Rizal 26 tahun dibawa oleh keluarganya ke IGD RSUD Cut Meutia dengan keluhan kejang berulang
sejak 4 jam yang lalu. Sejak 1 bulan terakir ia mengalami 3 kali kejang yang terjadi pada seluruh
tubuh dan pasien tidak sadar ketika kejang. Sampai di rumah sakit pasien kejang lagi dan diberikan
injeksi 1 ampul diazepam, kejang berhenti dan pasienpun tertidur.Menurut ibu nya, Rizal sering
mengeluhkan pusing berputar dan jalan sempoyongan. Dari pemeriksaan didapatkan vital sign TD:
140/70 mmHg, Nadi; %6x/menit, Suhu 37,50C Pada funduskopi ditemukan edema papil dengan
perbandingan arteri : vena = 1: 3. Ditemukan juga paresis N.VI bilateral. Pada pemeriksaan CT scan
memberikan gambaran lesi hipodense dengan perifokal edema di daerah temporal kanan dan
direncanakan untuk dilakukan cranioctomi. Ibu Rizal bertanya-tanya kenapa bisa kejang apakah
kejangnya merupakan kejang lanjutan saat diaz kecil dulu/ srtelah mendapat penjelasan dari dokter
diketahui bahwa tidak ada hubungannya kejang yang dialami Rizal masa kecil dulu dengan kejangnya
sekarang. Kemudian Ibu Rizal kembali bertanya kepada dokter apakah penyakit yang diderita Rizal
adalah penyakit keturunan? Karena suaminya yang berumur 60 tahun dulunya menderita penyakit
HNP dan sekarang timbul gejala lain berupa badan membungkuk, tangan bergerak-gerak terutama
saat istirahat, berjalan dengan langkah kecil-kecil dan ada fenomena “face mask” serta cucu nya yang
berusia 4 tahun memang tidak bisa normal sesuai dengan usia tumbuh kembangnya karena terdapat
tumor kepala yang dideritanya sejak lahir. Bagaimana anda menjelaskan kasus diatas?
JUMP 1 : TERMINOLOGI
KEJANG
Perubahan aktivitas fisik secara tidak disadari dan tidak dapat dikontrol yang dapat terjadi
akibat adanya gangguan aktivitas penyebaran sinyal listrik di otak.
DIAZEPAM
Obat yang memberikan efek ketenangan dengan waktu paruh 24 jam dang berfungsi sebagai
stimulator GABA
MOVEMENT DISORDERS
Sekelompok penyakit sistem saraf pusat, dengan gangguan gerakan mencakup kelancaran dan
kualitas gerakan
PARESI NERV.VI
Kelemahan dari fungsi nerv 6 secara birateral seluruh tubuh yang ditandai dengan kelemahan gerakan
EDEMA PAPIL
Pembengkakan papil saraf optik akibat dari peningkatan tekanan intrakranial
CRANIOCTOMI
Suatu prosedur pembedahan yang dilakukan dengan membuka sebagian tulang kepala, untuk
mendapatkan akses ke rongga kepala.
HNP (Hernia Nukleus Pulposus)
Merupakan suatu gangguan yang melibatkan ruptur annulus fibrosus sehingga nukleus
pulposis menonjol (bulging) dan menekan kearah kanalis spinalis
3. Diberikan spatel lidah yang diletakkan dalam ronggan mulut untuk mencegah tergigitnya
lidah. Lepas gigi palsu bila ada.
4. Akses antarvena harus dilakukan untuk hampir semua pasien (tapi bisa ditangguhkan
pada meraka dengan kejang sederhana).
6. Bila aktivitas kejang pasien tidak mereda di UGD setelah tindakan ABC dilakukan, maka
untuk pasien yang berada dalam status epileptikus atau sianotik epilepticus, intubasi
endotrakeal harus diper-timbangkan.
6. Apa yang menyebab kan edema papil dan paresis N.VI bilateral ?
Penyebab edema papil karena terjadinya TIK,Sedangkan adanya paresis N.VI bilateral
menurut penelitian 25% dikarenakan adanya tumor otak, 13% multiple sklerosis, 14%
pendarahan subarachnoid, 10% menignitis dan submenignitis, 8% adanya trauma kepala. Jadi
pada skenario terjadinya paresis N.VI bilateral dikarenakan karena adanya tumor pada otak.
Pada parase yang disebabkan oleh tumor terdapat dua pandangan mengenai penyebab parase,
pertama disebabkan oleh iritasi lokal atau kompresi, kedua disebakan oleh efek nonspesifik
dari peningkatan TIK atau pergeseran substansi otak karena adanya massa tumor
kenapa juga saya menyebutkan bahwa hipotesa saya si bapaknya Rizal ini menderita
Parkinson karena ada facial mask ini dari penderita Parkinson itu ciri-ciri atau gejala
gejalanya itu sangat menonjol apa namanya ciri khas gitu nah jadi facial mask ingin sendiri
pun terdapat pada penderita
JUMP 4 : SKEMA
Kelainan Genetik,
kongenital dan Neoplasma
system saraf
Kejang Epilepsi
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai mengakibatkan
akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai patologis termasuk tumor otak , truma, bekuan darah
pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit dan gejala putus alcohol dan gangguan
metabolic, uremia, overhidrasi, toksik subcutan, sabagian kejang merupakan idiopatuk ( tidak
diketahui etiologinya )
1.Intrakranial
Trauma (perdarahan) : Perdarahan sub araknoid, sub dural atau intra ventricular
Infeksi : Bakteri virus dan parasit
2. Ekstra cranial
Kelainan yang diturunkan: Gangguan metabolism asam amino, ketergantungan dan kekurangan
asam amino
3. Idiopatik
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai dapat
diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang tonik dan kejang mioklonik.
a. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan masa
kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini
yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan
dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan
bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan
sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau
kernikterus
b. Kejang Klonik
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal dan multifokal
yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi
dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk
kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup
bulan atau oleh ensepalopati metabolik.
c. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota
gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini
merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG pada
kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.(Lumbang Tebing,
Epilepsi
Epilepsi berasal dari bahasa Yunani, Epilambanmein yang berarti serangan. Dahulu masyarakat
percaya bahwa epilepsi disebabkan oleh roh jahat dan dipercaya juga bahwa epilepsi merupakan
penyakit yang bersifat suci. Latar belakang munculnya mitos dan rasa takut terhadap epilepsi berasal
hal tersebut. Mitos tersebut mempengaruhi sikap masyarakat dan menyulitkan upaya penanganan
penderita epilepsi dalam kehidupan normal.Penyakit tersebut sebenarnya sudah dikenal sejak tahun
2000 sebelum Masehi. Orang pertama yang berhasil mengenal epilepsi sebagai gejala penyakit dan
menganggap bahwa epilepsi merupakan penyakit yang didasari oleh adanya gangguan di otak adalah
Hipokrates. Epilepsi merupakan kelainan neurologi yang dapat terjadi pada setiap orang di seluruh
dunia
Epilepsi merupakan manifestasi gangguan fungsi otak dengan berbagai etiologi, dengan gejala
tunggal yang khas, yaitu kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik neuron otak secara
berlebihan dan paroksimal. Terdapat dua kategori dari kejang epilepsi yaitu kejang fokal (parsial) dan
kejang umum. Kejang fokal terjadi karena adanya lesi pada satu bagian dari cerebral cortex, di mana
pada kelainan ini dapat disertai kehilangan kesadaran parsial. Sedangkan pada kejang umum, lesi
mencakup area yang luas dari cerebral cortex dan biasanya mengenai kedua hemisfer cerebri.
Kejang mioklonik, tonik, dan klonik termasuk dalam epilepsi umum.
Kejang epilepsi harus dibedakan dengan sindrom epilepsi. Kejang epilepsi adalah timbulnya
kejang akibat berbagai penyebab yang ditandai dengan serangan tunggal atau tersendiri.1
Sedangkan sindrom epilepsi adalah sekumpulan gejala dan tanda klinis epilepsi yang ditandai dengan
kejang epilepsi berulang, meliputi berbagai etiologi, umur, onset, jenis serangan, faktor pencetus,
kronisitas
Etiologi dari epilepsi adalah multifaktorial, tetapi sekitar 60 % dari kasus epilepsi tidak dapat
ditemukan penyebab yang pasti atau yang lebih sering kita sebut sebagai kelainan idiopatik.
Terdapat dua kategori kejang epilepsi yaitu kejang fokal dan kejang umum. Secara garis besar,
etiologi epilepsi dibagi menjadi dua, yaitu :
Nyeri radikuler
Nyeri Radicular adalah nyeri nociceptive yang menjalar dari radiks sampai ke ujung
penjalaran syaraf, apabila akson distimulasi. Penyebabnya adalah aktivasi dari ganglion
posteriorbaik secara mekanik,inflamasi, kesusakan ganglion dorsalis akibat iskemiik.Kausa
dari nyeri ridiculer tidak hanya mengganggu syaraf nociceptive tapi juga non nociceptive jadi
kualitas nyeri berbeda dengan refered pain.Pangkal nyeri dapat didefinisaikan, tetapi ujung
nyeri tidak dapat didefinisikan dengan pasti. Nyeri terasa dalam, Penjalaran tidak
terlokalisasi menurut dermatom, mencakup nyeri cutaneus
Anamnesis
Keluhan utama : baal,kesemutan, kram, nyeri
Kualitas nyeri : Karakteristik nyeri akut : cram, seperti teriiris pisau, sangat nyeri,
Karakteristik nyeri kronik :nyeri lebih tersa tumpul, terasa terbakar Penjalaran dari pangkal
syaraf ke ujung syaraf yang tidak jelas batasnya
Lokasi : Tidak terlokalisir berdasar dermatom
Memperberat : Diprovokasi oleh penekanan mekanik pada syaraf
Gejala penyerta : Dapat disertai ganguan sensoris (baal, kesemutan ), kelemahan
otot, gangguan miksi, defekasi,ereksi
Riwayat Trauma dan mekanismenya, dugaan adanya keganasan pada tempat lain
Pemeriksaan fisik
1. Amati postur pasien, apakah terlihat kaku, tubuh condong pada arah tertentu,
apakahada keterbtasan gerak
2. Palpasi : ototdi sekitar kolumna vertebralis, apakah terdapat spasme, tekan
tempat keluarnya radiks apakah terdapat nyeri
3. Motorik : pemeriksaan apakah ada kelemahan gerakan tertentu, untuk
menentukan radiks yang terkena Pemeriksaan reflex fisiologis untuk mengetahui tingkat
radiks yang terkena
4. Pemeriksaan sensoris Seringkali tidak menganut dermatom yang jelas, karena
dermatomal saling overlapping dan sangat subjektif
5. Test provokasi Pada nyeri cervical dapat dilakukan test spruling dan kompresi
foraminal Cara: leher ekstensi, kemudian rotasi ke salah satu arah, pemeriksa
menundukan/memfleksikan leher maka akan terasanyeri menjalar ke radiks sisi arah rotasi
Pasien dalam keadaan supinasi kemudian apabila dilakukan distraksi leher perlahan,nyeri
berkurang
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos vertebrae: adakah fraktur, subluksasi, adakah perubahandegeneratif
pada tulang dilakukan pada post trauma, keganasan, infeksi
2. CT scan dan CT Scan Myelografi, untuk mencari herniasidiscus
3. MRI untuk mendeteksi kelainan ligament maupun discus
4. EMG : untuk membedakan bahwa lesi bersifat neurogenik atau tidak, apakah ada
spasme otot, bagaimana level iritasi/kompresi radiks. Juga dapat membedakan iritasi radiks
atau iritasi syaraf perifer
Tatalaksana
reduksi atau resolusi rasa nyeri perbaikan deficit neurologis mencegah
komplikasi/keterlibatan medulaspinalis dapat berupa medikamentosamaupun fisioterapi
pembatasan aktivitas: pasien dengan radikulopati berat dapat tirah baring pada tahap akut
hindari aktivitas yang gerakannya tiba-tiba/gerak berlebihan edukasi mengenai posisi yang
benar menggunakan cervical collar, corset agar posisi vertebrae fisiologis fisioterapi
menggunakan termoterapi, traksi Penggunaan NSAID Injeksi steroid epidural
Involunter movement
Gangguan neurobehavior
DEMENTIA
Demensia adalah sekelompok gejala seperti kehilangan memori, penilaian, bahasa,
keterampilan motorik yang kompleks, dan fungsi intelektual lain yang disebabkan oleh
kerusakan permanen atau kematian sel-sel saraf otak, atau neuron
FAKTOR RESIKO DEMENSIA
USIA
RIWAYAT KELUARGA
APOLIPOPROTEIN
E GENOTIPE
DOWN SYNDROME