OLEH:
KELOMPOK 2:
1. RINI
2. RIZKY AYU SUCI R.
3. ROZA SUSILAYANTI
4. UCI DIANA
5. YULI ISMAEL
6. YULIA FITRI
7. YUSNA ANWAR
8. ZARA LASES PRISSESA
9. MILA KARMILA
CI AKADEMIK CI KLINIK
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI PENYAKIT
mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang
Mansjoer, 2000)
emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru
bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi
B. PATOFISIOLOGI
bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada
area yang stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi
aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi
infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan
utama trombosis serebral, yang merupakan penyebab paling umum dari stroke.
atau kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari
2. Embolisme serebral (Bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak
dengan afasia atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya adalah gangguan suplai
darah ke otak, menyebabkan kehilangan gerak, pikir, memori, bicara, atau
1. Aterosklerosis
2. Infeksi
menuju ke otak. Penyakit infeksi yang mampu berperan sebagai faktor risiko
3. Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat menyebabkan stroke seperti:
otak.
4. Hipotensi
1. Hipertensi
Apabila pembuluh darah otak pecah maka timbullah perdarahan otak dan
apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan
2. Diabetes Melitus
melepas gumpalan darah atau sel – sel/jaringan yang telah mati ke dalam aliran
darah.
4. Hiperkolesterolemi
7. Penurunan tekanan darah yang berlebihan atau dalam jangka panjang dapat
9. Obesitas
D. KLASIFIKASI
Stroke non hemoragik atau stroke iskemik merupakan 88% dari seluruh kasus
stroke. Pada stroke iskemik terjadi iskemia akibat sumbatan atau penurunan
menghilang kurang dari 24 jam. Disebabkan oleh gangguan akut fungsi fokal
3) Stroke in Evolution
Stroke yang sedang berjalan dan semakin parah dari waktu ke waktu.
4) Completed Stroke
Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak
tertentu, maka terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan
ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan bentuk sel yang diikuti
dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan sel yang selanjutnya terjadi
penggumpalan, yaitu:
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak, melainkan di
berasal dari vena pulmonalis. Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah
merupakan 70% kasus stroke non hemoragik trombus dan stroke pembuluh
pembuluh darah kecil terjadi ketika aliran darah terhalang, biasanya ini terkait
neurologik, gejala muncul akibat daerah otak tertentu tidak berfungsi akibat
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat,
dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Gejala tersebut antara
lain :
klinis yang muncul biasanya adalah paralysis, hilang atau menurunnya refleks
gangguan ketahanan
5. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan
menghasilkan bicara.
reseptif.
sebelumnya.
6. Gangguan persepsi
F. KOMPLIKASI
tertekan, konstipasi.
terjatuh.
4. Hidrosefalus
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
sebagai berikut :
1. Angiografi serebral
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,
3. CT scan.
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil
4. MRI
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
dari hemoragik.
5. USG Doppler
6. EEG
Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) penatalaksanaan stroke dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :
1. Phase Akut :
sirkulasi.
emobolik).
Alteplase.
selama pemeriksaan.
postictal residual.
dexamethason.
7) Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala
2) Program fisiotherapi
1. Masalah Keperawatan
2) Ketidakseimbangan nutrisi
1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
2) Keluhan utama
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain. Adanya penurunan atau
selanjutnya.
6) Pengkajian psikososiospiritual
yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien
a. B1 (Breathing)
b. B2 (Blood)
d. B4 (Bladder)
e. B5 (Bowel)
menyilang, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh
dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang
hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang
tanda yang lain. Pada kulit, jika klien kekurangan 02 kulit akan tampak
pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain
itu, perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang
maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan
aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya status mental
kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
fungsi dari serebral.Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada bagian
reseptif, yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan atau bahasa
kranial I-X11.
a. Saraf I : Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
eksternus.
f. Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
membuka mulut.
i. Saraf XII : Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi,
bersilangan, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh
Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada
sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi
b. Fasikulasi.
c. Tonus Otot.
Didapatkan meningkat.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
bicara
Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
1 Perfusi jaringan Tujuan (NOC) : Intervensi (NIC)
cerebral tidak Gangguan perfusi jaringan 1. Pantau TTV tiap jam dan catat 1. Peningkatan tekanan darah
efektifb.d O2 otak dapat tercapai secara hasilnya sistemik yang diikuti dengan
menurun optimal penurunan tekanan
darah diastolik merupakan tanda
Kriteria hasil : peningkatan TIK. Napas tidak
teratur menunjukkan adanya
Mampu peningkatan TIK
mempertahankan 2. Kaji respon motorik terhadap 2. Mampu mengetahui tingkat
tingkat kesadaran perintah sederhana respon motorik pasien
Fungsi sensori dan 3. Pantau status neurologis secara 3. Mencegah/menurunkan
motorik membaik teratur atelektasis
4. Dorong latihan kaki aktif/ pasif
5. Kolaborasi pemberian obat 4. Menurunkan statis vena
sesuai indikasi 5. Menurunkan resiko terjadinya
komplikasi
2 Ketidakseimb Tujuan (NOC) : Intevensi (NIC) :
angan nutrisi: 1. Status gizi 1. Pengelolaan gangguan
kurang dari 2. Asupan makanan makanan
kebutuhan 3. Cairan dan zat gizi 2. Pengelulaan nutrisi
tubuh b.d Kritria evaluasi: 3. Bantuan menaikkan BB
ketidakmamp 1. Menjelaskan Aktivitas keperawatan :
uan untuk komponen 1. Tentukan motivasi klien untuk 1. Motivasi klien mempengaruhi
mengabsorpsi kedekatan diet mengubah kebiasaan makan dalam perubahan nutrisi
nutrien 2. Nilai laboratorium 2. Ketahui makanan kesukaan klien 2. Makanan kesukaan klien untuk
(mis,trnsferin,albumin,dan mempermudah pemberian
eletrolit) 3. Rujuk kedokter untuk nutrisi
3. Melaporkan menentukan penyebab 3. Merujuk kedokter untuk
keadekuatan tingkat giji perubahan nutrisi mengetahui perubahan klien
4. Nilai laboratorium 4. Bantu makan sesuai dengan serta untuk proses penyembuhan
(mis:trasferin,albomen kebutuhan klien 4. Membantu makan untuk
dan eletrolit mengetahui perubahan nutrisi
5. Toleransi terhadap gizi 5. Ciptakan lingkungan yang serta untuk pengkajian
yang dianjurkan. menyenangkan untuk makan 5. Menciptakan lingkungan untuk
kenyamananistirahat klien serta
utk ketenangan dalam
ruangan/kamar.
4 Risiko kerusakan Tujuan (NOC) : 1) Anjurkan pasien untuk 1. Kulit bisa lembap dan
integritas kulit b.d factor Tissue Integrity : Skin and menggunakan pakaian yang mungkin merasa tidak dapat
risiko : lembab Mucous Membranes longgar beristirahat atau perlu untuk
Kriteria Hasil : 2) Hindari kerutan pada tempat bergerak
Integritas kulit tidur 2. Menurunkan terjadinya risiko
yang baik bisa 3) Jaga kebersihan kulit agar infeksi pada bagian kulit
dipertahankan tetap bersih dan kering 3. Cara pertama untuk
(sensasi, elastisitas, 4) Mobilisasi pasien (ubah mencegah terjadinya infeksi
temperatur, hidrasi, posisi pasien) setiap dua jam 4. Mencegah terjadinya
pigmentasi) sekali komplikasi selanjutnya
Tidak ada luka/lesi 5) Monitor kulit akan adanya
pada kulit kemerahan 5. Mengetahui perkembangan
Menunjukkan 6) Oleskan lotion atau terhadap terjadinya infeksi
pemahaman dalam minyak/baby oil pada derah kulit
proses perbaikan yang tertekan 6. Menurunkan pemajanan
kulit dan mencegah 7) Kolaborasi pemberian terhadap kuman infeksi pada
terjadinya sedera antibiotic sesuai indikasi kulit
berulang
Mampu 7. Menurunkan risiko terjadinya
melindungi kulit infeksi
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
5 Gangguan Tujuan (NOC): Intervensi (NIC) :
komunikasi verbal Komunikasi dapat berjalan 1. Lakukan komunikasi dengan 1. Mencek komunikasi klien
b.d. kerusakan dengan baik wajar, bahasa jelas, sederhana apakah benar-benar tidak bisa
neuromuscular, Kriteria hasil : dan bila perlu diulang melakukan komunikasi
kerusakan sentral a. Klien dapat 2. Dengarkan dengan tekun jika 2. Mengetahui bagaimana
bicara pasien mulai berbicara kemampuan komunikasi klien
mengekspresikan 3. Berdiri di dalam lapang tsb
perasaan pandang pasien pada saat 3. Mengetahui derajat /tingkatan
b. Memahami maksud bicara kemampuan berkomunikasi
dan pembicaraan orang 4. Latih otot bicara secara klien
lain optimal
c. Pembicaraan pasien 5. Libatkan keluarga dalam 4. Menurunkan terjadinya
dapat dipahami melatih komunikasi verbal komplikasi lanjutan
pada pasien 5. Keluarga mengetahui &
mampu mendemonstrasikan
6. Kolaborasi dengan ahli terapi cara melatih komunikasi
wicara verbalpd klien tanpa bantuan
perawat
6. Mengetahui perkembangan
komunikasi verbal klien
DATA KLINIS
Nama Klien : Tn. M No. Rek. Medis : 758601 _ Jenis Kelamin : Laki-
laki_ Ruangan : Interne
Tanggal Kedatangan : 24 Maret 2021 Waktu/ Jam : 19.00 wib Tanggal Pengkajian
: 26 Maret 2021
Lain-lain _
Sesak nafas 1 minggu sejak sebelum masuk RS. Batuk berdahak, demam hilang
Masalah Keperawatan: Pola nafas tidak efektif, bersihan jalan nafas tidak efektif, resiko hipertermia, intoleransi aktivitas
.
.
PENGGUNAAN
Tembakau : √ Tidak Ya √ Sudah Berhenti
Berhenti (Tanggal) : tahun 2012
Jumlah penggunaan : <1 bks/hari 1-2 bks/hari >2 bks/hari
Alkohol : √ Tidak
Ya, Jumlah penggunaan: / hari
Obat lain : √ Tidak
_ Frekuensi muntah : _
Perubahan BB 6 bulan terakhir : √ Tidak Ada
Ada, kg (Peningkatan / Penurunan)
Kesulitan Menelan (Disfagia) : Tidak Ya √
Gambaran diet pasien dalam sehari
POLA ELIMINASI
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/Minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempat tidur √
Berpindah √
Berjalan √
: Ya
: Kemampuan
memahami
Tidak ada.
Masalah menstruasi : _ .
Lain-lain :
_
Masalah Keperawatan: tidak ada .
.
POLA KOPING – TOLERANSI STRES
Perhatian utama tentang perawatan di rumah sakit atau penyakit ( finansial, perawatan diri ) :
Lain-lain, _.
POLA KEYAKINAN-NILAI
PEMERIKSAAN FISIK
= 370 C
1. Pemeriksaan head to toe (IPPA) Uraikan temuan abnormal pasien :
Inspeksi
Pergerakan pasien tampak terbatas, pasien tampak lelah dan tampak lemah. Kelemahan tampak
pada ekstremitas kiri. Pasien tampak sesak
.........................................................................................................................
....................................................................................................................................
Palpasi
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Perkusi
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
auskultasi
................................................................................................................................................
Format Pengkajian Sistem Neurologi
1. Data Subjektif
3. Kemampuan Bahasa
Afasia √ Afasia
broca wernicke
Afasia global
4. Fungsi Intelektual
Tidak √
mampu
menghitung
mundur
Tidak
mampu
menentukan
pilihan
5. Daya Pikir
Kesulitan √
berpikir Khayalan
Pikiran Halusinasi
paranoid
6. Status Emosional
Lekas
Afek datar marah Cemas √
apatis Euforia
7. Tingkat Kesadaran
Compos
mentis √ Apatis Somnolent
Stupor Coma
Marche a
petits pas Apraxic gait
Scissoring Hemiplegic
Ataksia Foot
sensorik droop
Ataksia
cerebral Painful gait
15. Diagnostik
1. Lumbal pungsi/ tes cairan serebro spinal
Analisis cairan serebrospinal :
Warna : Jernih, tidak berwarna
Glukosa :
Protein :
Gama globulin :
Sel darah :
2. Diagnostik testing :
A. Non invasive tests of strukture
Electroencephalogram
Kesimpulan :
Doppler Ultrasonography
Doppler Scanning
Lumbar Puncture
Kesimpulan :
Myelography
Kesimpulan :
Cerebral Angiography
Kesimpulan :
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Citicoline 2 x 1000 mg
IVFD RL : Aminofluid 12 jam/kolf
Injeksi Bactesyn 2 x 1500 mg
Injeksi Pantoprazole 1 x 40 mg
Injeksi methyprednisolon 2 x 125 mg
RENCANA PEMULANGAN
( ……………………………………)
ANALISA DATA
1. Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan infark jaringan otak
1. RESIKO Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan infark jaringan otak
No MR : 758601
Nama : Tn. M
E:
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. duduk
ditempat tidur).
K:
- Konsultasi kesehatan
No SDKI SLKI SIKI
5 Defisit Setelah dilakukan pengkajian O:
perawatan diri selama 1x24 jam di dapatkan - identifikasi usia dan budaya dalam membantu kebersihan diri
b/d kelemahan hasil: - identifikasi jenis bantuan yang di butuhkan
-kemampuan makan meningkat - monitor kebersihan tubuh
-mempertahankan kebersihan - monitor integritas kulit
mulut T:
-minat melakukan perawatan diri - sediakan peralatan mandi
meningkat - sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
- fasilitas menggosok gigi,sesuai kebutuhan
- fasilitas mandi,sesuai kebutuhan
- pertahankan kebiasaan kebersihan diri
- berikan bantuan sesu ai tingkat kemandirian
E:
- Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi
terhadap kesehatan
- ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien
CATATAN PERKEMBANGAN
Tn. M berumur 62 tahun masuk ke RSUD Sawahlunto melalui IGD dengan keluhan
lemah pada tubuh sebelah kiri, batuk berdahak, sesak sejak 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Tn. M memiliki Riwayat pernah dirawat pada tahun 2018 dengan doagnosa
Hiperglikemia.Saat ini terapi medis yang diberikan kepada Tn. M berfokus pada
penanganan hiperglikemia dan sesak dengan memberikan obat-obatan. Terapi keperawatan
yang difokuskan kelompok adalah terapi pada kemampuan otot. Karena kemempuan otot
Tn. M juga terganggu sehingga jika tidak ditangani atau di beri latihan akan mengakibatkan
keku sendi yang lebih parah. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari, t. M
dirujuk ke RS Otak bukittinggi atas pertimbangan dokter dan keluarga untuk mendapatkan
terapi yang lebih baik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Stroke Iskemik
1. Penyakit stroke adalah salah satu penyakit dalam bidang neurologi yang dapat
2. Penyakit stroke yang sering diderita adalah stroke iskemik (hampir 80%) dan
3. Masalah-masalah yang sering muncul pada pasien stroke iskemik yang sedang ada
4. Perawat dapat melakukan terapi rentang pergerakan sendi untuk mengatasi masalah
mobilitas ayang dialami oleh pasien stroke fase rehabilitas. Tujuan pemberian terapi ini
fungsi sendi dan kekuatan otot yang berkurang karena proses penyakit, kecelakaan,
atau tidak digunakan, dan mencegah komplikasi diri immobilisasi seperti atrofi otot
dan kontraktur.
B. Saran
1. RSUD Sawahlunto
Diharapkan laporan asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa stroke iskemik ini
bisa menambah referensi bagi para petugas kesehatan di RSUD Sawahlunto untuk
meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada pasien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan laporan asuhan keperawatan ini bisa menjadi referensi dan gambaran
pelaksanaan asuhan keperawatan dilapangan
3. Bagi Kelompok
Kelompok mengharapkan laporan ini bisa bermanfaat menambah wawasan
kelompok tentang asuhan keperawatan pada pasien stroke iskenik dan
pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit
RGC, Jakarta.
Johnson, M.,et all, 2012, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2012, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
PPNI, T. P. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Defenisi dan indikator
diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
Price, A. S., Wilson M. L., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Alih Bahasa: dr. Brahm U. Jakarta: EGC
Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama