e. Korpus kalosum
Korpus kalosum adalah kumpulan serat-serat saraf tepi. Korpus kalosum
menghubungkan kedua hemisfer otak dan bertanggung jawab dalam transmisi
informasi dari salah satu sisi otak ke bagian lain. Informasi ini meliputi sensorik
memori dan belajar menggunakan alat gerak kiri. Beberapa orang yang dominan
menggunakan tangan kiri mempunyai bagian serebri kiri dengan kemampuan lebih
pada bicara, bahasa, aritmatika dan fungsi analisis.
Daerah hemisfer yang tidak dominan bertanggung jawab dalam kemampuan geometrik,
penglihatan serta membuat pola dan fungsi musikal. Basal ganglia terdiri atas sejumlah
nukleus dan terletak di bagian terdalam hemisfer serebri, bertanggung jawab
mengontrol gerakan halus tubuh, kedua tangan dan ektremitas bagian bawah. Contoh,
menulis.
Cairan Serehrospinal
Cairan serebrospinal merupakan cairan yang bersih dan tidak berwarna dengan
berat jenis 1,007, diproduksi di dalam ventrikel dan bersikulasi di sekitar otak dan
medulla spinalis melalui sistem ventricular. Cairan serebrospinalis berfungsi sebagai
bantalan untuk jaringan lunak otak dan medula spinalis, juga berperan sebagai media
pertukaran nutrien dan zat buangan antara darah dan otak sarta medula spenalis.
Pada ventrikel, terdapat empat bagian. Ventrikel lateral kanan, kiri, ventrikel
ketiga dan keempat. Kedua ventrikal lateral keluar ke ventrikel ketiga pada foramen
antara ventricular dan foamen Montro. Ventrikel ketiga dan keempat berhubungan
melalui saluran Sylvius. Ventrike.keempat menyuplai cairan Serehrospinal ke ruang
subarachnoid dan turun ke medulla spinalis pada permukaan daerah dorsal.
CSS diperoduksi di dalam plekses koroid pada ventrikel lateral ketiga dan
keempat. Secara organic dan nonorganic, kandungan CSS sama dengan plasma, tetapi
mempunyai perbedaan konsentrasi. CSS mengandung protein, glukosa dan klorida;
juga mengandung immunoglobulin. Secara normal, CSS mempunyai sedikit sel-sel
darah putih dan tidak mengandung sel darah merah. CSS kembali ke otak dan
kemudian disirkulasi mengitari otak, di mana diabsorbsi melalui villi arknoid.
2) Substantia Alba
Terdapat sedikit substantia Alba di dalam vermis dan bentuknya menyerupai
batang dan cabang pohon arbor vitae. Banyak terdapat substantia alba pada
masing-masing hemispherium cerebeli. Substantia alba dibentuk oleh tiga
kelompok serabut:
a) Serabu tintrinsik tidak meninggalkan cerebellum, tetapi menghubungkan
berbagai regio organ yang berbeda.
b) Serabut aferen membentuk sebagaian besar substantia alba dan berjalan
menuju kortex cerebelli.
c) Serabut eferen outflow cerebellum dan dimulai dari akson-akson selpurkinje
kortex cerebelli.
b. Fungsi cellebelum
1) Fungsi cellebelum bertanggung jawab untuk mengkoordinasi dan
mengendalikan ketepatan gerakan otot dengan baik. Bagian ini memastikan
bahwa gerakan yang di cetuskan suatu tempat di sistem saraf pusat berlangsung
dengan halusbukan mendadak dan terorganisasi.
2) Cerebelum juga berfungsi untuk mempertahankan postur
3) Bagian ini juga membantu mempertahankan ekuilibrium (keseimbangan) tubuh.
Informasi sesorik dari telinga dalam dibawa kelabu cellebelum.
Fungsi hypothalamus :
1) Memproduksi antidiuretic hormone (ADH) dan oksitosin, hormone ini akan
disimpan dikelenjar hipofisis posterior. ADH memungkinkan ginjal
mereabsorpsi air kembali ke darah sehingga mempertahankan volume darah.
Oksitosin menyebabkan persalinan dan pelahiran.
2) Menghasilkan releasing hormones (juga disebut releasing factors) yang
merangsang sekresi hormone oleh kelenjar hipofisis anterior. Hipotalamus
menghasilkan growth hormone releasing hormone (GHRH), yang merangsang
kelenjar hipofisis anterior untuk menyekresi growth hormone (GH).
3) Mengatur suhu tubuh dengan memicu respons, seperti berkeringat pada suhu
hangat atau menggigil dalam lingkungan dingin.
4) Mengatur asupan makanan: hipotalamus di percaya merespons perubahan kadar.
5) Nutrien darah atau bahan kimia yang disekresi sel lemak. Ketika kadar nutrisi
darah rendah, kita merasa lapar, lalu makan. Ini akan menaikkan kadar nutrien
darah dan menimbulkan rasa penuh atau kenyang, dan kita berhenti makan.
6) Mengintegrasi fungsi system saraf otonom, yang pada gilirannya mengatur
aktivitas organ, seperti jantung, pembuluh darah, dan usus.
7) Merangsang respon organ visceral selama berada dalam kondisi emosional.
Ketika kita marah, frekuensi jantung biasanya meningkat.ketika malu, sering
kali wajah memerah. Ini merupakan vasodilatasi kulit wajah. Respon ini di
sebabkan oleh system saraf otonom ketika hipotalamus mempersepsikan
perubahan status emosional. Dasar neurologis emosi kita tidaklah dimengerti
dengan baik, dan respons viseral emosi merupakan sesuatu yang tidak dapat
dikontrol oleh sebagai besar dari kita.
8) Mengatur ritme tubuh, seperti sekresi hormon, siklus tidur, perubahan mood
atau kesiagaan mental. Hal ini biasanya disebut jam biologis kita, ritme seperti
irama sirkadian, yang berarti “seharian”.Jika anda pernah terjaga selama 24 jam.
Anda akan mengetahui betapa hal ini membuat kita disorientasi, sampai jam
biologis hipotalamus diatur kembali.
c. Pons Varoli
Pons terletak pada permukaan anterior cerebellum, di bawah otak tengah dan
di atas medulla oblongata. Terutama terdiri atas serabut-serabut saraf yang
menghubungkan kedua belahan cerebellum. Juga mengandung serabut asendens dan
desendens yang menghubungkan otak depan, otak tengah dan medulla spinalis.
Beberapa sel saraf di dalam pons berfungsi sebagai stasiun perantara, sementara
yang lain membentuk nucleus saraf kranialis.
d. Medula Oblongata
Medula oblongata berbentuk kerucut, mengbungkus pons dengan medulla
spinalis. Fissura mediana ventralis terdapat pada permukaan anterior medulla, dan
pada tiap sisinya terdapat pembesaran yang disebut pyramis. Pyramis ini terdiri atas
berkas-berkas serabut saraf yang berasal dari sel-sel saraf besar dalam gyrus
precentralis cortex cerebri. Pyramis ini mengecil ke bawah, dan di sinilah sebagian
besar serabut desendens menyeberang ke kontra lateral, membentuk decussatio
pyramidum. Fungsi medulla oblongata sebagai berikut.
Berkaitan dengan apa yang kita piker vital (seperti pada “tanda-tanda vital”).
Medula berisi pusat jantung yang mengatur frekuensi jantung, pusat vasomotor yang
mengatur diameter pembuluh darah dan juga tekanan darah, serta pusat pernapasan
yang mengatur pernapasan. Anda dapat melihat mengapa sebuah cedera yang
meretakan tulang oksipital dapat cepat berakibat fatal-kita tidak dapat bertahan hidup
tanpa medula. Di medula juga terdapat pusat refleks untuk batuk, bersin, menelan, dan
muntah.
Jadi Sumsum tulang belakang itu, Pada penampang melintang sumsum tulang
belakang tampak bagian luar berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk
kupu-kupu dan berwarna kelabu (subtansia grisea). Pada penampang melintang
sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut
akar dorsal dan sayap bawah disebut akar ventral. Impuls sensori dari reseptor
dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui akar dorsal dan impuls motor
keluar dari sumsum tulang belakang melalui akar ventral menuju efektor.
Pada akar dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang
akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf
motor. Pada bagian putih terdapat serabut saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf
membentuk saraf (urat saraf). Urat saraf yang membawa impuls ke otak merupakan
saluran asenden dan yang membawa impuls yang berupa perintah dari otak
merupakan saluran desenden.
Gerak reflex Gerak reflek merupakan gerak yang tidak disadari yang terjadi secara
cepat dan spontan. Gerak reflex merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh,
dari rangsang yang membahayakan. Urut-urutan jalannya impuls pada gerak reflex
sebagai berikut:
Impuls - reseptor - sel syaraf sensorik - sumsum tulang belakang - sel syaraf motorik -
efektor (otot). Jarak terpendek yang dilalui impuls untuk gerak reflex disebut
lengkung reflex. Berdasarkan reaksi saat terjadi gerak reflex, gerak reflex dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. Gerak refleks tunggal Gerak refleks yang melibatkan satu efektor. Tangan yang
terkena api rokok, segera ditarik menjauhi api rokok.
b. Gerak refleks kompleks Gerak refleks yang melibatkan banyak efektor. Tangan
yang terkena api rokok, segera ditarik menjauhi api rokok sambil berteriak. Ada
pula respons yang terjadi dengan cepat dan tidak disadari, disebut juga refleks yang
dipelajari. Seperti gerakan seorang karate ketika tiba-tiba menghadapi bahaya.
Reaksi spontan jika seseorang ditanya 4 x 5.
Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang menghubungkan semua bagian
tubuh dengan sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi terdiri atas reseptor sensorik dan
efektor motorik. Reseptor sensorik terletak pada organ, bertugas mendeteksi perubahan
lingkungan luar atau dalam tubuh, serta mengkomunikasikannya pada sistem saraf pusat
melalui saraf sensorik aferen.
Bentuk tersering distrofi otot adalah distrofi otot duchenne, suatu penyakit terkait-
seks yang diwariskan melalui kromosom X dan hampir selalu terdapat pada pria.
Pada sekitar 50% kasus, penyakit ini jelas memperlihatkan riwayat keluarga dan
diturunkan dari ibu kepada anak laki-lakinya. Lima puluh persen lainnya muncul
secara spontan akibat mutasi pada kromosom X sebelum atau selama konsepsi.
Karena pria hanya memiliki 1 kromosom X maka gen defektif yang menyebabkan
penyakit tidak dikompensaasi oleh gen sehat pada kromosom X yang lain.
1) Penyebab distrofi otot duchenne
Distrofi otot duchenne terjadi akibat cacat pada gen yang menghasilkan protein
distrofin. Distrofin penting untuk memelihara membran sel otot. Tanpa distrofin,
sel-sel otot melemah, dan mati.
Kelemahan sel-sel otot dimulai di daerah panggul pada anak berusia 2 atau 3
tahun. Kelemahan tersebut kemudian menyebar ke tungkai dan bagian atas tubuh
dalam 3-5 tahun. Sewaktu sel-sel otot mati, terbentuk jaringan parut dan sel-sel
lemak yang menggantikan sel-sel yang mati sehingga otot (terutama otot betis)
tampak kuat dan berisi (disebut pseudohipertropi). Akhirnya,kerangka mulai
mengalami deformitas dan anak semakin sulit bergerak dan akhirnya hanya
menggunakan kursi roda. Otot jantung sering terkena dan sekitar 50% pasien
mengidap gagal jantung. Disfungsi otot polos dapat menyebabkan gangguan
saluran cerna. selain itu, mungkin terdapat sedikit retardasi mental kematian
biasanya terjadi akibat komplikasi pernapasan atau jantung pada usia 20-aan atau
lebih dini.
2) Gambaran klinis
a) Balita tampak canggung, ayunan langkah terguncang-guncang, dan sering
jatuh
b) Berjalan dengana jari-jari kaki karena kelemahan tibia anterior
c) Penurunan reflek tendon dalam
d) Pseudohipertropi otot betis
e) Imobilitas dan terpaku ke kursi roda pada usia remaja
f) Tulang belakang melengkung (kifoskoliosis) akibat melemahnya otot-otot
postur.
g) Infeksi pernafasan berulang akibat ketidakmampuan mengembangkan partu
secara maksimum.
3) Perangkat diagnostik
a) Kadar enzim otot keratin fosfokinase (CPK) da;lam serum meningkat, bahkan
sebelum gejala muncul. CPK dapat meningkat pada wanita pembawa sifat ini
yang asimtomatik
b) Biopsy otot akan memperlihatkan kematian sel, jaringan parut, dan infiltrasi
lemak.
c) Pemeriksaan elektromiografi (pengukuran sinyal listrik di otot) akan
memperlihatkan penurunan aktivitas.
d) Karena gen untuk distrofin telah berhasil diidentifikasi, maka akan dapat
dilakukan pemeriksaan pranikah untuk mengetahui kemungkinan munculnya
penyakit.
4) Komplikasi
Kegagalan nafas atau jantung dan kematian
5) Penatalaksanaan
a) Olahraga yang tidak berat dianjurkan untuk mempertahankan mobilitas dan
fungsi selama mungkin
b) Penelitian-penelitian eksperimental berupa penyuntikan intramuskulus
distrofin, atau gen untuk distrofin, sekarang dilakukan pada hewan percobaan.
Insersi gen akan dapat dilakukan melalui virus yang telah direkayasa secara
genetis untuk membawa gen yang tepat ke dalam sel otot penjamu
c) Sekarang sedang dilakukan penelitian-penelitian eksperimental dimana sel-sel
otot imatur sehat diambil dari para ayah pasien distrofi otot dan disuntikkan ke
dalam otot putra mereka. Pada saat ini masih belum jelas apakah terjadi
perbaikan bermakna pada fungsi otot para pasien tersebut.
b. Atrofi
Atrofi adalah penurunan ukuran suatu sel atau jaringan. Atrofi suatu otot dapat
terjadi akibat tidak digunakannya otot atau terjadi pemutusan saraf yang mempersarafi
otot tersebut. Pada atrofi otot, ukuran myofibril berkurang. Walaupun tidak benar-
benar mengalami atrofi, kepadatan tulang dapat berkurang akibat tidak digunakannya
tulang tersebut atau adanya penyakit atau defisiensi metabolik.
3. Kerusakan system saraf pusat
a. Penyakit Parkinson
Adalah gangguan otak progresif yang ditandai oleh degenerasi neuron-neuron
penghasil dopamine yang terletak dalam di hemisfer serebrum di suatu bagian yang
disebut ganglion basal. Awitan penyakit biasanya pada decade ke enam dan ketujuh
kehidupan.
Dopamine bekerja sebagia neurotransmitter inhibitorik di proyeksi-proyeksi
saraf yang berjalan dari ganglion basal ke seluruh otak. Dopamine biasanya berada
dalam keseimbangan dengan neurotransmitter eksitatorik asetilkolin. Tanpa
dopamine, korteks serebrum, ganglion basal, dan thalamus akan mengalami
perangsangan berlebihan oleh asetilkolin dan menimbulkan tonus otot berlebihan
yang ditandai oleh tremor dna rigiditas. Tonus otot-otot wajah yang terfiksasi seperti
memperlihatkan tidak adanya responsivitas emosi, walaupun biasanya pasien
Parkinson tidak mengalami gangguan emosi atau kognitif.
1) Penyebab
Penyebab penyakit Parkinson tidak diketahui. Tampaknya tidak terdapat factor
genetic. Pada beberapa penelitian, diisyaratkan adanya peran virus dan toksin dalam
penyakit ini.
2) Gambaran klinis
a) Tremor pada saat istirahat
b) Mengeluarkan air liur dan disfagia (kesulitan menelan)
c) Ayunan langkah terseret-seret
d) Rigiditas dan kekakuan otot
e) Akinesia, yang dijelaskan sebagai kemiskinan gerakan, termasuk gerakan-
gerakan yang melibatkan ekspresi wajah dan gerakan volunteer lainnya.
f) Hilangnya reflex-refleks postural sehingga terjadi kehilangan keseimbangan
dan kecendrungan membungkuk.
3) Komplikasi
penyakit Parkinson stadium lanjut dapat berkaitan dengan demensia
4) penatalaksanaan:
a) Dapat diberikan obat-obat dopaminergik (L.dopa) atau obat antikolinergik
untuk mengurangi gejala
b) Pada beberapa penelitian,transplantasi sel-sel ganglion basal atau medulla
adrenal (tempat lain pembentukan dopamine) dari janin ke otak pasien
pengidap Parkinson memberikan hasil yang baik.
b. Penyakit huntungton
Penyakit huntungton adalah penyakit degenerative ganglion basal dan korteks
serebrum yang jarang dijumpai. Penyakit ini diturunkan melalui gen sebagai suatu
kelainan dominan-otosom, yang tampaknya disebabkan oleh ekspansi suatu kodon
berulang yang terletak di kromosom empat. Awitan penyakit biasanya terjadi pada
decade keempat atau kelima kehidupan.
Pada degenerasi ganglion basal dan korteks serebrum, beberapa
neurotransmitter lenyap. Banyak dari komplikasi penyakit ini terjadi akibat hilangnya
neurotransmitter inhibitorik asam gama-aminobutirat (gamma amminobutyric acid,
GABA). Juga tampak terjadi kelainan pembentukan energy oleh mitokondria neuron.
Gerakan-gerakan khas yang dijumpai pada pasien penyakit Huntington antara
lain adalah gerakan menyentak involunter yang mencolok disebut korea. Gerakan-
gerakan abnormal ini dapat terjadi diseluruh tubuh dan menyebabkan kelelahan fisik.
Pasien penyakit Huntington mengalami penurunan progresif fungsi mental yang
akhirnya menyebabkan demensia. Kematian biasanya dating dalam 10mtahun.
1) Gambaran klinis:
a) Korea
b) Demensia progresif
2) Perangkat diagnostic
Identifikasi gen penyebab penyakit Huntington dapat mendiagnosis adanya sifat
ini secara prenatal atau sebelum awitan gejala pada orang dewasa.
3) Penatalaksanaan
Saat ini belum ada pengobatan untuk penyakit Huntington. Katena dapat
dilakukan identifikasi genetic pada orang-orang asimtomatik yang mungkin
terjangkit penyakit ini, maka perlu dilakukan konsultasi bagi mereka baik yang
memilih untuk mengetahui status mereka maupun bagi mereka ysng memilih
untuk tidak mengetahuinya. Penyakit lainnya adalah sklerosis multiple, sklerosis
lateral amiotropik (SLA), miastenia gravis, dll. (J. Corwin, Elizabeth, 2001).
c. Fraktur tulang
Adalah terputusnya tulang. Istilah-istilah yang digunakan untuk menjelaskan
berbagai jenis fraktur tulang antara lain adalah:
1) Fraktur komplit
Fraktur yang mengenai suatu tulang secara keseluruhan
2) Fraktur inkomplit
Fraktur yang meluas secara parsial pada suatu tulang
3) Fraktur sederhana (tertutup)
Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit
4) Fraktur coumpound (terbuka)
Fraktur yang menyebabkan robeknya kulit
Penyebab fraktur tulang adalah:
Patah tulang paling sering disebabkan oleh trauma, terutama pada anak-
anak dan dewasa muda. Apabila tulang melemah, patah dapat terjadi hanya akibat
trauma minimal atau tekanan ringan. Hal ini disebut fraktur patologis. Fraktur ini
sering terjadi pada orang tua yang mengidap osteoporosis, atau penderita tumor,
infeksi, atau penyakit lain.
Fraktur stress dapat terjadi pada tulang normal akibat stress tingkat rendah
yang berkepanjangan atau berulang. Fraktur stress (fatigue fraktur) biasanya
terjadi akibat peningkatan drastic tingkat latihan pada seorang atlit, atau pada
permulaan aktivitas fisik baru. Karena kekuatan otot meningkat secara lebih cepat
dibandingkan kekuatan tulang, maka individu dapat merasa mampu berprestasi
melebihi tingkat sebelumnya walaupun tulang-tulang mereka mungkin tidak
dapat menunjang peningkatan tekanan. Fraktur stress biasanya terjadi pada
mereka yang menjalani olahraga daya tahan, misalnya lari jarak jauh. Fraktur
stress dapat terjadi pada tulang yang lemah akibat peningkatan ringan aktivitas.
Hal ini disebut fraktur insufisiensi.
Efek dari fraktur tulang menurut J. Corwin, Elizabeth (2001), sewaktu
tulang patah, maka sel-sel tulang mati. Perdarahan biasanya terjadi disekitar
tempat patah dan ke dalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut. Jaringan
lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan hebat timbul
setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan
peningkatan aliran darah ke tempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-
sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk bekuan fibrin (hematom fraktur)
dan berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas
segera terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut kalus. Bekuan
fibrin direabsorpsi dan sel-sel tulang baru secara perlahan mengalami remodeling
untuk membentuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan kalus dan secara
perlahan mengalami klisifikasi. Penyembuhan memerlukan waktu beberapa
minggu sampai beberapa bulan. Penyembuhan dapat terganggu atau terhambat
apabila hematom fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk atau
apabila sel-sel tulang baru rusak selama proses klasifikasi dan pengerasan.
Manifestasi klinis menurut smeltzer&Bare (2001) diantaranya:
1) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi.
2) Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah.
3) Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
4) Saat ekstrimitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang.
5) Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur.
Penatalaksanaan menurut Corwin, Elizabeth (2001):
1) Fraktur harus segera diimobilisasi agar hematom fraktur dapat terbentuk dan
untuk memperkecil kerusakan
2) Penyambungan kembali tulang (reduksi) penting dilakukan agr posisi dan
rentang gerak pulih.
3) Perlu dilakukan imobilisasi jangka panjang setelah reduksi agar kalus dan
tulang baru dapat terbentuk.biasanya digunakan dengan gips atau
penggunaan belat.
d. Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu penyakit tulang metabolic yang ditandai oleh
reduksi kepadatan tulang sehingga mudah terjadi patah tulang. Osteoporosis terjadi
sewaktu kecepatan absorbs tulang melebihi kecepatan pembentukan tulang. Tulang
yang dibentuk normal, namun jumlahnya terlalu sedikit sehingga tulang menjadi
lemah. Semua tulang dapat mengalami osteoporosis, walaupun osteoporosis biasanya
timbul di tulang panggul, paha, pergelangan tangan dan kolumna vertebralis.
1) Penyebab osteoporosis
Kecepatan pembentukan tulang berkurang secara progresif seiring dengan
penuaan seseorang, yang dimulai pada usia sekitar 30 atau 40. Apabila tulang
semakin padat sebelum usia tersebut, semakin kecil kemungkinan timbul
osteoporosis. Pada orang-orang yang beruasia 70-an atau 80-an osteoporosis adalah
penyakit yang sering ditemukan.
Timbulnya osteoporosis pada wanita berusia lanjut tampaknya terutama
disebabkan oleh turunnya kadar estrogen pascamenoupaus. Estrogen merangsang
aktivitas osteoblas dan menghambat efek stimulasi hormone paratiroid pada
osteoklas. Dengan demikian, berkurangnya estrogen menyebabkan pergeseran kea
rah aktivitas osteoblas. Wanita kurus dan wanita yang merokok lebih rentan terhadap
osteoporosis karena sebelum menopaus tulang mereka kurang padat dibandingkan
tulang wanita gemuk yang tidak merokok. Pria berusia lanjut lebih kecil risikonya
mengalami osteoporosis karena mereka biasanya memiliki tulang yang lebih padat
(sekitar 30% lebih padat) daripada wanita dan kadar testosterone tetap tinggi sampai
usia mencapai 80-an.
Untuk pria maupun wanita, penurunan aktivitas fisik ikut berperan
menimbulkan osteoporosis. Bahkan pria atau wanita yang sangat tua pun dapat
secara bermakna meningkatkan kepadatan tulang-tulang mereka dengan melakukan
olahraga beban tingkat sedang.
2) Gambaran klinis
a) Osteoporosis mungkin tidak memberikan gejala klinis sampai terjadi patah
tulang. Nyeri dan deformitas biasanya menyertai patah tulang.
b) Dapat melemah dan kolapnya korpus vertebra, tinggi seseorang dapat
berkurang atau timbul kifosis dan individu menjadi bungkuk (kadang-kadang
disebut dowager’s hump).
3) Perangkat diagnostik
a) Pemeriksaan sinar-X terhadap tulang memperlihatkan penurunan ketebalan
tulang.
b) CT scan densitas tulang dapat memberikan gambaran akurat mengenai tingkat
massa tulang dan menentukan kecepatan penipisan tulang.
4) Komplikasi
Fraktur tulang panggul, pergelangan tangan, kolumna vertebralis, dan paha.
5) Penatalaksanaan
a) Pencegahan osteoporosis dimulai sejak masa anak-anak dan remaja kebiasaan
berolahraga dan nutrisi yang adekuat untuk memperkuat tulang
b) Olahraga beban, bahkan pada usia sangat lanjut (>85 tahun), telah dibuktikan
dapat meningkatkan kepadatan tulang dan massa otot, dan memperbaiki daya
tahan fisik dan keseimbangan
c) Terapi estrogen-progesteron pengganti selama dan setelah menopaus dapat
mengurangi pembentukan osteoporosis pada wanita. Kontraindikasi terapi
penggantian estrogen adalah riwayat kanker payudara pada individu atau
keluarga atau riwayat mengidap pembentukan bekuan darah.
d) Terapi testosterone dapat mengurangi osteoporosis pria
e) Suplemen kalsium dan vitamin D melalui makanan dapat merangsang
pembentukan osteoporosis baik pada pria maupun wanita.
f) Merokok harus dihindari.
e. Penyakit Paget
Penyakit paget adalah suatu gangguan tulang yang ditandai oleh pola
remodeling tulang yang dipercepat. Timbul episode-episode fraktur tulang yang
cepat diikuti oleh periode pembentukan tulang yang singkat. Tulang baru berukuran
tebal dan kasar dan akhirnya menyebabkan deformitas structural dan kelemahan.
Aliran darah ke tulang yang dipengaruhi oleh [penyakit Paget akan meningkat untuk
memenuhi kebutuhan metabolik yang tinggi. Tulang-tulang panjang dan tulang
cranium, vertebra dan panggul adalah tulang yang paling sering terkena. Penyakit
Paget biasanya dijumpai pada orang berusia lebih dari 70 tahun. Penyebab penyakit
tidak diketahui. (J. Corwin, Elizabeth, 2001)
1) Gambaran klinis
c) Perubahan bentuk tengkorak disertai nyeri kepala, kelainan pendengaran, dan
kadang-kadanga kemunduran mental.
d) Nyeri pada tulang panjang, tulang belakang, atau panggul.
e) Fraktur patologik tulang.
2) Perangkat diagnostic
a) Pemeriksaan sinar –X memperlihatkan deformitas tulang dan akan menunjang
diagnosis klinis
b) Peningkatan kadar fosfatase alkali serum akan menunjang diagnosis
c) Biospsi tulang akan menyingkirkan infeksi dan tumor.
3) Komplikasi
a) Gagal jantung dapat terjadi akibat tingginya kebutuhan aliran darah ke tulang-
tulang yang mengalami remodeling (gagal jantung high output)
b) Gagal pernapasan dapat terjadi apabila tulang-tulang toraks terkena dan
mengalami deformitas
c) Penyakit paget adalah factor resiko untuk sarcoma (kanker tulang), mungkin
berkaitan dengan tingginya kecepatan siklus sel yang terjadi pada penyakit ini.
4) Penatalaksanaan
a) Kalsitonin dapat diberikan untuk mengurangi kecepatan penguraian tulang
b) Obat-obat anti-inflamasi dapat mengurangi nyeri yang berkaitan dengan
deformitas tulang. Obat-obat akan menurtunkan peradangan yang menyertai
penguraian sel-sel. Cara menyembuhkan penyakit ini tidak diketahui.
Contoh penatalaksanaan pada pasien gangguan muskuloskeletal pada pasien
fraktur;
a) Peredaan nyeri
Nyeri dan nyeri tekan kemungkinan akan dirasakan pada fraktur dan
kerusakan jaringan lunak, spasme otot terjadi sebagai respon terhadap cedera dan
immobilisasi. Upaya pengontrilan nyeri dapat berupa membidai dan menyangga
daerah yang cedera , melakukan perubahan posisi dengan perlahan, meninggikan
ekstremitas yang cedera setinggi jantung, memberikan kompres es bila perlu,
memantau pembengkakan dan status neurovaskuler, memberikan analgetik sesuai
ketentuan seawal mungkin pasien merasakan nyeri, menganjurkan tehnikrelaksasi.
b) Peningkatan mobilitas
Mobilitas pasien dapat terganggu karena nyeri, pembengkakan dan alat
immobilisasi (missal : bidai, gips, traksi). Ekstremitas yang bengkak ditinggikan
dan disokong secukupnya dengan tangan dan bantal. Gerakan dalam batas-bats
immobilitas terapeutik selalu dianjurkan. Bila alat bantu (missal : tongkat, walker,
kursi roda) harus digunakan pada pasca operasi, pasien dianjurkan untuk berlatih
menggunakannya sebelum operasi, agar mereka bias menggunakannya dengan
aman dan memungkinkan mobilitas mandiri lebih awal.
c) Mengurangi kecemasan
Sebelum pembedahan dilakukan, pasien harus diberi informasi mengenai
prosedur, tujuan dan implikasinya. Berbincang dengan pasien mengenai apa yang
akan dikerjakan, dan mengapa, dapat mengurangi ketakutan.Kunjungan perawat
yang sering akan mengurangi perasaan isolasi. Keluarga dan kerabat dianjurkan
untuk sering mengunjungi untu alasan yang sama
d) Memelihara integritas kulit
Kaji terjadinya kerusakan kulit : Abrasi kulit, titik nyeri gips, keluarnya
pus, sensasi iritasi. Ajarkan pasien mengenai tanda dan gejala kerusakan
kulit.Tekanan akibat gips dan peralatan dapat mengakibatkan kerusakan kulit.
e) Menghindari trauma/mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur
Pertahankan tirah baring/ekstremitas sesuai indikasi. Berikan sokongan
sendi diatas dan di bawah fraktur bila bergerak atau membalik. Letakan papan di
bawah tempat tidur atau tempatkan pasien pada tempat tidur ortopedik. Kaji ulang
foto.
f) Menghindari Infeksi
Infeksi merupakan resiko pada setiap pembedahan. Infeksi merupakan
perhatian khusus terutama pada pasien pascaoperasi orthopedic karena tingginya
resiko osteomielitis. Antibiotik sistemik profilaksis sering diberikan selama
perioperatif dan segera pad periode pasca operasi. Saat mengganti balutan tehnik
aseptic sangat penting. Perawat memantau tanda vital, menginspeksi luka, dan
mencatat sifat cairan yang keluar.
a) Kubah Tenggkorak
(1) Os frontal (tulang dahi)
(2) Os parietal (tulang ubun-ubun)
(3) Os oksipital (tulang belakang kepala)
(4) Os temporal (tulang samping tengkorak)
b) Dasar Tenggkorak
(1) Os sfenoidal (tulang baji)
(2) Os etmoid (tulang tapis)
c) Samping tengkorak
(1) Spongeosa (tulang karang)
(2) Petrusum (tulang keras)
2) Tengkorak Wajah
a) Bagian Hidung
(1) Os lakrimal (tulang air mata)
(2) Os konka nasal (tulang karang hidung)
(3) Os nasal (tulang nasal)
(4) Septum nasal (tulang sekat rongga hidung)
b) Bagian Rahang
(1) Os maksilaris (tulang rahang atas)
(2) Os mandibularis (tulang rahang bawah)
(3) Os zigomatikum (tulang pipi)
(4) Os palatum (tulang langit-langit) ; palatum durum (tulang langit-langit
keras) dan palatum mole (tulang langit-langit lunak).
(5) Os hyoid (tulang lidah)
4) Kerangka dada
a) Os sternum (tulang dada)
(1) Manubrium sterni
(2) Korpus sterni
(3) Prosesus xifoid
b) Os Kosta (tulang iga)
(1) Kosta vera (tulang iga sejati)
(2) Kosta spuria (tulang iga tak sejati)
(3) Kosta fluitante (tulang iga melayang)
5) Kerangka Panggul
a) Os Ileum (tulang usus)
(1) Fosa iliaka
(2) Spina iliaka
(3) Krista iliaka
b) Os Pubis (tulang kemaluan)
(1) Simfisi pubis
(2) Tuberkel pubis
c) Os Iskhi (tulang duduk)
(1) Tuberositas iskhiadikum
(2) Foramen obturatum
(3) Asetabulum
2. Kerangka Dada
a. Os Sternum (tulang dada)
1) Manubrium sterni: Bagian tulang dada sebelah atas yang membentuk
persendian dengan tulang selangka (klavikula) dan tulang iga.
2) Korpus sterni: Bagian yang terbesar dari tulang dada dan membentuk
persendian dengan tulang-tulang iga.
3) Prosesus xifoid: BBagian ujung dari tulang dada dan pada bayi masih
berbentuk tulang rawan.
b. Os Kosta (tl.iga)
1) Kosta vera (tulang iga sejati): Banyaknya 7 pasang, berhubungan langsung
dengan tulang dada dengan perantaraan persendian.
2) Kosta spuria (tulang iga tidak sejati): Banyaknya 3 pasang, berhungan dengan
tulang dada dengan perantara tlang rawan dari tulang iga sejati ke-7.
3) Kosta fluitante (tulang iga melayang) : Banyaknya 2 pasang, tidak mempunyai
hubungan dengan tulang dada.
c. Tulang Belakang (Kolumna Vetebralis)
Bentuk dari tiap-tiap ruas tulang belakang pada umumnya sama, hanya ada
perbedaan sedikit bergantung pada kerja yang ditanganinya. Ruas-ruas ini terdiri
atas beberapa bagian:
1) Badan ruas, merupakan bagian yang terbesar, bentuknya tebal dan kuat
terletak disebelah depan.
2) Lengkung ruas, bagian yang melingkari dan melindungi lubang ruas tulang
belakang, terletak disebelah belakang dan pada bagian ini terdapat beberapa
tonjolan yaitu:
a) Prosesus spinosus/taju duri, terdapat ditengah lengkung ruas, menonjol
kebelakang.
b) Prosesus transversum/taju sayap, terdapat dikiri dan kanan lengkung ruas.
c) Prosesus artikularis/taju penyendi, membentuk persendian dengan ruas
tulang belakang.
Bagian-bagian dari ruas tulang belakang:
a) Vertebrata servikalis (tulang leher) terdiri dari 7 ruas, mempunyai badan
ruas kecil dan lubang ruasnya besar.
b) Vertebrata torakalis (tulang punggung) terdiri dari 12 ruas. Badan ruasnya
besar dan kuat, taju durinya panjang dan melengkung.
c) Vertebrata lumbalis (tulang pinggang) terdiri dari 5 ruas. Badan ruasnya
besar, tebal dan kuat, taju durinya agak picak.
d) Vertebrata sakralis (tulang kelangka) terdiri dari 5 ruas.
e) Vertebrata kogsigialis (tulang ekor) terdiri dari 4 ruas.
c. Ulna
Ulna ( tulang hasta ), yaitu tulang bawah yang lengkungnya sejajar dengan tulang
jari kelingking arah ke siku mempunyai tajuk yang disebut prosesus olekrani,
gunanya ialah tempat melekatkan otot dan menjaga agar siku tidak membengkok
ke belakang.
d. Radius
Radius (tulang pengumpil), letaknya bagian leteral, sejajar dengan ibu jari. Di
bagian yang berhubungan dengan humerus dataran sendinya berbentuk bundar
yang memungkinkan lengan bawah dapat berputar atas telengkup.
4. Karpalia
Karpalia (tulang pergelangan tangan ) derdiri dari delapan tulang tersusun dalam dua
baris:
a. Bagian proksimal meliputi: os navikular (tulang bentuk kepala), Os lunatum
(tulang berbentuk bulat sabit), Os triquetrum (tulang berbentuk segitiga), Os
fisiformis (tulang berbentuk kacang).
b. Bagian distal meliputi: Os multangulum mavus (tulang besar bersegi banyak), Os
multangulum minus (tulang kecil segi banyak), Os kapitalum (tulang berkepala),
Os hamatum (tulang berkait).
c. Metakarpalia
Metakarpalia (tulang telapak tangan) terdiri dari tulang pipa pendek, banyaknya 5
buah setiap batang, mempunyai dua ujung yang bersendi tengah tulang karpalia
dan bersendi dengan palangus atau tulang jari.
d. Falangus
Falangus (tulang jari tengah) juga terdiri dari tulang pipa pendek yang banyaknya
14 buah dibentuk dalam 5 bagian tulang yang berhubungan dengan metakarpalia
perantaraan persendian.
5. Gelang Panggul
Gelang panggul atau tulang pelvis adalah penghubung antara badan dan anggota
bawah. Gelang panggul terdiri dari :
a. Os Ileum (tulang usus)
b. Os pubis (tulang kemaluan)
c. Os iskhi (tulang duduk)
7. Fungsi Tulang
Fungsi tulang terbagi 2 yaitu umum dan khusus.
a. Fungsi tulang secara umum
1) Formasi kerangka: Tulang–tulang membentuk rangka tubuh untuk
menentukan bentuk dan ukuran tubuh, tulang–tulang menyokong struktur
tubuh yang lain.
2) Formasi sendi: Tulang–tulang membentuk persendian yang bergerak dan tidak
bergerak tergantung dari kebutuhan fungsional, sendi yang bergerak
menghasilkan bermacam–macam pergerakan.
3) Perlengketan otot: Tulang–tulang menyediakan permukaan untuk tempat
melekatnya otot, tendo dan ligamentum untuk melaksanakan pekerjaannya.
4) Sebagai pengungkit: Untuk bermacam–macam aktivitas selama pergerakan.
5) Menyokong berat badan: Memelihara sikap tegak tubuh manusia dan menahan
gaya tarikan dan gaya tekanan yang terjadi pada tulang, dapat menjadi kaku
dan menjadi lentur.
6) Proteksi: Tulang membentuk rongga yang mengandung dan melindungi
struktur yang halus seperti otak, medula spinalis, jantung, paru -paru, alat- alat
dalam perut dan panggul.
7) Hemopoiesis: Sumsum tulang tempat pembentukan sel – sel darah, terjadinya
pembentukan sel-sel darah sebagian besar pada sumsum tulang merah.
8) Fungsi imunologi: Limfosit “B” dan makrofag di bentuk dalam sistem
retikuloendotel sumsum tulang. Limfosit B diubah menjadi sel- sel plasma
membentuk antibody guna keperluan kekebalan kimiawi, sedangkan makrofag
merupakan fagositotik.
9) Penyimpanan kalsium : Tulang mengandung 97% kalsium yang terdapat
dalam tubuh baik dalam bentuk anorganik maupun garam – garam terutama
kalsium fosfat. Sebagian besar fosfor di simpan dalam tulang dan kalsium di
lepas dalam darah bila di butuhkan.
b. Fungsi tulang secara khusus
1) Sinus – sinus paranasalis dapat menimbulkan nada khusus pada suara
2) Email gigi di khususkan untuk memotong, menggigit dan menggilas makanan,
email merupakan struktur yang terkuat dari tubuh manusia
3) Tulang–tulang kecil telinga dalam mengonduksi gelombang suara untuk fungsi
pendengaran
4) Panggul wanita di khususkan untuk memudahkan proses kelahiran bayi.
f. Otot leher
Bagian otot ini terbagi 3, yaitu:
1) Muskulus platisma, terdapat di samping leher menutupi sampai bagian dada.
berfungsi menekan mandibula, menarik bibir ke bawah dan mengerutkan kulit
bibir.
2) Muskulus sternokleidomastoid disamping kiri kanan leher ada suatu tendo
sangat kuat. Fungsinya menarik kepala ke samping, ke kiri, dan ke kanan,
memutar kepala dan kalau keduannya bekerja sama merupakan fleksi kepala
ke depan disamping itu sebagai alat bantu pernafasan.
3) Muskulus longisimus kapitis, terdiri dari splenius dan semispinalis kapitis.
Ketiga otot ini terdapat di belakang leher, terbentang dari belakang kepala ke
prosesus spinalis korakoid. Fungsinya untuk menarik kepala belakang dan
menggelengkan kepala.
g. Otot bahu
Otot bahu hanya meliputi sebuah sendi saja dan membungkus tulang pangkal
lengan dan tulang belikat akromion yang teraba dari luar.
1) M. Deltoid (otot segitiga), otot ini membentuk lengkung bahu dan berpangkal
di bagian sisi tulang selangka ujung bahu, balung tulang belikat dan diafise
tulang pangkal lengan. Di antara otot ini dan taju besar tulang pangkal lengan
terdapat kandung lendir. Fungsinya mengangkat lengan sampai mendatar.
2) M. Subskapularis (otot depan tulang belikat) otot ini mulai dari bagian depan
tulang belikat, menuju taju kecil tulang pangkal lengan, d bawah uratnya
terdapat kandung lendir. Fungsinya menengahkan dn memutar tulang humerus
ke dalam.
3) M. Supraspinatus (otot atas balung tulang belikat). Otot ini berpangkal dilekuk
sebelah atas menuju ke taju besar tulang pangkal lengan.fungsinya
mengangkat lengan.
4) M. Infraspinatus (otot bawah balung tulang belikat). Otot ini berpangkal
dilekuk sebelah bawah balung tulang belikat dan menuju ke taju besar tulang
pangkal lengan. Fungsinya memutar lengan keluar.
5) M.teres mayor (otot lengan bulat besar). Otot ini berpangkal di siku bawah
tulang belikat dan menuju ke taju kecil tulang pangkal lengan. Di antar otot
lengan bulat kecil dan otot lengan lengan bulat besar terdapat kepala yang
panjang dari muskulus triseps brakii. Fungsinya bisa memutar lengan ke
dalam.
6) M. Teres minor (otot lengan belikat kecil). Otot ini berpangkal disiku sebelah
luar tulang belikat dan menuju ke taju besar tulang pangkal. Fungsinya
memutar lengan ke luar.
h. Otot dada
1) Otot dada besar (muskulus pektoralis mayor). Pangkalnya terdapat diujung
tengah selangka, tulang dada dan rawan iga. Fungsinya dapat memutar lengan
kedalam dan menengahkan lengan., menarik lengan melalui dada, merapatkan
lengan kedalam.
2) Otot dada kecil (muskulus pektoralis minor).terdapat dibawah otot dada besar,
berpangkal di iga III,IV, dan V menuju ke prosesus korakoid. Fungsinya
menaikkan tulang belikat dan menekan bahu.
3) Otot bawah selangka (muskulus sublavikula). Terdapat diantar tulang selangka
dan ujung iga I, bagian dada atas sebelah bawah os klavikula. Fungsinya
menentapkan tulang selangka disendi sebelah tulang dada dan menekan sendi
bahu ke bawah dan kedepan.
4) Otot gergaji depan (muskulus seratus anterior). Berpangkal di iga I sampai IX
dan menuju ke sisi tengah tulang belikat, tetapi yang terbanyak menuju ke
bawah.
5) Otot dada sejati yaitu otot-otot sela iga luar dan otot sels-sela iga dalam.
Fungsinya mengangkat dan menurunkan iga waktu bernapas. Otot dada bagian
dalam disebut juga otot dada sejati, yaitu dada yang membantu perapasan
terdirir dari;
a) Muskulus interkostalis eksternal dan internal terdapat diantara tulang-
tulang iga. Fungsinya mengangkat dan menurunkan tulang iga ke atas dan
ke bawah pada waktu bernapas.
b) Muskulus diafragmatikus, merupakan alat istimewa yang ditengahnya
mempunyai aponeurosis yang disebut sentrum tendineum. Bentuknya
melengkung ke atas mengahadap ke rongga toraks, mempunyai lobang
tempat lalu aorta vena kava dan esofagus. Fungsinya menjadi batas antara
rongga dada dan rongga perut. Kontraksi dan relaksasinya memperkecil
serta memperbesar rongga dada waktu bernapas.
i. Otot perut
1) Muskulus abdominis inetrnal (dinding perut). Garis di tengah dinding perut
dinamakan linea alba, otot sebelah luar (muskulus abdominis ekternal). Otot
yang tebal dinamakan aponeurosis, memebentuk kandung otot yang terdapat
disebelah kiri dan kanan linea itu.
2) Lapisan sebelah luar sekali dibentuk otot miring luar (muskulus obliqus
eksternus abdominasi). Berpangkal pada iga V yang bawah sekali. Serabut
ototnya yang sebelah belakang menuju ke tepi tulang panggul (krista iliaka).
Serabut yang depan menuju linea alba. Serabut yang tengah membentuk ikat
yang terbentang dari spina iliaka anterior superior ke simfisis.
3) Lapisan kedua dibawah otot dibentuk oleh otot perut dalam ( M.obliqua
internus abdominis). Serabut miring menuju ke ats dan ke tengah .
Aponeurosis terbagi 2 dan ikut membentuk kandung otot perut lurus mulai
dari pedang rawan iga III dibawah dan menuju ke simfisis. Otot ini
mempunyai 4 urat melintang.
4) Muskulus transversus abdominis, merupakan xifoid menuju artikule ke kosta
III terus ke simfisis. Otot ini membentuk 4 buah urat yang bentuknya
melintang dibungkus oleh muskulus rektus abdominis otot vagina
Otot yang masuk ke dalam formasi bagian bawah dinding perut atau dinding
abdominal posterior:
a) Muskulus psoas, terletak di belakang difragma bagian bawah mediastinum,
berhubungan dengan quadratus lumborum di dalamnya terdapat arteri,
vena dan kelenjar limfe.
b) Muskulus iliakus terdapat pada sisi tulang ilium, sebelah belakang
berfungsi menopang sekum, dan sebelah depan menyentuh kolon
desenden.
j. Otot punggung
1) Otot yang menggerakkan lengan
a) Trapezius (otot kerudung). Terdapat di semua ruas-ruas tulang punggung.
Berpangkal di tulang kepala belakang. Fungsinya mengangkat dan
menarik sendi bahu. Bagian atas menarik skapula ke bagian medial dan
yang bawah menarik ke bagian lateral.
b) Muskulus latisimus dorsi (otot punggung lebar), berpangkal pada ruas
tulang punggung yang kelima dari bawah fasia lumboid, tepi tulang
punggung dan iga III dibawah, gunanya menutupi ketiak bagian belakang,
menengahkan dan memutar tulang pangkal lengan kedalam.
c) Muskulus rumboid (otot belah ketupat)., berpangkal dari taju duri , dari
tulang leher V, ruas tulang punggung V, disini menuju ke pinggir tengah
tulang belikat. Gunanya menggerakkan tulang belikat ke atas dan ke
tengah.
2) Otot antara ruang tulang belakang dan iga
Otot yang bekerja menggerakkan tulang iga atau otot bantu pernafasan terdiri
dari 2 otot, yaitu:
a) Muskulus Seratus posterior inferior atau otot gergaji belakang bawah.
Terletak dibawah otot punggung lebar, berpanggal di fasia lumbodorsalis
dan menuju ke iga V dari bawa. Gunanya menarik tulang iga ke bawah
pada waktu berbafas.
b) Musklus seratus posterior, terletak di bawah otot belah ketupat dan
berpangkal di ruas tulang leher ke enam dan ke tujuh dari ruas tulang
pubnggung yang ke 2. Gunanya menrik tulang iga ke atas waktu inspirasi.
3) Otot punggung sejati
a) Muskulus interspinalis tranversi dan muskulus semispinalis, terdapat
antara kiri kanan prosesus tranversus dan prosesus spina. Fungsinya untuk
sikap dan pergerakan tulang belakang
b) Muskulus sakrospinalis (muskulus eroktor spina) terlatak di samping ruas
tulang belakang kiri dan kanan. Fungsinya memelihara dan menjaga
kedudukan kolumna vertebra dan pergerakan dari ruas tulang belakang
c) Muskulus quadratus lumborum, terletak anatara krista iliaka dan os kosta,
terdiri dari dua lapisan; fleksi dari vertebra lumbalis dan diamping itu juga
merupakan dinding bagian belakang rongga perut.
4) Otot pangkal legan
a) Otot-otot ketul atau fleksor
(1) Muskulus bisep braki (otot lengan berkepala dua) otot ini meliputi dua
buah sedi dan mempunya dua buah kepala (kaput). Kepala yang
panjang melekat di dalam sendi bahu, kepala yang pendek melekatnya
di sebelah luar dan yang kedua di sebelah dalam. Otot itu kebawah
menuju ke tulang pengumpil. Di bawah urat nya terdapat kandung
lendir. Fungsi nya membengkokkan lenga bawah siku meratakan hasta
dan mengangkat lengan.
(2) Muskulus brakialis (otot lengan dalam) Otot ini berpangkal di bawah
otot segi tiga di tulang pangkal lengan dan menuju taju di pangkal
tulang hasta funsinya membengkokkan lengan bawah siku.
(3) Muskulus korakobrakialis otot ini berpanglal di prosesus korakoid dan
menuju ke tulang pangkal lengan. Funginya mengangkat lengan.
b) Otot-otot kedang (ekstensor)
Muskulus triseps braki (oto lengan berkepala tiga)
(1) Kepala berpangkal di sebelah belakang tulang pagkal lengan dan
menuju ke bawah kemudian bersatu dengan yang lain
(2) Kepala dalam dimulai di sebelah dalam tulang pangkal lengan.
(3) Kepala panjang dimulai pada tulang dibawah sendi dan ketiganya
mempunyai sebelah urat yang melekat di olekrani.
c) Otot-otot sekitar panggul
Otot ini berasal dari tulang panggul atau kolumna vertebralis menuju ke
pangkal paha.
(1) Sebelah depan bagian dalam dari panggul terdapat:
(a) Muskulus psoas mayor. Terbentang dari prosesus tranfersi
lumbalis menuju trokantel minor dan iliakus.
(b) Muskulus iliakus, berasal dari fosa iliaka menuju trokanter minor.
(c) sMuskulus psoas minor yang terletak di muka psoas manyor.
Ketiga otot ini di sebut juga otot iliopsoas, fungsinya mengangkat
dan memutar tungkai ke bagian luar.
(2) Sebelah belakang bagian luar terdapat
(a) Muskulus gluteos maksimus merupakan otot yang terbesar yang
terdapat di sebelah luar panggul membentuk bokong. Fungsinya,
antagonis dari iliopsoas yaitu rotasi fleksi dan endorotasi femur
(b) Muskulus gluteos medius dan minimus, terdapat dibagian belakang
sendi panggul dibawah gluteos maksimus. Fungsinya, abduksi dan
endorotasi dari femur dan bagian medius eksorotasi femor.
Terkilir atau keseleo adalah gangguan sendi akibat gerakan pada sendi yang
tidak biasa, dipaksakan atau bergerak secara tiba-tiba. Umumnya kesleo bisa
menyebabkan rasa yang sangat sakit dan bengkak pada bagian yang keseleo.
b) Dislokasi / Dislocation
Dislokasi adalah gangguan pada sendi seseorang di mana terjadi
pergeseran dari kedudukan awal.
c) Artritis / Arthritis
Artritis adalah radang sendi yang memberikan rasa sakit dan terkadang
terjadi perubahan posisi tulang. Salah satu contoh artritis yang terkenal adalah
rematik.
d) Ankilosis / Ankylosis
Ankilosis adalah gangguan pada sendi di menyababkan sendi tidak dapat
digerakkan di mana ujung-ujung antar tulang serasa bersatu.
Berbeda dengan gelendong otot, yang terletak di dalam perut otot, organ
tendon golgi terletak di tendon otot, tempat organ ini dapat berespons terhadap
perubahan tegangan, bukan panjang otot. Karena sejumlah faktor menentukan
tegangan yang terbentuk di otot keseluruhan sewaktu kontraksi (misalnya,
frekuensi rangsangan atau panjang otot pada awal kontraksi) maka sistem kontrol
motorik perlu diberi tahu tentang regangan yang sebenarnya tercapai sehingga
dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian jika diperlukan.
Organ tendon golgi terdiri dari ujung-ujung serat aferen yang teranyam di
dalam berkas serat jaringan ikat yang membentuk tendon. Ketika serat otot
ekstrafusal berkontraksi, tarikan yang terjadi pada tenon menegncangkan berkas
jaringan ikat, yang pada gilirannya meningkatkan tegangan yang terjadi di tulang
tempat tendon melekat. Pada prosesnya, ujung reseptor aferen organ golgi
teregang, menyebabkan serat aferen melepaskan muatan; frekuensi lepas muatan
berbanding lurus dengan regangan yang terbentuk. Informasi aferen ini dikirim ke
otak untuk diproses. Banyak dari informasi ini digunakan secara bawah sadar
untuk mengeksekusi aktifitas motorik dengan mulus, tetapi tidak seperti informasi
aferen dari gelendong otot, informasi aferen dari organ tendon golgi mencapai
tingkat kesadaran. Anda merasakan tegangan dalam suatu otot tetapi bukan
panjangnya.
Para ilmuwan semula berpikir bahwa organ tendon golgi memici suatu
refleks spinal protektif yang mencegah kontraksi lebih lanjut dn menimbulkan
relaksasi refleks mendadak ketika tegangan otot terlalu besar, sehingga
membantu mencegah kerusakan otot atau tendon oleh kontraksi otot yang
berlebihaan dan menimbulkan tegangan besar. Namun, para ilmuwan kini
percaya bahwa reseptor ini adalah sensor murni dan tidak memicu refleks apapun.
Tampaknya terdapat mekanisme lain yang belum diketahui yang berperan
menghambat kontraksi lebih lanjut dan mencegah kerusakan akibat tegangan.
c. Penyusun tendon otot
1) Pada otot paralel fasikulus tersusun paralel terhadap aksus longitudinal dan
berujung pada satu tendon pipih yang menyerupai pita seperti pada otot
Sartorius.
2) Pada otot paniform, fasikulus tersusun seperti kumpulan bulu disepanjang sisi
tendon otot. Otot foniform memiliki kontraksi yang sangat kuat karena seluruh
daya yang dimiliki miofibers dikonsentrasikan pada tendon.
3) Pada otot unipeniform, semua fasikulus berada disalah satu sisi tendon, seperti
pada otot semi membranosa.
4) Otot bepeniform, memiliki fasikulus yang menyatu dikedua sisi tendon seperti
pada otot rektus tungkal
5) Otot multipenifirm, memiliki fesikulus yang menyatu pada banyak tendon,
seperti pada otot deltoideus (Sloane E. 2004)
Fungsi tendon adalah untuk menghubungkan berbagai organ tubuh seperti otot
dengan tulang-tulang, tulang dengan tulang, juga memberikan perlindungan
terhadap organ tubuh.
7) Nervus Medianus
Tipe: campuran sensoris dan motoris
Tempat: penyatuan 2 radiks dari serabut medial dan lateral di sebelah lateral
a.aksilaris dan aksila.
Kelainan: penekanan seperti sindrom kanalis karpi akibatnya pengecilan otot-
otot,seperti pengecilan pada otot jempol.
8) Nervus Ulnaris
Tipe: campuran sensoris dan motoris
Tempat: dari serabut medial pleksus brakialis.
Kelainan: trauma akibat fraktur pada epikondilus medialis atau pada
pergelangan tangan akibat laserasi.contoh nya kelumpuhan pada jari manis
dan kelingking.
Pada telapak tangan
1) Nervus Kutaneus Palmaris
2) Nervus Digitalis Palmaris
6) Otot dada:
a) M.pektoralis mayor
b) M.pektoralis minor
Kedua musculus diisarafi oleh n.pektoralis medialis yang berasal dari
fasciculus medialis plexus brachialis, menyarafi dan menembus m.pektoralis
minor dan menyarafi m.pektoralis major.
c) M.subklavikula
Disarafi oleh saraf yang menuju ke m.supscavius dari truncus superior plexus
brachialis.
d) M.serratus anterior
Disarafi oleh n.thoracalis longus. N.thoracalis longus berasal dari radix
plexus brachialis di leher dan sampai di axilla dengan cara melalui pinggir
lateral cospa I dibelakang arteria, vena axillaris dan plexus brachialis. Saraf ini
berjalan turun melalui permukaan lateral m.serratus anterior yang
dipersarafinya.
e) M.interkostalis eksternal dan internal
f) M.diafragmatikus
7) Otot perut
a) M.abdomis internal,
b) M.obliqus eksternus abdomi
c) M.oblikus internus abdomi
d) M.transversus abdominis
Ketiganya disarafi oleh enam nn.thoracici bagian bawah dan
n.iliohypogastricus serta n.ilioinguinalis.
I. Proses osifikasi, Faktor Pertumbuhan Tualng, dan Suplai Darah pada Tulang
a. Proses Osifikasi
Osifikasi adalah perubahan tulang rawan menjadi tulang keras atau perbaikan
tulang yang rusak, proses ini terbentuk di dalam perikondrium. Proses osifikasi di mulai
dengan terbentuknya sel-sel osteoblas yang terdapat dalam kartilago sedangkan
kartilago tersusun dari sel-sel mesenkim, yakni sel-sel pembentuk tulang.
1) Pada tahap awal proses osifikasi, osteoblas akan membentuk suatu lapisan
kompak sehingga perikondrium berubah menjadi periosteum (selaput tulang
keras), setelah osteoblas mengisi jaringan sekelilingnya akan membentuk osteosit
(sel-sel tulang). Bersamaan dengan proses tersebut, pada bagian tulang rawan di
daerah diafisis atau pusat batang (pusat osifikasi primer), sel-sel kondrosit
membesar akhirnya pecah.
2) Sel-sel tulang dibentuk secara bertahap dari arah dalam ke arah luar sehingga
pembentukannya konsentris. Setiap sel-sel tulang ini melingkari suatu pembuluh
darah dan saraf membentuk suatu sistem yang disebut sistem havers. Selain itu
disekeliling sel-sel tulang ini terbentuk senyawa protein pembentuk matriks
tulang dan akan mengeras karena adanya garam kapur dan garam fosfat. Hal ini
mengganggu komponen nutrisi bagi sel-sel kondrosit akhirnya mati.
3) Perikondrium yang mengelilingi diafisis di pusat osifikasi berubah menjadi
periosteum. Lapisan osteogenik didalam membentuk kolar tulang (klavikula), dan
kemudian mengelilingi kartilago yang telah terkalsifikasi.
4) Kondrosit (sel-sel kartilago) yang nutrisinya telah di putuskan oleh kolar akan
berdegenerasi dan kehilangan kemampuan untuk mempertahankan matrik
kartilago.
5) Kuncup perioteal mengandung pembuluh darah dan osteoblas yang masuk ke
dalam spikula kartilago terkalsifikasi melalui ruang yang di bentuk osteoklas pada
kolar tulang.
6) Jika kuncup periosteal mencapai puncak pertumbuhan akan menyebar dua arah
menuju epifisis.
7) Kemudian tumbuh pusat osifikasi sekunder dalam kartilago epifisis pada kedua
ujung tulang panjang.
8) Semua elongasi tulang yang terjadi selanjutnya adalah hasil dari pembelahan sel-
sel kartilago dalam lempeng epifisis.
9) Saat pertumbuhan seseorang penuh seluruh kartilago dalam lempeng epifisis
menjadi tulang dan akan berhenti.
Tulang dibagi menjadi 2 menurut kekompakannya atau kekerasannya yaitu tulang
kompak, terdapat pada tulang pipa atau panjang. Dan tulang spongiosa, terdapat
pada tulang pipih.
Proses ontsifikasi dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Osifikasi intramembranosa atau penulangan langsung (osifikasi primer)
adalah proses jaringan penyambung padat digantikan oleh simpanan garam-
garam kalsium untuk membentuk tulang. Misalnya pada tulang pipih seperti
tulang-tulang tengkorak. Penulangan ini secara langsung tidak akan terulang
lagi.
2) Osifikasi intrakartilaginosa adalah proses tulang rawan digantikan oleh
tulang. Misalnya tulang pipa, osifikasi ini hanya akan membuat tulang
semakin panjang.
Skema Osifikasi
Osifikasi tulang
Osifikasi langsung osifiksi tidak langsung
Osteoblas osteoblas
Osteoid Osteoid
( membentuk) ( muncul )
Serabut kolagen Serabut kolagen
endokondral Perikondral
Bagan osifikasi:
Sel mesenkim Tulang rawan (kartilago) Bagian dalam terisi osteoblas
terbentuk sel tulang dari dalam ke luar terbentuk system havers sekeliling sel
tulang terbentuk protein matriks tulang kelak berupa senyawa fosfor dan kapur
matriks tulang keras.
b. Factor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang
1) Herediter (genetic)
Tinggi badan anak secara umum bergantung pada orang tua, anak-anak dari orang
tua yang tinggi biasanya mempunya badan yang tinggi juga.
2) Factor nutrisi
Suplai bahan makanan yang mengandung kalsium, fosfat, protein, vitamin A, C, D
penting untuk generasi pertumbuhan tulang serta untuk memelihara rangka yang
sehat.
3) Factor endokrin
Hormone paratiroid (PTH) satu sama lain saling berlawanan dalam memelihara
kadar kalsium darah. Sekresi PTH terjadi dengan cara:
a) Merangsang osteoklas, reapsobsi tulang dan melepas kalsium ke dalam
darah.
b) Merangsang absorbsi kalsium dan fosfat dari usus.
c) Meresorbsi kalsium dari tubulus renalis.
d) Tirokalsitonin, hormone yang dihasilkan dari sel-sel parafolikuler dari
kelenjar tiroid, cara kerjanya menghambat resorbsi tulang.
e) Hormone pertumbuhan yang di hasilkan hipofise anterior penting untuk
proliferasi (bertambah banyak) secara normal dari rawan epifisealis untuk
memelihara tinggi badan yang normal dari seseorang.
f) Tiroksi bertanggung jawab untuk pertumbuhan tulang yang layak,
remodeling tulang dan kematangan tulang.
4) Faktor persyarafan
Gangguan suplai persyarafan mengakibatkan penipisan tulang seperti yang
terlihat pada kelainan poliomyelitis.
5) Factor mekanis
Kekuatan dan arah dari tuberkula tulang ditentukan oleh gaya-gaya mekanis yang
bekerja padanya.
6) Penyakit
Penyakit mempunyai pengaruh yang kurang baik terhadap pertumbuhan tulang.
c. Suplai darah pada tulang
1) Tulang-tulang panjang
2) Arteri nutrisia: arteri tunggal yang berbelok-belok masuk foramen nutrisia
oblik ke atas atau ke bawah menuju ke arah yang berlawwanan untuk
pertumbuhan tulang, satu arteri disertai dengan 1-2 buah vena selama dalam
korteks arteri memberikan cabang-cabang menuju kanalis havers.
3) Arteri periosteale: arteri kecil yang menyuplai perousteum berjalan sepanjang
perlengketan otot.
4) Arteri metapisiale: rangkaian yang membentuk anastomosis di sekeliling sendi
yang di sebut sirkulus vaskulosus, cabangnya masuk melalui foramina
vaskularis tempat keluarnya vena-vena epifise.
5) Tulang-tulang gepeng. Arteri epifisiale sebuah arteri nutrisia tunggal dan
bercabang-cabang, sejumlah cabang menyuplai substansia spongeosa dalam
substansia kompakta tulang.
6) Tulang-tulang iga. Arteri nutrisia memasuki tulang distalis dari tuberkulum
kosta dan membagi diri menjadi cabang-cabang anterior longus dan posterior
brevis yang menyuplai seluruh bagian tulang iga.
7) Tulang-tulang vertebrae. Terdapat 2 arteri yang besar memasuki permukaan
posterior korpus vertebrae. Arkus neuralis disuplai oleh pembuluh darah yang
memasuki prosesus transversus, bercabang menuju prosesus spinosus foramina
ke vena vertebralis pada permukaan posterior korpus vertebrae.
2. Tujuan
Tujuan utama mekanika tubuh yaitu menfasilitasi penggunaan kelompok otot
yang tepat secara aman dan efisien guna menjaga keseimbangan, mengurangi energi
yang digunakan, menurunkan keletihan dan menurunkan resiko cedera. Mekanika
tubuh yang baik sangat penting untuk pasien dan perawat. Cedera punggung terjadi
hingga 38% dari semua perawat (American Nurses Assosiasion, 2000. Dalam buku
Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004 p.216)
Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat meningkatkan fungsi tubuh
terhadap susunan muskuloskeletal, mengurangi energi yang di keluarkan, dan
mengurangi kelelahan. Kebutuhan bergerak sangat dibutuhkan karena pergerakan
dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia dan melindungi diri dari kecelakaan,
seperti jatuh (Alimul A. Aziz. 2006. p. 96).
Menurut Alimul A. Aziz (2006), tujuan mekanika tubuh adalah sebagai berikut:
a. Menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat
pertumbuhan dan perkembangan.
b. Mengidentifikasi penyimpangan kesejajaran tubuh yang disebabkan postur yang
buruk.
c. Memberi kesempatan pasien untuk mengobservasi posturnya.
d. Mengidentifikasi kebutuhan belajar pasien untuk mempertahankan kesejajaran
tubuh yang benar.
e. Mengidentifikasi trauma, kerusakan otot atau disfungsi saraf.
f. Memperoleh informasi mengenai faktor-faktor lain yang memengaruhi
kesejajaran yang buruk, seperti kelelahan, malnutrisi dan masalah psikologis.
Duduk. Perawat mengkaji kesejajaran pada klien yang duduk dengan menobservasi
hal-hal sebagai berikut :
a. Kepela tegak, leher dan tulang belakang berada pada kesejajaran yang lurus.
b. Berat badan terbagi rata pada bokong dan paha.
c. Paha sejajar dan berada pada potongan horizontal.
d. Kedua kaki ditopang di lantai. Pada klien pendek tinggi, alat bantu kaki
digunakan dan pergelangan kaki menjadi fleksi dengan nyaman.
e. Jarak 2-4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada
permukaan lutut bagian posterior.
f. Lengan bawah klien ditopang pada pegangan tangan, di pangkuan atau di atas
meja depan kursi.
Berbaring. Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi
normal terhadap tekanan. Sehingga mereka biasa merasakan posisi nyaman ketika
berbaring. Pemgkajian kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan posisi lateral
pada klien dengan menggunakan satu bantal, dan semua penopangnya di angkat dari
tempat tidur. Tubuh harus ditopang oleh matras yang adekuat. Tulang belakang harus
berada dalam kesejajaran lurus tanpa ada lekungan yang terlihat.
8. Teknik mengangkat
kebanyakan cedera punggung yang terjadi adalah ketegangan pada kelompok
otot lumbar termasuk otot di sekitar vertebra lumbar (Owen dan Garg, 1991). Cedera
otot di area ini berpengaruh pada kemampuan membungkuk ke depan, ke belakang, ke
samping. Selain itu kemampuan memutar pinggul dan punggung bagian bawah
menurun.
Perawat beresiko mengalami cedera otot lumbal ketika mengangkat,
memindahkan, atau mengubah posisi klien imobilisasi. Sebelum mengangkat, perawat
harus mengkaji kemampuan mengangkat klien atau objek yang akan diangkat dengan
menentukan kriteria dasar cara mengangkat sebagai berikut ini:
a. Posisi beban.
Beban yang akan di angkat berada sedekat mungkin dengan pengangkat.
Posisikan objek pada keadaan seperti di atas ketika perawat menggunakan gaya
mengangkat dikarenakan objek berada dalam potongan sama (Stamps,1989)
b. Tinggi objek
Tinggi yang paling baik untuk mengangkat vertical adalah sedikit di atas jari
tengah seseorang dengan lengan tergantung di samping (Owen & Garg, 1991)
c. Posisi tubuh
Ketika posisi tubuh pengangkat bervariasi dengan tugas mengangkat yang
berbeda, maka petunjuk umum berikut mampu di pakai untuk sebagian besar
keadaan. Tubuh diposisikan dengan batang tubuh tegak sehingga kelompok otot-
otot multiple bekerja sama dengan cara yang sinkron.
d. Berat maksimum.
Setiap perawat harus mengetahui berat maksimun yang aman untuk
diangkat-aman bagi perawat dan klien. Objek yang terlalu berat adalah jika
beratnya sama dengan atau lebih dari 35% berat badan orang yang mengangkat.
Oleh karena itu, perawat yang beratnya 59,1 kg tidak mencoba mengangkat klien
imobilisasi yang beratnya 45,5 kg. meskipun nampaknya perawat mungkin
mampu melakukannya, hal ini akan beresiko klien jatuh ayau menyebabkan
cedera punggung perawat.
Tekhnik mengangkat
langkah rasional
Kaji berat posisi, tinggi objek, posisi Menentukan apakah anda dapat
tubuh, dan berat maksimum. melakukannya sendiri atau
membutuhkan bantuan (Stamps,
1989).
Angkat objek dengan benar dari bawah Memindahkan pusat gravitasi
pusat gravitasi: lebih dekat ke objek.
Dekatkan pada objek yang akan Mempertahankan keseimbangan
dipindahkan. tubuh lebih baik, sehingga
Perbesar dasar dukungan anda dengan mengurangi resiko jatuh.
menempatkan kedua kaki agak sedikit Meningkatkan keseimbangan
terbuka. tubuh dan memungkinkan
Turunkan pusat gravitasi anda ke objek kelompok otot-otot bekerja sama
yang akan diangkat. dengan cara yang sinkron.
Pertahankan kesejajaran yang tepat pada Mengurangi resiko cedera
kepala dan leher dengan vertebrae, jaga vertebar lumbar dan kelompok
tubuh tetap tegak. otot (Owen dan Garg,1991).
Angkat objek dengan benar dari atas Mencapai pusat gravitasi lebih
pusat gravitasi tempat tidur: dekat ke objek.
Gunakan alat melangkah yang aman dan Meningkatkan keseimbangan
stabil. Jangan berdiri di atas tangga tubuh selama mengangkat.
teratas. Mengurangi bahaya jatuh dengan
Berdiri sedekat mungkin ke tempat tidur. Memindahkan objek yang di
Pindahkan berat objek dari tempat tidur angkat dengan pusat gravitasi di
dengan cepat pada lengan dan di atas atas dasar dukungan
dasar dukungan.
2) Tujuan
a) Pasien dengan pembedahan pada daerah perut.
b) Pasien shock.
c) Pasien hipotensi.
3) Indikasi: Pada pasien shock dan hipertensi,
d. Posisi Dorsal Recumbent
1) Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi
(ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan
untuk merawat dan memeriksa serta pada proses persalinan.
2) Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan
punggung belakang.
3) Indikasi: Pada pasien persalinan dan pada psien pemeriksanan genetalia
e. Posisi Lithotomi (Dorsal Sakral)
1) Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua
kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat
kontrasepsi.
2) Tujuan
a) Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal vaginal
taucher, pemeriksaan rectum, dan sistoscopy.
b) Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien,
pemasangan alat intra uterine devices (IUD), dan lain-lain.
3) Indikasi
a) Pada pasien pemeriksaan genekologis.
b) Untuk menegakkan diagnose atau memberikan pengobatan
terhadap penyakit pada uretra, rectum, vagina dan kandung kemih.
f. Posisi Genu pectrocal (Knee Chest)
1) Pengertian
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan
dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan
untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
2) Tujuan: Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan
vagina.
3) Indikasi:
a) Pasien hemorrhoid
b) Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.
g. Posisi orthopeneic
1) Pengertian
Adalah posisi duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang
yang sejajar dada, seerti pada meja
2) Tujuan : Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan
bernafas yang ekstrim dan tidak bisa tidur terlentang atau posisi kepala
hanya bisa pada elevasi sedang
3) Indikasi : Pasien dengan sesak berat dan tidak bias tidur terlentang.
h. Supinasi
1) Pengertian
Adalah posisi telentang dengan pasien menyadarkan punggungnya
agar dasar tubuh sama dengan kesejajaran berdiri yang baik
2) Tujuan : Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi
penyembuhan terutama pada pasien pembedahan atau dalam proses
anestesi tertentu.
3) Indikasi :
a) Pasien dengan tindakan post anestesi atau pembedahan tertentu
(misalnya anestesi spinal)
b) Pasien dengan kondisi yang sangat lemah atau koma.
i. Posisi pronasi (tengkurap)
1) Pengertian
Adalah pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah
menghadap ke bantal
2) Tujuan
a) Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang
b) Mencegah fleksi dan kontraktor pada pinggang dan lutut
3) Indikasi
a) Pasien yang menjalani bedah mulut atau kerongkongan
b) Pasien dengan pemeriksaan pada daerahh bokong atau punggung)
j. Posisi lateral (miring)
1) Pengertian: Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan
sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul dan bahu.
2) Tujuan
a) Mempertahankan body aligement
b) Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
c) Meningkankan rasa nyaman
d) Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh
akibat posisi yang menetap
3) Indikasi:
a) Pasien yang ingin istirahat
b) Pasien yang ingin tidur
c) Pasien dengan posisi Fowler atau dorsal recumbent dalam waktu
yang lama.
Gibson, Jhon (2003). Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat E/2. Jakarta:
EGC
Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku Ajar Keperawatan KlinisEds 5. Jakarta
: EGC
Mustaqin, Arif. (2006). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan system persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Sherwood, Lauralee (2011). Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem, Ed.6. Jakarta
:EGC
Sloane E. (2004) Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC
Sloane, Ethel. (2003). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC.
Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner&
Suddarth, Edisi 8, Volume 3, Penerbit EGC, Jakarta.
Snell, Richard. 2006. Neuroan atomic Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC
Suratun, dkk (2008) Klien Gangguan System Mosluloskeletal : Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC
Swartz, Mark H (1995). Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta : EGC
Wim de jong & R. Sjamsuhidajat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah ed. 2. Jakarta: EGC.