VARICELLA
Disusun oleh :
Novta Silfia Pabalik
201870024
Dosen Departemen :
Dosen Pendamping
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, kasih karunia dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus
dengan judul “Varicella”. Laporan kasus ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian Kepanitraan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin serta untuk meningkatkan
wawasan dalam bidang kesehatan. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini sehingga diharapkan untuk pembaca dapat
memberikan tanggapan dan saran yang bersifat membangun sehingga kedepannya penulis
dapat memberikan sebuah tulisan yang lebih baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang
membantu dalam penyusunan makalah ini, diantaranya: kepada dr. Jenny Ritung, Sp.KK
sebagai pembimbing penulis dan dr. Charis Olivia F. Hattu sebagai pendamping atas
kesabaran, bimbingannya, motivasi dan waktu bagi penulis dalam mengarahkan penulis
saat melakukan penyusunan laporan kasus sehingga tugas ini dapat diselesaikan.
Penulis memohon maaf atas segala kekurangan selama pelaksanaan dan penulisan makalah
ini. Penulis berharap makalah ini dapat diterima dan menjadi informasi bagi tenaga medis
serta profesi lainnya yang terkait dengan kesehatan.
Penulis
1
LEMBAR PENGESAHAN
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Papua
“ Varicella”
Mengetahui,
Pembimbing Pendamping
2
DAFTAR ISI
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 15
2.1. Definisi.............................................................................................................................. 15
2.2. Epidemiologi ..................................................................................................................... 15
2.3. Etiologi.............................................................................................................................. 16
2.4 Patogenesis......................................................................................................................... 16
2.5. Manifestasi Klinis ............................................................................................................. 17
2.6. Penegakan Diagnosis ........................................................................................................ 18
2.7. Diagnosis Banding ............................................................................................................ 20
2.8. Tatalaksana ....................................................................................................................... 21
2.8.1 Medikamentosa .......................................................................................................... 21
2.8.2 Non-Medikamentosa .................................................................................................. 22
2.9. Edukasi dan Pencegahan ................................................................................................... 23
2.10 Komplikasi ....................................................................................................................... 24
2.11 Prognosis.......................................................................................................................... 25
BAB 3 PENUTUP ........................................................................................................................ 26
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 27
4
BAB 1
PENYAJIAN KASUS
1.1 Perolehan Data
Data pasien didapatkan dari hasil anamesis dan pengamatan terhadap pasien pada
hari jumat, 19 mei 2023 di ruangan poli MTBS Puskesmas Remu Kota Sorong dan di
rumah pasien.
1.3 Anamesis
5
diduga akibat terdapat luka dimulut pasien. Ibu pasien mengira bahwa bentol-bentol
yang diderita pasien sejak 3 hari yang lalu akibat dari alergi makanan sehingga tidak
langsung dibawa ke Puskesmas, namun bentol-bentol tersebut cepat menyebar hingga
diseluruh badan sehingga ibu pasien merasa khawatir.
Ibu pasien menyampaikan bahwa pasien selemunya tidak pernah mengalami sakit
seperti ini.
Dikeluarga pasien hanya pasien yang mengalami sakit seperti ini, sebelumnya ± I
tahun yang lalu kaka pasien mengalami bintil-bintil merah namun telah sembuh dan
tidak meninggalkan bekas.
Ketika demam, ibu pasien memberikan sanmol syrup, menggunakan bedak salicyl
ketika gatal dan salep acyclovir di bagian yang bentol-bentol.
Imunisasi yang sudah diberikan pada pasien yakni BCG, HB 0, Polio 1, Polio 2 dan
DPT-HB-Hib 1, untuk imunisasi lainnya ibu pasien masih menunggu jadwal.
Pasien saat ini tinggal di kompleks bandara bersama kedua orang tua dan 1 saudara
perempuan. Ayah pasien merupakan pekerja swasta.
6
1.4 Pemeriksaan Fisik
1.4.2 Antopometri
Gizi : Makan baik (3-4x sehari)
Berat Badan : 10,3 kg
Panjang Badan : 76,3 cm
1. Kulit
Inspeksi : kulit berwarna sawo matang, pigmentasi (-), ikterik (-), petekie
(-), hematom (-), sianosis (-), vesikel (+), eksoriasi (+), papul eritematosa
(+), pustul (+), vesikel (+), krusta (+)
Palpasi : nodul (-), turgor kulit elastis
2. Kepala, Wajah, Leher
Inspeksi : normosefalik, bengkak (-), rambut tersebar merata, tidak mudah
di cabut, beruban, wajah simetris, edema (-), pucat (+)
Palpasi : kelenjar getah bening tidak teraba, kelenjar tiroid tidak ada,
nyeri tekan (-)
3. Mata
Inspeksi : konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga
Inspeksi : deformitas (-), sekret (-)
Palpasi : bengkak (-)
4. Hidung dan Sinus Para Nasal
Inspeksi : deformitas (-), deviasi septum nasi (-), sekret (-), epistaksis (-),
napas cuping hidung (-)
7
Palpasi : nyeri tekan (-)
5. Rongga Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi : sianosis (-), deviasi lidah (-), gusi bengkak (-),Candidiasis oral
(-)
6. Paru
Inspeksi : pengembangan paru dextra dan sinistra simetris, retraksi
intercostalis (-)
Palpasi : fremitus dextra dan sinistra sama kuat, massa (-), nyeri (-)
Perkusi : sonor di paru dextra dan sinistra
Auskultasi : vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-)
7. Jantung
Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra
Perkusi : batas jantung kanan ICS IV linea parasternalis dextra, batas
jantung kiri ICS V midklavikula sinistra, batas pinggang jantung ICS 3 linea
parasternalis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
8. Abdomen
Inspeksi : permukaan datar, benjolan (-), ulkus (-)
Auskultasi : bising usus 15 x/menit
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak membesar.
Perkusi : timpani
9. Punggung
Inspeksi : kifosis (-)
Palpasi : benjolan (-), nyeri tekan subscapula (-).
10. Genitalia dan Rektum
Pasien mengatakan tidak ada keluhan
8
1.5 Status Dermatovenerologi
Status Dermatovenerologi
Distribusi : Generalisata
Regio : Cephalic
Efloresensi Primer : Papula pustula
Eflroresensi Sekunder : Krusta, eksoriasi
Bentuk : Bulat
Batas : Sirkumskrip
Warna : Eritema, kuning
Ukuran : Milier, lenticular
Jumlah : Diskret
Konsistensi :-
Nyeri tekan :+
Gambar
9
Status Dermatovenerologi
Distribusi : Generalisata
Regio : Trunkus ventral et dorsal
Efloresensi Primer : Papul, pustule
Eflroresensi Sekunder : Eksoriasi
Bentuk : Bulat
Batas : Sirkumskrip
Warna : Eritem
Ukuran : Milier
Jumlah : Diskret
Konsistensi :-
Nyeri tekan :-
Gambar
10
Status Dermatovenerologi
Distribusi : Generalisata
: Ekstermitas superior dextra et
Regio
sinistra
Efloresensi Primer : Papul, pustule
Eflroresensi Sekunder : Erosi
Bentuk : Bulat
Batas : Sirkumskrip
Warna : Eritem
Ukuran : Milier
Jumlah : Diskret
Konsistensi :-
Nyeri tekan :-
Gambar
11
Status Dermatovenerologi
Distribusi : Generalisata
: Ekstermitas inferior dextra et
Regio
sinistra
Efloresensi Primer : Papul, pustule
Eflroresensi Sekunder : Erosi, skuama
Bentuk : Bulat
Batas : Sirkumskrip
Warna : Eritem, kecoklatan
Ukuran : Milier, lenticular
Jumlah : Diskret
Konsistensi :-
Nyeri tekan :-
Gambar
12
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien saat di poli MTBS karena
keterbatasan alat.
1.7 Resume
Pasien anak, usia 1 tahun 6 bulan datang diantar orangtua dengan keluhan muncul
bentol-bentol berupa lesi polimorfik yakni papul eritematosa, vesikel dan krusta yang
muncul diseluruh badan sejak 3 hari yang lalu disertai rasa gatal dan demam hilang timbul
yang muncul bersamaan dengan lesi. Lesi awalnya berupa papul eritematosa yang
kemudian muncul vesikel dalam waktu kurang dari 1 hari disertai rasa gatal sehingga
pasien menggaruk dan vesikel pecah membentuk krusta yang muncul pertama kali di regio
trunkus frontal kemudian semakin banyak hingga di regio ekstermitas dan cephalic, selain
itu keluarga pasien menyampaikan bahwa pasien mengalami penurunan nafsu makan. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan pada regio chepalic terdapat papul eritematosa, pustul, krusta
dan eksoriasi. Pada trunkus ventral et dorsal terdapat papul, pustule, dan eksoriasi. Pada
region ekstermitas superior dextra et sinistra terdapat papul, pustule dan erosi. Pada
ekstermitas inferior dextra et sinistra terdapat papul eritematosa, pustule, erosi dan skuama.
Varicella
1.9 Diagnosis Banding
1.10.1 Medikamentosa
13
1.10.2 Non-Medikamentosa
pemberian edukasi pada keluarga pasien untuk hindari pasien agar tidak
menggaruk lesi
Kompres terbuka
Istirahat yang cukup
Menjaga hygine dengan mandi dan mencuci tangan
Gunakan bedak salisyl keseluruh tubuh setelah mandi
makan makanan yang bergizi dan bervitamin agar membantu proses
penyembuhan
1.11 Prognosis
14
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Varicella (chickenpox) atau cacar air merupakan penyakit menular berupa infeksi
akut yang disebabkan oleh varicella-zoster virus (VZV) dan umumya menyerang anak-
anak. Penyakit diperoleh ketika virus memasuki sistem pernapasan melalui udara saat
bersin atau batuk dan infeksi terlokalisasi dalam sel kulit melalui kontak lesi kulit. VZV
merupakan virus DNA dan merupakan kelompok virus herpes. Infeksi primer pada host
non-imun menyebabkan varicella (cacar air) reaktivasi infeksi laten dapat menyebabkan
herpes zoster. Imunisasi rutin pada anak dianjurkan karena dapat mencegah terinfeksi
varicella sekitar 70% hingga 90%.1,2
2.2. Epidemiologi
Varicella terjadi di seluruh dunia dan dan menyebabkan sekitar 7000 kematian tiap
tahun. Di Amerika Serikat, varicella menyumbang lebih dari 9000 kasus yang di rawat inap
setiap tahun. Prevalensi tertingginya adalah pada kelompok usia 4 hingga 10 tahun, pada
pasien dengan imunokompremais (misalnya pasien dengan HIV) dan kelompok tertentu
(ibu hamil, neonatus) biasanya gejala lebih berat dan mudah mengalami komplikasi.
Varicella memiliki tingkat infeksi 90%. Kasus sekunder pada kontak serumah cenderung
memiliki penyakit yang lebih parah dibandingkan kasus primer. Di daerah tropis, varicella
cenderung terjadi pada orangyang lebih tua dan dapat menyebabkan penyakit yang lebih
serius. Indonesia sendiri belum ada pencatatan data mengenai angka kejadian varicella
secara nasional namun di Indonesia dan negara tropis lainnya, morbiditas varisela masih
tinggi, terutama pada masa anak dan dewasa muda (pubertas), dalam penelitian Wardana
M, dkk dalam “Jurnal Medika Udayana” Periode satu tahun sejak April 2015 hingga April
2016 terdapat 56 orang penderita varicella yang dirawat di RSUP Sanglah, Denpasar.
Berdasarkan sebaran usia sebagian besar penderita berusia anak-anak dengan usia 0-15
tahun memiliki proporsi terbesar.1,3\
15
2.3. Etiologi
Cacar air atau varicella disebabkan oleh varicella-zoster virus (VZV), virus herpes yang
tersebar di seluruh dunia. Virus ini menetapkan latensi setelah infeksi primer, fitur unik
untuk sebagian besar virus herpes diperoleh dengan menghirup tetesan aerosol yang
terinfeksi. Virus ini sangat menular dan dapat menyebar dengan cepat. Infeksi awal ada di
mukosa saluran udara bagian atas. Setelah 2-6 hari, virus memasuki sirkulasi dan serangan
viremia lainnya terjadi dalam 10-12 hari. Pada saat ini vesikel karakteristik muncul.
Antibodi IgA, IgM, dan IgG diproduksi tetapi antibodi IgG lah yang memberikan
kekebalan seumur hidup. Setelah infeksi primer, varicella terlokalisasi pada saraf sensorik
dan dapat aktif kembali kemudian menghasilkan herpes zoster. Varicella zoster virus (VZV)
merupakan anggota famili herpes virus. Virion berbentuk bulat, berdiameter 150-200 nm,
DNA terletak di antara nukleokapsid, dan dikelilingi oleh selaput membran luar dengan
sedikitnya terdapat tiga tonjolan glikoprotein mayor. Glikoprotein ini yang merupakan
target imunitas humoral dan seluler.1,4
2.4 Patogenesis
Patogenesis varicella dapat terjadi melalui kontak langsung berupa sentuhan pada
lesi kulit dan saluran napas, dimulai ketika terjadi inokulasi VZV kontak dengan cairan
berupa sekret nasofaring yaitu aerosol pada orang yang terinfeksi kemudian patogen akan
menginvasi jaringan limfoid nasofaring dengan menginfeksi sel T CD4+, infeksi ini
menyebabkan terjadinya penurunan dari sistem regulasi MHC kelas 1 yang berfungsi
sebagai stimulasi produksi antibodi, akhirnya terjadi produksi antibodi akan menurun dan
terjadi replikasi dari virus varicella, viremia primer yang dihasilkan oleh virus akan
menyebabkan respon imun berupa demam dan malaise. Setelah masa inkubasi selama 14
hari VZV yang menginfeksi sel T akan menuju organ target yaitu retikuloendothelial di
hati, limpa dan organ lainnya. Pada kulit akan terjadi kematian sel/distrupsi sel epidermis
(akantosis) yang akibat terinfeksi VZV yang menyebabkan munculnya ruam kulit dan nyeri
pada lesi akibat inflamasi, sel-sel keratinosit yang terinfeksi virus VZV akan bersatu
membentuk giant multinuclear cell (Tzank cells). VZV sepanjang neuron ke ganglia dorsal
16
atau kranial ganglia sensorik akan membentuk infeksi laten dan tubuh akan menghasilkan
imunoglobulin M (IgM) IgG, dan IgA yang memberikan imunitas tubuh yang dapat
bertahan dalam jangka waktu yang lama, reaktivasi dari VZV laten di ganglion akan
menyebabkan herpes zoster di sepanjang dermatom, untuk itu sistem imun tubuh akan
berperan untuk menjaga agar VZV tetap laten dan tidak mengalami reaktivasi, reaktivasi
dapat disebabkan oleh stres atau melemahnya system kekebalan tubuh. 6,7
Infeksi awal virus biasa terjadi pada masa kanak-kanak yang menyebabkan cacar air
dengan gejala pradormal berupa demam, malaise, nyeri kepala, dan timbulnya lesi pada
kulit berupa papul eritematosa yang menjadi vesikel, vesikel akan menjadi keruh berupa
pustule biasanya disertai rasa gatal kemudian akan menjadi krusta, vesikel baru yang
bermunculan akan menimbulkan gambaran polimorfik, erupsi kulit dapat terjadi di mana
saja seperti ekstermitas, kulit kepala, wajah, badan, mulut, dan konjungtiva. Masa inkubasi
rata-rata untuk varicella adalah 14 hingga 16 hari setelah terpapar varicella . Gejala
17
prodromal berupa demam dan malaise ringan dapat terjadi 1 sampai 2 hari sebelum
timbulnya ruam, terutama pada orang dewasa. Pada anak-anak, ruam seringkali merupakan
tanda pertama penyakit. Selain dikulit virus kemudian berpindah ke ganglion dorsalis dan
menetap, kemudian, biasanya ketika dewasa virus ini dapat aktif kembali dan menyebabkan
herpes zoster. Reaktivasi dapat disebabkan oleh stres atau melemahnya system kekebalan
tubuh.6,2,7,8
Gambar 2. Distribusi erupsi kulit pada varisela (a) dan herpes zoster (b).7
2.6.1. Anamesis
Varicella pada anak biasa tidak diawali dengan gejala prodromal melainkan
timbulnya ruam yang kemudian disertai dengan demam beberapa saat setelah timbulnya
ruam pada kulit berbeda dari remaja yang biasanya muncul gejala prodromal setelah 1-2
18
hari diikuti munculnya lesi pada kulit. Gejala prodromal dapat berupa demam, malaise dan
nyeri kepala dan lesi pada kulit. Lesi yang awalnya di salah satu bagian tubuh misalkan
pada tungkai, wajah dan sekitaran perut yang kemudian akan meluas ke bagian tubuh
lainnya diawali dengan papul eritematosa yang menjadi vesikel, vesikel akan menjadi keruh
berupa pustule biasanya disertai rasa gatal kemudian akan menjadi krusta dalam waktu 1-2
hari setelah munculnya ruam merah dan dapat bertahan dalam waktu maksimal 10 hari
menjadi kerak keseluruhan dan lesi kulit akan mengalami penyembuhan sekitar 14 hari.9
19
2.6.3. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
Gambaran Klinis Tampilan
Banding
20
Pioderma superfisialis yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus. Predileksi di Daerah
intertriginosa (aksila, inguinal dan gluteal), dada
2.8. Tatalaksana
2.8.1 Medikamentosa
21
vesikel tidak pecah terlalu dini, untuk itu diberikan bedak saliscyl yang ditambah dengan
zat anti gatal (mentol, kamfora). Jika timbul infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik
oral atau salap (Gentamicin cream 0,1% dioleskan 3–4 kali sehari) indikasi lain
pemberian antivirus adalah bila sebelumnya telah ada anggota keluarga serumah yang
menderita varisela, atau pada pasien yang imunokompremais.
Salah satu antivirus yang biasanya digunakan adalah asiklovir, dosis pemberian
asiklovir antara lain:
2.8.2 Non-Medikamentosa
22
Edukasi sangat penting dilakukan bagi pasien dan keluarga pasien dalam menangani dan
mencegah varicella antara lain:
2.10 Komplikasi
23
Infeksi primer virus varicella zoster (VZV) pada individu yang rentan menyebabkan
varicell biasanya tidak berbahaya. VZV membentuk latensi di neuron ganglionik, reaktivasi
replikasi virus dan penyebaran virus ke kulit yang dipersarafi oleh neuron ini menyebabkan
herpes zoster. Bertambahnya usia dan gangguan fungsi kekebalan merupakan faktor risiko
komplikasi infeksi VZV, risiko komplikasi dari varicella bervariasi sesuai usia. Komplikasi
jarang terjadi pada anak sehat dan terjadi lebih sering pada orang yang lebih tua. Varicella
akut umumnya ringan dan dapat sembuh sendiri. Infeksi bakteri sekunder pada lesi kulit
oleh Staphylococcus atau Streptococcus merupakan penyebab paling umum rawat inap dan
kunjungan medis rawat jalan dan dapat menyebabkan kematian akibat sepsis.
Komplikasi lain dapat berupa Pneumonia setelah varicella. Pneumonia virus primer jarang
terjadi pada anak-anak dengan imunokompeten tetapi merupakan komplikasi paling umum
pada orang dewasa terutama pada pasien dengan imunokompromais. Manifestasi sistem
saraf pusat varicella dapat menyebabkan meningitis hingga ensefalitis. Ensefalitis adalah
komplikasi varisela yang jarang terjadi berkisar 1 dari 50.000 kasus varisela pada anak
yang tidak divaksinasi dan dapat menyebabkan kejang dan koma. Keterlibatan otak difus
lebih sering terjadi pada orang dewasa daripada anak-anak. Keterlibatan serebelum, dapat
mengakibatkan ataksia serebral, merupakan manifestasi sistem saraf pusat yang paling
umum (1 per 4.000 kasus varicella pada anak yang tidak divaksinasi) dan umumnya
memiliki hasil yang baik. Sindrom Reye merupakan komplikasi lainnya dari varicella yang
jarang terjadi akibat penggunaan aspirin atau salisilat sehingga penggunaan obat tersebut
tidak dianjurkan untuk menurunkan demam pada anak dengan varicella. Komplikasi
varicella yang jarang termasuk meningitis aseptik, sindrom Guillain-Barré,
trombositopenia, varisela hemoragik, purpura fulminans, glomerulonefritis, miokarditis dan
hepatitis. 15
24
Gambar 4. Komplikasi dari varicella.16
2.11. Prognosis
Pada anak yang sehat, prognosisnya sangat baik dengan memperhatikan higiene
memberi dapat mencegah timbulnya jaringan parut. Namun, pada individu
immunocompromised, infeksi memiliki morbiditas yang tinggi.1,4
25
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Varicella disebabkan oleh Varicella-zoster virus (VZV). yang menyebabkan
produksi antibodi dan peningkatan replikasi sehingga terjdi respon imun dan timbul gejala
berupa demam dan malaise, pada kulit akan menyebabkan munculnya ruam kulit dan nyeri
pada lesi. Manifestasi klinis yang ditimbulkan oleh VZV dapat berupa gejala prodormal
(demam dan malaise dan nyeri kepala) pada kulit akan timbul lesi berupa papul
eritematosa yang menjadi vesikel, vesikel akan menjadi keruh berupa pustule biasanya
disertai rasa gatal kemudian akan menjadi krusta, vesikel baru yang bermunculan akan
menimbulkan gambaran polimorfik.
Pada pasien ini di diagnosis varicella dengan tanda-tanda klinis berupa munculnya
lesi pada kulit berupa papul eritematosa yang muncul di sekitar badan pasien yang
kemudian menyebar dengan cepat ke area tubuh lainnya dan berubah menjadi vesikel yang
menimbulkan rasa gatal sehingga ketika pasien menggaruk maka vesikel pecah membentuk
krusta. Oleh karena itu terapi yang diberikan merupakan terapi simtomatik yang ditimbulan
oleh VZV dan diberikan juga antivirus.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Ayoade F, Kumar S. Varicella Zoster [internet]. StatPearls Publishing. 2021[cited 23
may 19]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448191/
2. Tortora GJ, Funke BR, Case CL. Microbiology an introduction. 11th ed. New York
(NY): Pearson 2013; 597, 601-2 p.
3. Margha NP, Wardana M. Karakteristik penderita cacar air (varicella) di rumah sakit
umum pusat sanglah, denpasar periode april 2015 - april 2016 [internet]. Jurnal
Medika Udayana. Vol 10 (6). 2021 [cited 23 may 19]. Available from:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
4. Aisah S, Handoko RP. Varisela, In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th Ed. Jakarta;
Badan Penerbit FKUI: 2016
5. Herpes zoster vaccination [internet]. ResearchGate. 2013 [cited 23 may 22]. Available
from: https://www.researchgate.net/figure/The-pathogenesis-of-varicella-herpes-
zoster-and-postherpetic-neuralgia-A-Varicella_fig1_249967754
6. Yu Y, Guo D, Parsons L. Varicella Zoster –chicken pox: Pathogenesis and clinical
findings [internet]. Calgary Guide [cited 23 may 20]. Available from: Varicella Zoster
(Chicken Pox) | Calgary Guide (ucalgary.ca)
7. James WD, Elston DM, Treat JR, Rosenbach MH, Neuhaus IM. Andrew,s Disease Of
the skin. 3th ed. New York (NY): Elsevier. 2020; 370-2 p.
8. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Chicken pox (varicella) [internet].
2021 [cited 23 may 22]. Available from:
https://www.cdc.gov/chickenpox/hcp/index.html
9. The Royal Children's Hospital Melbourne Clinical practice guidline : Chicken pox
(varicella) [internet]. 2021 [cited 23 may 22]. Available from:
https://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/Chickenpox_varicella/
10. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan primer [internet]. 2014 [cited 23 may 22]. Available from:
http://idikabbekasi.org/wp-content/uploads/2015
11. Mirza HA, Gharbi A, Bhutta BS. Dermatitis Hepertiformis [internet]. NCBI. 2022
[cited 23 may 22] Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493163/
27
12. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Clinical disease: smallpox
[internet]. 2022 [cited 23 may 22]. Available from: Clinical Disease | Smallpox | CDC
13. Tan ST, Pratiwi YI, Chandra CC, Elizabeth J. Buku edukasi ilmu penyakit kulit dan
kelamin. 2021
14. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jadwal Imunisasi IDAI 2020 [internet]. IDAI. 2021
[cited 23 may 22]. Available from: https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-
idai/jadwal-imunisasi-idai-2020
15. Lopez A, Harrington T, Marin M. Varicella [internet]. Centers for Disease Control and
Prevention (CDC). Available from: Chapter 22: Varicella; Epidemiology and
Prevention of Vaccine-Preventable Diseases 14TH Edition (cdc.gov)
16. Gershon AA, Breuefer J, Cohen JI, Randal JC, Gershon MD, Gilden D, dkk. Varicella zoster
infection [internet]. NCBI. 2017 [cited 23 may 24]. Available from: Varicella zoster virus
*infection - PMC (nih.gov)
28