Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

CEPHALGIA

Disusun oleh :
Erna Khuswatun Fitriai
113 121 018

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP
TAHUN 2022
A. PENGERTIAN
Chepalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri dibelakang mata
serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang. Chepalgia atau sakit kepala
adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukan penyakit organik (neurologi atau
penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migrain), tegangan otot rangka (sakit kepala
tegang) atau kombinasi respon tersebut (Weiner & Levit, 2005)
B. KLASIFIKASI
1. Jenis chepalgia primer yaitu :
- Migrain
- Sakit kepala tegang
- Sakit kepala cluster
2. Jenis chepalgia sekunder yaitu :
- Berbagai sakit kepala yang dilakukan dengan lesi struktural
- Sakit kepala dikaitkan dengan trauma kepala
- Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (misalnya perdarahan
subarakhnoid)
- Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler (misalnya
tumor otak)
- Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia atau putus obat
- Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik
- Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia)
- Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher
atau strktur sekitar kepala (misalnya glaukoma akut)
- Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)

C. ETIOLOGI
Menurut Papdi (2012) sakit kepala sering berkembang dari sejumlah faktor resiko yang
umum yaitu :
1. Penggunaan obat berlebih
Menggunakan terlalu banyak obat dapat menyebabkan otak dalam keadaan tereksasi,
yang dapat memicu sakit kepala. Penggunaan obat yang berlebihan dapat
menyebabkan rebound sakit kepala (tambah parah setiap diobati)
2. Stress
Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, termasuk sakit kepala
kronis. Stress mneyebabkan pembuluh darah di otak mengalami penegangan sehingga
menyebabkan sakit kepala.
3. Masalah tidur
Kesulitan tidur merupakan faktor resiko umum untuk sakit kepala. Karena hanya
sewaktu tidur kerja seluruh tubuh termasuk otak dapat beristirahat pula
4. Kegiatan berlebih
Kegiatan atau pekerjaan yang berlebihan dapat memicu datangnya sakit kepala,
termasuk hubungan seks. Kegiatan yang berlebihan dapat membuat pembuluh darah di
kepala dan leher mengalami pembengkakan.
5. Kafein
Sementara kafein telah ditunjukan untuk meningkatkan efektifitas ketika ditambahkan
beberapa obat sakit kepala. Sama seperti obat sakit kepala berlebihan dapat
memperburuk gejala sakir kepala, kafein yang berlebihan juga dapat mencipatakan
efek rebound (tambah parah setiap kali diobati).
6. Rokok
Rokok merupakan faktor resiko pemicu sakit kepala. Kandungan nikotin dalam rokok
dapat membuat pembuluh darah menyempit.
7. Alkohol
Alkohol menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak. Sama seperti rokok, alkohol
juga merupakan faktor resiko umum penyebab sakit kepala.
8. Penyakit atau infeksi
Misalnya seperti meningitis (infeksi selaput otak), saraf terjepit di leher bahkan tumor
D. TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri kepala unilateral atau bilateral
2. Nyeri terasa dibagian dalam mata atau pada mata bagian salam, lebih sering didaerah
fronto temporal
3. Nyeri dapat menjalar di oksiput leher bagian atas atau bahkan leher bagian bawah
4. Ada sebagian kasus dimulai dengan nyeri yang terasa tumpul mulai di leher bagian
atas menjalar ke depan. Kadang pada seluruh kepala dan menjalar ke bawah sampai
muka
5. Nyeri tumpul dapat menjadi berdenyut-denyut yang semakin bertambah sesuai dengan
pulsasi dan selanjutnya konstan
6. Penderita pucat, wajah lebih gelap dan bengkak dibawah mata
7. Kaki atau tangan berkeringat dan dingin
8. Biasanya oliguria sebelum serangan dan poliuria setelah serangan
9. Gangguan gastrointestinal berupa mual, muntah dan lain-lain
10. Kadang-kadang terdapat kelainan neurologik yang menyertai, timbul kemudian atau
mendahului serangan
E. PATOFISIOLOGI
Menurut Sidharta (2008), sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap
bagian-bagian diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan
ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala,
arteri-arteri subkuts dan periostium.
Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang
peka nyeri tersendiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang melindungi
sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak.
Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri perangsangan terhadap
bagian-bagian itu dapat berupa :
1. Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis
2. Infeksi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau seteah
dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi
3. Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang inrakranial, penyumbatan jalan
lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial
yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali.
4. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum,
intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia dan
hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri,
insufisiensi serebrovaskuler akut.
5. Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misanya vasodilatasi (migren dan
clusterheadache) dan radang (arteritis temporalis)
6. Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada
spondiloartrosis deformans servikalis
Pelajaran nyeri (reffererd pain) dri daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis)
baseol kranii (ca. Nasifaring) gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi)
dan daerah leher (spondiloatritis deforman servikalis.
F. PEMERIKSA PENUNJANG DAN HASIL
Rontgen kepala : mendeteksi fraktur dan penyimpangan struktur
1. Rontgen sinus : mengkonfirmasi diagnosa sinusitis dan mengidentifikasi masalah-
masalah struktur, malformasi rahang
2. Pemeriksaan visual : ketajaman, lapang pandang, refraksi, membantu dalam
menentukan diagnos banding
3. CT scan Otak : mendeteksi masa intrakranial, perpindahan ventrikuler atau hemoragi
intracranial
4. Sinus : mendeteksi adanya infeksi pada daerah sfenoldal dan etmoidal
5. MRI : mendeteksi lesi/abnornalitas jaringan, memberikan informasi tentang
biokimia, fisiologis dan struktur anatomi
6. Ekoensefalografi : mencatat perpindahan struktut otak akibat trauma, CSV atau space
occupaying lesion
7. Elektroesefalografi : mencatat aktivitas otak selama berbagai aktivitas saat episode
sakit kepala
8. Angeografi serebral : mengidentifikasi lesivaskuler
9. HSD : leukositosis menunjukan infeksi, anemia dapat menstimulasi migren
10. Laju sedimentasi : mungkin normal, menetapkan ateritis tempora, meningkat pada
inflamasi
11. Elektrolit : tidak seimbang, hiperkalasemia dapat menstimulasi migren
12. Pungsi lumbal : untuk mengevaluasi/mencatat peningkatan tekanan CSSS, adanya
sel-sel abnormal.
G. PATHWAYS

KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian primer
- Airway : batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan,
oksigen
- Breathing : dispnea sat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
- Circulation : riwayat HT akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia,
syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical, bunyi
jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan nadi jugularis,
warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau sianosis, leher ada pembesaran,
bunyi nafas krakles atau ronchi, oedema
- Disability : tingkat kesadaran
- Eksposure : head toe toe
B. Pengkajian sekunder
- Aktivitas/istirahat
Keletihan, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat istirahat atau aktifitas,
erubahan status mental, tanda vital berubah saat beraktifitas
- Integritas ego
Ansietas, stress, marah takut dan mudah tersinggung
- Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam hari,
diare/konstiasi
- Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan. Pembengkakan
ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic distensi abdomen, oedema
umum, dll
- hygine
keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang
- neurosensori
kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung
- nyeri/kenyamanan
nyeri dada akut-kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah
- interaksi sosial
penurunan aktifitas yang biasa dilakukan

Intervensi

No Dx Keperawatan SLKI SIKI


1 Nyeri akut b.d agen SLKI : Tingkat nyeri SIKI : Manajemen
pencedera fisiologis Setelah dilakukan nyeri
tindakan keperawatan Observasi
nyeri pasien berkurang 1. Identifikasi lokasi
dengan kriteria hasil : nyeri dan skala nyeri
Ekspetasi menurun 2. Identifikasi respon
1. Keluhan nyeri nyeri non verbal
menurun Terapeutik
2. Meringis menurun 1. Berikan teknik
3. Gelisah menurun nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. Teknik nafas
dalam)
Edukasi
1. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgesik

2. Gangguan pola tidur b.d SLKI : pola tidur SIKI : dukungan tidur
nyeri kepala Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan 1. Identifikasi pola
pola tidur membaik aktivitas dan tidur
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor
Ekspektasi membaik : gangguan tidur
1. Keluhan sulit tidur Teraupetik :
2. Keluhan pola tidur 1. Modifikasi lingkungan
berubah tidur
3. Keluhan istirahat Edukasi :
tidak cukup 1. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
3. 3 Resiko defisit Nutrisi b.d SLKI : status nutrisi SIKI : Manajemen
ketidakmampuan Setelah dilakukan nutrisi
menelan makanan tindakan keperawatan Observasi :
status nutrisi membaik 1. Identifikasi status
dengan kriteria hasil : nutrisi
Ekspektasi membaik : 2. Monitor asupan
1. frekuensi makan makanan
membaik Edukasi :
2. nafsu makan 1. Anjurkan posisi duduk
membaik Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
(jika perlu)

DAFTAR PUSTAKA
Cynthia. M,T Sheila.2011.Diagnosis Keperawatan dengan rencana asuhan. EGC : Jakarta.

Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. EGC : Jakarta.Papdi, Eimed 2012.
Kegawatdaruratan penyakit dalam (Emergency in internal medicine). Interna Publishing :
Jakarta

Ginsberg, Lionel.2007. Lecture Notes Mourologi. Erlangga : Jakarta

Markam, Soemarno,2009. Penuntun Neurologi. Binarupa Aksara Jakarta

Weiner, H.L, Levitt.L.P.2005. NEUROLOGI. Edisi 5.EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai