Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan gangguan fungsional otak fokal atau global yang terjadi secara akut,
lebih dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak. Stroke dengan defisit neurologis yang
terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke diklasifikasikan
sebagai iskemik (disebabkan oleh trombosis dan emboli) atau hemoragik (terutama disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah atau aneurisma).1
Stroke merupakan penyebab kematian no 5 terbanyak di Amerika Serikat dan penyebab
utama disabilitas atau kecacatan jangka panjang yang serius. Dari semua jenis stroke, 87%
adalah stroke iskemik.2

Pada tahun 2017, sebanyak 795.000 orang mengalami stroke di Amerika Serikat, baik
serangan pertama maupun berulang setiap tahunnya, dengan masing-masing proporsi sebesar
610.000 orang dengan serangan pertama, dan 185.000 orang dengan serangan berulang.
Berdasarkan jenis stroke, 87% merupakan stroke infark, 10% stroke ICH (Intracranial
Hemmorhage), dan 3% lainnya adalah stroke SAH (Subarachnoid Hemmorhage).3

Sekitar 80 persen stroke bisa dicegah. Meskipun beberapa faktor risiko stroke tidak
terkendali, seperti usia dan ras, faktor risiko lainnya ada dalam kendali diri sendiri dan membuat
perubahan gaya hidup kecil dapat mengurangi risiko stroke. Misalnya, hipertensi, yang
merupakan faktor risiko utama, dapat dikontrol dengan mengonsumsi makanan sehat, aktivitas
fisik secara teratur, tidak merokok, dan dengan meminum obat yang diresepkan. American Heart
Association mengidentifikasi tujuh faktor untuk mengendalikan kesehatan ideal. Life's Simple 7:
menjadi aktif, jaga kolesterol, makan makanan yang sehat, atur tekanan darah, pertahankan berat
badan yang sehat, kendalikan gula darah dan jangan merokok.4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara akut atau
mendadak dengan tanda dan gejala klinis terkait defisit neurologis baik fokal maupun. Stroke
infark didefinisikan sebagai sekumpulan tanda klinik yang berkembang oleh sebab vaskular.
Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih pada umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran darah
ke otak, yang menyebabkan cacat atau kematian.5

Stroke non hemoragik didefinisikan sebagai sekumpulan tanda klinik yang berkembang
oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih pada umumnya terjadi akibat
berkurangnya aliran darah ke otak, yang menyebabkan cacat atau kematian.6

B. EPIDEMIOLOGI

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 15 juta orang menderita stroke di seluruh
dunia setiap tahun. Dari jumlah tersebut, 5 juta mati, dan 5 juta lainnya meninggalkan cacat
permanen. Meski stroke sering dianggap sebagai penyakit orang tua, sepertiga dari stroke terjadi
pada orang yang lebih muda dari 65 tahun.Resiko stroke meningkat dengan usia, terutama pada
pasien yang lebih tua dari 64 tahun, di antaranya 75% dari semua stroke terjadi.Pria berada pada
risiko tinggi untuk stroke daripada wanita.6,7
Stroke non hemoragik bisa terjadi akibat suatu dari dua mekanisme patogenik yaitu
trombosis serebri atau emboli serebri. Trombosis serebri menunjukkan oklusi trombotik arteri
karotis atau cabangnya, biasanya karena arterosklerosis yang mendasari. Proses ini sering timbul
selama tidur dan bisa menyebabkan stroke mendadak dan lengkap. Defisit neurologi bisa timbul
progresif dalam beberapa jam atau intermiten dalam beberapa jam atau hari. Emboli serebri
terjadi akibat oklusi arteria karotis atau vetebralis atau cabangnya oleh trombus atau embolisasi
materi lain dari sumber proksimal, seperti bifurkasio arteri karotis atau jantung. Emboli dari
bifurkasio karotis biasanya akibat perdarahan ke dalam plak atau ulserasi di atasnya di sertai
trombus yang tumpang tindih atau pelepasan materi ateromatosa dari plak sendiri. Embolisme
serebri sering di mulai mendadak, tanpa tanda-tanda disertai nyeri kepala berdenyut.4

C. FAKTOR RESIKO
1. Faktor risiko Nonmodifiable meliputi berikut ini:

a. Usia
b. Ras
c. Seks
d. Etnik
e. Riwayat keluarga stroke atau serangan iskemik transient (TIA).6

2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi meliputi berikut ini:

a. Hipertensi
b. Diabtes mellitus
c. Penyakit jantung: fibrilasi atrium, penyakit katup, gagal jantung, stenosis mitral, anomali
struktural memungkinkan kanan-ke-kiri shunting (misalnya, paten foramen ovale), dan
atrium dan pembesaran ventrikel.
d. Hiperkolesterolemia
e. Masalah gaya hidup: asupan yang berlebihan alkohol, penggunaan tembakau,
penggunaan narkoba, aktivitas fisik.
f. Kegemukan
g. Oral penggunaan kontrasepsi / penggunaan hormon pascamenopause.7

D. KLASIFIKASI
Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses
patologik (kausal):
a. Berdasarkan manifestasi klinik:
1. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang
dalam waktu 24 jam.
2. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi
tidak lebih dari seminggu.
3. Prolong reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih dari seminggu.
4. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
5. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.8

b. Berdasarkan Kausal
1. Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak.
Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil.
Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh
terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh
tingginya. kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada
pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil
terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.
2. Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang
lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa
mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.9
J

2.1 Patofisiologi
Trombosis merupakan suatu proses pembentukan bekuan darah yang terdapat di dalam
pembuluh darah.
Suatu penyumbatan total aliran darah pada sebagian otak akan menyebabkan hilangnya
fungsi neuron pada area tersebut, jika hal ini terjadi dapat mengakibatkan Iskemia Neuron.
Berkurangnya kadar oksigen dan glukosa menyebabkan berkurangnya energi yang diperlukan
untuk memelihara potensial membran dan gradien ion trans membran. Kalium akan bocor ke luar
dari dalam sel yang akan menyebabkan depolarisasi dan selanjutnya menyebabkan masuknya ion
kalsium ke dalam sel dan juga menstimulasi pelepasan glutamat melalui glutamat transporter.
Aktivitas glutamat pada celah sinaps juga menstimulasi reseptor asam amino eksitatorik yang
akan berpasangan dengan kanal kalsium dan natrium. Hal ini akan menghasilkan masuknya
natrium pada neuron post sinaps dan dendrit yang akan menyebabkan depolarisasi dan edema
sitotoksik. 11-12

H
2.6 Manifestasi Klinis

Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung pada
berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya. Sebagian besar kasus terjadi secara
mendadak, sangat cepat, dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit.
Gejala utama stroke iskemik akibat trombosis serebri ialah timbulnya defisit neurologik
secara mendadak/subakut, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya
tidak menurun. Biasanya terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Sedangkan stroke iskemik akibat
emboli serebri didapatkan pada usia lebih muda, terjadi mendadak dan pada waktu beraktifitas.
Kesadaran dapat menurun bila emboli cukup besar.
Vaskularisasi otak dihubungkan oleh 2 sistem yaitu sistem karotis dan sistem
vertebrobasilaris. Gangguan pada salah satu atau kedua sistem tersebut akan memberikan gejala
klinis tertentu.

1. Gangguan pada sistem karotis Pada cabangnya yang menuju otak bagian tengah (a.serebri
media) dapat terjadi gejala:
a. Gangguan rasa di daerah muka dan sesisi atau disertai gangguan rasa di lengan dan
tungkai sesisi.
b. Gangguan gerak dan kelumpuhan dari tingkat ringan sampai total pada lengan dan
tungkai sesisi (hemiparesis/hemiplegi).
c. Gangguan untuk berbicara baik berupa sulit mengeluarkan kata-kata atau sulit mengerti
pembicaraan orang lain, ataupun keduanya (afasia).
d. Gangguan pengelihatan dapat berupa kebutaan satu sisi, atau separuh lapangan pandang
(hemianopsia).
e. Mata selalu melirik ke satu sisi.
f. Kesadaran menurun.
g. Tidak mengenal orang-orang yang sebelumnya dikenalnya.

2. Pada cabangnya yang menuju otak bagian depan (a.serebri anterior) dapat terjadi gejala:
a. Kelumpuhan salah satu tungkai dan gangguan saraf perasa.
b. Ngompol (inkontinensia urin).
c. Penurunan kesadaran.

3. Pada cabangnya yang menuju otak bagian belakang (a.serebri posterior), dapat memberikan
gejala:
a. Kebutaan seluruh lapangan pandang satu sisi atau separuh lapangan pandang pada satu
sisi atau separuh lapangan pandang pada kedua mata. Bila bilateral disebut cortical
blindness.
b. Rasa nyeri spontan atau hilangnya persepsi nyeri dan getar pada separuh sisi tubuh.
c. Kesulitan memahami barang yang dilihat, namun dapat mengerti jika meraba atau
mendengar suaranya.10
4. Gangguan pada sistem vertebrobasilaris
Gangguan pada sistem vertebrobasilaris dapat menyebabkan gangguan penglihatan,
pandangan kabur atau buta bila gangguan pada lobus oksipital, gangguan nervus kranialis
bila mengenai batang otak, gangguan motorik, gangguan koordinasi, drop attack, gangguan
sensorik dan gangguan kesadaran.
Selain itu juga dapat menyebabkan:
a. Gangguan gerak bola mata, hingga terjadi diplopia, sehingga jalan sempoyongan.
b. Kehilangan keseimbangan.
c. Vertigo.
d. Nistagmus.11,12
H

2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis
Anamnesis terutama mengenai gejala awal, waktu awitan, aktivitas
penderita saat serangan, gejala seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa
berputar, kejang, gangguan visual, penurunan kesadaran, serta faktor risiko
stroke (hipertensi, diabetes, dan lain-lain). 10

2.7.2 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik, meliputi penilaian respirasi, sirkulasi, oksimetri, dan
suhu tubuh. Pemeriksaan kepala dan leher (misalnya cedera kepala akibat jatuh
saat kejang, bruit karotis, dan tanda-tanda distensi vena jugular pada gagal
jantung kongestif). Pemeriksaan torak (jantung dan paru), abdomen, kulit dan
ekstremitas. 10

2.7.3 Pemeriksaan Neurologi


Pemeriksaan neurologis terutama pemeriksaan saraf kranialis, rangsang
selaput otak, sistem motorik, sikap dan cara jalan refleks, koordinasi, sensorik
dan fungsi kognitif.
Skor Siriraj12
Skor Stroke Siriraj
Gejala/tanda Penilaian Indeks
Derajat Kesadaran (0) Kompos mentis X 2,5
(1) Somnolen
(2) Sopor/koma
Muntah (0) Tidak ada X2
(1) Ada
Nyeri kepala (0) Tidak ada X2
(1) Ada
Tekanan darah Diastolik X 0,1
Ateroma (0) Tidak ada X3
(1) Salah satu atau lebih: DM,
angina, penyakit pembuluh
darah.

Interpretasi skor Siriraj:


Skor >1: Stroke Hemoragik
Skor < -1: Stroke Non-Hemoragik
2.7.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliputi pemeriksaan darah lengkap
untuk menilai adanya anemia, leukositosis dan jumlah platelet. Pemeriksaan protrombin
time (PT), partial tromboplastin time (PTT) dilakukan untuk melihat apakah pasien dapat
di berikan terapi rt-Pa dan evaluasi pemberian warfarin. Pemeriksaan glukosa darah,
fungsi ginjal dan fungsi hepar dilakukan untuk menyingkirkan penyebab dari sistemik.
Pemeriksaan marker jantung juga dapat dilakukan untuk mencari apakah ada kelainan
pada jantung. EKG dan ekokardiografi dilakukan untuk melihat apakah ada kelainan
irama jantung. Foto toraks dilakukan untuk melihat apakah ada tidaknya perbesaran
jantung. 10
Pada kasus stroke, CT scan dapat membedakan stroke infark dan stroke
hemoragik. Pemeriksaan CT scan kepala merupakan standar baku untuk menegakkan
diagnosis stroke. Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) secara umum lebih
baik dibandingkan CT scan. MRI mempunyai kelebihan mampu melihat adanya infark
pada jaringan otak dalam waktu 2-3 jam setelah onset stroke non hemoragik. Kelemahan
alat ini adalah preosedur pemeriksaan yang lebih rumit dan lebih lama, serta harga
pemeriksaan yang lebih mahal. Angiografi dilakukan bila ada kecurigaan stenosis
pembuluh darah baik ekstrakranial maupun intracranial. Ultrasonografi Doppler
dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit aterosklerosis pada pasien yang mengalami
TIA ataupun stroke. EEG dapat dilakukan pada pasien stroke yang dicurigai mengalami
kejang.10
E. PENATALAKSANAAN

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Mantro kelurahan bada
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
No.RM : 120504
Tanggal Masuk : 15 Juni 2020

ANAMNESA (autoanamnesa)
Keluhan Utama
Lemah separuh tubuh kiri
Keluhan Tambahan :
Artikulasi tidak jelas (pelo)
Penyakit Sekarang
Pasien datang ke igd RSUD dompu dibawa keluarga dengan keadaan sadar mengeluh
lemah separuh badan kiri. Lemas separuh badan diawali dengan adanya keluhan rasa kesemutan
dan kebal pada kaki dan tangan sebelah kiri yang dirasakan mendadak sejak 1 hari SMRS.
Keluhan ini terjadi tiba-tiba saat bangun tidur, pasien merasa kaki dan tangan kirinya lemas
bersamaan dengan keluhan itu, bicara pasien juga mulai tidak jelas. Pasien mengaku memiliki
keluhan pusing sejak satu hari sebelumnya namun pasien merasakan hal tersebut pusing biasa
dan tidak pergi berobat. Pasien menyangkal adanya pandangan kabur, penglihatan yang tampak
berbayang atau dobel, adanya penurunan pendengaran, dan keluhan sulit menelan. Keluhan lain
seperti muntah, pingsan dan kejang juga disangkal oleh pasien. BAK dan BAB pasien masih
dalam batas normal. Riwayat trauma disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki riwayat hipertensi yang diketahui sejak 1 tahun yang lalu, namun pasien
mengaku tidak pernah minum obat secara teratur. Pasien baru berobat apabila pasien merasa
nyeri kepala hingga tidak bisa bekerja. Riwayat diabetes melitus, penyakit ginjal, penyakit
jantung dan riwayat stroke yang diketahui sebelumnya disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat HT (+), tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit atau yang
mengalami keluhan sama seperti pasien.

Riwayat Pribadi dan Sosial:


Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dan kadang membantu membantu suami dengan
bertani.

PEMERIKSAAN FISIK
KU : Baik, Composmentis, GCS E4 V5M6

Tekanan darah : 170/110 mmHg

Nadi : 84x /menit

Respirasi : 20x /menit

Suhu : 36,5 °C

Status Internus

Kepala : Normochepali

Konjungtiva : Anemis -/-


Sklera : Ikterik -/-

Leher : Tidak ada kelainan, pembesaran (-)

Thorax :

Paru :Inspeksi : tidak ketinggalan gerak, simetris, retraksi (-)

Palpasi : ketinggalan gerak (-), nyeri tekan(-), vokal

fremitus(+/+)

Perkusi : sonor pada seluruh lapang pandang paru


Auskultasi : SD: vesikular, ST (-), ronki (-), wheezing (-).

Jantung : Inspeksi : ictus cordis normal

Palpasi : Batas jantung kanan: ICS II parasternal dextra


Batas jantung kiri: ICS VI linea aksilaris sinistra
Perkusi : suara redup

Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Inspeksi : Distensi (-), scar atau jejas (-)


Auskultasi : Bising usus (+) normal, 15x/menit
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. GCS : E4V5 M6
2. Fungsi Luhur
- Reaksi emosi : Eutimik
- Intelegensia : Memadai
- Fungsi bicara : Disartria
- Fungsi psikomotor : Normoaktif
- Fungsi Psikosensorik : Normal
3. Tanda rangsang Meningen:
- Kaku kuduk : (-)
- Kernig : (-)
- Brudzinski I : (-)
- Brudzinski II : (-)
- Brudzinski III : (-)
- Brudzinski IV : (-)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Pemeriksaan Nn. Craniales
N.I : Normosmia
N.II : Tajam penglihatan N
Pemeriksaan Pupil
Bentuk Pupil : Bulat, isokor, 2,5 mm
Reflek Cahaya Langsung : +/+ ( kanan/kiri)
Tidak langsung : +/+ ( kanan/kiri)
N.III, IV, VI : Pergerakan bola mata baik ke segala arah,
Menutup kelopak mata kanan dan kiri simetris
Ptosis : -/- Nistagmus : -/-
N.V : Sensorik : BN
Motorik : pasien dapat merapatkan gigi dan mebuka mulut
N.VII : Mengangkat alis : alis kiri tertinggal
Menutup mata : kelopak mata kiri melambat
N.VIII : Tidak diperiksa
N.IX, X : Tidak diperiksa
N.XI : Tidak diperiksa
N.XII : Statis : lidah deviasi ke kiri
Atropi (-), fasikulasi (-)

Pemeriksaan Fungsi Motorik:

Motorik Superior Inferior


Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Pergerakan Aktif Pasif Aktif Pasif
Kekuatan 5 3 5 3
Tonus otot Normal Normal Normal Normal
Bentuk otot Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Reflek Fisiologis : Reflek Patologis :
Biceps : (+/++) Babinski : (+/-)
Triceps: (+/++) Chaddock : tdk dilakukan
KPR : (+/++) Gordon : tdk dilakukan
APR : (+/++) Oppenheim : tdk dilakukan

Pemeriksaan Otonom
Defekasi : Baik
Miksi : Baik
Koordinasi : Tes Tunjuk : dalam batas normal
Tes Romberg : tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Tanggal 15-6-2020

WBC : 7.92 103/ µL

RBC : 5,33 106 / µL

HB : 12.4 g/dl

HT : 38 %

PLT : 205 103/ µL

TRIGLISERIDA : 145 mg/dL

KOL. TOTAL : 193 mg/Dl

HDL KOL : 29 mg/Dl

LDL KOL : 98 mg/Dl


GDS : 97 mg/dL

EKG: prominen gelombang U (hypokalemia)

RESUME
Pasien wanita umur 58 tahun dibawa keluarga dengan keadaan sadar mengeluh lemah
separuh badan kiri. Lemas separuh badan diawali dengan adanya keluhan rasa kesemutan dan
kebal pada kaki dan tangan sebelah kiri yang dirasakan mendadak sejak 1 hari SMRS. Keluhan
ini terjadi tiba-tiba saat bangun tidur, pasien merasa kaki dan tangan kirinya lemas. Keluhan
kelemahan ini disertai suara pelo dan mulutnya mulut mencong. Pasien mengaku memiliki
keluhan pusing sejak satu hari sebelumnya namun pasien merasakan hal tersebut pusing biasa
dan tidak pergi berobat. Pasien menyangkal adanya pandangan kabur, penglihatan yang tampak
berbayang atau dobel, adanya penurunan pendengaran, dan keluhan sulit menelan. Keluhan lain
seperti muntah, pingsan dan kejang juga disangkal oleh pasien. BAK dan BAB pasien masih
dalam batas normal. Riwayat trauma disangkal oleh pasien.
Pasien memiliki riwayat hipertensi lama namun pasien mengaku jarang minum obat
secara teratur. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan darah
180/100 mmHg, nadi 92x/menit, frekuensi pernafasan 20x/menit, suhu aksila 37°C. Dari
pemeriksaan neurologis didapatkan adanya hemiparese sinistra, parese nervus VII tipe sentral,
parese nervus XII sinistra.

ASSESSMENT
Diagnosis klinis : Hemiparesis sinistra et causa NHS
Diagnosa topis : Kortex Cerebri Dekstra
Diagnosis etiologi : Stroke Non Hemoragik ec trombus

PENATALAKSANAAN

Farmakologi

Stabilisasi Hemodinamik
Medikamentosa
- IVFD NS + farbion 20 TPM
- Inj. Citicolin 500mg /12 jam/iv
- Inj. Piracetam 4x2 gram/iv
- Inj. Lapibal 500mcg/12 jam/iv
-

H
Non Medikamentosa
 Elevasi posisi kepala 300
 Manajemen pencegahan dan penanganan komplikasi: mobilisasi dan penilaian dini untuk
mencegah komplikasi sub akut, seperti: aspirasi, malnutrisi, pneumonia, trombosis vena
emboli paru, dekubitus, komplikasi ortopedi dan kontraktur perlu dilakukan.
 Konsultasi Rehabilitasi medik untuk mendapat fisioterapi post stroke

Terapi pada pencegahan komplikasi


 Manajemen pencegahan dan penanganan komplikasi: mobilisasi dan penilaian dini untuk
mencegah komplikasi subakut (aspirasi, dekubitus, komplikasi ortopedi dan kontraktur)
perlu dilakukan.
 Jika pasien mengeluhkan nyeri di daerah ulu hati yang diduga diakibatkan karena iritasi
lambung akibat pemberian aspirin, maka pasien dapat diberikan mukoprotektan berupa
sukralfat 2x500 mg, atau dapat diberikan H2-antagonis untuk mengurangi produksi asam
lambung yaitu ranitidine dengan dosis 1x150 mg.
 Rehabilitasi medik, fisitoterapi post stroke

C. Monitoring
 GCS
 Tanda-tanda vital (Tekanan darah, Respirasi, Nadi, Suhu)
 Keluhan pasien
 Tanda perdarahan efek samping pengobatan (Pengencer darah)
 Tanda peningkatan tekanan intrakranial

PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia et bonam
Quo ad sanam : dubia et bonam
Quo ad functionam : dubia et malam
BAB IV
PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai