Anda di halaman 1dari 32

MODUL 2

DIAGNOSIS KEJANG DAN MOVEMENT DISORDERS

SKENARIO 2 : KETURUNANKAH INI ???

Rizal 26 tahun dibawa oleh keluarganya ke IGD RSUD Cut Meutia


dengan keluhan kejang berulang sejak 4 jam yang lalu. Sejak 1 bulan
terakhir ia mengalami 3 kali kejang yang terjadi pada seluruh tubuh dan
pasien tidak sadar ketika kejang. Sampai di rumah sakit pasien kejang lagi
dan diberikan injeksi 1 ampul diazepam, kejang berhenti dan pasien pun
tertidur. Menurut ibu nya, Rizal sering mengeluhkan pusing berputar dan
jalan sempoyongan. Dari pemeriksaan didapatkan vital sign TD: 140/70
mmHg, Nadi : 6x/menit, Suhu 37,50C Pada funduskopi ditemukan edema
papil dengan perbandingan arteri : vena = 1 : 3. Ditemukan juga paresis
N.VI bilateral. Pada pemeriksaan CT scan memberikan gambaran lesi
hipodense dengan perifokal edema di daerah temporal kanan dan
direncanakan untuk dilakukan cranioctomi. Ibu Rizal bertanya-tanya
kenapa bisa kejang apakah kejangnya merupakan kejang lanjutan saat diaz
kecil dulu/ srtelah mendapat penjelasan dari dokter diketahui bahwa tidak
ada hubungannya kejang yang dialami Rizal masa kecil dulu dengan
kejangnya sekarang. Kemudian Ibu Rizal kembali bertanya kepada dokter
apakah penyakit yang diderita Rizal adalah penyakit keturunan? Karena
suaminya yang berumur 60 tahun dulunya menderita penyakit HNP dan
sekarang timbul gejala lain berupa badan membungkuk, tangan bergerak-
gerak terutama saat istirahat, berjalan dengan langkah kecil-kecil dan ada
fenomena “face mask” serta cucu nya yang berusia 4 tahun memang tidak
bisa normal sesuai dengan usia tumbuh kembangnya karena terdapat
tumor kepala yang dideritanya sejak lahir.
Bagaimana anda menjelaskan kasus diatas??
JUMP 1 TERMINOLOGI

1. Kejang : Kejang adalah perubahan aktivitas fisik secara tidak disadari dan tidak dapat
dikontrol yang dapat terjadi akibat adanya gangguan aktivitas penyebaran sinyal listrik
di otak.

2. Movement disorders : Periodic limb movement disorder (PLMD) atau gangguan


gerakan tungkai periodik adalah kondisi yang ditandai dengan sentakan atau goyangkan
kaki dan tangan, biasanya saat tidur. Kadang kondisi ini disebut juga dengan gerakan
kaki periodik saat tidur, dalam bahasa Inggris disingkat PLMS.

3. Diazepam : Diazepam adalah salah satu contoh obat penenang yang digunakan untuk
mengatasi kejang dan gangguan kecemasan.

4. Funduskopi : Oftalmoskopi atau funduskopi adalah bagian dari pemeriksaan mata yang


dinilai dapat mendeteksi dini berbagai penyakit serius secara akurat. Oftalmoskopi bisa
termasuk sebagai pemeriksaan mata rutin atau saat pasien dicurigai mengalami kondisi
tertentu yang memengaruhi pembuluh darah.

5. Edema papil : Papilledema adalah suatu kondisi pembengkakan di daerah saraf


mata. Papiledema bisa terjadi akibat dari peningkatan tekanan di kepala. Kehilangan
penglihatan atau kebutaan akan terjadi pada kedua mata secara bersamaan. Sering kali
hilangnya penglihatan sesaat ini disertai dengan sakit kepala.

6. Paresis N.VI : Parese nervus fasialis ( N VII ) merupakan kelumpuhan otot-otot wajah


dimana pasien tidak atau kurang dapat menggerakkan otot wajah, sehingga wajah
pasien tidak simetris.

7. Perifokal edema : kondisi di mana terjadi pembesaran otak akibat adanya penumpukan
cairan dalam otak.

8. Cranioctomi : adalah sebuah prosedur bedah saraf yang mengangkat suatu bagian
tengkorak, untuk memungkinkan otak yang membengkak mendapat ruang untuk
mengembang, sehingga terjadi pengurangan tekanan.

9. Penyakit HNP : Penyakit hernia nukleus pulposus (HNP) adalah penyakit yang terjadi ketika
bantalan ruas tulang belakang bergeser dan menekan saraf tulang belakang. HNP juga
dikenal dengan istilah ‘saraf terjepit’.
JUMP 2 & 3 RUMUSAN MASALAH & HIPOTESA

1. Apa yang menyebabkan kejang seluruh tubuh yang berulang pada Rizal sejak 1
bulan terakhir?
= Kejang disebabkan oleh gangguan pada aktivitas listrik, di satu atau seluruh area
otak. Gangguan tersebut dapat dipicu oleh penyakit di otak, atau kondisi lain yang
secara tidak langsung memengaruhi fungsi otak
Kejang sering kali ditandai dengan kontraksi otot, yang disertai gerak menyentak
pada seluruh tubuh. Namun sebenarnya, gejala kejang tidak selalu seperti itu.
Penderita kejang bisa saja hanya menunjukkan tatapan mata yang kosong.

2. Mengapa saat mengalami kejang Rizal tidak sadarkan diri ?


= Karena, otak berfungsi sebagai pengatur utama pada jaringan komunikasi dengan
penjalaran listrik untuk membentuk suatu koordinasi dan keteraturan fungsi di
berbagai organ seluruh tubuh. Namun ketika kejang terjadi maka aktivitas
penyebaran listrik terganggu sehingga akan terjadi gerakan gerakan anggota tubuh
yang tidk terkontrol, baik untuk bergerak secara terus menerus, maupun tidak bisa
bergerak atau menenegan hingga tak sadarkan diri.

3. Apa penyebab diberikannya 1 ampul diazepam kepada Rizal?


= Diazepam adalah obat untuk mengobati kecemasan, gejala putus alkohol, dan
kejang. Obat ini juga digunakan untuk melemaskan kejang otot dan sebagai obat
penenang menjelang prosedur medis.
Diazepam adalah obat golongan benzodiazepine yang bekerja di otak dan saraf
(sistem saraf pusat) untuk menghasilkan efek tenang. Obat ini bekerja dengan
meningkatkan efek bahan kimia otak tertentu. Obat ini juga dapat digunakan untuk
mencegah mimpi buruk (night terror).
Untuk mengatasi kejang-kejang, dosis diazepam untuk org dewasa adalah:
Diazepam injeksi: dosis awal 5-10 mg, dapat diulang 10-15 menit hingga max 30 mg.
Lanjutkan dengan dosis rumatan bila kejang sudah berhenti.

4. Apa yang menyebabkan Rizal pusing dan jalan sempoyongan ?


= Diakibatkan karena tekanan intrakranial yang menyebabkan pasokan oksigen dan
darah diotak berkurang sehingga menyebabkan rizal mengalami pusing dan jalan
semponyongan.

5. Bagaimana interpretasi dari semua pemeriksaan yang telah dilakukan ?


=Td tinggi, nadi rendah, suhu normal. Edema papil bisa disebabkan oleh hipertensi,
peningkatan tekanan intrakranial, penyakit pada orbita, paresis N.6 bilateral, bisa
disebabkan oleh tumor, sklerosis, perdarahan subarachnoid, meningtis, atau trauma
kepala.

6. Apa yang menyebabkan papil edema dengan perbandingan tsb serta paresis N VI
bilateral yang didapatkan setelah pemeriksaan funduskopi ?
= peningkatan ics, papilaedema bukan dari inflamasi, vena mengalami dilatasi,
pareasis N VI dapat neurologis, atau opthalogis.

7. Apa saja indikasi dan kontra indikasi dari kranioktomi yang akan Rizal lakukan ?
= Risiko Operasi Kraniotomi

Hampir sama dengan berbagai operasi lainnya, kraniotomi juga memiliki risiko
selama proses operasi maupun pascaoperasi. Beragam risiko komplikasi yang
mungkin terjadi pada operasi kraniotomi, di antaranya:

 Infeksi

 Perdarahan atau pembekuan darah

 Otak membengkak

 Pneumonia

 Kejang

 Tekanan darah tidak stabil

 Kelemahan otot

 Penurunan kesadaran

Selain itu, jika pada pascaoperasi kraniotomi Anda dapat mengalami beberapa hal,
seperti kejang, kesulitan berbicara, lengan atau kaki menjadi lemah, kemampuan
penglihatan menurun, tubuh menjadi demam atau menggigil, luka bekas operasi
mengalami perdarahan atau bernanah, segeralah konsultasi ke dokter terkait untuk
perawatan yang tepat.
8. Mengapa dokter mengatakan tidak ada nya hubungan antara kejang yang terjadi
saat Rizal kecil dengan kondisi yang dialaminya sekarang?
= Kejang yang dialami rizal saat rizal kecil dengan kondisinya yang sekarang tidak
berhubungan karena kejang yang dialami rizal saat kecil kemungkinan disebabkan
karena demam dengan suhu yang tinggi, dan kejang demam pada anak tidak
memiliki keterkaitan dengan risiko penyakit atau kematian dimasa dewasa.

9. Apakah penyebab serta manifestasi klinis yang muncul pada Ayah Rizal yang
mengalami HNP?
= etiologi = merupakan penyakit degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan
tipisnya nucleus pulposus sehingga rentan terhadap cederaà sobeknya annulus
fibrosus yang dipicu oleh:
- suatu trauma: seseorang terjatuh atau mengalami benturan pada tulang belakang,
sehingga tulang belakang bergeser (spondylolisthesis) mengenai discus
intervertebralis
- sering terjadi karena posisi menggerakkan tubuh yang salah secara berulangàsekat
tulang belakang dan terdorong ke satu sisi sehingga pada saat itulah bila beban yang
mendorong cukup besar maka akan terjadi perobekan pada annulus pulposus yaitu
cincin yang melingkari nucleus pulposus dan mendorongnya merosot keluar/
menyembul atau pecah

Manifestasi klinis Hernia Nukleus Pulposus (HNP)


Jika bantalan yang bergeser tidak sampai menjepit saraf, penderita mungkin hanya
merasakan sakit punggung ringan atau bahkan tidak merasakan sakit sama sekali.
Namun bila hernia menekan atau menjepit saraf tulang belakang, gejala yang
muncul tergantung pada lokasi dan banyaknya saraf yang terjepit.

Parkinson: adalah penyakit neurodegeneratif progesif tersering, mempengaruhi


sekitar 1% individu berusia lebih dari 60 tahun yang disebabkan kerusakan atau
kematian sel saraf di bagian otak yang disebut susbstantia nigra yang berfungsi
memproduksi dopamin, (senyawa kimia yang mengirim pesan dari otak ke sistem
saraf, dan membantu mengontrol gerak tubuh)àjumlah dopamin dalam otak
berkurangà gerak tubuh menjadi lambat dan tidak normal.
memiliki karakteristik tanda-tanda klinis parkinsonisme, seperti TRAP
- tremor saat istirahat: Tremor yang terdapat pada penyakit parkinson ialah resting
tremor : hilang sewaktu melakukan sesuatu, dan saat tidur. menghebat waktu emosi
terangsang (resting/ alternating tremor).
- Akinesia/bradikinesia: gejala utama
Gerakan volunter yang bertambah lambat atau menghilang sama sekali pada
anggota tubuhàberjalan lambat dan langkah kecil.
- rigiditas: disebabkan oleh peningkatan tonus otot antagonis dan otot protagonis
-Maka dari itu jalannya menjadi membungkuk dan dirasa tidak seimbang karena
tubuhnya terasa kaku. Pada pasien ini terjadi kekakuan pada sendi-sendi tangan dan
kaki,
-selain itu pasien juga merasa badannya condong ke depan saat berdiri dan berjalan.
-gejala penyerta : Otot wajah juga kaku sehingga kerap muncul ekspresi statis atau
wajah topeng (masking face)/ Wajah pasien juga menjadi datar tanpa ekspresi.
- instabilitas postura/gangguan postural:
Merupakan hilangnya reflex postural normal. Terjadi fleksi pada tungkai dan badan
karena penderita tidak dapatmempertahankan keseimbangan secara tepat.

10. Melihat riwayat penyakit Ayah Rizal, apakah kondisi yang dialami Rizal bersifat
herediter atau karena faktor lain nya?
= Melihat riwayat penyakit Ayah Rizal, apakah kondisi yang dialami Rizal bersifat
herediter atau karena faktor lain nya?
Gejala penyakit ayah rizal yaitu HNP dan gejala yang di alami rizal berbeda.Jadi
kemungkinan kedua penyakit tersebut tidak berhubungan.Namun jika melihat dari
penyakit keponakannya yang memiliki penyakit tumor otak di usia dini,maka
penyakit yang di alami rizal adalah herediter.

11. Bagaimana tumor pada kepala dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang
seperti yang terjadi pada cucunya ?
= Tumor kepala dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bergantung
pada bagian mana yang tumor tersebut berasal. Seperti pada Craniopharyngioma
merupakan lesi suprasellar yang terbanyakdengan insiden sekitar 3% dari tumor
intrakranial. Secara histologis, craniopharyngioma dapat dibagi dua tipe yaitu
adamantinomatosa dan squamous- papillary. Gejala yangsering ditemukan adalah
sakit kepala, gangguan penglihatan, hidrosefalus,dan hipopituitarism. Walaupun
lokasinya di suprasellar, sebanyak 50% craniopharingioma meluas sampai ke dalam
sella tursika/kelenjar pituitary. Kelenjar pituitary ini juga merupakan kelenjar
endokrin yang menghasilkan berbagai hormon yang mengatur pertumbuhan,
reproduksi, dan metabolisme. Kelenjar ini juga sering disebut sebagai pusat kendali
sistem endokrin atau “master of gland” karena kelenjar inilah yang mengontrol dan
mengatur fungsi dari beberapa kelenjar endokrin lain di dalam tubuh. Gangguan
kelenjar pituitari merupakan suatu abnormalitas kelenjar pituitari dalam
memproduksi hormone.

12. Bagaimana Gambaran manifestasi klinis yang timbul dari apa yang dialami cucunya
?
= Cucunya mengalami tumor kepala yang dialamiya sejak lahir, yang mana tumor
yang terdapat dikepala ini bisa mengakibatkan anak tersebut mengalami penurunan
kesadaran, kejang, gangguan tingkah laku,dan mengalami gangguan pada motorik
dan sensoriknya. Hal- hal tersebut bisa terjadi karena tumor yang terdapat di kepala
menimbulkan penekanan pada sel-sel otak dan saraf. Yang mana otak merupakan
sistem saraf pusat yang mengatur semua aktvitas mental, yaitu yang berkaitan
dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
Dan otak juga merupakan sumber dari semua kegiatan dan gerakan.

JUMP 4 SKEMA

JUMP 5: Learning Objective


1. Kejang dan epilepsy (involunter movement)
2. Penyakit pada tulang belakang & SSTB
3. Gangguan Neurobehavior
4. Hidrosefalus & system ventrikel
5. Kelainan Genetik, Kongenital dan Neoplasma Sistem Saraf

JUMP 7: SHARING INFORMATION


1. Kejang dan epilepsy (involunter movement)
 KEJANG: Abnormalitas dari proses listrik diotak. Kejang adalah manifestasi klinik
dari aktifitas neuron yang berlebihan didalam korteks serebral
ETIOLOGI
 Aktivitas saraf abnrmalakibat proses patologis yang mempengaruhi otak
 Gangguan metabolik atau biokimia dan lesi mikroskopik diotak akibat trauma otak pada
saat lahir atau cedera lain.
TIPE KEJANG
1. Epilepttik (idiopatik): tidak ada pencetus, terjadi berulang. Sering pada 20 tahun dan
jarang 30 tahun
Status epileptikus adalah keadaan kejang yang berlangsung lama/ terus menerus selama 30
menit dan bisa menyebabkan penderitanya mengalami penurunan kesadaran. Aktifitas
Kejang minimal atau tidak terlihat dapat dikonfirmasi dengan EEG
2. Non epileptic (epilepsy sekunder): ada pencetus oleh kelainan atau kondisi lain yang
mengiritasi otak. Cth: pada anak-anak, demam dapat menyebabkan kejang non
epileptic.
Pada kelainan mental dapat terjadi kejang psikogenik non epileptik
PATOGENESIS
Teradji hipereksitasbilitas sel neuron aktifitas listrik neuron yang berlebihan didalam korteks
serebral ACTH dan GABA meningkat
Gangguan listrik di otak tersebut disebabkan, antara lain, oleh kerusakan jaringan, misalnya,
tumor otak, cedera kepala lantaran kecelakaan atau benturan, atau karena infeksi otak
(meningitis, encephalitis). Selain itu, juga bisa karena gangguan pembuluh darah otak
(stroke), kelainan genetik, atau karena pemakaian obat terlarang. 
- Kejang disebabkan karna ada ketidakseimbangan antara pengaruh inhibisi dan
ekskretori pada otak.
Bila terjadi dominasi eksitatorik 🡪 konvulsi.
Bila terjadi dominasi inhibitorik 🡪 absence.
Transmiter Eksitatorik dan Inhibitorik
Eksitatorik: Asetil kolin, Glutamat, Aspartat
Inhibitorik: GABA, Katekolamin (Dopamin)
- *Karena terjadi perdarahanTIK meningkatAktivasi neuron yang
berlebihmenyebabkan cedera sel
Diagnosis Kejang

Kejang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan yaitu, epilepsi, kejang demam, hipoglikemia,
hipoksia, hipotensi, tumor otak, meningitis, ketidakseimbangan elektrolit, dan overdosis obat.

Selain dari gejala, diagnosis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan EEG (Elektroensefalogram)
dan pemeriksaan darah terutama elektrolit, kemudian jika terdapat masa atau kecurigaan
infeksi dapat dilakukan pemeriksaan MRI baik dengan kontras ataupun non-kontras dan
pemeriksaan cairan serebrospinal.
Diagnosa banding

Syncope, hyperventilation syndrome, complex migraine, movement disorders, narcolepsy,


pseudo-seuizures

 EPILEPSI
ETIOLOGI
 Aktivitas saraf abnormalakibat proses patologis yang mempengaruhi otak
 Gangguan metabolik atau biokimia dan lesi mikroskopik diotak akibat trauma otak pada
saat lahir atau cedera lain.
 idiopatik
PATOGENESIS
Teradji hipereksitasbilitas sel neuron aktifitas listrik neuron yang berlebihan didalam korteks
serebral ACTH dan GABA meningkat
Gangguan listrik di otak tersebut disebabkan, antara lain, oleh kerusakan jaringan, misalnya,
tumor otak, cedera kepala lantaran kecelakaan atau benturan, atau karena infeksi otak
(meningitis, encephalitis). Selain itu, juga bisa karena gangguan pembuluh darah otak
(stroke), kelainan genetik, atau karena pemakaian obat terlarang.  Penyebabnya juga bisa
terjadi karena faktor pada saat dalam kandungan dan pada proses kelahiran. Namun,
menurut Irawati, sekitar 30 persen tidak diketahui penyebabnya.
- Kejang disebabkan karna ada ketidakseimbangan antara pengaruh inhibisi dan
ekskretori pada otak.
Bila terjadi dominasi eksitatorik 🡪 konvulsi.
Bila terjadi dominasi inhibitorik 🡪 absence.
Transmiter Eksitatorik dan Inhibitorik
Eksitatorik: Asetil kolin, Glutamat, Aspartat
Inhibitorik: GABA, Katekolamin (Dopamin)
- *Karena terjadi perdarahanTIK meningkatAktivasi neuron yang
berlebihmenyebabkan cedera sel
KLASIFIKASI EPILEPSI
Tergantung dari gangguan otaknya yang terkena. Dari pembagiannya ada dua :
 Kejang umum (generalized seizure): jika aktivitas terjadi pada kedua hemisfer
otak secara bersama-sama. biasanya tidak dimulai dengan tanda apa-apa dan
langsung kejang atau langsung terjadi penurunan kesadaran.
- Tonic-clonic: merupakan bentuk yang paling banyak terjadi
Pasien tiba-tiba jatuh, nafas terengah-engah dan keluar air liur
Bisa terjadi sianosis , ngompl, dan menggigit lidah
Terjadi beberapa menit
 Abscense Attack
 jenis yang paling jarang
 Umumnya hanya terjadi pada masa anak atau awal remaja
 Penderita tiba-tiba melotot atau matanya beredip
 Kejadiaanya hanya beberapa detik dan terkadang tidak disadari
 Myoclonic seizure
 biasanya terjadi ada pagi hari setelah bangun tidur
 Pasien mengalami sentakan tiba-tiba
 Atonic seizure
 jarang terjadi
 Pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot
 Kejang parsial/ focal: dimulai dari daerah tertentu dari otak
- Simple partial seizure
pasien tidak kehilangan kesadaran
Terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari tubuh
- Complex partial seizure
pasien mulai melakukan gerakan-gerakan tak terkendali . Seperti mengunyah, meringis dll Dari
situ, ODE bisa berkembang menjadi serangan epilepsi umum, dan mulai jatuh dan kelojotan
kejang.

TATALAKSANA
obat-obat anti epilepsi
1. Obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na
 fenitoin , karbamazepin, lemotrigin, valproat
2. obat-obat yang meningkatkan transmisi GABAergik
 Agonis reseptor GABA ; benzodiazepin, barbiturat
 Menghambat GABA transaminase ; tiaglobin
Meningkatkan kosentrasi GABA pada css ; gabapentin

(http://eprints.undip.ac.id/)

 Movement Disorders
• Merupakan gangguan yang terjadi di ganglia basalis/bagian otak yang paling dalam yang
mengatur gerkan-gerakan kasar/ekstrapiramidal sehingga gerakan yang dihasilkan
menjadi halus.
• Bagian yang mengatur gerakan kasar:
• Ganglia basalis seperti nukleus kaudatus, putamen dan globus palidus
• Substansia nigra di mesensefalon (otak tengah).
• Gangguan di ganglia basalis tergantung letak tempatnya.
• Apabila terjadi di putamen dan globus palidus akan menyebabkan hilangnya daya
hambat terhadap arus cetusan impuls saraf yang besar ke alat gerak kita seperti kaki,
tangan, leher dan otot- otot penegak badan.
Contoh:
Gangguan gerakan akibat gangguan basal ganglia
• Tremor merupakan gerakan gemetar atau disebut gerakan seperti vibrator.
• Gerakan ini terjadi karena kontraksi dan relaksasi secara berulang-ulang.
• Tremor terjadi karena gangguan cetusan saraf ke oytot yang jalannnya tersendat-
sendat.
Terdiri dari :
a. Tremor aksi atau intension tremor 
• Tremor ini terjadi jika dipengaruhi aktivitas kadangkala berhubungan
dengan gangguan cemas, reaksi stres akut atau dapat juga terjadi oleh
karena gangguan endokrin seperti hipertiroid. 
b. Tremor istirahat
•  Tremor terjadi saat pasien diam atau dikenal dengan resting tremor.
• Tremor ini biasanya terjadi pada penderita Parkinson maupun hipertirod.
c. Tremor senilis
• Tremor ini secara fisiologis terjadi pada lanjut usia. 

 PARKINSON
Parkinson: adalah penyakit neurodegeneratif progesif tersering, mempengaruhi sekitar 1%
individu berusia lebih dari 60 tahun yang
Patofisiologi: disebabkan kerusakan atau kematian sel saraf di bagian otak yang
disebut susbstantia nigra yang berfungsi memproduksi dopamin, (senyawa kimia yang
mengirim pesan dari otak ke sistem saraf, dan membantu mengontrol gerak
tubuh)jumlah dopamin dalam otak berkurang gerak tubuh menjadi lambat dan tidak
normal.
 Etiologi :
- Sporadis : kombinasi stres oksidatif terhadap neuron dopaminergik, racun lingkungan
(sebagai contoh:pestisida), penuaan yang dipercepat, genetik.
- Familial (10%)
• Sindroma klinis yang ditandai dengan gejala motorik utama/memiliki karakteristik
tanda-tanda klinis parkinsonisme, seperti TRAP
- tremor saat istirahat: Tremor yang terdapat pada penyakit parkinson ialah resting
tremor : hilang sewaktu melakukan sesuatu, dan saat tidur. menghebat waktu emosi
terangsang (resting/ alternating tremor). Tremor ini dimulai dari sebelah anggota
tubuh bagian atas dan diikuti oleh anggota tubuh bagian bawah.
- Akinesia/bradikinesia: gejala utama
Gerakan volunter yang bertambah lambat atau menghilang sama sekali pada
anggota tubuhberjalan lambat dan langkah kecil. Jika tidak ditangani dengan baik,
akan menyebabkan tidak bisa menggerakkan anggota tubuh sama sekali dan otot
menjadi kaku.
Muka
– Mata jarang berkedip
– Face mask (mimik muka tidak ada ekspresi/statis): gejala penyerta : wajah
topeng,aprosodia(pembicaraan monoton),disartria
– Liur menetes, kalau makan lama
Lengan
– Memakai baju / memasang kancing lama
– Mandi/ cucu tangan/ gosok gigi lama
Badan
– Duduk diam lama, jarang bangkit (bangun)
– Tidur jarang berbalik
Tungkai
– Membengkak oleh karena jarang bergerak waktu duduk
– Sulit memulai langkah

- rigiditas: disebabkan oleh peningkatan tonus dan Meningkatnya aktivitas


alfamotoneuron otot antagonis dan otot protagonis  menghasilkan rigiditas yang
terdapat pada seluruh luas gerakan dari ekstremitas yang terlibat.
Fenomena Roda Gigi (cogwheel phenomenon)
Leher
o Susah menoleh

o Susah menelan

o Suara mengecil
Lengan
o Micrografia (tulisan mengecil)

o Ayunan lengan waktu berjalan kurang

o Merasa sendi kaku-kaku

Badan
o Sulit bangkit dari tidur / duduk

o Stopped Posture (waktu berdiri / berjalan badan membungkuk)

Tungkai
o Langkah jalan pendek-pendek, kaki diseret

o Rasa “lemah” karena memerlukan tenaga ekstra untuk bergerak

- instabilitas postura/gangguan postural:


Merupakan hilangnya reflex postural normal. Terjadi fleksi pada tungkai dan badan
karena penderita tidak dapatmempertahankan keseimbangan secara tepat.
Penderita akan terjatuh bila berputar dan didorong

Stadium klinis Parkinson


• Stadium I :
- gejala unilateral
- ekspresi wajah kurang
- posisi fleksi pada lengan yg terkena tremor dan ayunan berkurang
• Stadium II :
- gejala bilateral
- postur bungkuk kedepan
- gaya jalan lambat dg langkah kecil
- sukar membalikkan badan
• Stadium III :
- gangguan gaya jalan menonjol
- ketidakstabilan postural, jarang jatuh
• Stadium IV :
- disabilitas jelas
- berjalan terbatas tanpa bantuan
- lebih cenderung jatuh
• Stadium V :
- - hanya berbaring
- tidak mampu berdiri / berjalan meski dibantu
- bicara tidak jelas, wajah tanpa ekspresi, jarang berkedip
Pemilihan Obat-obat Anti Parkinson Tergantung kepada :
• Beratnya penyakit, Gejala dominan, Usia

Diagnosis
diagnosis ditegakkan secara klinis dengan ditemukan dua dari tiga tanda kardinal, yakni resting
tremor, rigiditas, dan bradikinesia.
POSSIBLE : One of TRA (1/3 TRA)
PROBABLE: Two of TRAP (2/4 TRAP)
DEFINITE : • Two of TRA (2/3 TRA).
• Three of TRAP (3/4 TRAP).
• Responsive to L-DOPA.
 Anamnesis and pemeriksaan klinis
 Positron Emission Tomography (PET) or Single-photon Emission Computed Tomography
(SPECT) dengan dopaminergic radioligands
 Eksklusi penyebab2 lain dari parkinson sekunder
Tatalaksana
PRINSIP: Terapi bersifat simtomatik. Meningkatkan Dopaminergik, Menurunkan Kolinergik
Terapi simptomatik dalam tatalaksana parkinson dibagi menjadi :
 Terapi medis :
 terapi farmakologis  obat dopaminergik, agonis dopamin, kolinergik, terapi gejala
non motoric
Tujuan umum terapi obat anti-parkinson:
 Mengatasi tanda dan gejala penyakit
 Memperlambat progresifitas penyakit
 Memperkecil efek samping
 Terapi nonfarmakologis : edukasi self help group, latihan, terapi wicara
 Terapi operatif /surgical
 Ablative/lesioning ( thalidotomi, pallidektomi)
 Deep brain stimulation ( pallidum, nukleus subtalamikus)
Pembedahan : thalatomi, pallidotomi, stimulasi otak dalam ( talamik, pallidal,
subtalamik) , transplantasi sel punca dopaminergik embrionik.
(BUKU Neurotrauma & Movement Disorders: Improving Knowledge for Saving Lives)
(juke.kedokteran.unila.ac.id)

2. Penyakit pada tulang belakang & SSTB


 HNP: herniasi materi inti dari anulus ke kanalis spinalis vertebra.
ETIOLOGI
HNP merupakan penyakit degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus
pulposus sehingga rentan terhadap cedera sobeknya annulus fibrosus yang dipicu oleh:
- suatu trauma: seseorang terjatuh atau mengalami benturan pada tulang belakang,
sehingga tulang belakang bergeser (spondylolisthesis) mengenai discus intervertebralis
- sering terjadi karena posisi menggerakkan tubuh yang salah secara berulangsekat
tulang belakang dan terdorong ke satu sisi sehingga pada saat itulah bila beban yang
mendorong cukup besar maka akan terjadi perobekan pada annulus pulposus yaitu
cincin yang melingkari nucleus pulposus dan mendorongnya merosot keluar/
menyembul atau pecah
Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami saraf kejepit, yaitu:

 Memiliki keluarga dengan riwayat saraf kejepit.


 Memiliki berat badan berlebih.
 Mengangkat beban berat dengan posisi dan tumpuan yang salah.
 Melakukan gerakan menunduk dan berputar secara mendadak atau berulang.
 Memiliki kebiasaan merokok.

PATOFISIOLOGI
Herniasi materi inti yang berada dalam kanalis menimbulkan respons inflamasi yang
signifikan.
Jejas diskus menyebabkan peningkatan molekul proinflamasi seperti IL 1, IL 8 dan tumor
necrosis factor alfa.
Makrofag merespon dan mencoba membersihkan kanalis spinalis, sehingga menyebabkan
produksi jaringan parut.
Kompresi saraf akut menyebabkan disfungsi berupa kelemahan motorik dan rasa baal.
Nyeri redikuler disebabkan oleh inflamasi saraf, untuk menjelaskan ketiadaan korelasi
antara ukuran herniasi atau bahkan tingkat kompresi saraf dengan derajat nyeri

Manifestasi klinis Hernia Nukleus Pulposus (HNP)


Jika bantalan yang bergeser tidak sampai menjepit saraf, penderita mungkin hanya merasakan
sakit punggung ringan atau bahkan tidak merasakan sakit sama sekali. Namun bila hernia
menekan atau menjepit saraf tulang belakang, gejala yang muncul tergantung pada lokasi dan
banyaknya saraf yang terjepit.
Berikut adalah gejala saraf kejepit berdasarkan lokasinya:

Gejala HNP di leher/HNP cervical.


 Nyeri pada leher dan bahu yang menjalar ke lengan.
 Kesemutan, lemah, atau kaku otot di salah satu lengan: Otot pada bagian saraf yang
terjepit biasanya akan melemah. Akibatnya, penderita HNP semakin lama akan merasa
kesulitan dalam mengangkat beban atau bahkan menggenggam.
 Sensasi seperti terbakar di leher, bahu, dan lengan.

Gejala HNP di punggung bawah/ HNP lumbal, dapat memunculkan sejumlah gejala berikut:
- Nyeri punggung bawah, nyeri daerah bokong, rasa kaku atau tertarik pada punggung
bawah
- Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal, yang
dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki,
tergantung bagian saraf mana yang terjepit, rasa nyeri sering ditimbulkan setelah
melakukan aktifitas yang berlebihan
Bila stress vertical yang kuat mengenai kolumna vertebra maka nucleus pulposus dapat
menonjol keluar melalui annulus fibrosus. Peregangan annulus fibrosus, yang berbentuk cincin
dan kaya inervasi nosiseptor, menyebabkan nyeri yang sangat hebat sebagai nyeri punggung
bawah yang terlokalisir.

- Kelemahan anggota badan bawah/tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya


otot-otot tungkai bawah dan hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan archilles
(APR): Otot pada bagian saraf yang terjepit biasanya akan melemah. Akibatnya,
penderita HNP semakin lama akan merasa kesulitan dalam mengangkat beban atau
bahkan menggenggam.
- Meskipun jarang terjadi, HNP lumbal juga dapat menyebabkan penderitanya tidak
bisa menahan buang air kecil bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi
gangguan defekasi, miksi, dan fungsi seksual.
DIAGNOSIS
-Foto polos tulang belakang dilakukan untuk mengeklusi diagnosis diferensial
-Diagnosis ditegakkan dengan MRI setinggi lesi yang dicurigai, disertai pemberian kontras
jika suspek neoplasma atau metastasis.
-Nerve Conduction Studies dan elektromiogarafi (EMG) diperlukan untuk menentukan
derajat penjepit saraf.
Pemeriksaan Neurologi: Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam
gangguan saraf. Meliputi:
a. Pemeriksaan sensoris, pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada gangguan sensoris,
dengan mengetahui dermatom mana yang terkena akan dapat diketahui radiks mana yang
terganggu.
b. Pemeriksaan motorik, apakah ada tanda paresis, atropi otot.
c. Pemeeriksaan reflex, bila ada penurunan atau refleks tendon menghilang, misal APR
menurun atau menghilang berarti menunjukkan segmen S1 terganggu.
TATALAKSANA
*Konservatif
-Analgesik golongan OAINS : ibuprofen, asetaminofen
-Tidak diperlukan imobilisasi kecuali terdapat gejala radikuler berat
-Fisioterapi dan program olahraga
*Indikasi bedah
-Nyeri tidak tertahankan walaupun sudah menjalani terapi konservatif yang adekuat
selama > 3 bulan
-Hasil EMG didapatkan kompresi radiks
-Pembedahan yang bisa dilakukan adalah disektomi anterior servikal atau laminektomi
med.unhas.ac.id
 Kelainan Tulang belakang&SSTB
Spina Bifida
• Spina bifida merupakan penyakit bawaan dengan ciri tulang belakang dan membran
sekitar sumsum tulang tidak tertutup dengan baik. Ada tiga jenis spina bifida yaitu:
• Spina bifida okulta – penyakit ini merupakan jenis yang paling ringan. Pada penyakit ini
lapisan luar beberapa vertebrae tidak tertutup namun lubang yang terbentuk sangan
kecil sehingga tidak ada sumsum tulang yang keluar. Penderita spina bifida okulta
biasanya tidak mengalami gejala apapun atau hanya gejala kecil seperti tumbuh rambut,
tanda lahir, atau cekungan.
• Meningokel – Penyakit ini merupakan bentuk spina bifida yang paling jarang terjadi.
Pada penyakit ini, membran tulang belakang menyusup diantara vertebrae, sehingga
terbentuk kista yang berisi cairan spinal. Basaanya terjadi pada daerah renggang antara
tulang belakang.
• Mielomeningokel – penyakit ini merupakan penyakit spina bifida yang paling sering.
Pada penyakit ini saraf dan ujung saraf terbawa dalam kista dan tulang belakang yang
terbentuk biasanya tidak lengkap jumlahnya. Akibatnya sangat fatal pada manusia,
seperti kelumpuhan dan gangguan saraf lain.
Stenosis
• Stenosis adalah kondisi saat terjadi penyempitan jarak antara vertebrae yang
menyebabkan adanya tekanan pada sumsum tulang belakang dan saraf.
• Etiologi:
– Penuaan – seiring dengan waktu, ligamen dan persendian pada manusia akan
kehilangan kemampuan elastisitasnya. Ini menyebabkan jarak antar tulang
menyempit.
– Artritis – ada dua jenis penyakit artritis yang dapat menyebabkan stenosis tulang
belakang, yaitu asteoartritis dan artritis reumatoid.
– Keturunan – sifat sifat keturunan seperti lahir dengan tulang belakang yang
berjarak kecil dapat menyebabkan stenosis pada usia remaja
– Tumor pada tulang belakang – tumor yang letaknya dekat dengan tulang
belakang dapat mengakibatkan sempitnya jarak antar tulang belakang atau
tulang bergeser dari kondisi normal.
– Trauma – penderita stenosis dapat diakibatkan oleh cidera yang terjadi karena
jatuh atau kecelakaan.
• Stenosis dapat menimbulkan gejala seperti sering jatuh, sakit saat berjalan, dan
kelumpuhan.
• Pengobatan dapat dilakukan dgn cara mengubah postur,  pengobatan dengan aspirin
atau ibupropen untuk mengurangi rasa sakit, istirahat, dan operasi.
Kifosis
• Kelainan tulang belakang bagian atas yang terlalu membungkuk kedepan akibat sikap
duduk yang salah.
• Merupakan kondisi punggung atas yang mengalami pembengkokan belebihan.
• Faktir yang menyebabkan kifosis antara lain:
– Kebiasaan sikap tubuh – kebiasaan sehari hari seperti duduk terlalu
membungkuk, mengangkat benda- benda berat dapat mengakibatkan
pembengkokan tulang belakang berlebihan.
– Bentuk vertebrae yang abnormal – beberapa kasus kifosis dapat disebabkan oleh
vertebrae yang tidak berkembang dengan baik, akibatnya tulang punggung yang
terbentuk menjadi lebih bengkok
– Pembentukan tulang belakang yang abnormal saat janin
– Penuaan
– Cidera tulang punggung
• Penanganan biasanya tidak perlu operasi.
• Biasanya dgn menggunakan penopang tulang untuk mengembalikan postur tubuh.
Skoliosis
• Adala kondisi abnormal tulang belakang yang berbengkok ke samping.
• Ciri yang jelas terlihat yaitu tinggi bahu kanan dan kiri tidak sama, pembengkokan tulang
sangat terlihat jelas, perbedaan panjang kaki.
• Gejala berupa nyeri punggung dan kesulitan berjalan.
• Penyebab skoliosis antara lain:
– Cerebral palsy – kondisi yang berkaitan dengan kerusakan otak
– Distropi otot – kondisi kelainan pada otot yang menyebabkan kelemahan otot
– Sindrom marfan – kelainan yang berkaitan dengan jaringan ikat
– Perkembangan abnormal saat dalam kandungan
• Penanganan pd anak2  penggunaan penopang badan dan operasi untuk
mengembalikan bentuk tubuh yang normal.
• Sedangkan untuk dewasa hanya pengobatan untuk meredakan nyeri.
Lordosis
• Merupakan lekukan abnormal pada bagian lumbar dan servikal tulang belakang.
• Penyebab hampir sama dengan kifosis.
• Sebagian besar oleh kebiasaan sikap tubuh yang buruk seperti pada latihan yang salah.
• Penanganannya dgn penggunaan penopang dan mengurangi latihan fisik yang
membebani bagian lumbar.
Repository.usu.ac.id
3. Gangguan neurobehavior
Mempelajari hubungan otak dan perilaku(brain – behavior relationship)
 Lokalisasi / longitudinal : fungsi mental tertentu mempunyai lokalisasi spesifik di otak
(sindroma lobus)
 Lateralisasi: beberapa fungsi terletak predominan pada satu hemisfer

Teori Equipotensial (konsep Proses Distribusi Paralel)


 Sirkuit neuron terintegrasi didistribusikan luas di otak dan mempunyai kapasitas
untuk berubah sesuai dengan respon belajar
 Setiap bagian dalam sirkuit berhubungan dengan sirkuit lainnya
 Satu lesi dapat memberikan efek / gejala multipel
• Beberapa penyakit “organik” mis: Epilepsi  perubahan fungsional signifikan dengan atau
“tanpa” abnormalitas struktural
• Banyak penyakit “fungsional” mis: psikosis dan depresi  karena penyakit neurologis /
kelainan struktural (tumor, stroke)
 Idiopatik  penyakit Psikiatrik (Etiologi dan Patofisiologi belum diketahui)
 Neurologik dan Toxic metabolik  gangguan otak yang dapat diidentifikasi

›Atensi: Kemampuan untuk memperhatikan stimulus tertentu tanpa terganggu oleh stimulus
internal maupun eksternal (lingkungan)
 Alertness : proses dasar kesadaran dimana pasien merespon setiap stimulus dari luar
(lingkungan)
 Vigilance (konsentrasi) : kemampuan untuk mempertahankan atensi selama periode
tertentu
 Gangguan atensi dan konsentrasi terbanyak disebabkan :
 disfungsi otak difus (ggn metabolik, intoksikasi obat, infeksi sistemik)
 kerusakan kortikal bilateral luas
 neglect unilateral disebabkan lesi hemisfer kanan\
› Bahasa
 Merupakan kemampuan untuk berkomunikasi melalui penggunaan simbol (Benson,
1979)
 Bicara : proses mekanik verbal berbahasa
 Afasia : gangguan berbahasa
LOKASI LESI OTAK PD BERBAGAI JENIS AFASIA :
• Afasia Broca = operculum lobus frontalis (area Broca)
• Afasia Wernicke = posterior girus temporalis superior (area Wernicke)
• Afasia global = hemisferium kiri luas
• Afasia konduksi = fasikulus arkuata
• Afasia anomik = girus angularis
Afasia transkortikalis motorik = lobus frontalis (regio frontal), parasagitalis superior dan
regio frontalis posterior.
• Afasia transkortikalis sensorik = border zone parietal / temporal.
• Aleksia + agrafia = parieto-temporalis
• Aleksia + tanpa agrafia = oksipitalis medialis
 Disartria : gangguan artikulasi dengan modalitas bahasa masih intak
 Dysprosodia : Gangguan intonasi (melodi) bicara

 Demensia adalah sekelompok gejala seperti kehilangan memori, penilaian,


bahasa, keterampilan motorik yang kompleks, dan fungsi intelektual lain yang
disebabkan oleh kerusakan permanen atau kematian sel-sel saraf otak, atau
neuron
Manifestasi klinis:
Episode gangguan lesi UMN ringan seperti drifting, refleks asimetri, dan inkoordinasi •
Gangguan berjalan pada tahap dini demensia • Riwayat gangguan keseimbangan, sering
jatuh tanpa sebab • Urgensi miksi yang dini yang tidak berhubungan dengan kelainan
urologi • Disartri, disfagi dan gejala ekstrapiramidal • Gangguan perilaku dan psikis seperti
depresi, perubahan kepribadian, emosi labil, dan retardasi psikomotor
PENATALAKSANAAN
Farmakologi • Terapi medikamentosa terhadap faktor resiko vaskuler • Terapi simptomatik
terhadap gangguan kognisi simptomatik 1. Penyekat Asetilkolinesterase. • Gangguan
perilaku 1. depresi (SSRI dan MAO) 2. Delusi/halusinasi/agitasi (Neuroleptik tipical dan
atipikal)
Non farmakologi • Orientasi realitas. • Stimulasi kognisi : memory enhancement program. •
Reminiscence. • Olah raga Gerak Latih Otak. • Edukasi pengasuh. • Training dan konseling
Pemeriksaan bahasa dilakukan pada awal pemeriksaan neurobehavior
1. Bicara spontan
 Curah verbal fluen / nonfluen (wawancara dengan pertanyaan terbuka)
2. Pengertian Bahasa
 Meminta pasien menunjuk benda/objek yang disebutkan pemeriksa
(warna merah, kursi, tangan, ibu jari)
 Meminta pasien mengerjakan kalimat perintah yang ditugaskan pemeriksa
(Tunjuk atap, kemudian lantai)
 Pasien diminta menjawab pertanyaan ya/tidak kalimat yang dibacakan
pemeriksa (Seorang bayi lebih besar dari pada seorang dewasa)
 Tes Keping 36
 Tes pengertian bahasa, mempunyai penilaian kuantitatif
3. Pengulangan
Pasien diminta untuk mengulangi kata atau kalimat yang disebutkan pemeriksa
4. Penamaan
● Kesulitan penamaan (Anomia) sering dijumpai pada semua tipe afasia
● Pemeriksa menunjukkan objek atau gambar, pasien diminta untuk menyebutkan
nama
● Ciri anomia : kesulitan menamai kategori tertentu
● Parafasia: indikasi sensitif gangguan bahasa (afasia)
 Parafasia: menyebut silabel, atau kata yang tidak benar
5. Membaca: kemampuan membaca dan mengerti stimulus tulisan
6. Menulis: Menilai mekanisme tulisan
https://med.unhas.ac.id/
4. Hidrosefalus & system ventrikel
 Hidrosefalus
Etiologi
- Abnormalitas genetic (stenosis aqueductal)

- Gangguan perkembangan (Spina bifida, encephalocele)


- Komplikasi kelahiran premature (perdarahan intraventricular)
Patofisiologi
↑TIK yg disebabkan oleh ekspensi masa dalam rongga uranium yg tertutup dapat dieksaserbasi
jk terjadi obstruksi pd aliran CSS akibat masa.
• Hal tsbt dsbbkn karena putusnya hubungan antara tempat produksi CSS dan tempat
obsorbsinya dilatasi ventrikel
Mechanisme Peningkatan TIK
• Otak, Darah dan CSF berada dalam wadah inelastis (kranium, kanal vertebra dan dura)
• Perubahan volume dari salah satu elemen (Brain, CSF, Blood) akan mengorbankan dua
lainnya

KLASIFIKASI
a. Berdasarkan Anatomi/Letak Obstruksi CSS
 Obstruktif/NON KOMUNIKANS  jk aliran CSS terhambat di dalam ventrikel
-dapat terjadi atas/berdasarkan etiologi:
 Kelainan kongenital (stenosis aquaductus serebri)
 Kelainan didapat/Lesi masa (tumor, hematoma, herniasi, abses, kista)
- membutuhkan tatalaksana segera spt drainase ventrikel (untk mengeluarkan cairan CSS yg
berlebih atau jg dgn mengalirkan CSS ke rongga tubuh lain (msl pirau
ventrikuloperitonealpermanen )
 komunikansjk cairan aliran CSS terhambat diluar sistem ventrikel (msl akbt dr
kerusakan meningen dan kerusakan vili arachnoid)
Bentuk hidrosefalus lainnya dgn gambaran klinis dan aspek tatalaksana khusus:
 Hidrosefalus infantil
 Hidrosefalus tekanan normal
b. Berdasarkkan usia
a. Hidrosefalus pada bayi
- Keapala membesar
- Sutura melebar
- Fontanella kepala prominen
- Mata kearah bawah (sunset phenomena)
- Nistagmus horizontal
- Perkusi kepala cracked pot sihn (seperti semangka masak)
b. Hidrosefalus anak dan dewasa
- Sakit kepala
- Kesadaran menurun
- Gelisah
- Mual muntah
- Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
- Gangguan perkembangan fisik dan mental
- Papil edema: penglihatan menurun
- Dapat mengakibatkan kebutaan
- Atrofi papil N.II
DIAGNOSIS
• Foto polos kepala lateral –disproporsi kraniofasial, tulang menipis dan sutura melebar
• Pemeriksaan cairan serebrospinal – tanda peradangan dan perdarahan baru atau
lama,tekanan ventrikel.
• Ct scan kepala - gambaran hidrosefalus, edema serebral, atau lesi massa seperti kista
koloid dari ventrikel ketiga atau thalamic atau pontine tumor. Wajib pada proses
neurologis akut
• MRI - gambaran dilatasi ventrikel atau adanya lesi massa
PENATALAKSANAAN
Tiga prinsip utama
• Mengurangi produksi css
• Hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbs
• Pengeluaran liquor (CSS) kedalam organ ekstrakranial
Terapi konservatif medikamentosa
• Bersifat sementara
• Mengurangi sekresi cairan dan pleksus choroid - asetazolamit 100 mg/kgbb/hari; furosemid
1,2 mg/kgbb/hari
• Upaya meningkatkan resorpsinya - isorbid
• Ventriculoperitoneal shunting (VP shunt)

 Vertigo

 Diketahui, vertigo biasanya terjadi karena adanya gangguan di organ keseimbangan


yang ada di telinga ataupun infeksi virus.
 -Karena peningkatan cairan diotak
 -Karena peningkatan CSS
 -Karena peningkatan TIK
 Sehingga menyebabkan O2 berkurang dan jalan jadi sempoyongan dan pusing
 Berdasarkan penyebabnya, vertigo dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni:
- vertigo sentral: jenis vertigo yang disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf
pusat.
- vertigo perifer: jenis vertigo yang disebabkan oleh masalah pada organ
keseimbangan yang ada di telinga bagian dalam. Vertigo perifer merupakan jenis
vertigo yang paling sering terjadi.
 Jika sering kambuh, terlebih disertai gejala lain, seperti kelemahan pada satu sisi tubuh
atau kesulitan untuk mengontrol gerakan tubuh, vertigo bisa menjadi tanda dari
gangguan pada sistem saraf
med.unhas.ac.i
5. Kelainan Genetik, Kongenital dan Neoplasma Sistem Saraf
 Neoplasma Sistem saraf/TUMOR NEUROLOGIS
Etiologi
herediter
Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi
ganas dan merusak bangunan di sekitarnya

Radiasi
Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah
timbulnya suatu radiasi

Virus

Substansi-substansi Karsinogenik
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea
 Tumor otak dalam pengertian umum berarti benjolan, dalam istilah radiologisnya
disebut lesi desak ruang/ Space Occupying Lesion (SOL).
Etiologi LESI DESAK RUANG bisa karena :
hematoma (subdural&epidural hematom)
Neoplasma (tumor intrakranial)
Abses serebri
tuberkuloma
 Neoplasma sistem saraf pusat umumnya menyebabkan suatu evaluasi progresi disfungsi
neurologis.
PATOFISIOLOGI
- Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara
sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS).
- Tumor intrakranial = massa baruTIK>>– mengganggu sirkulasi otak = nekrosis di
otak.
 Penambahan massa atupun oedem otak (sirkulasi yg terhambat)  herniasi.
 Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di
sekitarnya,mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal yang tergantung
lokalisasi tumor akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial cth: Perubahan
status mental&Sensasi, perubahan fungsi hormonal)

 Konsep vital terpenting untuk mengerti dinamika TIK. Dinyatakan bahwa volume total isi
intrakranial harus tetap konstan.
 Konsekuensi dari lesi desak ruang
 Bila timbul massa yang baru didalam kranium seperti tumor, abses atau bekuan darah,
pertama-tama ia akan menggeser isi intrakranial normal.
 Pergeseran otak sendiri oleh lesi massa hanya dapat terjadi pada derajat yang sangat
terbatas. Bagaimanapun dengan massa yang meluas cepat, otak segera tergeser dari
satu kompartemen intrakranial ke kompartemen lainnya atau melalui foramen magnum
 Namun akhirnya tak ada lagi CSS atau darah vena yang dapat digeser, dan mekanisme
kompensasi tak lagi efektif. Pada titik ini, TIK mulai naik secara nyata, bahkan dengan
penambahan sejumlah kecil ukuran massa intrakranial.
Manifestasi klinis: pada tumor intrakranial dibagi dalam
GAMBARAN KLASIK/TRIAD KLASIK: sebagai karakteristik peninggian TIK/Gejala klinik umum:
- nyeri kepala
- edema papil: Papilloedema adalah suatu pembengkakan yang bersifat non-inflamasi
dari pada diskus optikus, dimana biasanya merupakan akibat dari kelainan yang
letaknya di dalam tengkorak (cranium), orbita dan badan pada umumnya
*areteri:vena = 1:3 diakibatkan Tik karena bendungan venamaka vena-vena akan
mengalami dilatasi dan berbelok-belok sehingga meningkatkan ratio vena dengan
arteria.
Tanda-Tanda papilloedema :
Tanda-tanda yang ditemukan seringkali merupakan tanda-tanda gabungan antara tanda
neurologis dan tanda ophthalmologis, walaupun tanda dari bagian sarafnya lebih menyolok.
- Tanda neurologis yang sering dijumpai adalah : Ataxia, hemiparese atau hemiplegia,
parese dan paralyse saraf-saraf kranial yaitu : nervus kc V, VI, VII ; kejang, occipital
headache, aphasia, anosmia, deafness dan tinnitus, Foster Kennedy dan lainlain.
- Tanda ophthalmologis yang ditemukan ialah : Bilateral/unilateral papilloedema, parese
dan paralyse N. III., N. IV., N. VI, nystagmus, lagophthalmos, hemianopsia dan gangguan
yojana penglihatan.
- muntah
(JURNAL Cermin Dunia Kedokteran No. 16)
• Gangguan mental
• Kejang fokal
• gejala klinik lokal,
Tumor di lobus frontalis
– Sakit kepala
– muntah
– papiludema
– gangguan mental
– kemunduran intelegensi
– gejala “Witzelsucht”
– refleks memegang dan anosmia
– Kejang adversif (kejang tonik fokal)

KLASIFIKASI
Tumor atau neoplasma susunan saraf pusat dibedakan menjadi:
a. Menurut Asal sel
- Tumor primer: bisa timbul dari jaringan otak, meningen, hipofisis dan selaput
myelin.
berdasarkan tipe jaringan asal, yaitu :
• Glioma
– Astrositoma
– Pilositik astrositoma
– Glioblastoma Multiforme
– Ependimoma
– Oligodendroglioma
• Medulloblastoma
• Meningioma
• Schwannoma
• Craniopharingioma (berasal dari kelenjar pituitary dekat hipotalamus)

• Germ Cell Tumor


• Tumor Pineal
b. Klasifikasi tumor otak menurut lokasi
 Supratentorial, yaitu Tumor yang terletak di atas tentorium serebelli
 Infratentorial atau subtentorial, yaitu : Tumor yang terletak di bawah tentorium
serebelli dalam fossa Kranni Posterior
c. Tumor berdasarkan usia
- Medulloblastoma
- Polar spongioblastoma (piloid astromycotas)
- Pinealomas (>20 tahun)
- Meningioma & glioblastoma (sering usia 50 tahun)

DIAGNOSIS
• Anamnesis
• PemeriksaanFisik
Status generilis dan neurologisditemukan adanya gejala seperti edema papil dan
deficit lapangan pandang
 Pemeriksaan Penunjang:
 Pemeriksaan tumor marker
– Elektroensefalografi (EEG)
– Foto polos kepala
– Arteriografi
– Computerized Tomografi (CT Scan)
– Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Penilaian CT Scan pada tumor otak:
• Tanda proses desak ruang:
• Pendorongan struktur garis tengah otak
• Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel
Gambaran MRI Tumor Otak
• MRI dapat mendeteksi tumor dengan jelas dan dapat mendeteksi kelainan jaringan
sebelum terjadinya kelainan morfologi.
DIAGNOSA BANDING
• Abses intraserebral
• Epidural hematom
• Hipertensi intrakranial benigna
• Meningitis kronik
TATALAKSANA
• Metode-metode terapi yaitu :
a. Operasi – craniotomy
*Indikasi = - pengangkatan jaringan abnormal
- kelemahan dalam pembuluh darah
- karena ada tumor otak danperadangan
- karena adanya cidera sistemik
*Kontraindikasi = belum ada
b. Tatalaksana paliatif
– Radioterapi: Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi
 Radiasi membunuh sel-sel tumor (sisa) yang mungkin tidak dapat diangkat melalui
operasi
 Radiasi juga dapat dilakukan sebagai terapi pengganti operasi
• bentuk terapi radiasi
1. Fraksinasi: Radioterapi biasanya diberikan lima hari seminggu selama beberapa minggu.
Memberikan dosis total radiasi secara periodik membantu melindungi jaringan sehat di
daerah tumor.
2. Hyperfractionation: Pasien mendapat dosis kecil radiasi dua atau tiga kali sehari, bukan
jumlah yang lebih besar sekali sehari.
– Kemoterapi: Kemoterapi di berikan untuk tumor primer.
Obat-obatan biasanya diberikan dalam 2-4 siklus yang meliputi periode pengobatan dan
periode pemulihan
Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide (Temodar) dan bevacizumab (Avastin),
e-journal.unair.ac.id

 Kelainan genetic, kongenital SIstemSaraf


Kelainan struktural yang berasal dari gangguan pada fase prenatal dapat diklasifikasikan ke
dalam beberapa kelompok:
1) Malformasi, yaitu kelainan struktur yang timbul karena abnormalitas kromosom sejak
periode embrional sebagai gangguan organogenesis, biasanya terjadi pada awal kehamilan
hingga usia kehamilan 8 minggu. Kelainan-kelainan ini seringkali tidak akan terdiagnosis
secara ultrasonografi (USG) pada awal-awal kehamilan.
2) Deformitas, yaitu kelainan posisi, ukuran, bentuk tubuh yang timbul pada fetus yang
semula tumbuh normal akibat faktor-faktor mekanis. Kelainan ini terjadi bila janin yang
normal secara genetik mengalami perubahan struktural karena lingkungan intrauteri yang
abnormal. Misal: oligohidramnion.
3) Disrupsi, yaitu janin yang normal secara genetis, kemudian mengalami kelainan akibat
gangguan perkembangan. Misal: ketuban pecah dini, Amniotic Band Syndrome.

Kelainan fungsi saraf ini dapat terjadi baik karena suatu penyakit pada saat dewasa maupun
sejak dari dalam kandungan.
sindrom Angelman: penyakit yang menyerang sistem saraf manusia sehingga timbul beberapa
gejala pada penderita terhambatnya proses tumbuh kembang serta pematangan psikomotor
seseorang, terutama dalam hal intelektual.
• Diperkirakan terjadi pada 1 dari sekitar 12.000-20.000 kelahiran hidup.
• Jarangng ditemukan.
Etiologic:
mutasi gen yang terjadi sebelum bayi lahirkelainan pada kromosom 15gangguan pada
sistem saraf bayi.
Manifestasi klinik
• Ataksia
• Tremor dan gelisah
• Skoliosis
• Mata julinh
• Gangguan tumbuh kembang
• Anggota gerak kaku
Diagnosis
Penyakit ini dapat didiagnosis saat dalam kandungan (prenatal) maupun setelah lahir
(postnatal).
Diagnosis prenatal
• Deteksi dengan cara menganalisis cairan ketuban ibu hamil, dilanjutkan
pemeriksaan kromosom. Bila ditemukan kelainan kromosom 15  dicurigai mengalami
sindrom Angelman.
Diagnosis postnatal
• Mengamati kelainan fisik serta menelusuri riwayat tumbuh kembang anak yang
mengarahkan pada penyakit
• diagnosis yang pasti dgn analisis kromosom yang menunjukkan adanya kelainan pada
kromosom 15.
Pengobatan
• Hingga saat ini, belum ada terapi
• Pengobatan lebih ditujukan untuk rehabilitasi dengan tujuan untuk mengoptimalkan
perkembangan dan perilaku anak.
Koreksi terhadap kelainan fisik yang timbul, misalnya strabismus dan scoliosis
eprints.undip.ac.id › 

Anda mungkin juga menyukai