Anda di halaman 1dari 3

UNIT BELAJAR 3

SKENARIO 3 : Vaskular
TIPE SKENARIO : An explanation problem
NARASI : Narasi
…………………………………..…………………………………

Lumpuh Separuh Badan

Seorang wanita 65 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan tiba-tiba lumpuh separuh
badan saat bangun tidur. Pasien juga mengeluhkan mulut mencong ke kiri dan bicara pelo. Pada
anamnesis didapatkan: sefalgia (+), nausea (-), vomitus (-). Dari pemeriksaan fisik didapatkan:
kesadaran compos mentis, TD 200/100 mmHg, nadi 80x/menit reguler, paresis N.VII dextra
sentral, disartria, hemiparesis dextra spastik. Refleks patologis kanan positif.

Tugas :
1. Jelaskan fenomena apa yang terjadi pada skenario ini!
2. Bagaimana tatalaksana kegawatdaruratan pada kasus ini!

I. Kata sulit
1. pelo = Bicara tidak jelas
2. disartria = Disartria adalah gangguan dalam bertutur yang disebabkan oleh kerusakan
sistem saraf pusat yang secara langsung mengontrol aktivitas otot-otot yang berperan
dalam proses tuturan dalam pembentukan suara pengucapan.
3. Sefalgia = Cephalgia adalah istilah medis dari nyeri kepala atau sakit kepala. Cephalgia
berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu cephalo dan algos. Cephalo
memiliki arti kepala, sedangkan algos memiliki arti nyeri. Cephalgia dapat menimbulkan
gangguan pada pola tidur, pola makan, menyebabkan depresi sampai kecemasan pada
penderitanya.
4. Hemiparesis dextra spastik =

II. Rumusan Masalah


1. Mengapa Pasien mengeluhkan mulut mencong ke kiri dan bicara pelo?
2. Mengapa pasien mengeluhkan lumpuh separuh badan saat bagun tidur?
3. Bagaimana hubungan usia pasien dengan keluhan yang dialami pasien?
4. Apa maksud reflex patologis anan positif?
5. Jelaskan fenomena apa yang terjadi pada skenario ini.
6. Bagaimana tatalaksana kegawatdaruratan pada kasus ini.

III. Curah Pendapat


1.
2. Kita harus ketahui dulu etiologi nya dari anamnesis. Pasien pada skenario kan datang
dengan kesadaran compos mentis, walaupun pelo dalam berbicara, tetapi dia masih dapat
berkomunikasi. Biasanya dari yang saya pernah baca, orang lumpuh itu berhubungan
dengan saraf. Antara pasien pernah mengalami trauma/kecelakaan sehingga
menimbulkan lesi dan berpengaruh pada sarafnya, atau pasien mengalami cerebro
vascular accident atau yang biasa disebut dengan stroke. CVA (cerebro vascular accident)
atau stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena gangguan peredaran darah di otak
yang menyebabkan terjadinya kelainan fungsi otak yang timbul mendadak secara cepat
tanpa peringatan dan dapat terjadi pada siapa saja, terutama orang tua. Stroke biasanya
disebabkan dari salah satu keadaan yaitu trombosis cerebral, dimana terjadi pada
pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak dan
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis ini biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penuirunan
aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.
Terdapat beberapa keadaan yang menyebabkan trombosis otak antara lain aterosklerosis
(hilangnya elastisitas dinding pembuluh darah), hiperkoagulasi pada polisitemia,
peningkatan hematokrit yang melambatkan aliran darah otak, dan arteritis. Orang yang
lumpuh pada saat bangun tidur juga dapat disebabkan oleh terjadinya stroke non
hemoragik/iskemik, biasanya hal ini terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur,
atau dipagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjkadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder serta kesadaran umumnya baik.

3. Dari berbagai studi yang dilakukan tentang penyakit stroke, umur merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi terjadinya stroke. Orang yang telah berumur tua pada
umumnya lebih rentan terkena penyakit stroke dibandingkan dengan yang lebih muda. Ini
adalah kondisi alamiah yang harus diterima. Saat umur bertambah, kondisi jaringan tubuh
sudah mulai kurang fleksibel dan lebih kaku, termasuk dengan pembuluh darah. Suatu
studi telah melaporkan bahwa degenerasi terkait usia struktur dan fungsi pembuluh darah
otak dapat menyebabkan gangguan perfusi lokal. Perubahan terkait penuaan pada
pembuluh serebral pada akhirnya dapat mengurangi cadangan serebrovaskular dan
meningkatkan kerentanan otak terhadap pembuluh darah. insufisiensi dan cedera iskemik.
4.
5. stroke = Saat otak mengalami stroke iskemik, otak kehilangan fungsinya untuk
memberikan suplai darah, oksigen, dan nutrisi ke otak. Perubahan yang dihasilkan ini
menghalangi fungsi saraf normal. Hal ini pada akhirnya menyebabkan kematian/nekrosis
saraf akibat oklusi pembuluh darah. Jaringan otak sangat sensitif terhadap perubahan ini.

6. Stroke akut, baik iskemik maupun perdarahan merupakan kegawatdaruratan medis.


Penatalaksanaan stroke yang dilakukan di IGD dilakukan pengkajian awal dengan
mengkaji onset pertama, status neurologis, monitoring tekanan darah dan melakukan CT
Scan. CT scan dilakukan untuk melihat apakah pasien mengalami mengalami stroke
iskemik atau hemoragik. Jika gambaran CT Scan pasien tidak mengalami perdarahan,
maka pasien akan diberikan terapi antikoagulan. Monitoring tekanan darah menjadi
penkajian dasar sebelum pemberian intervensi. Jika tekanan darah >185/110 mmHg
(hipertensi seperti di skenario), pasien harus diberikan intervensi untuk menurunkan
tekanan darah sebelum mendapatkan terapi antikoagulan. Memonitoring tekanan darah
pada kasus stroke menjadi dasar alasan pemberian intervensi lanjutan. Tekanan darah
tinggi dapat meningkatkan risiko pembentukan edema dan transformasi hemoragik pada
stroke iskemik, dan meningkatkan hematoma pembesaran pada perdarahan otak dengan
peningkatan berkelanjutan perdarahan

Terapi antihipertensi sangat penting untuk pencegahan. Penurunan 10 ‐ mm Hg pada tekanan


darah sistolik dikaitkan dengan penurunan risiko stroke sekitar sepertiga.

Semua pasien mendapat terapi iv- rTPA. Pengobatan iv-rtPA terbukti bermanfaat bagi pasien
stroke iskemik di 1995 NINDS (National Institute of Studi Gangguan Neurologis dan Stroke).
IV- rtPA adalah tonggak utama dalam pengobatan stroke. IV-rtPA sebagai terapi standar untuk
pasien dengan stroke iskemik dalam waktu 4,5 jam setelah onset gejala (Khandelwal, Mbbs, &
Ms, 2016). Pedoman stroke terbaru dari American Heart Association (AHA) merekomendasikan
penggunaan hingga 4,5 jam sejak timbulnya gejala pada pasien yang memenuhi syarat. Terlepas
dari rekomendasi ini, penggunaan IV- rtPA diperkirakan terjadi pada <3% pasien dengan stroke
iskemik.

Anda mungkin juga menyukai