Anda di halaman 1dari 18

Journal Reading

NARCOLEPSY FOLLOWINGCOVID-19:ACASE REPORTAND REVIEWOF POTENTIAL MECHANISMS

Presentan : Barbizu Tanamal


DEPARTEMEN KESEHATAN JIWA (201870027)
RSUD SELE BE SOLU 2023 Pembimbing : dr. Rosalina Asrawati,
Sp.KJ
Identitas Jurnal

Ringkasan Jurnal

Telaah Kritis

Kesimpulan
Identitas
Jurnal

 Diterbitkan oleh : Clinical Case Reports published by John Wiley & Sons Ltd.
 Tanggal publikasi : Mei 2023
 Tempat penelitian : Rumah Sakit Firoozgar, Departemen Neurologi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Ilmu Kedokteran Iran, Teheran, Iran
PENDAHULUAN
Narkolepsi adalah gangguan
tidur yang tidak biasa yang
Ringkasan ditandai dengan rasa kantuk
yang berlebihan di siang hari,
Ini terjadi pada sekitar
44,3/100.000 orang.

Jurnal
cataplexy, hypnagogic
hallucinations, & sleep paralysis

Klasifikasi Internasional NT1 dibedakan dari NT2 karena


Gangguan Tidur (ICSD-3) berhubungan dengan hilangnya
mengkategorikan narkolepsi sel penghasil hipokretin di
menjadi dua jenis: hipotalamus lateral. Hilangnya
1. Narkolepsi tipe 1 (NT1) yang neuron penghasil hipokretin
dikaitkan dengan cataplexy mengakibatkan hilangnya
2. Narkolepsi Tipe 2 (NT2), yang kontinuitas tidur dan memutus
muncul tanpa cataplexy batas antara tidur dan terjaga.
PENDAHULUAN

Ringkasan Narkolepsi dapat terjadi sekunder akibat kondisi lain (misalnya, penyakit
Jurnal Parkinson, Niemann-Pick tipe C, dan berbagai lesi vaskular, neoplastik,
atau inflamasi yang melibatkan area hipotalamus lateral.

Sejumlah penelitian telah mendalilkan bahwa narkolepsi mungkin


merupakan kelainan autoimun yang mengakibatkan hilangnya neuron
hipotalamus yang mengekspresikan hipokretin.

Hampir semua pasien dengan NT-1 memiliki varian HLA DQB1*0602


yang mengatur kekebalan sel-T pada infeksi virus dan bakteri.
PENDAHULUAN
Narkolepsi sebelumnya telah terbukti meningkat selama pandemi H1N1
di China dan vaksinasi
Ringkasan
Jurnal Beberapa kasus gangguan tidur baru setelah vaksinasi COVID-19.

Namun, hanya satu kasus narkolepsi onset baru yang dilaporkan setelah
infeksi COVID-19.

Penelitian ini merupakan Kami melaporkan kasus seorang wanita yang menunjukkan gejala
penelitian dengan Metode Case narkolepsi klasik yang dimulai setelah pemulihannya dari COVID-19.
Report Karena ada banyak presentasi yang dimediasi kekebalan setelah infeksi
COVID-19
PRESENTASI KASUS

Ringkasan Keluhan utama

Jurnal
• Seorang wanita berusia 33 tahun datang ke klinik neurologi rawat jalan
mengeluh episode tertidur di siang hari meskipun sekitar 8,5 jam tidur/
malam.

Riwayat penyakit sekarang

• Pasien perempuan seorang psikolog mengeluhkan dia tidak dapat berkonsentrasi pada saat bertemu kliennya, dan terkadang dia melihat beberapa gambar seperti mimpi di sekitar mereka.
• Pasien mengalami peningkatan kelesuan, kantuk, dan keinginan yang tak tertahankan untuk tertidur berkali-kali sehari bahkan selama percakapan, saat bekerja, atau saat mengemudikan
mobilnya. Pasien juga mengeluhkan halusinasi visual dan pendengaran yang menakutkan saat tertidur di malam hari maupun siang hari.
PRESENTASI KASUS

Ringkasan Riwayat penyakit Dahulu


Jurnal
• Tidak ada riwayat gangguan tidur kronis, restless leg syndrome ,
sleep apnea, trauma kepala, dan penyalahgunaan obat. pasien
belum menerima vaksin COVID-19.

Riwayat Keluarga

• Pasien sudah menikah, tidak menggunakan zat atau obat


apa pun termasuk alkohol dan tembakau sebelum gejalanya
saat ini. Tidak ada riwayat gangguan tidur di keluarganya.
RESENTASI KASUS

Pemeriksaan fisik

• Pasien perempuan dengan BB: 60 kg, TB: 160 cm, dan BMI : 23,4 kg/m2). Tidak
tampak sakit atau mengantuk selama anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tidak ada
faktor risiko kraniofasial untuk sleep apnea seperti retrognathia. Pasien tidak
mengalami ptosis atau kelemahan otot wajah atau tungkai. Pemeriksaan fisik dan
neurologis umum lainnya biasa-biasa saja.

Pemeriksaan laboratorium dan pencitraan


• Tes darah rutin dan pencitraan resonansi magnetik otak (MRI) tidak mengungkapkan
patologi yang signifikan.
• Arsitektur tidurnya tidak biasa karena latensi tidurnya sedikit lebih pendek dari
biasanya (2 menit), dengan latensi REM 11 menit dan fragmentasi tidur. Tes latensi
tidur ganda (MSLT), yang terdiri dari empat tidur siang (sesi 20 menit, terpisah 2 jam),
menunjukkan tidur pada semua tidur siang dengan latensi onset tidur rata-rata 1,5
menit (normal ~10 menit). Dia mengalami periode REM onset tidur (SOREMP) dalam
PRESENTASI KASUS

Diagnosa

• Berdasarkan temuan ini dan gejala narkolepsi dan cataplexy


yang khas, dia didiagnosis dengan NT1. Ringkasan
Jurnal
Perawatan, hasil, dan tindak lanjut

• Pengobatan awal: modafinil dan venlafaxine,


• Pasien menyatakan bahwa gejalanya sangat parah sehingga dia
harus merokok untuk menghilangkan rasa kantuknya.
• Karena gejalanya tidak sembuh total, diberikan tambahan
methylphenidate dan mulai ada peningkatan perbaikan dari
gejala namun belum sembuh total.
DISKUSI

Pasien seorang wanita berusia pertengahan tiga puluhan, mengalami rasa kantuk yang
berlebihan di siang hari dengan episode cataplexy, kelumpuhan tidur, dan peningkatan fitur
terkait REM sepanjang hari. Semua gejalanya dimulai segera setelah sembuh dari COVID-
19. Hasil polisomnografi (PSG), termasuk MSLT, memastikan diagnosis sindrom narkolepsi.

Patofisiologi NT1 melibatkan penghancuran autoimun neuron penghasil hipokretin di


hipotalamus lateral. Mekanisme ini didukung oleh asosiasi kuat fenotipe HLA DQB1*0602
dengan perkembangan narkolepsi. Banyak artikel telah melaporkan perkembangan
narkolepsi pada pasien dengan fenotipe HLA DQB1*0602 setelah infeksi, terutama infeksi
streptokokus, dan flu.

Temuan terbaru lebih kuat mendukung kerusakan seluler yang dimediasi sel-T pada pasien
dengan polimorfisme spesifik di lokus alfa reseptor sel-T. Kerusakan yang ditimbulkan oleh
sel-T setelah infeksi dapat dipicu melalui jalur molekuler atau sebagai efek samping dari
aktivasi hiper sistemik sistem kekebalan dan badai sitokin.
DISKUSI
Pada Pasien ini mengalami gejala khas narkolepsi-katalepsi setelah
terinfeksi COVID-19, mengarah pada proses autoimun atau para-infeksi
yang mendasari yang menyebabkan gangguan tidur pada pasien.

Infeksi coronavirus dan badai sitokin yang dihasilkannya dapat


meningkatkan permeabilitas sawar darah-otak yang membuat otak lebih
rentan terhadap efek peradangan sistemik serta migrasi sel-T. pada
penelitian ini tidak dapat melakukan pemeriksaan HLA pada pasien kami
karena keterbatasan keuangan.

Sebuah artikel baru juga menekankan peran penting infeksi SARS-CoV2 sebagai
faktor pemicu narkolepsi. Dimana ditemukan satu kasus narkolepsi yang dilaporkan
terkait dengan COVID-19 yaitu seorang wanita berusia 45 tahun yang mengalami
kantuk berat di siang hari dan hipersomnia (16 jam per hari) selama 3 bulan, dan
tertidur saat membaca, mengemudi, menonton televisi , dan selama percakapan,
gejala dirasakan 1 bulan setelah COVID-19.
DISKUSI
Disfungsi penciuman dapat dihubungkan dengan narkolepsi dan COVID-19.

COVID-19 telah terbukti memengaruhi penciuman dengan invasi virus dan peradangan
yang menyebabkan anosmia dan parosmia.
Narkolepsi juga sering dikaitkan dengan disfungsi penciuman yang merespon orexin
intranasal.

Pada pasien ini terjadi disfungsi penciuman selama COVID-19 namun, rasa dan
penciumannya telah pulih saat dia mulai mengalami masalah tidur.

Sehingga peneliti mendalilkan bahwa infeksi primer dan radang pada penciuman dengan
SARS-COV2, dengan merekrut sel-T, mungkin telah memainkan peran dalam patogenesis
narkolepsi melalui sensitisasi kekebalan terhadap sel penghasil hipokretin.
TELAAH JURNAL

VALIDITAS :
ASPEK YANG DINILAI YA, TIDAK, TIDAK JELAS
Apakah study ini membahas sebuah masalah dengan fokus Ya, membahas sebuah masalah tentang
yang jelas ? kekebalan pada covid-19 dapat
menyebabkan terjadinya narcolepsi

Apakah penelitian ini menggunakan alat dan pertanyaan Ya, penelitian ini menggunakan anamnesis,
yang seusai dengan tujuan studi? pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang polysomnographic.

Apakah objek diikut sertakan dengan cara dan kriteria yang Ya, karena pada penelitian ini, peneliti
benar? secara langsung pada pasien narcolepsy.
TELAAH JURNAL

IMPORTANCE:
 Apakah hasil dari penelitian ini  Ya, penelitian ini bermanfaat untuk
bermanfaat? mengetahui Mekanisme autoimun pada
narkolepsi dan aktivasi sistem kekebalan
COVID-19 dapat meningkatkan terjadinya
narkolepsi

APPLICABILITY:
Apakah hasil penelitian dapat diterapkan di Ya, dapat dilakukan selama masih dalam masa
area kerja kamu ? pandemic Covid-19, dan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang dapat mengarahkan kepada diagnosis
narcolepsy akibat covid-19.
KESIMPULAN

Mekanisme autoimun pada narkolepsi dan aktivasi sistem kekebalan selama COVID-19
dapat meningkatkan terjadinya narkolepsi pada individu yang rentan setelah COVID-
19. Pada pasien kami, diagnosis narkolepsi dibuat relatif terlambat, kira-kira 9 bulan
setelah onset gejala. Oleh karena itu, direkomendasikan untuk mempertimbangkan
diagnosis narkolepsi pada pasien dengan kelelahan dan kantuk yang berlebihan setelah
COVID-19.
Pertimbangan ini harus didasarkan pada anamnesis yang cermat, khususnya
menanyakan tentang gejala narkolepsi, diikuti dengan studi tidur khusus sesuai dengan
konstelasi gejala. Peneliti juga merekomendasikan pengukuran penanda inflamasi dan
hipokretin, serta pengetikan HLA pada pasien dengan narkolepsi setelah COVID-19
untuk memandu pemahaman yang lebih baik tentang patogenesis narkolepsi setelah
COVID-19.

Anda mungkin juga menyukai