“STROKE ISKEMIK/KOMA”
DI SUSUN OLEH :
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari stroke iskemik
2. Untuk mengetahui faktor penyebab dari stroke iskemik
3. Untuk mengetahui cara pencegahan stroke iskemik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Stroke iskemik merupakan stroke yang terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah serebral
yang menyebabkan terjadinya iskemik dan nekrosis di daerah yang mengalami kekurangan
pasokan aliran darah di bawah batas yang dibutuhkan sel otak untuk tetap bertahan (survive).
B. Etiologi
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah keotak
sebagian atau keseluruhan terhenti. 80 % stroke adalah stroke iskemik dimana stroke iskemik
dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Stroke Trombotik : Proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpulan
2. Stroke Embolik : Tertutupnya pembuluh darah arteri oleh bekuan darah
3. Hypoperfusion Sistemik : Berkurangnya aliran darah keseluruh bagian tubuh karena
adanya gangguan denyut jantung
Berdasarkan penyebab stroke iskemik terbagi atas :
1. Stroke iskemik thrombosis
a. Definisi : Sumbatan pembuluh darah serebral oleh thrombus yang kebanyakannya
berasal dari arterosklerotik.
b. Etiologi : Etiologi yang paling banyak adalah aterosklerosis, tapi bisa juga disebabkan
oleh trauma, trombosis obliterans, polisitemia vera dan penyakit kolagen.
c. Gejala klinis :
1) Onset penyakit ini perlahan-lahan, keluhan sering timbul pada pagi hari saat
bangun tidur.
2) Biasanya didahului oleh gejala prodromal berupa vertigo, sakit kepala,
kesemutan, afasia serta gangguan mental dan tidak berasa pada ujung-ujung
ekstremitas.
3) Gejala umum berupa kesadaran baik, hemiparese atau hemiplegi, disatria, afasia,
mulut mencong kadang-kadang hemianopsia, dengan gejala fokal otak lainnya.
4) Neurogenic bladder
2. Stroke iskemik emboli
a. Definisi : Sumbatan pembuluh darah serebral oleh embolus yang berasal dari jantung.
b. Etiologi : Atrium fibrilasit (50%), gangguan atau penyakit katub, kardiomiopati,
infark miokard, terutama 4 minggu setelah serangan, stenosis dan regurgitasi katub
mitral, endocarditis infeksiosa dan lain-lain.
c. Gejala klinis :
1) Onset serangan ini mendadak, keluhan sering pada waktu menjalankan aktivitas.
2) Gangguan motorik atau sensorik sesuai lesi.
Apabila emboli besar, bisa menyebabkan delirium, pingsan, gelisah, kejang dan kesadaran
menurun.
D. Patofisiologi
E. Faktor Resiko
F. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis utama yang dikaitkan dengan insufisiensi aliran darah otak dapat
dihubungkan dengan tanda serta gejala di bawah ini :
1. Arteri vertebralis
a. Hemiplegi alternan
b. Hemiplegi ataksik
2. Arteri karotis interna (sirkulasi anterior ; gejala-gejalanya biasanya unilateral). Lokasi
lesi yang paling sering adalah pada bifurkasio arteria karotis komunis menjadi arteria
karotis interna dan eksterna.
Gejala-gejala yaitu :
a. Buta mutlak sisi ipsilateral
b. Hemiparese kontralateral
3. Arteri Basilaris
a. Tetraplegi
b. Gangguan kesadaran
c. Gangguan pupil
d. Kebutaan
e. Vertigo
4. Arteria serebri anterior (gejala primernya adalah perasaan kacau)
a. Kelemahan kontralateral lebih besar pada tungkai. Lengan bagian proksimal mungkin
ikut terserang. Gerakan voluntar pada tungkai terganggu.
b. Gangguan sensorik kontralateral.
c. Demensia, refleks mencengkeram dan refleks patologis
5. Arteria serebri posterior (dalam lobus mesencepalon atau talamus)
a. Koma.
b. Hemiparesis kontralateral.
c. Afasia visual atau buta kata (aleksia).
d. Kelumpuhan saraf otak ketiga – hemianopsia, koreoatetosis.
6. Arteria serebri media
a. Monoparesis atau hemiparesis kontralateral (biasanya mengenai tangan).
b. Kadang-kadang hemianopsia kontralateral (kebutaan).
c. Afasia global (kalau hemisfer dominan yang terkena) ; gangguan semua fungsi yang
ada hubungannya dengan percakapan dan komunikasi.
d. Disfagia.
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan
J. Pencegahan Primordial
1. Pencegahan primodial
Dilakukan untuk mempertahankan keadaan risiko rendah terhadap penyakit stroke atau
mencegah timbulnya faktor risiko stroke bagi individu yang belum mempunyai faktor risiko.
Pencegahan primordial dapat dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan, seperti
berkampanye tentang bahaya rokok terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster
yang dapat menarik perhatian masyarakat. Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat
dilakukan adalah program pendidikan kesehatan masyarakat, dengan memberikan informasi
tentang penyakit stroke melalui ceramah, media cetak, mediaelektronik dan billboard.
2. Pencegahan Primer
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder diberikan kepada penderita yang baru terkena atau terancam akan
menderita stroke melalui diagnosis dini serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat
untuk mencegah stroke berulang atau agar stroke tidak berkelanjut menjadi kronis.
Tindakan yang dilakukan adalah:
a. Obat-obatan, yang digunakan: asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat
antiagregasi trombosit pilihan pertamadengan dosis berkisar antara 80-320 mg/hari,
antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor resiko penyakit jantung
(fibrilasi atrium, infark miokard akut, kelainan katup) dan kondisikoagulopati yang lain.
b. Clopidogrel dengan dosis 1x75 mg. Merupakan pilihan obatantiagregasi trombosit kedua,
diberikan bila pasien tidak tahan atau mempunyai kontra indikasi terhadap asetosal
(aspirin).
c. Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi obat
antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi, mengkonsumsi obat hipoglikemik
pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi obatan tidisplidemia pada
penderita displidemia berhenti merokok, berhenti mengkonsumsi alkohol, hindari
kelebihan berat badan dan kurang gerak.
4. Pencegahan Tersier
Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita stroke agar
kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat, memperkecil penderitaan, dan membantu
penderita stroke untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang tidak
dapat diobati lagi (mengurangi ketergantungan pada orang lain dalam melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari). Pencegahan tersier dapat dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik,
mental dan sosial. Rehabilitasiakan diberikan oleh tim yang terdiri dari dokter, perawat, ahli
fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa, ahli okupasional, petugas sosial dan peranserta
keluarga.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a) Identitas Klien
Mengcakup nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, No Mr, pendidikan, status
pekawinan, diangnosa medis dll.
b) Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pada klien ini mempunyai riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit
jantung, anemi, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, pengunaan obat-
obat antikoagulan, aspirin dan kegemukan/obesitas.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien sakit kepala, mual muntah bahkan kejang sampai tak sadarkan diri,
kleumpuhan separoh badan dan gangguan fungsi otak.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada anggota keluarga yang menderita atau mengalami penyakit seperti :
hipertensi, Diabetes Melitus, penyakit jantung.
4. Riwayat Psikososial
Biasanya masalah perawatan dan biaya pengobatan dapat membuat emosi dan pikiran
klein dan juga keluarga sehingga baik klien maupun keluarga sering merasakan sterss
dan cemas.
c) Pemeriksaan Fisik
1. Rambut dan hygiene kepala
2. Mata: buta, kehilangan daya lihat
3. Hidung, simetris ki-ka adanya gangguan
4. Leher
5. Dada
I : simetris ki-ka
P: premitus
P: sonor
A: ronchi
6. Abdomen
I : perut acites
P : hepart dan lien tidak teraba
P : Thympani
A : Bising usus (+)
7. Genito urinaria : dekontaminasi, anuria
8. Ekstramitas : kelemahan, kelumpuhan.
f) Data Penunjang
(1) Laboratorium
- Hematologi
- Kimia klinik
(2) Radiologi
- CT Scan: Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya
infark
- MRI: Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
- Sinar X Tengkorak: Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
g) Diagnosa keperawatan
1. Kerusakan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, kontrol
2. Perfusi jaringanm tidak efektif berhubungan dengan perdarahan otak. Oedem otak
3. Kurang perawatan diri b.d kelemahan fisik
4. Kerusakan komunikasi verbal b.d kerusakan otak
5. Resiko kerusakan integritas kulit b.d faktor mekanik
6. Resiko infeksi b.d penurunan pertahanan primer
h) Intervensi keperawatan
Intervensi
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d aliran darah ke otak terhambat
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suplai aliran darah
keotak lancer dengan kriteria hasil:
a. Nyeri kepala / vertigo berkurang sampai dengan hilang
b. Berfugsinya saraf dengan baik
c. Tanda-tamda vital baik
Intervensi
1. Monitor tingkat kesadaran pasien
2. Monitor ukuran,kesimetrisan.reaksi dan bentuk pupil
3. Kaji Ttv
4. Observasi kondisi fisik klien
5. Kaji apakah ada secret pada jalan nafas
6. Pertahankan jalan napas tetap efektif
7. Berikan oksigen sesuai instruksi
8. Observasi tanda-tamda hipoventilasi
A. Kesimpulan
Stroke iskemik merupakan stroke yang terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah serebral
yang menyebabkan terjadinya iskemik dan nekrosis di daerah yang mengalami kekurangan
pasokan aliran darah di bawah batas yang dibutuhkan sel otak untuk tetap bertahan (survive).
Berdasarkan penyebab stroke iskemik terbagi atas (1) stroke iskemik thrombosis merupakan
sumbatan pembuluh darah serebral oleh thrombus yang kebanyakannya berasal dari
arterosklerotik. Etiologi yang paling banyak adalah aterosklerosis, tapi bisa juga disebabkan oleh
trauma, trombosis obliterans, polisitemia vera dan penyakit kolagen. (2) Stroke iskemik emboli
merupakan sumbatan pembuluh darah serebral oleh embolus yang berasal dari jantung.
Penyebabnya atrium fibrilasit (50%), gangguan atau penyakit katub, kardiomiopati, infark
miokard, terutama 4 minggu setelah serangan, stenosis dan regurgitasi katub mitral, endocarditis
infeksiosa dan lain-lain.
Pencegahan pada stroke iskemik terdiri atas pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Pencegahan primer dilakukan untuk mengontrol faktor-faktor risiko yang dimiliki individu,
tetapi belum terkena stroke dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain
menghindari rokok dan alkohol, mengurangi makanan berlemak, dan lain-lain. Pencegahan
sekunder diberikan kepada penderita yang baru terkena atau terancam akan menderita stroke
melalui diagnosis dini serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat untuk mencegah stroke
berulang atau agar stroke tidak berkelanjut menjadi kronis. Pencegahan tersier bertujuan untuk
mereka yang telah menderita stroke agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat,
memperkecil penderitaan, dan membantu penderita stroke untuk melakukan penyesuaian-
penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang tidak dapat diobati lagi. Pencegahan tersier dapat
dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental dan sosial. Rehabilitasiakan diberikan oleh tim
yang terdiri dari dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa, ahli okupasional,
petugas sosial dan peranserta keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
1. Batticaca, Fransisca B. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
2. Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC.
3. Corwin, Elizabeth J. (2009).Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
4. Dewanto, et al. (2009). Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf.
Jakarta:EGC
5. Ginsberg, Lionel. (2007). Lecture Notes: Neurology. Jakarta: Erlangga
6. Muttaqin, Arif. (2008). BukuAjar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
7. Smeltzer and Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
8. Tobing, Lumban. (2001). Neurogeriatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
9. Wlkinson, Judith M .2002. Diagnosa Keperawatan dengan NIC dan NOC. Alih bahasa:
Widyawati dkk. Jakarta:EGC