Ringkasan Jurnal
Telaah Kritis
Kesimpulan
Identitas
Jurnal
Diterbitkan oleh : Clinical Case Reports published by John Wiley & Sons Ltd.
Tanggal publikasi : Mei 2023
Tempat penelitian : Rumah Sakit Firoozgar, Departemen Neurologi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Ilmu Kedokteran Iran, Teheran, Iran
PENDAHULUAN
Narkolepsi adalah gangguan
tidur yang tidak biasa yang
Ringkasan ditandai dengan rasa kantuk
yang berlebihan di siang hari,
Ini terjadi pada sekitar
44,3/100.000 orang.
Jurnal
cataplexy, hypnagogic
hallucinations, & sleep paralysis
Ringkasan Narkolepsi dapat terjadi sekunder akibat kondisi lain (misalnya, penyakit
Jurnal Parkinson, Niemann-Pick tipe C, dan berbagai lesi vaskular, neoplastik,
atau inflamasi yang melibatkan area hipotalamus lateral.
Namun, hanya satu kasus narkolepsi onset baru yang dilaporkan setelah
infeksi COVID-19.
Penelitian ini merupakan Kami melaporkan kasus seorang wanita yang menunjukkan gejala
penelitian dengan Metode Case narkolepsi klasik yang dimulai setelah pemulihannya dari COVID-19.
Report Karena ada banyak presentasi yang dimediasi kekebalan setelah infeksi
COVID-19
PRESENTASI KASUS
Jurnal
• Seorang wanita berusia 33 tahun datang ke klinik neurologi rawat jalan
mengeluh episode tertidur di siang hari meskipun sekitar 8,5 jam tidur/
malam.
• Pasien perempuan seorang psikolog mengeluhkan dia tidak dapat berkonsentrasi pada saat bertemu kliennya, dan terkadang dia melihat beberapa gambar seperti mimpi di sekitar mereka.
• Pasien mengalami peningkatan kelesuan, kantuk, dan keinginan yang tak tertahankan untuk tertidur berkali-kali sehari bahkan selama percakapan, saat bekerja, atau saat mengemudikan
mobilnya. Pasien juga mengeluhkan halusinasi visual dan pendengaran yang menakutkan saat tertidur di malam hari maupun siang hari.
PRESENTASI KASUS
Riwayat Keluarga
Pemeriksaan fisik
• Pasien perempuan dengan BB: 60 kg, TB: 160 cm, dan BMI : 23,4 kg/m2). Tidak
tampak sakit atau mengantuk selama anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tidak ada
faktor risiko kraniofasial untuk sleep apnea seperti retrognathia. Pasien tidak
mengalami ptosis atau kelemahan otot wajah atau tungkai. Pemeriksaan fisik dan
neurologis umum lainnya biasa-biasa saja.
Diagnosa
Pasien seorang wanita berusia pertengahan tiga puluhan, mengalami rasa kantuk yang
berlebihan di siang hari dengan episode cataplexy, kelumpuhan tidur, dan peningkatan fitur
terkait REM sepanjang hari. Semua gejalanya dimulai segera setelah sembuh dari COVID-
19. Hasil polisomnografi (PSG), termasuk MSLT, memastikan diagnosis sindrom narkolepsi.
Temuan terbaru lebih kuat mendukung kerusakan seluler yang dimediasi sel-T pada pasien
dengan polimorfisme spesifik di lokus alfa reseptor sel-T. Kerusakan yang ditimbulkan oleh
sel-T setelah infeksi dapat dipicu melalui jalur molekuler atau sebagai efek samping dari
aktivasi hiper sistemik sistem kekebalan dan badai sitokin.
DISKUSI
Pada Pasien ini mengalami gejala khas narkolepsi-katalepsi setelah
terinfeksi COVID-19, mengarah pada proses autoimun atau para-infeksi
yang mendasari yang menyebabkan gangguan tidur pada pasien.
Sebuah artikel baru juga menekankan peran penting infeksi SARS-CoV2 sebagai
faktor pemicu narkolepsi. Dimana ditemukan satu kasus narkolepsi yang dilaporkan
terkait dengan COVID-19 yaitu seorang wanita berusia 45 tahun yang mengalami
kantuk berat di siang hari dan hipersomnia (16 jam per hari) selama 3 bulan, dan
tertidur saat membaca, mengemudi, menonton televisi , dan selama percakapan,
gejala dirasakan 1 bulan setelah COVID-19.
DISKUSI
Disfungsi penciuman dapat dihubungkan dengan narkolepsi dan COVID-19.
COVID-19 telah terbukti memengaruhi penciuman dengan invasi virus dan peradangan
yang menyebabkan anosmia dan parosmia.
Narkolepsi juga sering dikaitkan dengan disfungsi penciuman yang merespon orexin
intranasal.
Pada pasien ini terjadi disfungsi penciuman selama COVID-19 namun, rasa dan
penciumannya telah pulih saat dia mulai mengalami masalah tidur.
Sehingga peneliti mendalilkan bahwa infeksi primer dan radang pada penciuman dengan
SARS-COV2, dengan merekrut sel-T, mungkin telah memainkan peran dalam patogenesis
narkolepsi melalui sensitisasi kekebalan terhadap sel penghasil hipokretin.
TELAAH JURNAL
VALIDITAS :
ASPEK YANG DINILAI YA, TIDAK, TIDAK JELAS
Apakah study ini membahas sebuah masalah dengan fokus Ya, membahas sebuah masalah tentang
yang jelas ? kekebalan pada covid-19 dapat
menyebabkan terjadinya narcolepsi
Apakah penelitian ini menggunakan alat dan pertanyaan Ya, penelitian ini menggunakan anamnesis,
yang seusai dengan tujuan studi? pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang polysomnographic.
Apakah objek diikut sertakan dengan cara dan kriteria yang Ya, karena pada penelitian ini, peneliti
benar? secara langsung pada pasien narcolepsy.
TELAAH JURNAL
IMPORTANCE:
Apakah hasil dari penelitian ini Ya, penelitian ini bermanfaat untuk
bermanfaat? mengetahui Mekanisme autoimun pada
narkolepsi dan aktivasi sistem kekebalan
COVID-19 dapat meningkatkan terjadinya
narkolepsi
APPLICABILITY:
Apakah hasil penelitian dapat diterapkan di Ya, dapat dilakukan selama masih dalam masa
area kerja kamu ? pandemic Covid-19, dan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang dapat mengarahkan kepada diagnosis
narcolepsy akibat covid-19.
KESIMPULAN
Mekanisme autoimun pada narkolepsi dan aktivasi sistem kekebalan selama COVID-19
dapat meningkatkan terjadinya narkolepsi pada individu yang rentan setelah COVID-
19. Pada pasien kami, diagnosis narkolepsi dibuat relatif terlambat, kira-kira 9 bulan
setelah onset gejala. Oleh karena itu, direkomendasikan untuk mempertimbangkan
diagnosis narkolepsi pada pasien dengan kelelahan dan kantuk yang berlebihan setelah
COVID-19.
Pertimbangan ini harus didasarkan pada anamnesis yang cermat, khususnya
menanyakan tentang gejala narkolepsi, diikuti dengan studi tidur khusus sesuai dengan
konstelasi gejala. Peneliti juga merekomendasikan pengukuran penanda inflamasi dan
hipokretin, serta pengetikan HLA pada pasien dengan narkolepsi setelah COVID-19
untuk memandu pemahaman yang lebih baik tentang patogenesis narkolepsi setelah
COVID-19.