyoglossus dan permukaan medial m.mylohyoideus. Saraf ini terletak di bawah
pars profundus glandula submandibularis, ductus submandibularis dan n.lingualis.
Saraf ini berakhir dengan melengkung ke atas ke arah ujung lidah dan memberikan
cabang-cabang untuk otot-otot.
4) Otot leher, terbagi atas 3 bagian:
a) M.platisma
Disarafi oleh Ramus cervicalis yang muncul dari pinggir bawah glandula dan
berjalan ke depan di leher di bawah mandibula untuk mempersarafi
m.platisma. Saraf ini dapat menyilang pinggir bawah mandibula untuk
mempersarafi m.depressor anguli oris.
b) M.strenokleidomastoideus
Disarafi oleh pars spinalis dan n.accessorii. N.accesorius adalah saraf
motorik. Saraf ini terdiri dari radix cranialis yang kecil, yang didistribusikan
melalui cabang-cabang n.vagus ke palatum molle, pharynx, dan laring; dan
radix spinalis yang besar, yang mempersarafi m.sternocleidomastoideus dan
m.trapezius.
c) M.longisimus kapitis
5) Otot bahu
a) M.deltoid
Disarafi oleh n.axillaris yang merupakan salah satu cabang terminal fasciculus
posterior plexus brachialis. Saraf ini berjalan ke belakang dan melalui spatium
quadrangularis. Dengan mengeluarkan cabang ke bahu, saraf tersebut
membagi menjadi cabang anterior dan pasterior.
b) M.subskapularis
Disarafi oleh n.subskapularis superior dan inferior. Nervus tersebut berasala
dari fasciculus posterior plexus brachialis dan menyarafi bagian atas dan
bawah m.subskapularis. Selain itu, n.subskapularis menyarafi m.teres major.
c) M.supraspinatus
d) M.infraspinatus
Kedua musculus tersebut disarafi oleh n.suprascapularis.
e) M.teres major, disarafi oleh n.subscapularis inferior.
f) M.teren minor, disarafi oleh n.axillaris.

6) Otot dada:
a) M.pektoralis mayor
b) M.pektoralis minor
Kedua musculus diisarafi oleh n.pektoralis medialis yang berasal dari
fasciculus medialis plexus brachialis, menyarafi dan menembus m.pektoralis
minor dan menyarafi m.pektoralis major.
c) M.subklavikula
Disarafi oleh saraf yang menuju ke m.supscavius dari truncus superior plexus
brachialis.
d) M.serratus anterior
Disarafi oleh n.thoracalis longus. N.thoracalis longus berasal dari radix
plexus brachialis di leher dan sampai di axilla dengan cara melalui pinggir
lateral cospa I dibelakang arteria, vena axillaris dan plexus brachialis. Saraf ini
berjalan turun melalui permukaan lateral m.serratus anterior yang
dipersarafinya.
e) M.interkostalis eksternal dan internal
f) M.diafragmatikus

7) Otot perut
a) M.abdomis internal,
b) M.obliqus eksternus abdomi
c) M.oblikus internus abdomi
d) M.transversus abdominis
Ketiganya disarafi oleh enam nn.thoracici bagian bawah dan
n.iliohypogastricus serta n.ilioinguinalis.

8) Otot punggung, terbagi atas 3 bagian :


a) Otot yang menggerakkan lengan:
a) M.trapezius, disarafi oleh n.accecorius dan ramus cervicalis.
b) M.latisimus dorsi, disarafi oeh n.cervicalis dan n.scapulae.
c) M.rumboid
b) Otot antar tulang belakang dan iga:
a) M.serratus posterior inferior
b) M.serratus posterior superior
Keduanya disarafi oleh nn.intercostales. Nervi ini merupakan rami
anteriores dari 11 nervi thoracici spinales yang pertama. Ramus anterior
n.thoracalis 12 terletak diabnomen dan berjalan ke depan didalam dinding
abdomen sebagai n.subscostalis. setiap n.intercostalis masuk ke dalam
statium intercostale di antara pleura parietalis dan membrana intercostalis
interni. Kemudian berjalan ke depan dan ke bawah bertemu dengan arteria
dan vena intercostalis didalam sulcus costae yang sesuai.
c) Otot punggung sejati

9) Otot pangkal lengan


a) M.biseps
b) M.brachialis
c) M.coracobrachialis
Ketiganya disarafi oleh n.musculocutaneus. Nervus tersebut berasal dari
fasciculus lateralis plexus brachialis di axilla. Saraf ini berjalan turun ke bawah
dan lateral, menembus m.coracobrachialis dan kemudian berjalan ke bawah di
antara m.biseps brachii dan m.brachialis. Kemudian saraf ini keluar dari sisi
lateral tendo musculi biseps dan menembus fascia profunda tepat diatas siku.
Akhirnya berjalan ke bawah di sisi lateral lengan bawah sebagai n.cutanues
antebrachii lateralis.
d) M.triseps
Disarafi oleh n.radialis. Nervus ini berasal dari fasciculus posterior plexus
brachialis di axilla. N.radialis melingkari sisi dorsal lengan atas di dalam
sulcus spiralis di antara caput-caput musculi triseps brachii.
10) Otot panggul
a) M.psoas mayor
b) M.psoas minor, keduanya disarafi oleh saraf dari plexus lumbalis.
c) M.illiacus
Disarafi oleh n.femoralis. Nervus tersebut merupakan cabang terbesar dari plexus
lumbalis. Saraf ini keluar dari pinggir lateral m.psoas di dalam abdomen dan
berjalan ke bawah di dalam celah antara m.psoas dan m.illiacus. saraf ini terletak di
belakang fascia illiaca dan memasuki tungkai atas di lateral arteria femoralis dan
vagina femoralis di belakang ligamentu inguinale.
d) M.gluteus maksimus
Disarafi oleh n.gluteus inferior. Nerus tersebut merupakan sebuah cabang dari
plexus sacralis, meninggalkan pelvis melalui bagian bawah foramen isciadicum
major di bawah m.piriformis. Saraf ini mempersarafi m.gluteus maximus.
e) M.gluteus medius
f) M.gluteus minimus
Keduanya disarafi oleh n.gluteus superior. Nervus ini merupakan sebuah cabang dari
plexus sacralis, meninggalkan pelvis melalui bagian atas foramen isciadicum major
di atas m.piriformis. Saraf ini berjalan ke depan di antara m.gluteus medius dan
minimus, mensarafi kedua otot ini dan berakhir dengan mempersarafi m.tensor
fasciae latae.
11) Otot tungkai atas
a) M.bisep femoris
Disarafi oleh caput longum : ars tibialis dari n. Ischiadicus dan caput brevis : pars
peronius comunis dari n.ischiadicus.
b) M.semitendinosus
c) M.semimembranosus
d) M.adduktor magnus (bagian hamstring)
Ketiga saraf ini [2),3),4)] disarafi oleh pars tibialis n.ischiadiccus.
(1) N. Ischiadicus merupakan sebuah cabang dari plexus sacralis,
meninggalkan regio glutea dengan berjalan turun digaris tengah tungkai
atas.
(2) N. Tibialis merupakan sebuah cabang terminal n.ischiadicus
(3) N.peroneus communis merupakan sebuah cabang terminal N.ischiadus
disisi lateral n.tibialis.

12) Otot tungkai bawah


a) M.tibialis anterior
b) M.extensor digitorum longus
c) M.peroneus tertius
d) M.extensor hallucis longus
e) M.extensor digitorum brevis
Disarafi oleh n. Peroneus profundus.N. Peroneus profundus merupakan
salah satu cabang terminal n.peroneus communis. Cabang ini dipercabangkan
didalam massa m.peroneus longus pada sisi lateral colum fibulae.saraf ini masuk
keruang anterior dengan menembus septum fascialis anterior, kemudian berjalan
kebawah profunda dari m.extensor digitorum longus, mula-mula terletak lateral
kemdian anterior, dan akhirnya lateral terhadap a. Tibialis anterior .
3. Persarafan Pada Sendi
Sendi adalah hubungan antara setiap bagian yang kaku ( tulang atau tulang rawan)
pada kerangka. Sendi ini digolongkan menurut jenis bahan pemersatu tulang yang
bersendi. Fungsi dari sendi secara umum adalah untuk melakukan gerakan pada tubuh
( Keith, 2002 )
Sendi merupakan daerah dimana tulang tulang di tutupi dan di keilingi oleh jaringan
ikat yang mempertahankan tulang tulang bersama dan menentukan jenis dan derajat
pergerakan di antara mereka. (Carlos, 1998)
Sendi adalah tempat bertemunya dua tulang atau lebih, baik terjadi pergerakan
atau tidak terjadi pergerakan. Sendi dikelompokkan menurut jaringan yang terdapat
diantara tulang-tulang: junctura fibrosa, junctura cartilaginea, dan junctura
synovialis. (Snell, 2006)
a. Junctura fibrosa
Permukaan tulang yang bersendi dihubungkan oleh jaringan fibrosa sehingga
kemungkinan geraknya sangat sedikit. Derajat pergerakan tergantung pada pnjang
serabut kolagen yang menghubungkan tulang. Sutura tengkorak dan articulatio
tibiofibularis inferior merupakan contoh junctura fibrosa. Sutura adalah garis tipis
jaringan fibrosa yang memisahkan dua tulang yang saling terkunci ,hanya ditemukan
pada tengkorak dan mengalami osifikasi dikemudian hari. Pada beberapa sendi,
misalnya pada articulatio tibiofibularis bawah, tulang disatukan oleh ligamentum
fibrosa.
b. Junctura cartilaginea
Juncture cartilaginea dapat dibagi menjadi dua tipe: tipe primer dan sekunder.
Junctura cartilaginea primer adalah juncture cartilaginea yang tulang-tulangnya
disatukan oleh selempeng atau sebatang cartilage hialin. Persatuan antara diaphysis
dan epiphysis pada sebuah tulang yang sedang tumbuh dan hubungan antara iga
pertama dan manubrium sterni merupakan contoh sendi ini. Tidak adapergerakan
yang dapat dilakukan.
Juncture cartilaginea sekunder adalah sendi kartilaginosa yang tulang-
tulangnya dihubungkan oleh selempeng cartilago fibrosa dan facies articularis-facies
articularisnya diliputi oleh selapis tipis cartilage hialin. Contoh adalah sendi
diantaracorpus vertebrae dan symphisis pubis. Mungkin dapat dilakukan sedikit
pergerakan.
c. Junctura synovialis
Facies articularis tulang-tulangnya diliputi oleh selapis tipis cartilago hialin.
Dan ujungnya dipisahkan oleh rongga sendi. Susunan saraf seperti ini memungkinkan
pergerakan yang luas. Rongga sendi dibatasi oleh membrana synovialis, yang
terbentang dari pinggir facies articularis yang satu ke facies articularis yang lain.
Membrana sinovialis dilindungi permukaan luarnyaoleh membrane fibrosa yang
disebut capsula aticularis. Fasies articularies mendapat pelumas dari cairan kental
yang disebut sinovia (cairan sinofialur), yang dihasilkan oleh membrane synovialis.
Pada junctura synovialis tertentu, seperti articulation genus, diantara fasies
articularisnya terdapat discus atau potongan fibrocartilago, disebut discus articularis.
Bantalan lemak ditemukan pada beberapa sendi synovial dan terletak diantara
membrane sinovialis dan capsula fibrosa atau tulang. Contohnya dapat ditemukan
pada articulation coxae dan articula genus. Luas pergerakaan juncture synovialis
ditentukan oleh bentuk tulang yang membentuk sendi, stuktur anatomi yang
mengikuti pergerakannya. (Snell, 2006)
Persarafan pada Sendi
Capsula articularis dan ligamentum mendapat banyak persarafan sensoris. Sebuah
saraf sensoris yang menyarafi sendi, juga menyarafi otot-otot yang menggerakkan sendi
dan kulit disekitar insersio otot-otot tersebut. Aturan ini dikenal dengan Hukum Hilton.
Pembuluh darah pada sendi mendapat persarafan dari serabut otonom simpatis. Tulang
rawan yang meliputi facies articularis hanya mempuyai sedkit ujung saraf di dekat
pinggirnya. Peregangan kapsula dan ligamentum yang berlebihan menimbulkan reflek
kontraksi otot-otot di sekitar sendi, regangan yang berlebihan dapat menimbulkan rasa
nyeri. Reseptor regangan pada capsula articularis dan ligamentum secara terus menerus
mengirimkan informasi proprioseptil ke system saraf pusat sehingga system saraf terus
menerus mendapatkan informasi mengenai keadaan sendi. Kerja reseptor tersebut
menambah informasi dari muscle spindle dan tedon spindle yang di teruskan ke system
saraf, membantu mempertahankan tonus postural, dan mengkoordinasi gerakan volunteer.
Serabut simpatis mengatur suplai darah ke sendi. ( Snell. 2006 )
Sendi memperoleh darah melalui banyak arteri artikular. Pembuluh ni berasal dari
pembuluh di sekitar sendi. Arteri ini seringkali beranastomosis( berhubungan) untuk
membentuk anyaman pembuluh . vena yang disebut vena comitans mengikuti arteri, dan
terdapat banyak dalam capsula articularis, seperti juga arteri, terutama dalam membran
synovialis. Sendi dipersarafi secara luas, badan saraf akhir terdapat dalam capsula
articularis. Saraf artikularis adalha cabang yang dilepaskan dari saraf untuk kulit di
atasnya dan otot sekitarnya. Hukum hilton mengatakan bahwa saraf yang mengurus
intervasi suatu sendi, juga mempersarafi otot penggerak sendi bersangkutan serta kulit di
atasnya
Jenis perasaan utama pada sendi adalah propriosepsi. Propriosepsi memberi informasi
mengenai gerak dan edudukan bagi tubuh. Membran synovalis relatif kurang sensitif,
tetapi serabut pengantar rasa sakit terdapat cukup banyak dalam simpai ffibrotik dan
ligamntumnya. Badan akhir sensoris serabut ini terangsang oleh pilinan dan peregangan,
seperti terjadi pada sinovyits ( radang pada membran synovyalis). (Keitth, 2002)

4. Persarafan Sendi Lutut


Persarafan pada sendi lutut adalah melalui cabang-cabang dari nervus yang yang
mensarafi otot-otot di sekitar sendi dan befungsi untuk mengatur pergerakan pada
sendi lutut. Sehingga sendi lutut disarafi oleh:
a. N. Femoralis
b. N. Obturatorius
c. N. Peroneus communis
d. N. Tibialis

5. Kelainan pada persarafan pada sendi


Pada usia dewasa muda dimulai dengan penuaan kartilago articularis pada
ujung tulang yang bersendi, dan proses ini berlangsung seterusnya secara lambat dan
progresif, ini terutama terjadi pada tulang rawan pada ujung tulang di articulatio
coxae, rticltio genus, columna vertebralis dan kedua tangan.perubahan degeneratif ini
yang ireversibble menyebabkan cartilago articularis menjadi kurang efektif sebagai
peredam goncangan dan permukaan ppelumas. Akibatnya, sendi menjadi rentan
terhadp gesekan berulang yang terjadi pada saat sendi bergerak. Pada beberapa orang,
perubahan ini tidak menimbulkan keluhan yang berarti, tatapi pada orang lain dapat
terjadi rasa sakit yang cukup mengganggu. Penyakit sendi ini degeneratif yang disebut
osteooartris atau osteoartrosis, seringkali diiringi dengan kekakuan, perasaan kurang
nyaman dan rasa sakit. Osteoartritis umum dijumpai pada orang lanjut usia dan
biasanya menyerang sendi yang menanggung berat tubuh yang bersangkutan. (Keith,
2002)

I. Proses osifikasi, Faktor Pertumbuhan Tualng, dan Suplai Darah pada Tulang
a. Proses Osifikasi
Osifikasi adalah perubahan tulang rawan menjadi tulang keras atau perbaikan
tulang yang rusak, proses ini terbentuk di dalam perikondrium. Proses osifikasi di mulai
dengan terbentuknya sel-sel osteoblas yang terdapat dalam kartilago sedangkan
kartilago tersusun dari sel-sel mesenkim, yakni sel-sel pembentuk tulang.
1) Pada tahap awal proses osifikasi, osteoblas akan membentuk suatu lapisan
kompak sehingga perikondrium berubah menjadi periosteum (selaput tulang
keras), setelah osteoblas mengisi jaringan sekelilingnya akan membentuk osteosit
(sel-sel tulang). Bersamaan dengan proses tersebut, pada bagian tulang rawan di
daerah diafisis atau pusat batang (pusat osifikasi primer), sel-sel kondrosit
membesar akhirnya pecah.
2) Sel-sel tulang dibentuk secara bertahap dari arah dalam ke arah luar sehingga
pembentukannya konsentris. Setiap sel-sel tulang ini melingkari suatu pembuluh
darah dan saraf membentuk suatu sistem yang disebut sistem havers. Selain itu
disekeliling sel-sel tulang ini terbentuk senyawa protein pembentuk matriks
tulang dan akan mengeras karena adanya garam kapur dan garam fosfat. Hal ini
mengganggu komponen nutrisi bagi sel-sel kondrosit akhirnya mati.
3) Perikondrium yang mengelilingi diafisis di pusat osifikasi berubah menjadi
periosteum. Lapisan osteogenik didalam membentuk kolar tulang (klavikula), dan
kemudian mengelilingi kartilago yang telah terkalsifikasi.
4) Kondrosit (sel-sel kartilago) yang nutrisinya telah di putuskan oleh kolar akan
berdegenerasi dan kehilangan kemampuan untuk mempertahankan matrik
kartilago.
5) Kuncup perioteal mengandung pembuluh darah dan osteoblas yang masuk ke
dalam spikula kartilago terkalsifikasi melalui ruang yang di bentuk osteoklas pada
kolar tulang.
6) Jika kuncup periosteal mencapai puncak pertumbuhan akan menyebar dua arah
menuju epifisis.
7) Kemudian tumbuh pusat osifikasi sekunder dalam kartilago epifisis pada kedua
ujung tulang panjang.
8) Semua elongasi tulang yang terjadi selanjutnya adalah hasil dari pembelahan sel-
sel kartilago dalam lempeng epifisis.
9) Saat pertumbuhan seseorang penuh seluruh kartilago dalam lempeng epifisis
menjadi tulang dan akan berhenti.
Tulang dibagi menjadi 2 menurut kekompakannya atau kekerasannya yaitu tulang
kompak, terdapat pada tulang pipa atau panjang. Dan tulang spongiosa, terdapat
pada tulang pipih.
Proses ontsifikasi dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Osifikasi intramembranosa atau penulangan langsung (osifikasi primer)
adalah proses jaringan penyambung padat digantikan oleh simpanan garam-
garam kalsium untuk membentuk tulang. Misalnya pada tulang pipih seperti
tulang-tulang tengkorak. Penulangan ini secara langsung tidak akan terulang
lagi.
2) Osifikasi intrakartilaginosa adalah proses tulang rawan digantikan oleh
tulang. Misalnya tulang pipa, osifikasi ini hanya akan membuat tulang
semakin panjang.
Skema Osifikasi
Osifikasi tulang
Osifikasi langsung osifiksi tidak langsung

Osteoblas osteoblas

Osteoid Osteoid

osteosit osteoklas Osteoid Osteoklas

( membentuk) ( muncul )
Serabut kolagen Serabut kolagen

Tulang lamelar Tulang Lamelar

Tulang asli / sejati Tulang Rawan

endokondral Perikondral

Epiifisis Defisis sebagian defisis

Zona cuping Detruksi tulang Detruksi tulang


Osifikasi penyingkiran tulang rawan

( pembelahan sel dan berkembang ) tulang sejati

Bagan osifikasi:
Sel mesenkim  Tulang rawan (kartilago)  Bagian dalam terisi osteoblas 
terbentuk sel tulang dari dalam ke luar  terbentuk system havers  sekeliling sel
tulang terbentuk protein matriks tulang  kelak berupa senyawa fosfor dan kapur 
matriks tulang keras.
b. Factor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang
1) Herediter (genetic)
Tinggi badan anak secara umum bergantung pada orang tua, anak-anak dari orang
tua yang tinggi biasanya mempunya badan yang tinggi juga.
2) Factor nutrisi
Suplai bahan makanan yang mengandung kalsium, fosfat, protein, vitamin A, C, D
penting untuk generasi pertumbuhan tulang serta untuk memelihara rangka yang
sehat.
3) Factor endokrin
Hormone paratiroid (PTH) satu sama lain saling berlawanan dalam memelihara
kadar kalsium darah. Sekresi PTH terjadi dengan cara:
a) Merangsang osteoklas, reapsobsi tulang dan melepas kalsium ke dalam
darah.
b) Merangsang absorbsi kalsium dan fosfat dari usus.
c) Meresorbsi kalsium dari tubulus renalis.
d) Tirokalsitonin, hormone yang dihasilkan dari sel-sel parafolikuler dari
kelenjar tiroid, cara kerjanya menghambat resorbsi tulang.
e) Hormone pertumbuhan yang di hasilkan hipofise anterior penting untuk
proliferasi (bertambah banyak) secara normal dari rawan epifisealis untuk
memelihara tinggi badan yang normal dari seseorang.
f) Tiroksi bertanggung jawab untuk pertumbuhan tulang yang layak,
remodeling tulang dan kematangan tulang.
4) Faktor persyarafan
Gangguan suplai persyarafan mengakibatkan penipisan tulang seperti yang
terlihat pada kelainan poliomyelitis.
5) Factor mekanis
Kekuatan dan arah dari tuberkula tulang ditentukan oleh gaya-gaya mekanis yang
bekerja padanya.
6) Penyakit
Penyakit mempunyai pengaruh yang kurang baik terhadap pertumbuhan tulang.
c. Suplai darah pada tulang
1) Tulang-tulang panjang
2) Arteri nutrisia: arteri tunggal yang berbelok-belok masuk foramen nutrisia
oblik ke atas atau ke bawah menuju ke arah yang berlawwanan untuk
pertumbuhan tulang, satu arteri disertai dengan 1-2 buah vena selama dalam
korteks arteri memberikan cabang-cabang menuju kanalis havers.
3) Arteri periosteale: arteri kecil yang menyuplai perousteum berjalan sepanjang
perlengketan otot.
4) Arteri metapisiale: rangkaian yang membentuk anastomosis di sekeliling sendi
yang di sebut sirkulus vaskulosus, cabangnya masuk melalui foramina
vaskularis tempat keluarnya vena-vena epifise.
5) Tulang-tulang gepeng. Arteri epifisiale sebuah arteri nutrisia tunggal dan
bercabang-cabang, sejumlah cabang menyuplai substansia spongeosa dalam
substansia kompakta tulang.
6) Tulang-tulang iga. Arteri nutrisia memasuki tulang distalis dari tuberkulum
kosta dan membagi diri menjadi cabang-cabang anterior longus dan posterior
brevis yang menyuplai seluruh bagian tulang iga.
7) Tulang-tulang vertebrae. Terdapat 2 arteri yang besar memasuki permukaan
posterior korpus vertebrae. Arkus neuralis disuplai oleh pembuluh darah yang
memasuki prosesus transversus, bercabang menuju prosesus spinosus foramina
ke vena vertebralis pada permukaan posterior korpus vertebrae.

J. Mekanika Tubuh (Body Mechanic)


1. Definisi
Mekanika tubuh adalah istilah yang digunakan dalam menjelaskan penggunaan tubuh
yang aman, efisien, dan terkoordinasi untuk menggerakkan objek dan melakukan
aktifitas hidup sehari-hari (Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004 p.216)
Mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem
saraf untuk mempertahankan keseimbangan dengan tepat. Pada dasarnya, mekanika
tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak
mengeluarkan tenaga, berkoordinasi serta aman dalam mengerakkan dan
mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas (Alimul A. Aziz.2006. p.96)
Mekanika tubuh meliputi 3 elemen dasar yaitu :

a. Body Aligment (postur tubuh)


b. Balance/Keseimbangan
c. Koordinated body movement (gerakan tubuh yang terkoordinir)

2. Tujuan
Tujuan utama mekanika tubuh yaitu menfasilitasi penggunaan kelompok otot
yang tepat secara aman dan efisien guna menjaga keseimbangan, mengurangi energi
yang digunakan, menurunkan keletihan dan menurunkan resiko cedera. Mekanika
tubuh yang baik sangat penting untuk pasien dan perawat. Cedera punggung terjadi
hingga 38% dari semua perawat (American Nurses Assosiasion, 2000. Dalam buku
Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004 p.216)
Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat meningkatkan fungsi tubuh
terhadap susunan muskuloskeletal, mengurangi energi yang di keluarkan, dan
mengurangi kelelahan. Kebutuhan bergerak sangat dibutuhkan karena pergerakan
dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia dan melindungi diri dari kecelakaan,
seperti jatuh (Alimul A. Aziz. 2006. p. 96).
Menurut Alimul A. Aziz (2006), tujuan mekanika tubuh adalah sebagai berikut:
a. Menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat
pertumbuhan dan perkembangan.
b. Mengidentifikasi penyimpangan kesejajaran tubuh yang disebabkan postur yang
buruk.
c. Memberi kesempatan pasien untuk mengobservasi posturnya.
d. Mengidentifikasi kebutuhan belajar pasien untuk mempertahankan kesejajaran
tubuh yang benar.
e. Mengidentifikasi trauma, kerusakan otot atau disfungsi saraf.
f. Memperoleh informasi mengenai faktor-faktor lain yang memengaruhi
kesejajaran yang buruk, seperti kelelahan, malnutrisi dan masalah psikologis.

Indikasi: pasien yang mengalami gangguan fungsi sistem muskuloskeletal, saraf


atau otot dan pasien yang mengalami kelemahan serta kekakuan.

3. Prinsip Mekanika Tubuh


Berdasarkan Alimul A. Aziz. (2006. p.96) Prinsip yang digunakan dalam mekanika
tubuh adalah sebagai berikut:
a. Gravitasi. Merupakan prinsip yang pertama yang harus diperhatikan dalam
melakukan mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai
sumbu dalam pergerakan tubuh.
Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi :
1) Pusat gravitasi (center of gravity), titik yang berada di pertengahan tubuh.
2) Garis gravitasi (line of gravity), merupakan garis imajiner vertikal melalui
pusat gravitasi.
3) Dasar dari tumpuan (base of support), merupakan dasar tempat seseorang
dalam posisi istirahat untuk menopang/menahan tubuh.
b. Keseimbangan. Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai
dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi di antara pusat gravitasi dan
dasar tumpuan.
c. Berat. Dalam menggunakan mekanika tubuh, yang sangat diperhatikan adalah
berat atau bobot benda yang akan di angkat karena berat benda tersebut akan
memengaruhi mekanika tubuh.

4. Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh


Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Menurut Alimul A. Aziz. (2006 p.96) Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat
beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di antaranya :
a. Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar dapat membantu dalam mempertahankan
keseimbangan tubuh. Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan
saat orang berjalan akan berbeda. Orang yang berdiri akan lebih mudah stabil
dibandingkan dengan orang yang berjalan karena pada saat berjalan terjadi
perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu dan pusat gravitasi selalu berubah pada
posisi kaki. pada saat berjalan terdapat dua fase, yaitu fase menahan berat dan
fase mengayun, yang kan menghasilkan gerakan halus dan berirama.
b. Menahan (squatting)
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Sebagai
contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok, dan
tentunya berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu
diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam
menahan, sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan
tubuh dan memudahkan gerakan yang akan dilakukan.
c. Menarik (pulling)
Menarik dengan benar akan memudahkan dalam memindahkan benda. Terdapat
beberapa hal yang diperhatikan sebelum menarik benda, diantaranya:
1) Ketinggian.
2) Letak benda (sebaiknya berada didepan orang yang akan menarik).
3) Posisi kaki dan tubuh dalam menarik (seperti condong kedepan dari
panggul).
4) Sodorkan telapak tangan dan lengan atas dibawah pusat gravitasi pasien.
5) Lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, serta pinggul,
lutut dan pergelangan kaki ditekuk.
d. Mengangkat (lifting)
Mengangkat merupakan cara pergerakan dengan menggunakan daya tarik ke atas.
Ketika melakukan pergerakan ini, gunakan otot-otot besar dari tumit, paha bagian
atas, kaki bagian bawah, perut, dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada
daerah tubuh bagian belakang (Alimul Hidayat, A. Aziz.2006. p.97).
e. Memutar (pivoting)
Memutar merupakan gerakan untuk berputarnya anggota tubuh dengan bertumpu
pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik adalah dengan memerhatikan
ketiga unsure gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk
pada postur tubuh (Alimul Hidayat, A. Aziz.2006. p.97).

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh


Adapun menurut Alimul A. Aziz. (2006 p.97) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi mekanika tubuh adalah:
a. Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat memengaruhi sistem muskuloskeletal dan
sistem saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan
oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari,
dan lain-lain.
b. Nutrisi
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang
dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkann
kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit. Sebagai contoh: tubuh
yang kekurangan kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur.
c. Emosi
Kondisi psikologis memengaruhi perubahan dalam perilaku indivisu
sehingga dapat menjadi penyebab menurunnya kemampuan mekanika tubuh dan
ambulasi yang baik. Seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak
bersemangat, dan harga diri yang rendah, akan mudah mengalami perubahan
dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
d. Situasi dan kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang, misalnya sering mengangkat
benda-benda berat akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
e. Gaya hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres dan kemungkinan
besar akan menimbulkan kecerobohan dan beraktivitas, sehingga dapat
menganggu koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan saraf. Hal tersebut pada
akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
f. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap mekanika tubuh akan mendorong seseorang
untuk menggunakannya secara benar sehingga akan mengurangi energi yang
telah dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam
penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang berisiko mengalami
gangguan koordinasi system musculoskeletal dan saraf.

6. Dampak mekanika tubuh


Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi
secara berlebihan. Menurut Alimul Hidayat, A. Aziz (2006. p.98) kesalahan dalam
penggunaan mekanika tubuh dapat menimbulkan dampak sebagi berikut:
a. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan
dalam system musculoskeletal.
b. Risiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskuloskeletal. Apabila seseorang
salah dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya
gangguan dalam struktur muskuloskeletal. Misalnya kelainan pada tulang
vertebrata.

7. Kesejajaran Tubuh (Body Aligment)


Kesejajaran tubuh dan postur merupakan istilah yang sama, dan mengacu pada
posisi sendi, tendon, ligamen, dan otot selama berdiri, duduk dan berbaring.
Kesejajaran tubuh yang benar mengurangi ketegangan pada struktur
muskulosmkeletal, mempertahankan tonus otot secara adekuat, dan menunjang
keseimbangan. Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri,
duduk, atau berbaring.
Berdiri. Perawat harus memfokuskan pengkajian kesejajaran tubuh pada klien
yang berdiri sesuai hal-hal berikut:
a. Kepala tegak dan midline
b. Ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar.
c. Ketika dilihat dari posterior, tulang belakang lurus.
d. Ketika klien dilihat dari arah lateral, kepala tegak dan garis tulang belakang di
garis dalam pola S terbalik. Tulang belakang servikal pada arah anterior adalah
cembung, dan tulang belakang lumbal pada arah anterior adalah cembung.
e. Lengan klien nyaman disamping.
f. Kaki ditempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang dan jari-
jari menghadap ke depan.

Duduk. Perawat mengkaji kesejajaran pada klien yang duduk dengan menobservasi
hal-hal sebagai berikut :
a. Kepela tegak, leher dan tulang belakang berada pada kesejajaran yang lurus.
b. Berat badan terbagi rata pada bokong dan paha.
c. Paha sejajar dan berada pada potongan horizontal.
d. Kedua kaki ditopang di lantai. Pada klien pendek tinggi, alat bantu kaki
digunakan dan pergelangan kaki menjadi fleksi dengan nyaman.
e. Jarak 2-4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada
permukaan lutut bagian posterior.
f. Lengan bawah klien ditopang pada pegangan tangan, di pangkuan atau di atas
meja depan kursi.
Berbaring. Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi
normal terhadap tekanan. Sehingga mereka biasa merasakan posisi nyaman ketika
berbaring. Pemgkajian kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan posisi lateral
pada klien dengan menggunakan satu bantal, dan semua penopangnya di angkat dari
tempat tidur. Tubuh harus ditopang oleh matras yang adekuat. Tulang belakang harus
berada dalam kesejajaran lurus tanpa ada lekungan yang terlihat.

8. Teknik mengangkat
kebanyakan cedera punggung yang terjadi adalah ketegangan pada kelompok
otot lumbar termasuk otot di sekitar vertebra lumbar (Owen dan Garg, 1991). Cedera
otot di area ini berpengaruh pada kemampuan membungkuk ke depan, ke belakang, ke
samping. Selain itu kemampuan memutar pinggul dan punggung bagian bawah
menurun.
Perawat beresiko mengalami cedera otot lumbal ketika mengangkat,
memindahkan, atau mengubah posisi klien imobilisasi. Sebelum mengangkat, perawat
harus mengkaji kemampuan mengangkat klien atau objek yang akan diangkat dengan
menentukan kriteria dasar cara mengangkat sebagai berikut ini:
a. Posisi beban.
Beban yang akan di angkat berada sedekat mungkin dengan pengangkat.
Posisikan objek pada keadaan seperti di atas ketika perawat menggunakan gaya
mengangkat dikarenakan objek berada dalam potongan sama (Stamps,1989)
b. Tinggi objek
Tinggi yang paling baik untuk mengangkat vertical adalah sedikit di atas jari
tengah seseorang dengan lengan tergantung di samping (Owen & Garg, 1991)
c. Posisi tubuh
Ketika posisi tubuh pengangkat bervariasi dengan tugas mengangkat yang
berbeda, maka petunjuk umum berikut mampu di pakai untuk sebagian besar
keadaan. Tubuh diposisikan dengan batang tubuh tegak sehingga kelompok otot-
otot multiple bekerja sama dengan cara yang sinkron.
d. Berat maksimum.
Setiap perawat harus mengetahui berat maksimun yang aman untuk
diangkat-aman bagi perawat dan klien. Objek yang terlalu berat adalah jika
beratnya sama dengan atau lebih dari 35% berat badan orang yang mengangkat.
Oleh karena itu, perawat yang beratnya 59,1 kg tidak mencoba mengangkat klien
imobilisasi yang beratnya 45,5 kg. meskipun nampaknya perawat mungkin
mampu melakukannya, hal ini akan beresiko klien jatuh ayau menyebabkan
cedera punggung perawat.
Tekhnik mengangkat
langkah rasional
Kaji berat posisi, tinggi objek, posisi Menentukan apakah anda dapat
tubuh, dan berat maksimum. melakukannya sendiri atau
membutuhkan bantuan (Stamps,
1989).
Angkat objek dengan benar dari bawah Memindahkan pusat gravitasi
pusat gravitasi: lebih dekat ke objek.
Dekatkan pada objek yang akan Mempertahankan keseimbangan
dipindahkan. tubuh lebih baik, sehingga
Perbesar dasar dukungan anda dengan mengurangi resiko jatuh.
menempatkan kedua kaki agak sedikit Meningkatkan keseimbangan
terbuka. tubuh dan memungkinkan
Turunkan pusat gravitasi anda ke objek kelompok otot-otot bekerja sama
yang akan diangkat. dengan cara yang sinkron.
Pertahankan kesejajaran yang tepat pada Mengurangi resiko cedera
kepala dan leher dengan vertebrae, jaga vertebar lumbar dan kelompok
tubuh tetap tegak. otot (Owen dan Garg,1991).
Angkat objek dengan benar dari atas Mencapai pusat gravitasi lebih
pusat gravitasi tempat tidur: dekat ke objek.
Gunakan alat melangkah yang aman dan Meningkatkan keseimbangan
stabil. Jangan berdiri di atas tangga tubuh selama mengangkat.
teratas. Mengurangi bahaya jatuh dengan
Berdiri sedekat mungkin ke tempat tidur. Memindahkan objek yang di
Pindahkan berat objek dari tempat tidur angkat dengan pusat gravitasi di
dengan cepat pada lengan dan di atas atas dasar dukungan
dasar dukungan.

9. Macam-macam posisi pasien


a. Posisi Fowler (Setengah Duduk)
1) Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
2) Tujuan
a) Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
b) Meningkatkan rasa nyaman
c) Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi
dada dan ventilasi paru
d) Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
3) Indikasi: Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan dan masalah
jantung.
b. Posisi sim’s
1) Pengertian
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau miring kekiri. Posisi ini
dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus
(supositirial).
2) Tujuan
a) Meningkatkan drainage dari lumut pasien dan mencegah aspirasi.
b) Mengurangi penekanan pada tulang sacrum dan trochanter mayor otot
pinggang.
3) Indikasi
Untuk pasien yang mengalami gangguan rasa nyaman dan pada
pasien pemberian obat per anus
c. Posisi Trendelenburg
1) Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala
lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk
melancarkan peredaran darah ke otak.

2) Tujuan
a) Pasien dengan pembedahan pada daerah perut.
b) Pasien shock.
c) Pasien hipotensi.
3) Indikasi: Pada pasien shock dan hipertensi,
d. Posisi Dorsal Recumbent
1) Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi
(ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan
untuk merawat dan memeriksa serta pada proses persalinan.
2) Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan
punggung belakang.
3) Indikasi: Pada pasien persalinan dan pada psien pemeriksanan genetalia
e. Posisi Lithotomi (Dorsal Sakral)
1) Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua
kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat
kontrasepsi.

2) Tujuan
a) Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal vaginal
taucher, pemeriksaan rectum, dan sistoscopy.
b) Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien,
pemasangan alat intra uterine devices (IUD), dan lain-lain.
3) Indikasi
a) Pada pasien pemeriksaan genekologis.
b) Untuk menegakkan diagnose atau memberikan pengobatan
terhadap penyakit pada uretra, rectum, vagina dan kandung kemih.
f. Posisi Genu pectrocal (Knee Chest)
1) Pengertian
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan
dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan
untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
2) Tujuan: Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan
vagina.
3) Indikasi:
a) Pasien hemorrhoid
b) Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.
g. Posisi orthopeneic
1) Pengertian
Adalah posisi duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang
yang sejajar dada, seerti pada meja
2) Tujuan : Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan
bernafas yang ekstrim dan tidak bisa tidur terlentang atau posisi kepala
hanya bisa pada elevasi sedang
3) Indikasi : Pasien dengan sesak berat dan tidak bias tidur terlentang.
h. Supinasi
1) Pengertian
Adalah posisi telentang dengan pasien menyadarkan punggungnya
agar dasar tubuh sama dengan kesejajaran berdiri yang baik
2) Tujuan : Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi
penyembuhan terutama pada pasien pembedahan atau dalam proses
anestesi tertentu.
3) Indikasi :
a) Pasien dengan tindakan post anestesi atau pembedahan tertentu
(misalnya anestesi spinal)
b) Pasien dengan kondisi yang sangat lemah atau koma.
i. Posisi pronasi (tengkurap)
1) Pengertian
Adalah pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah
menghadap ke bantal
2) Tujuan
a) Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang
b) Mencegah fleksi dan kontraktor pada pinggang dan lutut
3) Indikasi
a) Pasien yang menjalani bedah mulut atau kerongkongan
b) Pasien dengan pemeriksaan pada daerahh bokong atau punggung)
j. Posisi lateral (miring)
1) Pengertian: Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan
sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul dan bahu.
2) Tujuan
a) Mempertahankan body aligement
b) Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
c) Meningkankan rasa nyaman
d) Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh
akibat posisi yang menetap
3) Indikasi:
a) Pasien yang ingin istirahat
b) Pasien yang ingin tidur
c) Pasien dengan posisi Fowler atau dorsal recumbent dalam waktu
yang lama.

10. Keseimbangan tubuh


Kesejajaran tubuh menunjang keseimbangan tubuh. Tanpa keseimbangan ini,
pusat gravitasi akan berubah, menyebabkan peningkatan gaya gravitasi, sehingga
menyebabkan risiko jatuh dan cedera. Keseimbangan tubuh diperoleh jika dasar
penopang luas, pusat gravitasi berada pada dasar penopang, dan garis vertikal dapat
ditarik dari pusat gravitasi ke dasar penopang, keseimbangan tubuh juga dapat
ditingkatkan dengan postur dan merendahkan pusat gravitasi, yang dapat dicapai
dengan posisi jongkok. Semakin sejajar postur tubuh, semakin besar
keseimbangannya (Perry dan Potter, 1994).
Keseimbangan diperlukan untuk mempertahankan posisi, memperoleh
kestabilan selama bergerak dari satu posisi ke posisi lain, melakukan aktivitas hidup
sehari-hari, dan bergerak bebas di komunitas.
Kemampuan untuk mencapai keseimbangan dipenagruhi oleh:
a. Penyakit
b. Gaya berjalan yang tudak stabil pada toddler
c. Kehamilan
d. Meditasi dan
e. Proses menua.
Gangguan pada kemampuan ini merupakan ancaman untuk keselamatan fisik dan
dapat menyebabkan ketakutan terhadap keselamatan seseorang dan membatasi diri
dalam beraktivitas (Berg et al, 1992).

11. Koordinasi Gerakan Tubuh


Berat adalah gaya pada tubuh yang digunakan terhadap gravitasi. Ketika suatu
objek diangkat, pengangkat harus menguasai berat objek dan mengetahui pusat
gravitasi. Pada objek yang simetri pusat gravitasi berada tepat pada pusat objek.
Karena manusia tidak mempunyai bentuk geosimetris yang sempurna, maka pusat
gravitasinya biasa berada pada 55% sampai 57% tinggi badannya ketika berdiri dan
berada di tengah.
Gaya berat selalu mengarah ke bawah, hal ini menjadi alasan mengapa objek
yang tidak seimbang itu jatuh. Klien yang tidak stabil itu jatuh karena pusat
gravitasinya tidak seimbang, gaya gravitasi berat mereka yang akhirnya
menyebabkan mereka jatuh. Oleh karena itu, perawat perlu mengatur irtervensi
keperawatan yang melindungi pasien dari jatuh dan menjamin keselamatannya.
Friksi adalah gaya yang muncul dengan arah gerakan yang berlawanan dengan
gerakan benda. Jika perawat bergerak, berpindah, atau menggerakkan pasien di atas
tempat tidur maka akan terjadi friksi. Perawat dapat mengurangi friksi dengan
mengikuti beberapa prinsip dasar. Semakin besar area permukaan suatu objek yang
bergerak, semakin besar friksi.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinis Kebidanan


Eds 2. Jakarta: Salemba Medika
Batticaca, B, Fransisa. (2008). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
system J. persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Corwin, Elizabeth. 2001. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Ganong, W.F.2008. Buku Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta : EGC

Gibson, Jhon (2003). Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat E/2. Jakarta:

EGC

Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku Ajar Keperawatan KlinisEds 5. Jakarta
: EGC
Mustaqin, Arif. (2006). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan system persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Sherwood, Lauralee (2011). Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem, Ed.6. Jakarta
:EGC
Sloane E. (2004) Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC
Sloane, Ethel. (2003). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC.
Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner&
Suddarth, Edisi 8, Volume 3, Penerbit EGC, Jakarta.

Snell, Richard. 2006. Neuroan atomic Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC

Suratun, dkk (2008) Klien Gangguan System Mosluloskeletal : Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC
Swartz, Mark H (1995). Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta : EGC
Wim de jong & R. Sjamsuhidajat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah ed. 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai