Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE NON HEMORAGIK

Disusun Oleh:
Vivanni Friprilka (119110)

STIKES TELOGOREJO SEMARANG


PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
2022
 KONSEP DASAR

A. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. Stroke
adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak (dalam beberapa
detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan tanda dan gejala klinis baik fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran
darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik)
dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan cacat, atau kematian. Stroke adalah gangguan perfusi jaringan otak yang
disebabkan oklusi (sumbatan), embolisme serta perdarahan (patologi dalam otak itu
sendiri bukan karena faktor luar) yang mengakibatkan gangguan permanen atau
sementara. Stroke non hemoragik atau infark dalah cidera otak yang berkaitan dengan
obstruksi aliran darah otak terjadi akibat pembentukan trombus di arteri cerebrum atau
embolis yang mengalir ke otak dan tempat lain tubuh. Stroke non hemoragik merupakan
proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah
lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun
terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder. Stroke Iskemik atau Non-Hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh
suatu gangguan peredaran darah otak berupa obstruksi atau sumbatan yang menyebabkan
hipoksia pada otak dan tidak terjadi perdarahan. Stroke Iskemik atau non-hemoragik
merupakan stroke yang disebabkan karena terdapat sumbatan yang disebabkan oleh
trombus (bekuan) yang terbentuk di dalam pembuluh otak atau pembuluh organ selain
otak.
B. Etiologi
Penyebab stroke dapat dibagi tiga, yaitu :
a. Thrombosis serebri
Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama
thrombosis serebral yang menjadi penyebab paling umum dari stroke. Biasanya ada
kaitannya dengan kerusakan local dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis.
Thrombosis ditemukan pada 40% dari semua kasus stroke yang telah dibuktikkan oleh
ahli patologi.
b. Emboli serebri
Embolisme serebri termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab utama stroke.
Penderita embolisme biasanya lebih muda dibandingkan dengan penderita thrombosis.
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu thrombus dalam jantung sehingga masalah
yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan penyakit jantung.
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala stroke cukup beragam bergantung pada arteri yang terkena serta
daerah otak yang diperdarahi, intensitas kerusakan, dan luas sirkulasi kolateral yang
terbentuk. Gejala pada pasien stroke antara lain:
a. Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter terhadap gerakan motorik misalnya hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi
tubuh), hemiparesis (kelemahan pada salah satu sisi tubuh), dan menurunnya tonus otot
normal.
b. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi, misalnya
disartria yaitu kesulitan berbicara yang ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti,
disfasia atau afasia yaitu kehilangan bicara yang terutama ekspensif/reprensif dan
apraksia yaitu ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya.
c. Gangguan persepsi
Gangguan persepsi meliputi homonimus hemianopsia, amorfosintesis, gangguan
hubungan visual spasial dan kehilangan sensori.
D. Patofisiologi
Stroke non hemoragik disebabkan karena terjadinya penurunan aliran darah atau
bahkan terhenti sama sekali pada area tertentu di otak, yang dapat menyebabkan neuron
berhenti berfungsi. Terjadinya gangguan aliran darah pada otak dapat menyebabkan
gangguan pasokan oksigen dan glukosa. Bila gangguan pasokan tersebut terjadi hingga
melewati batas toleransi sel maka dapat mengakibatkan kematian sel. Sebaliknya, bila
aliran darah dapat segera diperbaiki maka kerusakan dapat diminimalisir.
Cedera iskemik neuron merupakan suatu proses biokimia yang aktif berkembang.
Kurangnya oksigen dan glukosa dapat menyebabkan terkurasnya energi cadangan dalam
sel, dimana energi tersebut dibutuhkan untuk menjaga potensial membran dan gradient
ion transmembran. Kalium yang keluar dari sel akan memicu depolarisasi masuknya
kalsium dan juga memicu pelepasan glutamat melalui glia glutamat transporter. Sinaptik
glutamat akan mengaktivasi reseptor asama amino eksitatorik yang bergabung dengan
kalsium dan natrium ion channels. Terjadinya influx pada post-sinaptik neuron dan
dendrite akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan edema akut. Influx kalsium yang
melebihi batas akan mengakibatkan aktivasi enzim-enzim yang dependen kalsium seperti
protease, lipase, dan nuklease. Enzim bersama hasil metabolismenya (eicosanoids dan
radikal bebas) akan mengakibatkan pemecahan plasma membran dan elemen sitoskeletal
yang mengakibatkan pemecahan plasma membran dan elemen sitoskeletal dimana dapat
berakibat pada kematian sel. Urutan kejadian tersebut dinamakan eksitotoksiti karena
adanya peran asam amino eksitatori seperti glutamat.
Jika iskemia yang terjadi belum luas maka dapat mengakibatkan sel untuk
bertahan lebih lama, seperti pada berbatasan antara daerah iskemi dengan daerah yang
masih mendapat perfusi dengan baik, yaitu penumbra. Proses biokimia ini dapat
melibatkan ekspresi protein seperti Bcl (B-cell lymphoma)-2-protein dan caspases (pro-
enzim untuk protease sistein). Dimana protein tersebut terlibat dalam apoptosis sel.
E. Komplikasi
Komplikasi stroke diantara yaitu :
a. Dekubitus: tirah baring yang terlalu lama akibat lumpuh menyebabkan luka pada
bagian tubuh yang menjadi tumpuan saat tirah baring, seperti: pinggul, pantat, sendi kaki,
tumit. Apabila dibiarkan, luka ini dapat menyebabkan infeksi. Cara agar terhindar dari
luka atau dekubitus adalah dengan pindah posisi tidur secara berkala.
b. Bekuan darah: menumpuknya cairan dan pembengkakan, embolisme paru-paru,
bekuan darah sering terjadi di kaki yang lumpuh.
c. Pneumonia: ketidak mampuan pasien stroke untuk batu dan menelan secara benar,
sehingga hal ini menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru dan selanjutnya
terinfeksi. Hal ini dokter akan memberikan antibiotik.
d. Kekakuan otot dan sendi: tirah baring yang lama akan menyebabkan otot dan sendi
menjadi kaku, agar tidak terjadi kekakuan maka dilakukan fisioterapi.
e. Stress atau depresi: hal ini terjadi karena pasien stroke merasa tak berdaya dan takut
akan masa depannya.
f. Nyeri pundak dan subluxation/dislokasi: gerakan ganti pakaian atau saat ditopang
orang lain dapat menyebabkan rusaknya otot pada sekitar bahu yang mengontrol sendi,
maka dari itu lengan pasien stroke diletakkan papan atau kain untuk menahan agar tidak
terkulai.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui gejala yang dialami, gejala mulai
dirasakan dan reaksi pasien terhadap gejala tersebut. Salah satu pemeriksaan yang dapat
dilakukan yaitu pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tekanan darah dan denyut
jantung serta pemeriksaan bruit di atas arteri karotid untuk memeriksa adanya
aterosklerosis, pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan klinis melalui
anamnesis dan pengkajian fisik (neurologis) meliputi:
a. Riwayat penyakit dahulu seperti hipertensi, jantung, DM, disritmia, ginjal dan pernah
mengalami trauma kepala
b. Riwayat penyakit keluarga seperti hipertensi, jantung dan DM
c. Pengkajian pola aktivitas seperti pasien sulit beraktivitas, kehilangan sensasi
penglihatan, gangguan tonus otot dan gangguan tingkat kesadaran)
d. Sirkulasi meliputi hipertensi, jantung, disritmia dan gagal ginjal kronis
e. Pengkajian pola makan/minum meliputi nafsu makan berkurang, mual, muntah
pada fase akut, hilang sensasi pengecapan pada lidah dan gangguan menelan
f. Neurosensorik seperti sinkop atau pingsan, vertigo, sakit kepala, penglihatan berkurang
atau ganda, hilang rasa sensorik kontralateral, afasia motoric dan
reaksi pupil tidak sama
g. Kenyamanan pasien meliputi sakit kepala dengan intensitas yang berbeda dan
gelisah
h. Pernafasan seperti merokok sebagai faktor risiko dan tidak mampu menelan
karena batuk
i. Interaksi social meliputi masalah bicara dan tidak mampu berkomunikasi.
G. Faktor Risiko
Faktor risiko ada dua yaitu :
a) Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan
1) Usia
Risiko stroke meningkat seiring bertambahnya usia. Setelah berusia 55 tahun, risiko
stroke meningkat dua kali lipat setiap kurun waktu sepuluh tahun. Tetapi tidak berarti
hanya orang lanjut usia saja yang dapat terserang stroke, melainkan semua kelompok usia
juga bisa terserang stroke.
2) Jenis kelamin
Pria lebih berisiko tekena stroke daripada perempuan, penelitian menyimpulkan jika
perempuan lebih banyak yang meninggal karena stroke. Saat seorang wanita menginjak
usia 55 tahun, saat kadar estrogen menurun karena menopause, risikonya lebih tinggi dari
pada pria.
3) Garis keturunan atau riwayat stroke dalam keluarga
Apabila dalam keluarga memiliki riwayat stroke maka risiko stroke lebih tinggi. Faktor
genetic atau keturunan yang berperan antara lain tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
diabetes, dan kelainan pembuluh darah. Gaya hidup dan pola makan keluarga yang tidak
sehat dapat mendukung risiko stroke.
4) Ras atau etnik
Berdasar data American heart association, ras afrika- amerika berisiko terkena stroke
tinggi disbanding ras kaukasia. Ras kulit hitam, dengan tingginya risiko hipertensi dan
diabetes, jauh berisiko terkena stroke dari pada ras lain.
5) Diabetes
Walaupun diabetes dapat dikendalikan, namun diabetes berpeluang mengalami stroke
karena akibat gangguan metabolisme. Risiko stroke pada penderita diabetes adalah dua
kali lebih besar.
6) Aterosklerosis
Adanya penyumbatan pada dinding pembuluh darah karena lemak, kolesterol, kalsium.
7) Penyakit jantung (misalnya gangguan irama jantung, dan penyakit jantung koroner)
Selain aterosklerosis, penderita gagal jantung kongestif, penyakit katup jantung akut,
pernah mengalami operasi penggantian katup dan fibrilasi serambi jantung (karena
denyut denyut jantung yang tidak teratur, dan cepat), menyebabkan seseorang memiliki
kecenderungan besar terkena stroke.
b) Faktor risiko yang dapat dikendalikan
1) Konsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang
2) Kurang gerak dan malas olahraga
Olahraga 30-40 per hari dapat mengurangi risiko stroke. Kurang olahraga dapat
meningkatkan risiko hipertensi, meningkatnya HDL dan diabetes.
3) Obesitas
IMT lebih dari 30 dapat meningkatkan risiko hipertensi
4) Hipertensi
Hipertensi merupakan penyebab 40 persen stroke, ditandai dengan tekan sistolik diatas
140 mmHg dan diastolic diatas 90 mmHg.
5) Merokok
Kebiasaan merokok meninkatkan risiko stroke 50 persen dari pada yang tidak merokok.
6) Kolesterol
LDL dalam darah tinggi dapat memicu pengerasan pembuluh nadi atau aterosklerosis.
Sedangkan kadar HDL dalam darah dapat melindungi pembuluh darah dan dapat
melarutkan LDL sehingga mencegah terbentuknya plak.
7) Sleep apnea (mendengkur disertai berhenti nafas selama 10 detik)
Seseorang yang menderita sleep apnea dapat berisiko mengalami hipertensi dan
kekurangan suplai oksigen dalam darah yang dapat menyebabkan stroke.

H. Penatalaksanaan
Upaya yang dilakukan harus berfokus kepada kelangsungan hidup pasien dan
pencegahan komplikasi lebih lanjut. Perawatan yang efektif menekankan pengkajian
neurologi yang berkesinambungan, dukungan respirasi, pemantuan tanda-tanda vital
secara terus menerus, pengaturan posisi tubuh yang seksama untuk mencegah aspirasi
serta kontraktur, pemantauan yang cermat terhadap status cairan serta elektrolit, status
gizi pasien dan waspada terhadap tanda-tanda bahwa pasien harus mengejan pada saat
defekasi karena tindakan ini akan menaikkan tekanan intrakranial. Penatalaksanaan
stroke dibagi menjadi penatalaksanaan umum, medis dan khusus/komplikasi meliputi:
a. Penatalaksanaan umum
1) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral decubitus bila disertai muntah
dan dilakukan mobilisasi bertahap bila hemodinamik stabil.
2) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat, bila perlu berikan oksigen 1-2
liter/menit.
3) Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter
4) Kontrol tekanan darah dan pertahakan tetap normal
5) Suhu tubuh harus dipertahankan
6) Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan baik, bila terdapat
gangguan menelan atau terjadi penurunan tingkat kesadaran dianjurkan pemasangan
NGT.
7) Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada kontraindikasi
b. Penatalaksanaan medis
1) Trombolitik (streptokinase)
Streptokinase merupakan obat golongan fibrinolitik atau trombolitik. Obat ini bekerja
dengan cara mengaktifkan plasminogen untuk membentuk plasmin yang akan memecah
fibrin pada gumpalan darah. Selain digunakan pada serangan jantung, obat ini juga
digunakan untuk mengobati emboli paru dan deep vein thrombosis (DVT).
2) Anti platelet/anti trombolitik (asetosal, ticlopidin, cilostazol, dipiridamol)
Aspirin yang biasa dikenal dengan asetosal atau asam asetilsalisilat adalah obat yang
digunakan untuk meredakan nyeri ringan-sedang, seperti sakit kepala dan sakit gigi.
Obat ini bertindak sebagai analgesik (pereda nyeri), anti-inflamasi, dan antipiretik
(penurun demam). Ticlopidine adalah obat golongan antiplatetet yang bekerja dengan
cara menghambat keping-keping darah (trombosit) saling menempel sehingga mencegah
terjadinya penggumpalan. Obat ini sering digunakan untuk menurunkan risiko
berulangnya stroke akibat sumbatan (stroke iskemik). Cilostazol adalah obat untuk
mengatasi klaudikasio intermiten, yaitu kondisi yang menyebabkan sakit pada tungkai
ketika berjalan, karena penyempitan pembuluh darah. Kondisi tersebut biasanya dialami
oleh penderita penyakit arteri perifer. Obat ini kadang juga digunakan untuk mencegah
stroke. Dipyridamole adalah obat untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah
setelah operasi penggantian katup jantung. Gumpalan darah yang menyumbat pembuluh
darah dapat menyebabkan terjadinya stroke, emboli paru, atau serangan jantung.
Dipyridamole termasuk dalam golongan antiplatelet.
3) Antikoagulan (heparin)
Heparin adalah obat antikoagulan dengan fungsi untuk mencegah pembentukan gumpalan darah.
Heparin digunakan untuk mengobati dan mencegah pembekuan darah di pembuluh darah, arteri, atau
paru-paru. Heparin juga digunakan sebelum operasi untuk mengurangi risiko penggumpalan darah.

4) Antagonis serotonin (naftidrofuryl)


Naftidrofuryl, juga dikenal sebagai nafronyl atau sebagai garam oksalat, naftidrofuryl oxalate atau
nafronyl oxalate, adalah vasodilator yang digunakan dalam pengelolaan gangguan pembuluh darah
perifer dan serebral. Itu juga diklaim untuk meningkatkan kapasitas oksidatif seluler.

5) Antagonis calsium (nimodipin, piracetam)


Nimodipine adalah obat untuk mencegah dan menangani kerusakan otak akibat
kurangnya pasokan darah saat terjadi perdarahan subarachnoid. Obat ini tersedia dalam
bentuk tablet dan cairan infus. Perdarahan subarachnoid terjadi ketika pembuluh darah di
lapisan pelindung otak pecah. Piracetam bermanfaat untuk mengobati berbagai kondisi
otak, seperti gangguan gerak mioklonus kortikal, vertigo, atau gangguan kognitif, seperti
demensia atau penyakit Alzheimer. Piracetam juga digunakan sebagai pengobatan
tambahan untuk penderita disleksia. Piracetam bekerja pada otak dan sistem saraf.
c. Penatalaksanaan khusus/komplikasi
1) Penatalaksanaan faktor risiko seperti anti hipertensi, anti hiperglikemia dan anti
hiperurisemia.
2) Atasi kejang (antikonvulsan)
3) Atasi tekanan intrakranial yang meninggi (manitpl, gliserol, furosemide, intubasi,
steroid, dll)
4) Atasi dekompresi (kraniotomi)

Anda mungkin juga menyukai