Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

HEMIPARASE DEXTRA

Dosen Pengampu :Ns. Gusti Jhoni Putra, M.Pd., M. Kep

Disusun Oleh :

Tri Wahyudi (S19128029)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HEMIPARESE DEXTRA

1.1 Definisi
CVA atau Cerebro Vaskuler Accident biasa di kenal oleh masyarakat dengan
istilah Stroke.Istilah ini lebih populer di banding CVA.Kelainan ini terjadi pada
organ otak. Lebih tepatnya adalah Gangguan Pembuluh Darah Otak. Berupa
penurunan kualitas pembuluh darah otak.
Cerebrovascular accident (CVA), merupakan penyakit persarafan yang paling
sering di jumpai. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak
yang disebabkan terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada
siapa saja dan kapan saja. Menurut Brunner & Sudarth stroke adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak.
Menurut Mansjoer A stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya
mendadak, progresif, cepat berupa defisit neurologis vokal atau global yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian. Semata-mata
disebabkan oleh peredaran darah otak non traumatik. Menurut WHO stroke adalah
adanya tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal
(global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.
Menurut Arif Mutaqin stroke adalah penyakit (kelainan) fungsi otak yang
timbul mendadak yang disebabkan terjadinya gangguan peredaran darah otak yang
timbul mendadak yang disebabkan terjadinya gangguan peredaran darah otak dan
bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Menurut Marilyn E. Doenges
stroke/penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa kelainan otak baik
secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari
pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak.

1.2 Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian (Brunner dan
Suddarth, 2002. Hal 2130-2144).
1.2.1 Trombosis
Trombosis ialah proses pembentukan bekuan darah atau koagulan dalam
sistem vascular (yaitu,pembuluh darah atau jantung) selama manusia masih hidup,
serta bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher. Koagulan darah
dinamakan trombus. Akumulasi darah yang membeku diluar sistem vaskular,
tidak disebut sebagai trombus. Trombosis ini menyebabkan iskemia jaringan otak
yang dapat menimbulkan edema disekitarnya.
1.2.2 Embolisme serebral
Embolisme serebral adalah bekuan darah dan material lain yang dibawa ke
otak dari bagian tubuh lain. Merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari trombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.
1.2.3 Iskemia serebri
Iskemia  adalah penurunan aliran darah ke area otak. Otak normalnya
menerima sekitar 60-80 ml darah per 100 g jaringan otak per menit. Jika alirah
darah aliran darah serebri 20 ml/menit timbul gejala iskemia dan infark. Yang
disebabkan oleh banyak faktor yaitu hemoragi, emboli, trombosis dan penyakit
lain.
1.2.4 Hemoragi serebral
Hemoragi serebral adalah pecahnya pembuluh darah serebral dengan
pendarahan ke dalam jaringan otak atau ruangan sekitar otak. Pendarahan
intraserebral dan intrakranial meliputi pendarahan didalam ruang subarakhnoid
atau didalam jaringan otak sendiri. Pendarahan ini dapat terjadi karena
arterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak.
Pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh rendahnya
kualitas pembuluh darah otak.Sehingga dengan adanya tekanan darah yang tinggi
pembuluh darah mudah pecah.
Faktor resiko terjadinya stroke ada 2 :
1. Faktor resiko yang dapat diobati/dicegah :
1) Perokok.
2) Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )
3) Tekanan darah tinggi.
4) Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).
5) Transient Ischemic Attack ( TIAs)
2. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
1) Usia di atas 65.
2) Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya artheriosklerosis yang
meningkatkan resiko serangan stroke).
3) DM.
4) Keturunan ( Keluarga ada stroke).
5) Pernah terserang stroke.
6) Race ( Kulit hitam lebih tinggi )
7) Sex ( laki-laki lebih 30 % daripada wanita ).

1.3 Klasifikasi
Klasifikasi stroke di bedakan menurut patologi dari serangan stroke meliputi.
Dibawah ini skema pembagian stroke menurut patologi serangan stroke.
1.3.1 Stroke hemoragik
Merupakan pendarahan serebri dan mungkin pendarahan subarakhnoid.
Disebabkan oleh pec.ahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istrahat. Kesadaran klien umumnya menurun (Arif Muttaqin,  2008).
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis vocal yang akut dan disebabkan
oleh pendarahan primer subtansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh
karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri , vena
dan kapiler. Pendarahan otak dibagi dua yaitu (Arif Muttaqin,  2008):
1).     Pendarahan intraserebri (PIS)
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak, membentuk massa yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang
terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena heniasi otak.
Pendarahan intraserebri yang disebabkan hipertensi sering dijumpai di daerah
putamen, talamus, pons, dan serebellum.
2)    pendarahan subarakhnoid (PSA)
Pendarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma. Aneurisma yang pecah
ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya yang
terdapat diluar parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang
subarakhnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, merenggangnya struktur
peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebri yang berakibat disfungsi
otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese,
gangguan hemisensorik, afasia, dan lainnya).
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan
terjadinya peningkatan TIK yang mendadak, merenggangnya struktur peka
nyeri, sehingga timbul kepala nyeri hebat. Sering juga dijumpai kaku kuduk dan
tanda-tanda merangsang selaput otak lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak
juga mengakibatkan pendarahan subhialoid pada retina dan penurunan
kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme
pembuluh darah serebri. Vasospasme ini dapat mengakibatkan arteri di ruang
subbarakhnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global
(nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia dan lainnya).
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan oksigen dan glukosa otak dapat
terpenuhi. energi yang di hasilkan di dalam sel saraf hampir seluruhnya melalui
proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen sehingga jika ada
kerusakan atau kekurangan  aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan
gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar
metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan
koma.. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi oksigen melalui
proses metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah
otak.
1.3.2 Stroke nonhemorogik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebri, biasanya terjadi
saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi hari. Tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbvul edema sekunder.
Klasifikasi stroke di bedakan menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya :
1. TIA (Transient Ischemic Attack). Gangguan neurologis lokal yang terjadi
selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan
hilang cdengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
2. Stroke involusi. Stroke yang terjadi masih terus berkembang, gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat
berjalan 24 jam atau beberapa hari.
3. Stroke komplet. Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau
permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplet dapat di awali dengan
serangan  TIA berulang.
1.4 Patofisiologi

Faktor-faktor resiko stroke

Aterosklerosis, Katup jantung rusak, miokard Aneurisma, malformasi,


hiperkoagulasi, artesis infark, fibrilisasi,endokarditis arterioveneous

Trombosis serebral Penyumbatan pembuluh darah Pendarahan intraserebral


otak oleh bekuan darah,
lemak, dan udara

Pembuluh darah oklusi Perembesan darah ke dalam


 Emboli serebral parenkim otak
Iskemik jaringan otak 
 Penekanan jaringan otak
Edema dan kongesti 
jaringan sekitar
Stroke Infark otak, edema dan
herniasi otak
(cerebrovacular accident )

Defisist neurologis

Infark serebral Kehilangan 1. Resiko Kerusakan terjadi Disfungsi


kontrol peningkatan pada lobus frontal bahasa dan
volunter TIK kapasitas, memori, komunikasi
atau fungsi
2. penurunan intelektual kortika
perfunsi
Hemiplegia Disartria,
jaringan Herniasi falks
dan disfagia/afasia,
serebral serebri dan ke
hemiparesisi Kerusakan fungsi apraksia
oramen
magnum
kognitif dan efek
psikologis

4. kerusakan 10. kerusakan
Kompresi
mobilitas komunikasi
batang otak
fisik Lapang perhatian verbal
terbatas, kesulitan
dalam pemahaman,
Depresi saraf lupa dan kurang
koma motivasi, frustasi,
kardiovaskuler
dan pernafasan kurang kerjasama.
Disfungsi
kandung kemih
Intake nutrisi Kelemahan dan alvi
11. kopong
tidak adekuat fisik umum Kegagalan individu tidak
kardiovaskular efektif
dan pernapasan
12. perubahan
proses berpikir
8. gangguan
5. perubahan 7. eliminasi uri
pemenuhan ketidakmamp dan alvi
nutrisi uan
perawatan diri
kematian

Penurunan Disfungsi
tingkat presepsi visual
kesadaran spasial dan
kehilangan
sensorik

9. resiko
trauma
12. perubahan
presepsi
sensorik

Penekanan jaringan 6. resiko tinggi


setempat kerusakan
intregritas kulit

1.5 Manifestasi Klinis


1. Jika terjadi peningkatan TIK maka dijumpai tanda dan gejala :
1) Perubahan tingkat kesadaran : penurunan orientasi dan respons terhadap
stimulus.
2) Perubahan kemampuan gerak ekstrimitas : kelemahan sampai paralysis.
3) Perubahan ukuran pupil : bilateral atau unilateral dilatasi.Unilateral tanda
dari perdarahan cerebral.
4) Perubahan tanda vital : nadi rendah, tekanan nadi melebar, nafas irreguler,
peningkatan suhu tubuh.
5) Keluhan kepala pusing.
6) Muntah projectile ( tanpa adanya rangsangan ).
2.Kelumpuhan dan kelemahan.
3.Penurunan penglihatan.
4.Deficit kognitif dan bahasa ( komunikasi ).
5.Pelo / disartria.
6.Kerusakan Nervus Kranialis.
7.Inkontinensia alvi dan uri.

1.6 Pemeriksaan Penunjang


1.6.1 Labolatorium
1) Hitung darah lengkap.
2) Kimia klinik.
3) Masa protombin.
4) Urinalisis.
1.6.2 Diagnostik
1) SCAN KEPALA, menunjukkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti.
2) Angiografi serebral, membantu menemukan penyebab dari stroke secara
spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari
sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
3) EEG, untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang
timbul dan dampak dari jaringan yang infark segingga menurunnya inpuls listrik
dalam jaringan otak.
4) Pungsi lumbal, tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan
lumbal menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan pada
intrakranial.
5) MRI, dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi
serta besar/luas terjadinya perdarahan otak.
6) X-Ray tengkorak

1.7 Penatalaksanaan Medik


1.8.1 Konservatif.
1. Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus.
2. Mencegah peningkatan TIK.
1) Antihipertensi.
2) Deuritika.
3) Vasodilator perifer.
4) Antikoagulan.
5) Diazepam bila kejang.
6) Anti tukak misal cimetidine.
7) Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena klien akan
mudah terkena infeksi, hiperglikemi dan stress ulcer/perdarahan lambung.
8) Manitol : mengurangi edema otak.
1.8.2 Operatif.
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan
evakuasi hematom karena hipertensi intrakranial yang menetap akan
membahayakan kehidupan klien.

1.8.3 Pada fase sub akut / pemulihan ( > 10 hari ) perlu :


1) Terapi wicara.
2) Terapi fisik.
3) Stoking anti embolisme.

1.9.2 Diagnosa Yang Muncul.


1. Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan penambahan isi otak sekunder
terhadap perdarahan otak .
2. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Hemiparese / Hemiplegia
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.
4. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh ) berhubungan dengankesulitan
menelan(disfagia), hemiparese dan hemiplegi.
5. Inkontinensia alfi berhubungan dengan kerusakan mobilitas dan kerusakan
neurologis.
6. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada
area bicara pada hemisfer otak, kehilangan tonus otot fasial atau oral, dan
kelemahan secara umum.
1.9.3 Intervensi Keperawatan.
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :
1.Resiko Peningkatan Tik Berhubungan Dengan Penambahan Isi Otak Sekunder
Terhadap Hipoksia, Edema Otak.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak mengalami
peningkatan tekanan intra kranial .
Kriteria hasil :
Tidak terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial :
1) Peningkatan tekanan darah.
2) Nadi melebar.
3) Pernafasan cheyne stokes
4) Muntah projectile.
5) Sakit kepala hebat.
Pencegahan TIK meningkat di laksanakan.
Intervensi.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK Deteksi dini peningkatan TIK
1) tekanan darah untuk melakukan tindakan lebih
2) nadi lanjut.
3) GCS
4) Respirasi
5) Keluhan sakit kepala hebat
6) Muntah projectile
7) Pupil unilateral
2. Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 derajat Meninggikan kepala dapat
kecuali ada kontra indikasi.Hindari mengubah membantu drainage vena untuk
posisi dengan cepat. mengurangi kongesti vena.
3. Hindari hal-hal berikut : Masase karotid memperlambat
Masase karotid frekuensi jantung dan mengurangi
sirkulasi sistemik yang diikuti
peningkatan sirkulasi secara tiba-
tiba.
Fleksi leher atau rotasi > 45 derajat. Fleksi atau rotasi ekstrem leher
mengganggu cairan cerebrospinal
dan drainage vena dari rongga
intra kranial.
Rangsangan anal dengan jari(boleh tapi dengan Aktifitas ini menimbulkan
hati-hati ) hindari mengedan, fleksi ekstrem manuver valsalva yang merusak
panggul dan lutut. aliran balik vena dengan kontriksi
vena jugularis dan peningkatan
TIK.
4. Konsul dokter untuk mendapatkan pelunak Mencegah konstipasi dan
feces jika di perlukan. mengedan yang menimbulkan
manuver valsalva.
5. Pertahankan lingkungan tenang, sunyi dan Meningkatkan istirahat dan
pencahayaan redup. menurunkan rangsangan
membantu menurunkan TIK.
6. Berikan obat-obatan sesuai dengan pesanan:
1) Anti hipertensi. 1) Menurunkan tekanan
darah.
2) Anti koagulan. 2) Mencegah terjadinya
trombus.
3) Terapi intra vena pengganti cairan dan 3) Mencegah defisit cairan.
elektrolit.
4) Pelunak feces. 4) Mencegah obstipasi.
5) Anti tukak. 5) Mencegah stres ulcer.
6) Roborantia. 6) Meningkatkan daya tahan
tubuh.
7) Analgetika. 7) Mengurangi nyeri.
8) Vasodilator perifer. 8) Memperbaiki sirkulasi
darah otak.

2.Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Hemiparese / Hemiplegia


Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil
1) Tidak terjadi kontraktur sendi
2) Bertambahnya kekuatan otot
3) Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
INTERVENSI RASIONAL
1. Ubah posisi klien tiap 2 jam 1) Menurunkan resiko terjadinnya iskemia
jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek
pada daerah yang tertekan
2. Ajarkan klien untuk melakukan 2) Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan
latihan gerak aktif pada kekuatan otot serta memperbaiki fungsi
ekstrimitas yang tidak sakit jantung dan pernapasan
3. Lakukan gerak pasif pada 3) Otot volunter akan kehilangan tonus dan
ekstrimitas yang sakit kekuatannya bila tidak dilatih untuk
4. Berikan papan kaki pada digerakkan
ekstrimitas dalam posisi
fungsionalnya
5. Tinggikan kepala dan tangan
6. Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan fisik
klien
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.
Tujuan
Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil
1) Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan
klien
2) Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan
bantuan sesuai kebutuhan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kemampuan dan tingkat 1. Membantu dalam mengantisipasi
kekurangan dalam melakukan /merencanakan pemenuhan
perawatan diri. kebutuhan secara individual
2. Beri motivasi kepada klien untuk 2. Meningkatkan harga diri dan
tetap melakukan aktivitas dan beri semangat untuk berusaha terus-
bantuan dengan sikap sungguh menerus
3. Hindari melakukan sesuatu untuk 3. Klien mungkin menjadi sangat
klien yang dapat dilakukan klien ketakutan dan sangat tergantung dan
sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai meskipun bantuan yang diberikan
kebutuhan. bermanfaat dalam mencegah frustasi,
adalah penting bagi klien untuk
melakukan sebanyak mungkin untuk
diri-sendiri untuk mempertahankan
harga diri dan meningkatkan
pemulihan
4. Berikan umpan balik yang positif 4. Meningkatkan perasaan makna diri
untuk setiap usaha yang dan kemandirian serta mendorong
dilakukannya atau keberhasilannya klien untuk berusaha secara kontinyu
5. Kolaborasi dengan ahli 5. Memberikan bantuan yang mantap
fisioterapi/okupasi untuk mengembangkan rencana
terapi dan mengidentifikasi
kebutuhan alat penyokong khusus

4. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh ) berhubungan dengankesulitan


menelan(disfagia), hemiparese dan hemiplegi.
Tujuan
Tidak terjadi gangguan nutrisi
Kriteria hasil
1) Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
2) Hb dan albumin dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kemampuan klien dalam 1. Untuk menetapkan jenis makanan
mengunyah, menelan dan reflek yang akan diberikan pada klien
batuk 2. Untuk klien lebih mudah untuk
2. Letakkan posisi kepala lebih tinggi menelan karena gaya gravitasi
pada waktu, selama dan sesudah 3. Membantu dalam melatih kembali
makan sensori dan meningkatkan kontrol
3. Stimulasi bibir untuk menutup dan muskuler
membuka mulut secara manual
dengan menekan ringan diatas 4. Memberikan stimulasi sensori
bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan (termasuk rasa kecap) yang dapat
4. Letakkan makanan pada daerah mencetuskan usaha untuk menelan
mulut yang tidak terganggu dan meningkatkan masukan
5. Klien dapat berkonsentrasi pada
mekanisme makan tanpa adanya
5. Berikan makan dengan berlahan pada distraksi/gangguan dari luar
lingkungan yang tenang 6. Makan lunak/cairan kental mudah
untuk mengendalikannya didalam
6. Mulailah untuk memberikan makan mulut, menurunkan terjadinya
peroral setengah cair, makan lunak aspirasi
ketika klien dapat menelan air 7. Menguatkan otot fasial dan dan otot
7. Anjurkan klien menggunakan sedotan menelan dan menurunkan resiko
meminum cairan terjadinya tersedak
8. Dapat meningkatkan pelepasan
8. Anjurkan klien untuk endorfin dalam otak yang
berpartisipasidalam program meningkatkan nafsu makan
latihan/kegiatan. 9. Mungkin diperlukan untuk
memberikan cairan pengganti dan
9. Kolaborasi dengan tim dokter untuk juga makanan jika klien tidak mampu
memberikan ciran melalui iv atau untuk memasukkan segala sesuatu
makanan melalui selang melalui mulut

5. Inkontinensia alfi berhubungan dengan kerusakan mobilitas dan kerusakan


neurologis.
Tujuan :
Dalam waktu 2x24 jam pemenuhan eliminasi alvi terpenuhi.
Kriteria Hasil : klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa
menggunakan obat, konsistensi feses lembek berbentuk, tidak teraba massa pada
kolon ( scibala ).
INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan penjelasan pada klien 1. Klien dan keluarga akan
dan keluarga pasien tentang mengerti penyebab dari
penyebab konstipasi. konstipasi.
2. Auskultasi bising usus 2. Bising usus menandakan sifat
aktivitas peristaltik.
3. Anjurkan untuk klien untuk
makan makanan yang 3. Diet seimbang tinggi
mengandung serat. kandungan serat meransang
peristalti dan eliminasi reguler.
4. Bila klien mampu minum,
berikan asupan cairan yang 4. Masukan cairan adekuat
cukup (2L/hari) jika tidak ada membantu mempertahankan
kontraindikasi. konsistensi feses yang pada
usus dan membantu eliminasi
5. Lakukan mobilisasi sesuai
reguler.
dengan keadaan klien. 5. Aktivitas fisik reguler
membantu eliminasi dengan
6. Kolaborasi dengan tim dokter
memperbaiki tonus otot
dalam pemberian pelunak faces
abdomen dan meransang nafsu
( laksatif, supositoria, enema )
makan dan peristaltik.
6. Pelunak feses meningkatkan
efisiensi pembasahan air usus,
yang melunakkan massa feses
dan membantu eliminasi.

6.Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area
bicara pada hemisfer otak, kehilangan tonus otot fasial atau oral, dan kelemahan
secara umum.
Tujuan :
Dalam waktu 2x24 jam klien dapat menunjukkan pengertian terhadap masalah
komunikasi, mampu mengkomunikasikan perasaannya, mampu menggunakan
bahasa isyarat.
Kriteria Hasil :
Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat terpenuhi, klien
dapat merespon secara verbal maupun isyarat.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tipe disfungsi misalnya 1. Membantu menentukan
klien tidak mengerti kata-kata kerusakanp pada area otak dan
atau masalah berbicara atau menentukan kesulitan klien
tidak mengerti bahasa yang dengan sebagian atau seluruh
digunakan. proses komunikasi, klien mungkin
mempunyai masalah dalam
2. Bedakan afasia dengan disatria.
mengartikan kata-kata .
3. Lakukan metode percakapan
yang baik dan lengkap, beri 2. Dapat menentukan pilihat
intervensi yang sesuai dengan tipe
kesemoatan klien untuk
gangguan.
mengklarifikasi.
mengikuti 3. Klien dapat kehilangan
4. Katakan untuk
kemampuan untuk memantau
perintah secara sederhana
ucapannya, komunikasinya secara
seperti tutup matamu dan lihat
tidak sadar, dengan melengkapi
ke pintu.
dapat merealisasikan pengertian
5. Ucapkan lansung kepada klien klien dan dapt mengklarifikasi
berbicara pelan dan tengan, percakapan.
gunakan pertanyaan yang
jawabannya “ tidak” dan “ya” 4. Untuk mengikuti afasia reseptif.
dan perhatikan respon klien. 5. Mengurangi kebingungan atau
kecemasan terhadap banyaknya
6. Kolaborasi : konsultasi dengan
informasi. Memajukan stimulasi
ahli terapi bicara.
komunikasi ingatan dan kata-kata.
6. Mengkaji kemampuan individual
dan sensorik motorik dan funsi
kognitif untuk mengidentifikasi
defisit dan kebutuhan terapi.

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif.2011.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Persarafan.Salemba Medika; jakarta.

Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan


Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996.

Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem
Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993.

Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan


Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Jakarta, EGC, 2002.

Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC,


2000.

Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press,


1996

Anda mungkin juga menyukai